8
pelayanan, sudah pasti dengan hadirnya sekolah-sekolah Kristen tersebut banyak orang-orang muda yang dibebaskan dari kebodohan dan keterbelakangan.Sebagai badan penginjilan,
logislah kalau tekanan yang utama adalah kesaksian dan penginjilan, oleh karena itu pendidikan agama mendapat tempat yang sangat penting, ini membuktikan bahwa tujuan
kesaksian dan penginjilan sangatlah dominan.Setelah kemerdekaan, sekolah Kristen dilihat sebagai alat pelayanan kepada masyarakat dan juga sebagai alat komunikasi antara gereja dan
masyarakat
20
.
Pada tahun 1970 konferensi Nasional Pendidikan Kristen merumuskan fungsi-fungsi sekolah Kristen sebagai berikut
21
: Pertama, sebagai alat kesaksian Tuhan dan alat yang mendemonstrasikan Injil pemasyuran Kerajaan Allah. Kedua, sebagai alat pelayanan yang
terpanggil untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan rakyat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Ketiga, sebagai alat komunikasi antara gereja dan masyarakat, yakni
menumbuhkan pengertian tentang keberadaan, sifat dan maksud gereja dan umat Kristen
dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Ada beberapa hal tertentu yang membedakan setting sekolah negeri dan sekolah Kristen dalam kaitannya dengan pendidikan agama pada umumnya atau PAK pada khususnya
sebagai berikut
22
: Pertama, sekolah Kristen diselenggarakan berdasarkan pandangan filsafat yang Kristen, maka dasar ini sejalan dengan PAK, dalam arti keduanya harus saling
menunjang. Kedua, karena sekolah Kristen diharapkan dapat mempraktikkan nilai-nilai Kristiani baik itu dalam suasana kerja serta hubungan antar pendidik maupun dalam
hubungan antar pendidik dan peserta didik.Ketiga, dalam setting sekolah-sekolah Kristen tersedia kemungkinan-kemungkinan untuk kegiatan-kegiatan religius seperti kebaktian
bersama, perayaan hari raya gerejani.Keempat, menyangkut guru, dalam semua pendidikan, guru atau pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pada umumnya dalam sekolah
Kristen tidak ada kontradiksi dalam setiap mata pelajaran karena diberikan dari perspektif yang kurang lebih sama yakni perspektif Kristen.
2.3 Metode dan Media Pengajaran PAK di Sekolah
Dalam PAK, metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang dilakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia supaya kedua pihak itu bertemu satu
20
Ibid.
21
N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi,Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, 158
22
Nuhamara.Pembimbing PAK , Bandung : Jurnal Info Media, 2007, 108-109
9
sama lain. Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja bukan tujuan.Ada dua teori mengenai metode ini.Pertama, metode otoriter yaitu metode yang memakai kuasa otoritas dari pihak
yang di atas pendidik sendiri.Kedua, metode kreatif ialah metode yang hendak menciptakan sesuatu
23
.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan
pengarahan kearah kedewasaan. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik
24
, seperti Tuhan Yesus sewaktu berada di dunia Ia di sebut sebagai seorang rabbi, di dalam pengajaranNya selalu menggunakan
berbagai cara atau metode agar pengajaranNya dapat dipahami
25
.
Pendidik sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut
26
: mengurangi metode ceramah, memberikan tugas yang berbeda-beda atau beberapa alternatif tugas bagi peserta didik, selalu menyiapkan proses
pembelajaran dan mengikuti perkembangan pengetahuan muktahir, memodifikasi dan memperkaya bahan pengajaran atau buku ajar, tidak ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan
tenaga ahli apabila menjumpai peserta didik yang bermasalah atau mempunyai kelainan, memakai prosedur yang bervariasi saat membuat penilaian atau laporan, mengingat bahwa
tingkat atau kecepatan perkembangan peserta didik tidak sama, mengupayakan adanya pengembangan situasi belajar secara berkala agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan mendorong mereka memperoleh hasil yang baik. Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harafiah berarti dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar
27
.
Briggs dalam Sanjaya
28
mengatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik
23
E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985, 90-91
24
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011,107
25
Paulus Daun, Pengantar Ke dalam Sekolah Minggu anak-anak, Manado: Yayasan Daun Family, 1989, 64
26
Dien Sumiyatingsih, Mengajar dengan kreatif dan menarik, Yogyakarta: Andi, 2006,24
27
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, 204
28
Ibid.
10
supaya terjadi proses belajar. Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal- hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan
29
.
Berbagai metode dan media pengajaran yang juga dapat dipaparkan dalam pengajaran PAK adalah : berceritamendongeng, diskusi, proyek, lakonsandiwara, audovisual, inquiry,
synectic, demosntrasi, pemecahan masalah, karyawisata.
2.4 Taksonomi Bloom