nn

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma belajar sains merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan
fenomena-fenomena di alam untuk membangun suatu konsep. Proses ini menuntut
siswa untuk berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang
dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keterampilan generik sains. Oleh sebab itu,
pembelajaran sains perlu diubah modusnya agar dapat membekali setiap siswa
dengan keterampilan berfikir, dari mempelajari sains menjadi berfikir melalui
sains.

Untuk memperdalam penguasaan konsep sains sebaiknya siswa dilatih untuk
dapat menggunakan keterampilan generik sainsnya. Salah satu pengetahuan sains
yang diharapkan dikuasi konsepnya adalah materi pokok Sistem Pencernaan Pada
Manusia. Materi pokok ini merupakan suatu materi yang dapat diberikan kepada
siswa dengan mengajak siswa berfikir melalui pengetahuan sains yang telah
dimiliki oleh siswa serta melatih keterampilan generik sains siswa. Sebagai
contoh melatih siswa melihat sebab dan akibat, misalnya saat kita lapar atau

kekurangan energi, dengan memakan sepiring nasi setelah beberapa menit
kemudian rasa lapar kita menjadi hilang, dan tubuhpun merasa berenergi kembali,
selain itu siswa juga dapat mengetahui zat-zat apa saja yang terkandung dalam

2
bahan makanan yang ia makan serta fungsinya bagi tubuh, dan siswapun dapat
mengetahui alat-alat pencernaan apa saja yang digunakan pada saat melakukan
proses pencernaan makanan tersebut.

Mariam (2008 : 28) didalam skripsinya menyimpulkan bahwa berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Materi Pokok
Sistem Pencernaan Makanan menggunakan metode pemetaan konsep, diketahui
bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan (p 0,05, tolak Ho untuk harga
yang lainnya (Nurgiantoro, 2002:118)
2. Kesamaan Dua Varians (Uji Barlett)
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 12.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda


32

b. Kriteria Uji
- Jika χ2 hit < χ 2 tab sehingga Ho diterima
- Jika χ2 hit > χ 2 tab sehingga Ho ditolak
(Pratisto, 2004:71).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 12.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1. Hipotesis
H0 = Kedua sampel memiliki nilai rata-rata yang sama
H1 = Kedua sampel memiliki nilai rata-rata yang tidak sama
2. Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1. Hipotesis

H0 = Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan
kelas kontrol
H1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
2. Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:10)

33

5. Analisis data kemampun generik sains siswa dihitung dengan
rumus:
%Gi 

G

i

N


 100%

Keterangan :
%Gi : Persentase kemampuan generik sains siswa pada aspek-i
Gi : Jumlah skor kemampuan generik sains siswa pada aspek-i
N
: Jumlah siswa dari kelas ekperimen (Dimodifikasi dari Sudjana
2002:67).

6. Analisis data angket tanggapan siswa
Data tanggapan terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran
angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan terdiri dari 5 pernyataan
positif dan 5 pernyataan negatif. Skor paling tinggi adalah 5, bila siswa
menjawab sangat setuju. Skor 4, bila siswa memilih jawaban setuju.
Skor 3, bila siswa memilih jawaban netral. Skor 2, bila siswa memilih
jawaban tidak setuju dan skor paling rendah adalah 1, bila siswa memilih
jawaban sangat tidak setuju.

Jumlah skor setiap angket di hitung untuk mengetahui persentase
tanggapan siswa dengan menggunakan rumus :

%J i 

J

i

Smaks

 100%

Keterangan :
%Ji
: Persentase pilihan jawaban ke-i
 J i : Jumlah skor pilihan jawaban siswa
S maks : Skor maksimum yang diharapkan (Dimodifikasi dari Sudjana
2002:67).

34

7.


Analisis data angket kemampuan discovery siswa
Data kemampuan discovery siswa dikumpulkan melalui penyebaran
angket. Angket discovery berisi 7 pertanyaan , adapun penilaiannya
yaitu : pertanyaan no 1 dan 2 masing-masing di beri skor 30, no 3 dan
4 masing-masing di beri skor 5, dan no 5, 6, dan 7 di beri skor 10. Data
selanjutnya ditabulasi berdasarkan kriteria berikut :
Tabel 3. Kategori kemampuan discovery siswa
No.
Kriteria Angket
1.
80 - 100
2.
66 - 79
3.
56 – 65
4.
40 – 55
5.
30 - 39


Kategori
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
( Arikunto, 2008:245).

35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan
metode discovery terhadap kemampuan generik sains siswa pada materi pokok
Sistem Pencernaan Pada Manusia kelas XI SMA AL Kautsar Bandar
Lampung. Data dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi, soal
pretes dan postest, serta angket, yang terdiri dari 2 buah angket yaitu angket

tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, serta angket kemampuan
discovery siswa.

1. Data Lembar Observasi KGS Siswa
Pengambilan data kemampuan generik sains siswa dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi, adapun data hasil observasi kemampuan
generik sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam
tabel 4 dan tabel 5 berikut, dan data selengkapnya ada pada lampiran 3 (tabel
35-42).

36

Tabel 4. Data Skor KGS siswa kelas eksperimen
Pertemuan Ke1
2
3
Jumlah
(%)

Keterangan : 1

2
3
4

Aspek KGS
1
117
27
0
144
26,67

2
87
82
45
214
39,63

3

64
22
25
111
20,56

4
152
180
180
512
94,81

= pengamatan tak langsung
= inferensia logika
= hukum sebab akibat
= membangun konsep

Berdasarkan hasil analisis data di atas diketahui bahwa rata-rata total
persentase aspek KGS terbesar dari tiga pertemuan adalah aspek membangun

konsep yaitu sebesar 94,81%, sedangkan aspek KGS terendah yaitu aspek
hukum sebab akibat sebesar 20,56%.

Tabel 5. Data Skor KGS siswa kelas kontrol
Pertemuan Ke1
2
3
Jumlah
(%)

Keterangan : 1
2
3
4

Aspek KGS
1
0
36
36
72
16,67

2
36
36
36
108
25

3
0
0
0
0
0

4
86
80
72
238
55,10

= pengamatan tak langsung
= inferensia logika
= hukum sebab akibat
= membangun konsep

Berdasarkan hasil analisis data di atas diketahui bahwa rata-rata total
persentase aspek KGS terbesar dari tiga pertemuan adalah aspek membangun
konsep yaitu sebesar 55.1%, sedangkan aspek KGS terendah yaitu aspek
hukum sebab akibat sebesar 0%.

Dari hasil analisis lembar observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
terdapat perbedaan rata-rata total persentase aspek KGS membangun konsep

37

yaitu sebesar 39,7%, dan aspek KGS hukum sebab akibat sebesar 20,55%,
(persentase tersebut diperoleh dari selisih aspek KGS kelas eksperimen
dengan kelas kontrol).

2. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Pada penelitian ini sebelum dilakukan uji t, dilakukan uji prasyarat terlebih
dahulu yaitu uji normalitas (uji Lilliefors), untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. dan uji homogenitas (uji Barleth), untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang sama
(homogen) atau tidak homogen. Hasil analisis statistik skor gain menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji normalitas dan homogenitas hasil tes siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Kelas

Pretes

Uji Normalitas
Postes
L hit(0,051) < L tab(0,139)

χ2 hit(5.02) < χ 2 tab(100.7486)

L hit(0,074) < Ltab(0,136)

χ2 hit(5.02) < χ 2 tab(100.7486)

Eksperimen

L hit (0,096) < L tab (0,139)

Kontrol

L hit (0,021) < L tab (0,136)

Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa uji normalitas pretest siswa pada
kelas eksperimen diperoleh L hit (0,096) < L tab (0,139) dan kelas kontrol L hit (0,021) < L tab
(0,136)

sehingga Ho diterima. Artinya pretest siswa pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan postes pada kelas
eksperimen diperoleh L hit(0,051) < L tab(0,139) dan kelas kontrol L hit (0,021) < L tab (0,136) ,
sehingga Ho diterima. Artinya postest siswa pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas pretest
dan postest pada kelas eksperimen diperoleh χ2 hit(5.02) < χ 2 tab(100.7486) dan kelas

38

kontrol χ2 hit(0,08) < χ 2 tab(100.7486) sehingga Ho diterima. Artinya kedua data
pretest dan postest tersebut memiliki varians yang sama (homogen).

Tabel 7. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas skor gain siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Kelas

Uji Normalitas

Eksperimen

L hit (0,093) < L tab (0,139)

Uji Homogenitas
χ2 hit(0,03) < χ 2 tab(100.7486)

Kontrol

L hit (0,108) < L tad (0,136)

χ2 hit(0,94) < χ 2 tab(97,35097)

Berdasarkan tabel 7 di atas, diketahui bahwa uji normalitas skor gain siswa
pada kelas eksperimen diperoleh L hit (0,093) < L tab (0,139) dan kelas kontrol L hit (0,108) <
L tab (0,136) sehingga Ho

diterima.Artinya skor gain siswa pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas
skor gain pada kelas eksperimen diperoleh χ2 hit(0,03) < χ 2 tab(100.7486) dan kelas
kontrol χ2 hit(0,94) < χ 2 tab(97,35097) sehingga Ho diterima. Artinya kedua data
skor gain tersebut memiliki varians yang sama (homogen).

3. Hasil Uji Hipotesis

Pada penelitian ini juga dilakukan perhitungan uji t pada nilai pretes, postes,
dan skor gain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol . Adapun hasil
analisis uji t pada nilai pretes, postes, dan skor gain siswa dapat dilihat pada
tabel 8.

39

Tabel 8. Hasil uji t nilai pretes, postes, dan skor gain siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Pretest

Postest

Skor Gain

X ± Sd

X ± Sd

X ± Sd

54,86
46,94

± 6,19
± 4,69

Uji t
thit (4,720)>ttab(1,99)

80,733
72,30

± 5,75
± 5,68

Uji t
thit (6,58) >ttab (1,99)

56,85

± 13,80

52,22 ± 13,42
Uji t1
Uji t2
thit(5,29)>ttab(1,99)
thit(7,05)>ttab(2,03)

Keterangan : t1 = uji t kesamaan dua rata-rata
t2 = uji t perbedaan dua rata-rata
Pada tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa uji t pada nilai pretes siswa dari
kedua kelas diperoleh thit (4,720) > ttab (1,99) sehingga Ho ditolak. Artinya
rata-rata nilai pretes siswa kedua kelas berbeda secara signifikan. Sedangkan
uji t pada nilai postes siswa dari kedua kelas diperoleh thit (6,58) > ttab (1,99)
sehingga Ho ditolak.Artinya rata-rata nilai postes siswa pada kelas eksperimen
berbeda secara signifikan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan tabel 8 tersebut juga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai postes
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, sehingga
dapat dinyatakan tingkat kemampuan generik sains siswa pada proses
pembelajaran dengan menggunakan metode discovery lebih tinggi jika
dibandingkan tanpa menggunakan metode discovery.

Berdasarkan tabel 8 di atas juga menunjukkan bahwa dari uji t1 (kesamaan dua
rata-rata) diperoleh thit (5,29) > ttab (1,99) sehingga Ho ditolak. Artinya rata-rata
skor gain siswa pada kelas eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan
dengan rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol. Kemudian uji t2
(perbedaan dua rata-rata) menunjukkan bahwa thit (7,05)> ttab (2,03) sehingga H0 di

40

tolak. Artinya rata-rata skor gain siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 8, diketahui bahwa rata-rata skor
gain siswa pada kelas eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan dengan
rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol. Adanya perbedaan rata-rata skor
gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena adanya
pengaruh penggunaan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada
kelas eksperimen proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
metode discovery sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan metode diskusi, hal inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan rata-rata skor gain siswa pada kelas
eksperimen berbeda dengan rata-rata skor gain kelas kontrol. Skor gain
merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kemampuan generik sains
siswa.

Pada tabel 8 juga dapat diketahui bahwa rata-rata skor gain siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor gain kelas kontrol.
Adanya perbedaan rata-rata skor gain pada kelas eksperimen dan kontrol
diduga karena adanya perbedaan metode yang digunakan oleh guru pada
masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan metode discovery yang berbasis keterampilan generik
sains, metode ini memungkinkan siswa menggunakan kemampuannya sendiri
dibandingkan pembelajaran tanpa metode discovery, sehingga informasi yang

41

masuk ke dalam memorinya lebih tahan lama dan mu