Revitalisasi seni tradisi sebagai dakwah di era globalisasi studi kasus pda KI Ageng Ganjur

REVITALISASI SENI TRADISI
SEBAGAI STRATEGI DAKWAH DI ERA GLOBALISASI
STUDI KASUS PADA KI AGENG GANJUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:
Nur Fauzia
NIM: 107051002497

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 November 2011

Nur Fauzia

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmaanirahiim
Alhamdullilahirabil’alamin, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Revitalisasi Seni Tradisi Sebagai
Strategi Dakwah Studi Pada Ki Ageng Ganjur”.
Walaupun dalam perjalananya banyak hambatan dan rintangan yang
penulis dapatkan, namun banyak pihak yang turut berjasa atas terselesaikannya
skripsi ini. Maka dari itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak
pada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun
materiil, kepada:
1. Orang tua penulis yang tercinta, bapak Abd. Muhaimin Makky dan Ibu
Mudhiatus Syari’ah, yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan
dukungan dan semangat, serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus
ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik;
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, bapak Dr. H. Arief
Subhan, MA;
3. Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; Bapak Drs.
Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu Dekan bidang Akademik, Bapak
Drs. H. Mahmud Jalal, MA, sebagai Pembantu Dekan bidang Administrasi
Umum dan Keuangan, dan Bapak Drs. Study Rizal, LK, MA, sebagai
Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan;
4. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yaitu bapak

Drs. Jumroni, M. Si dan ibu Umi Musyarofah, MA;
5. Dosen Pembimbing bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, terima kasih atas
motivasi, bimbingan, arahan, waktu yang telah diberikan dengan ikhlas dan
tulus kepada penulis, serta kesabaran yang tiada duanya sehingga memacu
penulis agar semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;
ii

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima
kasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut
bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya;
7. Pihak Ki Ageng Ganjur, Dr. Zastrouw Ngatawi dan Syamsul Arifin yang
senantiasa bersedia memberikan waktu untuk menjadi narasumber penulis dan
memberikan data-data yang penulis butuhkan;
8. Adik-adik tercinta penulis, yaitu Khodijatus Sholiha, Makky Al-Hamid,
Ahmad Rahmatullah dan khususnya Muhammad Adham Muhaimin terima
kasih telah membantu penulis mengumpulkan data-data tambahan yang
dibutuhkan;
9. Keluarga Besar Bani Abdussomad yang tiada hentinya memberi dukungan dan
do’a kepada penulis.
10. Keluarga besar Cempaka Putih yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu,

yang selalu memberi dukungan, semangat serta berbagai hal dalam membantu
penulis trimakasih banyak...:)
11. Teman-teman KPI C, Fardun, Irna, Eva, Arini, Leha, Hikmah, Dara, Iin,
Hani, Fitri, Melia, Ayu, Vena, Suci, Zaenah, Lini, Ubay, Arif, Bom”, Rif’at,
Hasan, Angga, Reza, Ari, Ucup, Ega, Sofyan, terima kasih kalian telah
memberikan kesan yang indah selama belajar di kelas, dan juga memberikan
dukungan tiada duanya untuk penulis;
12. Teman-teman KKS SOS 62, Umar, Tuay, Iroh, Yubi, Mbul, Haries, Hanif,
Mamat, Khos, Komar, Bendoy, Ferdy, Sofyan, Almex, Irna, Du2n, Alul,
katong.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya oleh semua pihak.
Wassalammua’laikum Wr. Wb.
Jakarta, 8 November 2011
Penulis

Nur Fauzia

iii


ABSTRAK

NUR FAUZIA
Revitalisasi Seni Tradisi Sebagai Strategi Dakwah di Era Globalisasi Studi Pada
Ki Ageng Ganjur
Seni tradisi yang menjadi bagian dari kehidupan ini yang telah terkikis oleh arus
moderenisasi saat ini sedang mencari eksitensinya dan butuh pembaharuan atau
peremajaan kembali agar masih bisa tetap eksis hingga saat ini. Revitalisasi
melalu jalur musik yang dilakukan ganjur untuk membantunya dalam
menjalankan misi dakwah tentulah sangatlah penting dalam mengaplikasikan
antara seni tradisi dan moderen di era globalisasi ini.
Revitalisasi seni tradisi apa (syair, musik, pementasan) yang di lakukan oleh Ki
Ageng Ganjur? Strategi dakwah seperti apa yang di gunakan Ki Ageng Ganjur
dalam menghadapi era globalisasi?
Revitalisasi adalah penguatan, pembaruan, peremajaan kembali kebudayaan yang
dulu berkembang di masyarakat dan saat ini menghilang secara perlahan dalam
kegiatan sehari-hari agar mulai dikenal kembali oleh masyarakat sebagai
kebudayaan yang mereka miliki dari dulu tapi dengan tampilan yang lebih modern
tanpa menghilangkan unsur kesenian tradisionalnya.

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitataif.
Penelitian kualitatif menghasilkan data yang mendalam setelah menganalisis dan
memberikan penafsiran pada data-data literature serta melakukan wawancara dari
narasumber yang kompeten. Analisis penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif, yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, menjelaskan kondisi
yang ada dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Dari hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa Ganjur melakukan
pembaharuan atau revitalisasi seni tradisi pada ajaran wali songo melalui syairsyair lagu, alat-alat musik, pementasan. Dan strategi dakwah yang digunakan
menggunakan strategi kultural dengan methode dialogtis.

DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...…………………………………….…........ 1
B. Pembatasan Masalah ...……………………………….………….……. 7

C. Perumusan Masalah ..……………………………………….….…….. 7
D. Tujuan Penelitian ....………………………………….…….….………. 7
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….…….… 8
F. Metodologi Penelitian ………………………………….…….…….…. 8
G. Kajian Terdahulu ……………………………………….……….…….. 13
H. Sistematika Penulisan ……………………………….………….….…. 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Revitalisasi...………………………………………………….……….. 15
B. Strategi Dakwah.................. ……………………..………...….............. 18
1.

Pengertian Strategi Dakwah

a.

Pengertian Strategi.……………......................................................18

b.

Pengertian Dakwah......................................…….……………...… 21


c.

Pengertian Strategi Dakwah …..………………….…………….... 23

2.

Prinsip-prinsip Strategi dakwah...…………………........................ 27

3.

Unsur-unsur Strtegi Dakwah.....................................…………...… 28

BAB III GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang Ki Ageng Ganjur……....................………………….... 33
B. Visi dan Misi ….....…………………………………………………..... 36
C. Tujuan Ki Ageng Ganjur......................... …………………...………... 36
D. Aktifitas Ki Ageng Ganjur……………....…………………….……...... 37

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Revitalisasi Syair-syair dalam Musik Ki Ageng Ganjur ……….……... 39
B. Revitalisasi Alat-alat Musik Ki Ageng Ganjur……....…….…………... 44
C. Revitalisasi Pementasan Ki Ageng Ganjur .............................................49
D. Strategi Dakwah Melalui Musik Ki Aegeng Ganjur ……………......54
E. Interprestasi...................................................................................60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………......64
B. Saran …………………………………………………………………....65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dakwah

hakekatnya


adalah

upaya

untuk

menumbuhkan

kecenderungan dan ketertarikan menyeru seseorang kepada ajaran agama
islam pada apa yang diserukan.1 Dakwah tidak hanya terbatas pada
aktifitas lisan semata tetapi meliputi aktifitas manusia, dakwah tidak hanya
dilakukan oleh seorang ustadz atau mubaligh tetapi dakwah dilakukan oleh
seluruh anggota masyarakat sebagai penghuni alam semesta.
Kegiatan dakwah dapat berjalan secara efektif dan efisien bila
menggunakan cara-cara yang tepat dalam penyampain ajaran-ajaaran
Allah swt. Salah satu aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan
prasana dalam hal media dakwah, karena media dakwah merupakan
kegiatan yang bersifat universal yang menjangkau semua sisi kegiatan
manusia.
Dakwah dan seni pada hakekatnya merupakan upaya untuk

mempengaruhi seseorang dalm bertindak dan berprilaku. Melalui
keduanyaa diharapkan dapat mengubah kepribadian baik secara individu
maupun kolektif. Dakwah dapak dilakukan Bil Lisan, yang lebih banyak

1

. Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-1, h.

13.

1

memfokuskan pada informatif persuasif, yang mampu merangsang agar
mad’unya lebih cepat melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari.2
Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai media dakwah, salah
satu diantaranya melalui kesenian yang mempunyai daya tarik dan nilai
tersendiri, tidak membosankan penikmatnya (pendengarnya)adalah dengan
musik (lagu). Musik merupakan alat komunikasi yang cukup efektif
dengan melalui seluruh aspek yang terdapat didalam musik. Musik dapat
mempengaruhi orang yang menikmatinya, musik adalah ekspresi jiwa
manusia tentang keindahan nada dan irama, keindahan musik akan lebih
terasa jika lirik dan syairnya dapat menyentuh jiwa penikmatnya. Oleh
karena itu menjadi hal yang wajar jika manusia menyukai musik sebagai
suatu yang indah. Siti Gazilba mengatakan kalau kesenian itu mengandung
saya tarik yang terkesan untuk menari sasarannya, dan pemanfaatannya
sendiri bertujuan untuk menimbulakan kesenangan yang bersifat estetik
(keindahan), juga merupakan naluri atau fitrah manusia.3
Seni merupakan fitrah insani yang telah dibawa manusia sejak ia
terlahir dan menjadi kebutuhan bagi setiap emosional manusia. Allah swt
menciptakan khalifah manusia untuk bisa menilai dan mencintai
keindahan, sedangkan salah satu keindahan yang sangat dinikmati dan
dicintai oleh manusia adalah seni. Islam merupakan agama yang
menanamkan rasa cinta dan rasa suka akan keindahan di lubuk hati setiap
insan.
2

. M. Bahri Ghazali, dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1, h. 45.
3
. Siti Gazilba, Islam dan Kesenian, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998). Cet. Ke-1, h. 186.

2

Aliran musik yang memang lazim disukai oleh manusia pada
umumnya syair-syair yang dapat menyentuh jiwa merupakan senjata
ampuh untuk bisa ngetop di blantika dunia musik maupun seni. Maka
sudah sepantasnya kehidupan yang serba digital ini merupakan tuhan
kedua bagi manusia, pemanfaatan digital untuk berdakwah merupakan
metode yang tepat pada zaman sekarang ini, pemanfaatan musik sebagai
media memberikan pengaruh buat para pendengarnya baik itu pribadi
maupun lingkungannya.
Misalnya seorang pencipta lagu menciptakan lagu bertema kritikan
terhadap elit politik, lagu itu dapat mempengaruhi masa untuk bertindak
melakukan suatu hal, maka sudah sewajarnya fungsi media salah satunya
dapat mempengaruhi khalayak. Pemanfaatan musik sebagai media dakwah
sudah dilakukan sejak zam dahulu, biasanya musik atau lagu untuk
berdakwah terdapat jenis aliran musik tersendiri, seperti: Nasyid, Gambus,
Qosidah, dll.
Seni merupakan ungkapan, ekspresi karya

manusia yang

dituangkan dalam bentuk apapun.4 Seni adalah sebuah keelokan yang
menghiasi dunia ini, islam mengajarkan bahwa seni merupakan salah satu
nikmat yang harus kita syukuri, bagi umat islam sediri seni bukan
merupakan hal baru, bahkan al-Qur’an sendiri diciptakan dalam bahasa
arab yang maha Balaghah (maha seni). Ini membuktikan bahwa

4

. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 685.

3

keberadaan seni di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diragukan lagi
dan dapat berdampak pula pada keadaan sehari-hari.
Seni merupakan fitrah insani yang telah dibawa manusia sejak ia
lahir dan menjadi kebutuhan bagi setiap emosional manusia, Allah swt
menciptakan manusia sebagai khalifah untuk bisa menilai dan mencintai
keindahan, sedangkan salah satu keindahan yang sangat dinikmati dan
dicintai Allah adalah seni.5
Seni merupakan prilaku yang menimbulkan keindahan, baik bagi
pendengar maupun penglihatnya. Seni yang senantiasa melalui penglihatan
sering di sebut sebagi seni rupa, seni ini meliputi seni peran, seni lukis,
maupun seni-seni yang lainnya yang berkaitan dengan keindahan yang
dinikmati oleh indera mata. Sedangkan seni yang lebih mengarah kepada
keindahan pendengar, lebih menitik beratkan kepada bentuk seni yang
beersumber dari bahasa, juga berkaitan dengan musik atau lagu.6
Musik adalah bagian dari seni sebagai alat komunikasi yang cukup
efektif melalui seluruh aspek kehidupan dan musik dapat mempengaruhi
emosi orang yang menikmatinya. Ketika sebuah lagu atau musik memiliki
sebuah tujuan atau pesan moral yang terkandung dalam syair-syair lagu
tersebut, maka pesan moral lewat sebuat lagu biasanya lebih komunikatif,
karena pesan yang disampaikan dapat sekaligus menghibur pendengarnya,
oleh karena itu lagu lebih mudah dihafalkan dan dipahami. Pesan-pesan
yang dapat disampaikan tidak hanya pesan-pesan umum seperti percintaa,
5
6

. Yusuf Al-Qordowi, Islam Berbicara Seni, (Solo: Fra Intermedia, 2002)
. Atam Hamju, Pengetahuan Seni Musik, (Bandung: PT. Remaja Karya, 1998), h. 32.

4

dan sosial kemasyarakatan, tetapi pesan-pesan yang bersifat religi pun
dapat disampaikan melaui musik atau lagu.
Musik memang dapat dijadikan sebagai media dakwah, karena
musik dapat menyatu dalam masyarakat semua golongan, berdakwah
melalui musik memang memberikan suatu keindahan dan setiap manusia
menyukai keindahan islam yang merupakan sebenar-benarnya agama atau
jalan hidup menanamkan rasa cinta dan suka akan keindahan dilubuk hati
setiap muslim.7
Islam adalah agama dakwah.8 Maksudnya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan
dakwah. Kemajuan dan kemunduran umatnyapun sangat berkaitan erat
dengat kegiatan dakwah yang dilakukannya. Karena itu al-Qur’an
menyebutkankegiatan dakwah haruslah baik sesuai dengan ucapan dan
perbuatan yang baik pula. Dan tujuan dakwah adalh untuk merubah
masyarakat (sasaran dakwah) kearah kehidupan yang lebih baik dan
sejahterah, lahiriah maupun batiniah.9 Hal ini menjadi kewajiban bagi
setiap umat muslim untuk menyempurnakan akhlak di dunia.
Sebagaiman firman Allah swt dalam QS. Al-Imron 110:

‫كنتم خيرامة أخرجت للناس تأمر بال عر ف تن و‬
‫ع ال نكر تؤمنو باه لوءام أهل الكتب لكا‬
‫خيرال م من م ال ؤمنو أكثرهم الفسقو‬
7
8

. Yusuf Al-Qordhowi, Islam dan Seni, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000)
. A. Hasjmy Dustur, Daakwah Menurut Alqur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.

259.
9

. Didik Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998), h. 2

5

Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali
Imran:110)
Dakwah bukan hanya sekedar ucapan semata atau perbuatan saja,
dakwah bisa dilakukan melalui berbagai cara, bukan hanya sekedar
bercramah saja, atau berdzikir saja. Tapi dakwah juga bisa dilakukan
melalui musik.
Musik sebagi media dakwah sudah bukan hal asing lagi, karena
seperti yang kita ketahui wali songo yang menyebarkan agama islam di
tanah jawa juga tak sekedar dakwah melalui lisan dan perbuatan semata,
tapi juga ada yang berdakwah melalui musik tradisional.
Saat ini penggunaan musik sebagai media dakwah juga banyak
dilakukan oleh para musisi tanah air, baik melalui musik pop, melayu,
dangdut dan lain sebagainya. Bahkan ada pula yang menggunakan
penggabungan antara musik tradisional dan modern dalam penyampain
dakwah melalui musik.
Musik tradisional memiliki ciri khas yang sangat melekat di hati
masyarakat, dentingan suara musik yang sangat merdu yang kala biasanya
di senandungkan dengan lagu-lagu tradisional ataupun sinden jawa, kali
ini dilantukan dengan lagu-lagu islami dan sholawatan dengan arsemen
tradisional dan moderen. Ini begitu indah dan merdu, masyarakat begitu
menikmati. Bahkan bukan hanya sekedar orang tua saja yang bia

6

menikmati musik tradisional ini, remaja dan anak-anakpun bakal ikut suka
untuk melihat pertunjukan seperti ini.
Berdasarkan alasan di atas, maka penelitian ini diberi judul
“Revitalisasi Seni Tradisi Sebagai Strategi Dakwah Studi Kasus Pada
grup Musik Ki Ageng Ganjur.”
B. Batasan Masalah
Dalam hal ini revitalisasi seni tradisi sebagai metode dakwah di era
globalisasi ini di batasi hanya pada kegiatan atau aktifitas grup musik
religi ki ageng ganjur saja, bukan pada seni-seni yang lain.
C. Rumusan Masalah
Sedangkan yang menjadi perumusan masalahnya adalah:
1.

Revitalisasi seni tradisi apa (syair, musik, pementasan) yang di
lakukan oleh Ki Ageng Ganjur?

2.

Strategi dakwah seperti apa yang di gunakan Ki Ageng Ganjur?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan, yaitu:
1.

Untuk mengetahui kesenian tradisi seperti apa yang di revitalisasi oleh
Ki Ageng Ganjur.

2.

Untuk mengetahui strategi dakwah apa yang di gunakan Ki Ageng
Ganjur di era globalisasi ini.

7

E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana rumusan dan tujuan perumusan di atas, maka penulis
mengharapkan manfaat dari penulisan ini adalah:
1.

Akademik
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dakwah sebagai
ilmu alat bantu utama pada fakultas dakwah khususnya pada jurusan
komunikasi dan penyiaran islam dalam mendapatkan gambaran yang
lebih ideal tentang peran media dakwah pada saat ini.

2.

Praktis
Menjadi

salah satu wacana dalam mengembangkan eksitensi

dakwah melalui seni khususnya melalui seni tradisional. Dan menjadi
salah satu rujukan bagi para Da’i untuk mengemas dakwahnya agar
lebih menarik.
F. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan etno-methodelogi.
Etnometodologi sebagai studi tentang praktek sosial keseharian yang diterima
secara taken for granted, sebagai pengungkapan terhadap dunia akal sehat,
dunia yang digeluti individu dalam kesehariannya jelas memiliki hubungan yang
erat sekali dengan metode penelitian kualitatif itu sendiri. Dalam kerangka

8

penelitian Kualitatif, etnometodologi diposisikan sebagai sebuah landasan
teoritis dalam metode tersebut. 10

Etnometodologi sebagai sebuah studi pada dunia subjektif, tentang
kesadaran, persepsi dan tindakan individu dalam interaksinya dengan
dunia sosial yang ditempatinya sesuai dengan pokok penelitian kualitatif
yang juga menekankan pada dunia subjektif dengan setting sosial yang
dilibatinya.
1.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.11 Dan
yang menjadi objek penelitian adalah Grup Musik Religi Ki Ageng
Ganjur. Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi
tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi nara
sumber adalah Dr. Zastrouw Ngatawi selakuk pimpinan Ki Ageng
Ganjur.

2. Dasar Penetapan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Sanggar Ki Ageng Ganjur, yaitu Komp.
Taman Serua Permai No. 70, Jl. Reni Jaya Lama, Sawangan Depok.
Dengan pertimbangan bahwa keberadaan sanggar Ki Ageng Ganjur
merupakan salah satu wujud kongkrit grup music religi asal
Yogyakarta tersebut.

10

Lexy, J. Meleong, Metodologi Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007. h

11

. Tatang M. Arifin, “Menyusun Rencana Penelitian,” (Jakarta: Rajawali Press, 1989) h.

24
13.

9

3.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai akhir bulan Mei hingga Agustus 2011, dari
mulai perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan
secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

4.

Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penelitian dengan observasi biasanya dilakukan untuk melacak
secara sistematis dan langsung. Gejala-gejala yang terkait dengan
persoalan-persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat. Disini
kata langsung memiliki pengertian bahwa penelitian hadir dan
mengamati kejadian-kejadian di lokasi.12
Dalam penelitian

ini peneliti terus menerus mekakukan

pengamatan secara seksama sambil berimprovisasi, mengatasi
persoalan yang ditemui, mungkin dengan menggunakan taktiktaktik tertentu, namun tetap berpegang pada strategi-strategi yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian.13
Dalam observasi kali ini peneliti melihat secara langsung
pementasan yang Ki Ageng Ganjur lakukan sebanya tiga kali,
untuk mengamati bagaimana proses selama pementasan dan apa
yang mereka revitalisasi atau perbaharui tentang kebudayaan dan

12

. Pawito, Penelitian, Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKIS, 2007), cet. Ke-1, h.

13

. ibid, h. 12

111.

10

melihat pementasan melalui rekaman video yang diberikan oleh
pihak Ganjur maupun yang peneliti donwload sendiri dari internet.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara peneliti, seorang yang
berharap mendapatkan informai dan informan seorang yang
diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya.14
Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara secara tatap muka. Ini merupakan wawancara yang
dilakukan secara berhadapan dengan sangat banyak memberikan
kemungkinan penggalian informasi lebih dalam dan luas, karena
sebelumnya telah dilakukan perjanjian lebih dahulu dengan
narasumber.15
Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yang
berkompeten, yaitu: Zastrouw Ngatawi, beliau adalah salah
seorang budayawan dan ahli sosiologi yang merupakan salah satu
pendiri Ki Ageng Ganjur pada waktu menjadi mahasiswa di UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan saat ini menjabat sebagai
pimpinan Ganjur.
c. Dokumentasi
Untuk

memperdalam

penelitian

ini,

peneliti

juga

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Ki Ageng Ganjur
14

. Rahmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Pranada Grop,
2007), cet. Ke-2, h. 116.
15
Ibid. h 190

11

dari berbagai dokumen, seperti buku-buku, majalah, jurnal, media
massa dan lainnya yang sebelumnya telah membahas tentang Ki
Ageng Ganjur. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumen
video baik yang dimiliki dalam kepinga VCD maupun yang berasal
dari internet, artinya peneliti mendownload

video Ki Ageng

Ganjur dari internet.
d. Tehnik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisi dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
menganalisa data adalah deskriptif analitik, maksudnya adalah cara
melaporkan data dengan menerangkan dan memberikan gambaran
mengenai data dengan menerangkan dan memberikan gambaran
mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian
data tersebut disimpulkan.
Dan dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik analisis
deskriptif, yaitu teknik yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa.
Teknik ini tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan, dan juga
tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi16.
Adapun tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada

16

Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2007. Cet ke-13. h 24-25

12

2. Mengidentifikasi masalah atau menjelaskan kondisi dan praktekpraktek yang berlaku
3. Membuat perbandingan atau evaluasi17.
G. Kajian Terdahulu
Selama dalam penulisan skripsi ini penulis belum menemukan
topik kajian yang hampir menyerupai dengan apa yang penulis tulis saat
ini. Banyak kajian yang menulis tentang strategi dakwah tetapi tidak
memiliki kesamaan dengan pembahasan yang penulis tulis. Dalam kajian
terdahulu masih belum ditemukan pembahasan tentang tulisan yang
berkaitan dengan Ki Ageng Ganjur baik dari segi strategi dakwah, musik,
dan lain sebagainya.
Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman
Penulisan” skripsi edisi terbaru terbitan UIN Press.
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian dan Tinjauan Pustaka.
Bab II Kajian Teoritis terdiri dari revitalisasi, strategi dakwah,
pengertian strategi dakwah, prinsip-prinsip strategi dakwah, dan unsurunsur strategi dakwah.

17

Ibid

13

Bab III Gambaran Umum terdiri dari Profil Ki Ageng Ganjur,
sejarah singkat, visi misi.
Bab IV Temuan Analisis dan Data terdiri dari Revitalisasi Syairsyair dalam Musik Ki Ageng Ganjur, Revitalisasi Alat-alat Musik Ki
Ageng Ganjur, Revitalisasi Pementasan Ki Ageng Ganjur, dan Strategi
Dakwah Melalui Musik Ki Ageng Ganjur.
Bab V Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

14

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Revitalisasi
Kata revitalisasi berasal dari kata dasar "vital" yang artinya "sangat
penting".1 Secara lengkap, revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan
menghidupkan atau menggiatkan kembali.2 Sedangkan dalam Tesaurus
Bahasa Indonesia, revitalisasi adalah pembaruan, penyegaran, peremajaan,
reaktualisasi, renovasi.3 Tidak berbeda dengan redaksi dari kamus besar
Bahasa Indonesia, kamus lengkap bahasa Indonesia juga memberikan
pengertian yang sama yaitu, revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan
menghidupkan atau mengiatkan kembali.4
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan, revitalisasi
adalah suatu upaya atau usaha untuk mendayagunakan, mengaktualisasikan,
mengaktifkan kembali, meremajakan kembali, menghidupkan kembali
sesuatu agar dapat berjalan efektif dan dapat dimanfaatkan.
Revitalisasi dapat diartikan pula dengan penguatan kembali segala
hal yang dianggap vital atau penting, dalam konteks waktu. Serta istilah
revitalisasi dapat dipahami pula sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

1

. Tim Penyusung Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) h. 1262
2
. ibid. 954
3
. J. S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006), h. 527
4
, Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 958

15

kwalitas, kegunaan dan atau kemanfaatan sesuatu obyek tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Zastrouw Ngatawi revitalisasi berasal dari kata vital, karena
kebudayaan merupakan organ vital dalam kebudayaan atau merupakan daya
dasar manusaia, revitalisasi adalah mevitalkan kembali kebudayaankebudayaan dengan menguatkan dimensi kebudayaan. Selain itu beliau juga
mengatakan bahwa revitalisasi adalah penguatan kembali seni tradisi sebagai
sarana atau media dalam melakukan dakwah Islam.5
Seni tradisi atau tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi
bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum, kelompok atau suku bangsa
tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah
karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian
dari tradisional namun hal ini bisa musnah karena ketidakmaun masyarakat
unuk mengikuti tradisi tersebut.
Revitalisasi itu sendiri adalah penguatan, pembaruan, peremajaan
kembali kebudayaan yang dulu berkembang di masyarakat dan saat ini
menghilang secara perlahan dalam kegiatan sehari-hari agar mulai dikenal
kembali oleh masyarakat sebagai kebudayaan yang mereka miliki dari dulu
tapi dengan tampilan yang lebih modern tanpa menghilangkan unsur
kesenian tradisionalnya.

5

. Wawancara dengan Zastrouw Ngatawi, Pimpinan Ki Ageng Ganjur Sabtu, 7 Agustus
2011. Pkl 10.15 – 12.25 WIB

16

Dalam upaya revitalisasi ini, seni tradisi menurut budayawan
Zastrouw Ngatawi, dalam hal ini ada poin yaitu, yang pertama adalah
vitalisasi atau revitalisasi yang berasal dari kata vital yang artinya
kebudayaan adalah suatu organ vital bagi kehidupan manusia seperti
kebudayaan dan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan menjadi daya dorong
kekuatan dasar manusia. Kata-kata vitalisasi ini sebenarnya adalah
menguatkan kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam masyarakat untuk
memperkuat kembali dimensi-dimensi kebudayaan. Kebudayaan yang
dimaksud oleh beliau adalah seni tradisi. Seni tradisi adalah seni yang hidup,
berkembang dan menjadi sebuah tradisi dalam suatu kelompok.
Sedangkan menurut Shofiyullah Mz. Mengatakan bahwa revitalisasi
adalah memvitalkan kembali sesuatu yang mulai menurun atau stagnan
vitalisasinya, yang artinya semakin tidak kelihatan atau menghilang sesuatu
yang seharusnya memiliki peranan penting dalam masyarakat. 6
jadi bila melihat dari keseluruhan pengertian revitalisasi dapat
disimpulkan

bahwa

revitalisasi

adalah

memvitalkan

kembali

atau

meremajakan kembali sesuatu yang dulunya berkembang dan ada di
masyarakat yang saat ini sudah mulai kehilangan kevitalannya.

. Wawancara dengan Dr. Shofiyullah Mz, Dosen UIN Sunan Kalijaga jum’at, 12
Agustus 2011. Pkl 15.11 – 15.15 WIB
6

17

B. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
a. Pengertian Strategi
Dari segi bahasa strategi berasal dari bahasa yunani, yaitu strategos
yang bersal dari kata stratos, yang berarti militer ag yang berarti pemimpin.
Dalam konteks awalnya strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang
dilakukan para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh
dalam memenangkan peperangan.7 Sehingga tidak heran jika awal
perkembangannya strategi digunakan dan popular dilingkungan militer.
Seiring dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang Ilmu
atau kegiatan yang menerapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau seni seorang jendral di masa perang, tetaapi sudang berkembang
pada tanggungjawab seorang pemimpin (manejemen puncak).
Penggunaan kata strategi pada manajemen duatu organisasi diartikan
sebagai “kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sitematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi
organisasi.”8 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah

7

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Menejemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8.
8
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi non Profil Bidang Pemerintah
dengan Ilustrasi diBidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Perss, 2000), cet. Ke1, h. 147.

18

strategi adalah “seni atau Imu untuk mengunakan sumber daya untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu.”9
Adapun

pengertian

strategi

secara

terminologis,

penulis

mengedepankan beberapa pakar, diantaranya:
1)

Prof. Drs. Onong Uchayana Effendi, MA., mengatakan:
“Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planing) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.”10

2)

Dr. Fuad Amsyari mengatakan, bahwa dalam pengertian
dasarnya strategi dan taktik adalah methode atau taktik untuk
memenangkan suatu persaingan-persaingan itu berbentuk suatu
pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai
senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dengan bidang non
militer, strategi dan taktik adalah suatu cara dan teknik untuk
memenangkan suatu persaingan antara kelompok=kelompok
yang berbeda orientasi hidupnya.11

3)

Drs. Syarif Umam mendefinisikan strtegi yaitu “kebijaksanaan
menggerakkan dan memmbimbing seluruh potensi kekuatan,

9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), h. 9.
10
Onong Uchayana Effendi, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), cet. Ke-6, h. 32.
11
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), cet. Ke-1,
h. 40.

19

daya dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan.”12
4)

Definisi lain juga dikatakan Din Syamsuddin dalam bukunya
Etika

Agama

dalam

Membangun

Masyarakat

Madani,

“Strategi” mengandung arti antara lain:13
a) Rencana dan cara yang sama untuk mencapai tujuan
b) Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program
untuk mencapai tujuan.
c) Sebuah

penyesuain

terhadap

lingkungan

untuk

menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai
keberhasilan.
Sementara menurut Wiliam F. Glueck, seperti yang dikutip
Amirullah, bahwa strategi adalah suatu yang dipersatukan , bersifat
komprehendif

terintergrasi

yang

menghubungi

strategi

(strategic

advantage) menyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan atau organisasi
akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi itu.14
Menurut penulis, saat ini ada beberapa rumusan tentang strategi,
akan tetapi dalam rumusan-rumusan yanga da tidaklah merubah ide-ide
pokok yang terdapat dalam pengertian semula. Hanya saja aplikasinya
disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.

12

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta:
Firman Jakarta, Tanpa Tahun), cet. Ke-1, h. 6.
13
Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000),
cet. I, h. 127.
14
Sri Budi Cantika dan Amrullah, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), cet. I, h.
4.

20

b. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “dakwah” berarti : panggilan, seruan atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sadang
bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru atau
mengajak,

‫ دعوة‬- ‫دعى – يدعو‬. Sedangkan orang yang berdakwah biasa

disebut dai’i ( ‫) داعى‬.15 Dan orang yang menerima dakwah disebut mad’u (

‫)مدعو‬.16
Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh

A. Ilyas Ismail, Kata

dakwah berasal dari bahasa arab da’wah, merupakan bentuk masdar dari kata
kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari’), yang berarti seruan, ajakan, atau
panggilan. Kata dakwah juga berarti doa (ad-du’a), yakni harapan,
permohonan kepada Allah Swt atau seruan ( al-nid‘a).17
Ditinjau dari segi istilah menurut Sayyid Quthub sebagaimana yang
dikutip A. Ilyas Ismail, mendevinsikan dakwah sebagai usaha orang beriman
untuk mewujudkan sistem ajaran Islam dalam realitas kehidupan atau usaha
orang beriman untuk mengkokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia,
baik pada tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagian
Dunia dan Akhirat.18

15

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.

406
16

Ibid., h. 407
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, cet.ke-2, (Jakarta: Penamadani, 2008), h.144.
18
Ailyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h. 147
17

21

Sedangkan Quraish Shihab mengatakan dakwah adalah seruan ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih
baik (dari awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah keadaan yang lebih
baik) dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat, dan dakwah
seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.19
Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan suatu usaha
atau aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan dengan sengaja, berdasarkan
Al-Qur`an dan As-Sunnah. Usah yang diselenggarakannya itu berupa:
1) Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau
memeluk agama Islam serta menjalankan segala perintahnya.
2) Amar ma’ruf, mencegah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
diridhoi-Nya.20
Dari sejumlah pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dakwah
artinya, mengajak, mengimbau dan memerintahkan. Dengan demikian maka
makna dakwah secara syari’at adalah seruan atau himbauan untuk
menjalankan perintah Allah, baik ucapan maupun perbuatan dan
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah, baik dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan.

Qiraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998), Cet. Ke-17, h. 194.
20
Ibid, h. 34-35
19

22

c. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah adalah strategi dalam
dakwah, yang artinya sebagai methode siasat, taktik atau manivers yang
digunakan dan dipakai dalam aktifitas (kegiatan) dakwah. Guna optimalisasi
strategi dakwah dalam memenuhi target dan tujuan, maka Asmuni Sukir
berpendapat operasionalisaasi dakwah harus memperhatikan beberapa azas
dakwah antara lain:21
1) Azas Filosofi
Azas ini terutama membicarakan masalah erat hubungannya dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas
dakwah.
2) Azas kemampuan dan keahlian da’I
Azas ini membahas mengenai kepribadian seorang da;I yang pada
dasarnya mencangkup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri
pribadi da’I yang ketiganya sudah dapat mencangkup keseluruhan
kepribadian yang harus dimilikinya. Sebab, jaya atau suksesnya suatu
dakwah tergantung pada kepribadian dari pembawaan dakwah itu
sendiri.
3) Azas Sosiologi
Azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi
dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintahan setempat,
21

. ibid, h. 32

23

mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah. Sosio
kulural sasaran dakwah dan sebagainya.
4) Azas Psychologis
Azas ini membahas masalah-masalah yang erat hubungannya dengan
kejiwaan manusia. Seorang da’I adalah manusia, begitupun sasaran
dakwahnya yang memiliki karakteristik (kejiwaan) yang uni yakni
berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan
masalah ideology atau kepercayaan (rohaniah) tak luput dari masalahmmasalah psychology sebagai azas (dasar) dakwahnya.
5) Azas Efektifitas dan Efisien
Azas ini maksudnya adalah di dalam aktifitas dakwah harus berusaha
menyeimbangkan

antara

biaya,

waktu

maupun

tenaga

yang

dikeluarkan dangan pencapain hasilnya, bahkan kalo bisa waktu,
biaya dan tenaga sedikit dapat mencapai hasil yang semaksimal
mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Memperhatikan pengertian strategi dan dakwah maka pengertian
strategi dakwah Islam adalah tata cara mencapai tujuan dakwah yang telah
disepakati

bersama

dengan

memperhatikan

kemampuan,

kelemahan,

kesempatan, dan ancaman yang ada baik dai Sumber Daya Manusia (SDM)
dan Sumber Daya Alam (SDA).

24

Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada
dasarnya segala tindakan atau perbuatan tidaklah terlepas dari strategi.
Menurut Hisyam Ali yang dikutip oleh Rafi’uddin, strategi yang
disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat membuahkan
pelaksanaan yang disebut strategis. Menurutnya, untuk mencapai strategi
yang strategis harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:22
1) Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan
biasanya menyangkut manusia, dana dan beberapa piranti yang
dimiliki.
2) Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang
dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagai kekuatan.
3) Peluang, melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia
diluar, sehingga peluang yang sangat kecilpun dapat diterobos.
4) Ancaman,

yaitu

memperhitungkan

kemungkinan-kemungkinan

adanya ancaman dari luar.
Menurut Sondang Siagian dalam buku Analisa Serta Perumusan
Kebijakan dan Strategi Organisasi, untuk memenuhi persyaratan strategi ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1) Strategi sebagai keputusan jangka panjang harus mengandung
penjelasan singkat tentang masing-masing komponen dari strategi
organisasi yang bersangkutan, dalam arti terlihat kejelasan dari ruang
Rafi’uddin dan Manan Abdul Jalail, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia,
1997), h. 77.

22

25

lingkup, manfaat pemanfaatan sumber daya serta keunggulannya,
bagaimana menghasilkan keunggulan tersebut dan sinergi antara
komponen-komponen tersebut di atas.
2) Strategi sebagai keputusan jangka panjang yang mendasar sifatnya
harus memberikan petunjuk tentang bagaimana strategi akan
membawa organisasi lebih cepat dan efektif menuju tercapainya
tujuan dan bagaimana sasaran organisasi.
3) Strategi organisasi dinyatakan dalam pengertian fungsional, dalam
artian jelasnya satuan kerja sebagai pelaksana utama kegiatan melalui
pembagian kerja yang jelas sehingga kemungkinan terjadinya
tumpang tindih, saling melempar tanggung jawab dan pemorosan
dapat dicegah.
4) Pernyataan strategi ini harus bersifat spesifik dan tepat, bukan
merupakan

pernyataan-pernyataan

yang

masih

dapat

diimplementasikan dengan berbagai jenis interprestasi yang pada
selera individual dari pembuat interpretasi.
Dari kriteria-kriteria di atas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa kriteria strategi dakwah yang baik adalah memperhatikan kekuatan dan
kelemahan untuk menghadapi peluang dan tantangan, juga kerjasama yang
solid dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi. Sehingga dakwah Islam
akan tersampaikan dengan efektif dan efisien kepada semua golongan
masyarakat. Dalam pembuatan perencanaan dan pengimplementasian strategi
dakwah Islam haruslah dengan seksama. Maka untuk menguatkan strategi
dakwah Islam harus memperhatikan unsur-unsur strategi.

26

2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Prinsip-prinsip strategi dakwah diantaranya:
a. Manusia mengembang misis luhur
Misi tersebut merupakan ketetapan Allah swt yang tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun juga. Misi tersebut berlaku atas semua hamba-Nya
sepanjang zaman. Allah telah mempersiapkan dua tempat, yaitu surga dan
neraka, tidak jalan lain selain jalan kedua jalan tersebut.
b. Manusia dan Tantangan
Dakwah adalah gerakan Ilahi yang sifatnya seluruh semesta alam, musuh
yang beraneka ragam itu pada hakikatnya adalah satu, yaitu thagut (suatu
kekuatan pembangkang yang menolak serta menentang seruan-seruan
Ilahi)
c. Hakikat risalah yang diemban para Rasul
Prinsip dakwah yang diemban para Rasul sejak Nabi Adam as, hingga
Nabi dan Rasul terakhir yaitu Muhammad saw antara lain:
1) Melakukan revolusi wawasan kemanusiaan, baik menyangkut mental
maupun intelektual.
2) Mengatur barisan umat manusia yang telah menerima wawasan Islam
dalam rangka memperoleh tujuan, yaitu segala sarana dan potensi
umat.

27

3) Melaksanakan dan menegakkan hukum-hukum Islam dalam berbagai
segi dalam rangka mengembangkan sayap Islam keseluruh belahan
bumi.23
3. Unsur-unsur Strategi Dakwah
Unsur-unsur strategi dakwah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari strategi itu sendiri, seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan
Michael, “....bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal
tanpa adanya kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi demikian
seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.”24 Adapun unsur strategi
terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Perumusan Strategi
“Dalam

perumusan

strategi

termasuk

didalamnya

ialah

pengembangan tujuan, mengenali ancaman eksternal, menetapkan suatu
objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, memilih strategi untuk
dilaksanakan.”25
Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk
memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan
dalam suatu proses kegiatan dakwah. Teknik perumusan strategi yang
penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja diantaranya:

Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 57-68
24
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3.
25
Ibid, h. 5.
23

28

1) Tahap Input (masukan), dalam tahap ini proses yang dilakukan ialah
meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan
untuk merumuskan strategi dakwah Islam.
2) Tahap Pencocokan, proses yang dilakukan ialah memfokuskan strategi
alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan
internal.26 Juga pencocokan antara da’i, mad’u serta metode yang akan
diterapkan dalam tahap pelaksanaan.
3) Tahap Keputusan, “menggunakan satu macam teknik setelah
diperoleh dari input secara sasaran dalam mengevaluasi strategi
alternatif yang telah diindentifikasikan dalam tahap kedua.”27
Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dengan
tujuan, peran tujuan sangatlah penting dan mempunyai andil yang
sangat besar.

b. Implementasi Strategi
“Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengubah

arah,

menyiapkan

anggaran,

mengembangkan

dan

memanfaatkan sistem informasi yang masuk.”28
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam
strategi karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi tindakan konkrit. Menetapkan tujuan
26
27

Ibid, h. 183.
Ibid, h. 198.

28

29

dan

melengkapi

kebijakan,

mengalokasikan

sumber

daya

dan

mengembangkan budaya yang mendukung, strategi merupakan usaha yang
mengimplementasikan strategi itu sendiri. Implementasi yang sukses
merupakan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras. Sebagaimana
dikemukakan oleh pakar Reiman “strategi terbagus skalipun akan hancur
bila diimplementasikan dengan buruk.” Berarti implementasi strategi yang
sukses adalah tergantung dari kerja sama diantara fungsional dan divisi
sebuah organisasi atau lembaga dakwah itu sendiri.
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir strategi adalah evaluasi strategi. Ada tiga macam
aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu:
1) Meninjau faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi,
adanya perubahan faktor eksternal, perubahan yang ada akan menjadi
suatu

dalam pencapain tujuan begitu pula dengan faktor internal

diantaranya. Strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi
yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan), menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi
prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah
penyampain sasaran yang dinyatakan, kriteria untuk mengevaluasi
strategi harus dapat diukur dan dibuktikan, kriteria meramalkan hasil
lebih penting daripada kriteria yang diungkapkan apa yang telah
terjadi.

30

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan prestasi sesuai
dengan rencana. Dalam mengambil tindakan korektif tidakn harus
berarti bahwa strategi yang suadah ada akan ditinggalkan atau bahkan
strategi baru harus dirumuskan. “Tindakan korektif diperlukan bila
tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau
pencapain yang direncanakan, maka disitulah tindakan korektif
diperlukan.29
Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk
lebih mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi
dan meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan
internal. Segala kegiatan kolektif harus konsisten secara internal dan
bertanggung jawab secara sosial.
Menurut penulis unsur strategi dakwah Islam di atas, tidak terlepas
dari evaluasi strategi yang diperlukan, karena keberhasilan hari ini bukan
merupakan jaminan di masa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa
tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan dan
evaluasi strategi merugikan suatu hasil yang dicapai, evaluasi strategi
sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.
Evaluasi sangatlah perlu untuk organisasi dari semua kegiatan untuk
mempertanyakan akan apa yang telah dilaksanakan dan harus memicu
tinjauan dan nilai-nilai yang merangsang kreatifitas dan etos kerja.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi

29

Fred R. David, Manajeman Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 104

31

Kesadaran bagi setiap orang, baik sebagai individu atau kelompok
organisasi sosial atau organisasi dakwah tentang tujuan yang hendak
dicapaiakan berubah suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dan
usaha-usaha yang mengarah pada penyampain tujuan disebut strategi.
Maka suatu strategi dakwah harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan
organisasi kepada tujuannya, untuk itu para penetap strategi harus
memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:
1. Lingkungan, lingkungan tidak pernah berada pada suatu kondisi dan
selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat kuat dan
luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu dan
masyarakat, tidak hanya pada cara berfikir tetapi juga tingkah laku,
kebiasaan, kebutuhan dan pandangan hidup.
2. Lingkungan Organisasi, lingkupan organisasi yang mencangkup
segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada.
3. Kepemimpinan,

S.

P

Siagian

memberikan

definisi

tentang

kepemimpinan, “Seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dala