Latar Belakang Masalah Bentuk Pertunjukan dan Fungsi Kesenian Dogdog Kaliwon di Desa Bentarsari Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Brebes tumbuh dan berkembang berbagai jenis kesenian antara lain: rebana, kuda lumping, burok, sintren dan lain-lain. Salah satu jenis kesenian yang hidup di Kabupaten Brebes adalah Dogdog Kaliwon. Dogdog Kaliwon adalah jenis seni musik perkusi disertai gerak tari yang dalam pertunjukannya menggunakan instrumen kendang untuk mengiringi penyanyijuru kawih. Juru kawih adalah sebutan untuk seseorang yang ahli menyanyikan sekar sundalagu- lagu sunda. Kesenian ini lahir dengan nama dogdog yang dalam istilah Jawa berarti menabuh dan Kaliwon yang berasal dari kata Kliwon, yaitu salah satu hari pasaran Jawa selain Legi, Paing, Pon dan Wage. Karena kerap dipentaskan pada malam Kliwon, kesenian ini kemudian diberi nama Dogdog Kaliwon. Karta 44 tahun, ketua Dewan Kesenian Kecamatan Salem Kabupaten Brebes mengatakan bahwa Dogdog Kaliwon adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan atas hasil panen mereka. Kesenian Dogdog Kaliwon biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat atau untuk hiburan masyarakat. Pada zaman dahulu, kesenian ini biasanya diadakan pada hari Selasa malam pasaran kliwon setelah musim panen padi, yang bertujuan untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Malam hari setelah panen raya, masyarakat Desa Bentarsari berbondong–bondong menuju lereng gunung Liu untuk menyaksikan pertunjukan Dogdog Kaliwon sekaligus memanjatkan doa bersama atas hasil panen yang melimpah. Perkembangan berikutnya, dogdog kaliwon diadakan pada saat acara hajatan pernikahan dan khitan. Seiring perkembangan jaman, kesenian dogdog kaliwon sering kali dikolaborasikan dengan lagu dangdut untuk menghilangkan kebosanan bahkan sesekali tampil lagu dangdut asli. Lagu-lagu yang ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Jawa dan Sunda. Di tengah-tengah lagu ada pemain yang menyampaikan pesan dengan gaya lawakan. Agar pesan sampai dan sekaligus memancing tawa, disertai juga dengan gerak dan mimik lucu. Untuk sekali pentas, dogdog kaliwon membutuhkan paling sedikit 4 pemain dogdog, 1 penyanyi dan penari pendukung. Kesenian Dogdog Kaliwon dalam pertunjukannya, empat orang memainkan kendang dengan ritmis yang berbeda-beda untuk mengiringi juru kawih menyanyikan lagu, dengan materi lagu yang mereka bawakan bernuansa kedaerahan yaitu lagu-lagu Jawa dan Sunda seperti Suwe ora Jamu, Lir ilir, Es Lilin dan Bubuy Bulan. Kelompok kesenian Dogdog Kaliwon juga membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri yaitu Brebes Kota Bawang dan Tol Pejagan, yang menceritakan kondisi dan kehidupan masyarakat Brebes. Seni tradisi di tengah era globalisasi saat ini semakin tertekan dan terpinggirkan. Musik-musik modern yang berkembang di Indonesia dan beragam seni industri yang tampil glamor semakin mendominasi. Namun di daerah Salem masih dijumpai kelompok kesenian Dogdog Kaliwon yang masih melakukan aktivitas pelatihan dan pementasan. Kesenian Dogdog Kaliwon masih dipentaskan pada acara hajatan, peringatan hari besar seperti hari jadi Kabupaten Brebes, hari kemerdekaan Republik Indonesia dan masyarakat masih antusias untuk menyaksikan pertunjukan ini. Dengan kata lain Dogdog Kaliwon di daerah ini masih hidup. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kesenian Dogdog Kaliwon. Kesenian yang hidup di desa Bentarsari kecamatan Salem ini merupakan bentuk ungkapan sosial danekspresi budaya masyarakatnya. Berhubung kehidupan masyarakat berkait dengan fenomena alam fisik dan sosial budaya maka dapat dipahami secara jelas bahwa kesenian Dogdog Kaliwon itu hidup, berkembang, danatau dijadikan sebagai sarana berkesenian oleh masyarakat pendukungnya. Peneliti akan memfokuskan untuk meneliti bentuk pertunjukan dan fungsi kesenian Dogdog Kaliwon. Kesenian ini memiliki bentuk pertunjukan yang berbeda dengan kesenian lain. Kesenian Dogdog Kaliwon dalam pertunjukannya mengutamakan lawakan yang dikemas dalam bentuk cerita, kemudian ditampilkan seperti halnya sebuah pertunjukan wayang yaitu dipimpin oleh seorang dalang yang mengatur jalannya cerita. Kesenian ini memiliki ciri khas yaitu menggunakan alat musik tradisional yakni empat buah kendang yang terbuat dari pohon aren yang berukuran berbeda sebagai pengiring. Namun pada acara khitanan atau pernikahan kesenian ini seringkali dipadukan dengan alat musik melodis seperti rebab dan suling. Keunikan yang lain adalah lagu-lagu dibawakan menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa jawa dan sunda. Kesenian Dogdog Kaliwon yang demikian tampak khas dan unik dibanding kesenian lainnya.

1.2 Identifikasi Masalah