14
IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK SPONS Ianthella basta TERHADAP LARVA Artemia salina L.
Ni Wayan Sri Sukmarianti
1
, Ni Made Suaniti
1
, I Made Dira Swantara
1 1
Program Magister Kimia Terapan, Universitas Udayana, Bali Email :
sukmaariesgirlyahoo.com
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak spons Ianthella basta
terhadap larva Artemia salina dan senyawa yang terkandung dalam isolat toksik tersebut. Metode yang digunakan sebagai uji pendahuluan adalah Brine Shrimp Lethality BST. Dari
hasil uji BST diperoleh bahwa ekstrak kloroform spons Ianthella basta bersifat paling toksik dengan nilai LC
50
22,39 ppm. Selanjutnya ekstrak kloroform ini dipisahkan dan dimurnikan dengan kromatografi kolom menggunakan eluen kloroform : etilasetat : n-heksana 7:2:1
sehingga diperoleh 4 fraksi. Fraksi yang paling toksik adalah fraksi C F
C
dengan LC
50
35,36 ppm. Berdasarkan hasil GC-MS, diduga senyawa yang terkandung dalam isolat toksik
spons Ianthella basta
adalah senyawa metil heksadekanoat dan asam heksadekanoat. Kata kunci: Ianthella basta, uji toksisitas, aktivitas antikanker
ABSTRACT: The main purpose of this research is to determine the toxicity of extracts sponge Ianthella basta
against Artemia salina larvae and to identify the chemical compounds contained in those toxic isolates. The preliminary test of the anticancer activity has conducted by Brine
Shrimp Letalithy BST test. The results showed that the chloroform extract was the most toxic with LC
50
value of 22,39 ppm. Futher, the cloroform extract was separated and purified by coloumn chromatography using eluent of solvent mixture of chloroform : ethyl acetate : n-
hexane by 7 : 2 : 1 and 4 fractions were obtained. The most toxic fraction was the fraction C with LC
50
value of 35,36 ppm. Based on the GC-MS results, the toxic isolate is allegedly
containing chemicals compound of hexadecanoic methyl ester and hexadecanoic acid. Keywords: Ianthella basta, toxicity test, anticancer activity
1. PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyebab kematian ketiga di negara-negara berkembang setelah
penyakit kardiovaskular dan infeksi. Menurut perkiraan
WHO, pada
tahun 2015
diperkirakan ada 9 juta orang meninggal karena kanker dan tahun 2030 diperkirakan
meningkat menjadi 11,4 juta kematian karena kanker. Jumlah penderita kanker setiap tahun
juga meningkat mencapai 6,25 juta orang dan dua
pertiganya berasal
dari negara
berkembang seperti Indonesia [1].
Sampai saat ini belum ditemukan obat kanker yang ideal, yang menghancurkan sel-
sel kanker tanpa mencederai sel-sel yang normal.
Penanganan kanker
umumnya menggabungkan pembedahan dan radiasi
dengan pengobatan kemoterapi [2]. Obat-obat
tersebut di atas memberikan efek samping berupa mual, muntah, rambut rontok, iritasi
kandung kemih sistitis disertai terdapatnya darah dalam air kemih. Hal ini mendorong
peneliti-peneliti
untuk mengeksplorasi
senyawa-senyawa bioaktif antikanker dari bahan-bahan alam sehingga efek sampingnya
bisa lebih kecil dan harganyapun lebih terjangkau
[3]. Indonesia
merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, yang terletak di kawasan tropis merupakan salah satu negara
15
dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi megabiodiversity
salah satunya adalah spons. Jumlah spesies spons di Indonesia
diperkirakan sebanyak 830 spesies [4].
Dengan banyaknya spesies spons tersebut semakin besar peluang untuk ditemukannya
senyawa-senyawa bioaktif.
Spons mensintesis metabolit sekunder senyawa
bioaktif yang bersifat toksik untuk alat pertahanan diri melawan bakteri, fungi, dan
virus [5].
Beberapa penelitian
tentang bioaktivitas antikanker dari biota laut telah
banyak dilaporkan. Rasyid 2009 [6]
melaporkan bahwa spons Cryptotethia crypta berpotensi sebagai obat antikanker. Dari hasil
penelitiannya, Puji et al. 2005 [7]
mengungkapkan bahwa spons Petrosia.sp juga potensial sebagai antikanker. Selain itu,
beberapa penelitian tentang uji sitotoksisitas dari spons juga telah banyak dilaporkan.
Setyowati et al. 2007
[8] melaporkan bahwa dari hasil uji sitotoksik terhadap sel myeloma
menunjukkan bahwa ekstrak kloroform spons Kaliapsis
sp aktif terhadap sel myeloma dan noda-noda KLT yang diperoleh potensial
sebagai senyawa sitotoksik dengan aktivitas tertinggi pada noda 1 dengan harga LC
50
sebesar 0,28 µgmL. Selain itu ekstrak metanol Crella papilata dilaporkan memiliki
aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel tumor HeLa dan Mieloma. Trianto 2005
[9] melaporkan bahwa hasil uji antikanker
ekstrak spons Haliclona sp memberikan LC
50
sebesar 8,16 µgmL, sedangkan ekstrak spons Agelas nakamurai sebesar 4,50 µgmL.
Uji pendahuluan untuk senyawa yang bersifat antikanker umumnya menggunakan
uji toksisitas terhadap larva Artemia salina L. Jika dalam uji tersebut suatu bahan
mempunyai LC
50
lebih kecil dari 1000 ppm maka bahan tersebut berpotensi sebagai
antikanker. Pada uji pendahuluan telah dilakukan
uji toksisitas menggunakan larva Artemia salina.L
terhadap beberapa ekstrak spons Ianthella
basta .
Ekstrak kloroform
menunjukkan toksisitas
paling tinggi,
selanjutnya ekstrak tersebut dimurnikan dan diisolasi senyawanya. Selanjutnya fraksi
yang paling toksik diidentifikasi senyawanya.
2. PERCOBAAN 2.1 Bahan dan Peralatan