Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Buku Guru Kelas VII SMP 4 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 1.1 Menghargai diri sebagai citra Allah yang baik adanya 1.2 Menghargai diri sebagai citra Allah yang memiliki kemampuan dan keterbatasan 1.3 Menghargai laki-laki atau perempuan sebagai citra Allah yang sederajat 1.4 Menghayati seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama yang lebih baik 1.5 Menghargai peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat terhadap perkembangan dirinya 1.6 Menghargai peran teman sebaya terhadap perkembangan dirinya 1.7 Menghayati berbagai sifat dan sikap Yesus Kristus 1.8 Menghayati nilai-nilai Kerajaan Allah yang diperjuangkan Yesus Kristus sebagai landasan membangun hidup bersama 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 2.1 Menerima diri sebagai citra Allah yang unik yang diciptakan baik adanya 2.2 Bersikap rendah hati dan sadar bahwa dirinya dan sesamanya memiliki kemampuan dan keterbatasan 2.3 Menghormati perempuan dan laki-laki sebagai ciptaan Tuhan yang sederajat 2.4 Mengembangkan seksualitas secara bertanggung jawab sebagai anugerah Allah 2.5 Homat dan kasih pada keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat atas peran mereka terhadap perkembangan dirinya 2.6 Menghargai peran teman sebaya terhadap perkembangan dirinya 2.7 Meneladani berbagai sifat dan sikap Yesus Kristus dalam upaya memperkembangkan diri 2.8 Mengupayakan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah yang diperjuangan Yesus Kristus demi mengembangkan hidup bersama yang lebih baik Pendidikan Agama Katolik dan Budi pekerti 5 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 3.1 Menemukan keunikan diri sebagai citra Allah yang baik adanya 3.2 Menginventarisasi berbagai kemampuan dan keterbatasan dirinya 3.3 Mengumpulkan informasi tentang sikap dan pandangan masyarakat tentang kesederajatan perempuan dan laki-laki 3.4 Mengetahui berbagai cara untuk mengembangkan seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama 3.5 Menemukan berbagai peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat dalam perkembangan dirinya 3.6 Merumuskan berbagai peran teman sebaya terhadap perkembangan dirinya 3.7 Menggali Kitab Suci untuk menemukan berbagai sifat dan sikap Yesus Kristus yang patut diteladani 3.8 Menggali Kitab Suci untuk menemukan berbagai nilai Kerajaan Allah yang dibutuhkan demi pengembangan hidup bersama 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodiikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori 4.1. Menyusun doa yang mengungkapkan rasa syukur atas dirinya sebagai citra Allah yang diciptakan baik adanya 4.2. Merencanakan berbagai aktivitas demi mengembangkan kemampuan dan mengatasi keterbatasan 4.3. Merencanakan berbagai aktivitas demi mengembangkan kesederajatan perempuan dan laki-laki dalam hidup sehari-hari 4.4. Merencanakan berbagai aktivitas demi mengembangkan seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama yang lebih baik 4.5. Merencanakan berbagai aktivitas yang mengungkapkan rasa syukur atas peran keluarga, sekolah,Gereja dan masyarakat terhadap perkembangan dirinya 4.6. Merencanakan berbagai aktivitas yang mengungkapkan rasa syukur atas peran teman sebaya terhadap perkembangan dirinya 4.7. Meneladani berbagai sifat dan sikap Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari 4.8. Meneladani Yesus Kristus dalam memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah demi hidup bersama yang lebih baik Buku Guru Kelas VII SMP 6 Isi pernyataan bahwa manusia adalah citra Allah sudah sering kita dengar dalam pelajaran agama. Namun, sangatlah penting isi pernyataan itu dipahami secara benar, sebab hal itu merupakan pengakuan iman yang paling dasar bagi manusia di hadapan Allah. Demikian pula pemahaman yang benar tersebut akan berpengaruh pada sikap dan pandangan hidup kita sebagai orang beriman. Dalam bab ini, kita akan mendalami lima hal yang penting. Pertama, peserta didik diajak mencari dan menemukan kenyataan bahwa setiap orang diciptakan secara berbeda-beda satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, setiap manusia diciptakan secara unik, dan keunikan yang dimilikinya itu semata-mata merupakan anugerah Allah, dan karena keunikannya itu pula maka di mata Tuhan setiap orang berharga. Selain unik, setiap manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah sendiri, ia harus mampu memancarkan gambaran Allah dalam kehidupannya. Kedua, Allah menciptakan manusia sebagai citra-Nya, bukan tanpa alasan, sebab dalam kedudukannya sebagai citra Allah setiap manusia dipanggil dan diutus Tuhan untuk bekerjasama dengan Tuhan dalam memgembangkan karya ciptaan-Nya menurut kehendak- Nya. Ketiga, Keunikan manusia sebagai citra Allah mengisyaratkan bahwa setiap manusia dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan berbeda untuk saling mengembangkan diri dan menyempurnakan. Keempat, Perbedaan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan mengajak setiap orang untuk sadar akan keterbatasan dirinya sehingga mampu menempatkan diri secara benar dalam pergaulan di tengah sesama. Kelima, kesadaran bahwa diri kita diciptakan sebagai citra Allah yang unik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya itu diharapkan mampu mendorong kita untuk bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkannya. Bab I Manusia Citra Allah Pendidikan Agama Katolik dan Budi pekerti 7 Topik-topik yang akan dibahas dalam bab ini adalah sebagai berikut. A. Aku Citra Allah yang Unik B. Tugasku sebagai Citra Allah C. Aku Memiliki Kemampuan D. Kemampuanku Terbatas E. Syukur sebagai Citra Allah Buku Guru Kelas VII SMP 8

A. Aku Citra Allah yang Unik

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan keunikan diri sebagai citra Allah yang baik adanya 4.1 Menyusun doa yang mengungkapkan rasa syukur atas dirinya sebagai citra Allah yang diciptakan baik adanya. Indikator Peserta didik mampu 1. Menginventarisasi ciri-ciri yang menjadikan seseorang disebut unik. 2. Menjelaskan sikap-sikap yang muncul dalam menghadapi keunik an beserta dam- paknya pada tindakan. 3. Menjelaskan makna manusia sebagai citra Allah berdasarkan Kej. 1: 26-28. 4. Melakukan satu kebiasaan untuk mewujudkan penerimaan akan keunikan dirinya. Tujuan Melalui kegiatn pembelejaran di kelas, pesertaa didik dapat menyadari akan keluhuran dirinya yang diciptakan Allah sebagai manusia yang merupakan citra Allah sendiri. PENDEKATAN: 1. Kateketis 2. Saintiik. METODE PEMBELAJARAN 1. Pengamatan 2. Diskusi Kelompok 3. Sharing 4. Releksi Pendidikan Agama Katolik dan Budi pekerti 9 Bahan Kajian 1. Mengenali keunikan diri 2. Sikap terhadap keunikan diri 3. Manusia unik diciptakan sebagai citra Allah Sumber Bahan 1. Kitab Suci: Kej. 1: 26-28 dan Mazmur 8: 2-10 2. Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus, Ende: 1995 3. KWI, Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi, Kanisius, Yogyakarta: 1996 4. Komkat KWI, Membangun Komunitas Murid Yesus, Buku Teks Pendidik an Agama Katolik untuk SMP Kelas VII, Yogyakarta, Kanisius, 2010 5. Cerita “Kado Tuhan” Waktu 3 Jam Pelajaran Pemikiran Dasar Masalah yang sering dihadapi oleh remaja pada saat mereka memasuki peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja awal adalah krisis identitas. Krisis identitas ditandai dengan munculnya pertanyaan “Siapa aku?” Pertanyaan itu muncul didorong oleh kesadaran adanya berbagai perubahan dalam dirinya, baik lingkungan yang dihadapinya, sikap orang lain terhadap dirinya, maupun perubahan isik dan psikis yang terjadi pada dirinya. Krisis itu akan terlampaui dengan baik dan mereka dapat memasuki masa remaja dengan wajar bilamana mereka mampu menemukan jawaban atas pertanyaan mendasar tersebut. Mereka membutuhkan keyakinan diri dan jawaban yang pasti. Sebab bila mereka tidak mampu menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, dapat berdampak sikap dan perilaku yang negatif. Jawaban atas pertanyaan “siapa aku” dapat direferensikan pada pengamatan unsur-unsur isik dan psikis yang ada pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Tetapi sebagai pribadi beriman, jawaban tersebut sering tidak memuaskan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibimbing untuk menemukan pengetahuan dan pemahaman identitasnya dari segi iman.