93
Pengujian Berbagai Kombinasi Aktivator Pada Pengomposan Limbah Teh Puput Octavia, Suprihati, Bistok Hasiholan Simanjuntak
7. Limbah teh + SD + Molase Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat
kali, sehingga total didapat 28 satuan percobaan.
c. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga kegiatan percobaan yaitu: 1 Pengomposan limbah teh, 2 Analisa
kualitas kompos dan 3 Pengujian kualitas kompos.
1Pengomposan limbah ampas teh kemasan
Bahan yang digunakan dalam pengomposan adalah limbah ampas teh kemasan milik PT Coca
Cola Bottling Indonesia. Pengomposan dilakukan dengan sistem aerobik dan menggunakan metode
modifikasi keranjang takakura. Limbah ampas teh kemasan ini dikomposkan dalam keranjang
bambu dengan tinggi satu meter dan sisi berukuran 0,5 m. Keranjang dilapisi dengan kardus agar dapat
menangkap panas lebih maksimal, sedangkan untuk mengatur aerasi, pada bagian tengah diberi
pipa PVC dengan diameter dua cm yang telah diberi lubang-lubang.
Parameter yang diamati dan diukur meliputi : 1 suhu tumpukan kompos. 2 pH, 3 nilai respirasi
kompos yang dilakukan dengan metode Verstnete, 4 susut bobot kompos yang diukur dengan
metode Litterbag dengan menggunakan kantong litterbag berukuran 20cmx15cm. Setiap periode
pengukuran, diukur sisa bahan kompos yang terdapat dalam kantong yang telah diketahui bobot
awal sebelumnya, dan 5 CN kompos yang diukur dengan metode spektrofotometri untuk
kandungan C dan metode Kjeldahl untuk kandungan N. Untuk parameter suhu tumpukan
kompos diamati setiap hari, pH diamati semiggu sekali, sedangkan untuk parameter nilai respirasi
kompos, susut bobot kompos dan CN kompos diamati setiap dua minggu sekali. Setiap param-
eter diamati hingga minggu ke-8 pengomposan.
2 Analisa Kualitas Kompos
Setelah masa pengomposan delapan minggu, kompos dipanen dan kemudian dianalisis
kandungan haranya kandungan C, N, K dan C N. Analisa dilakukan di Laboratorium Tanah
Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW, Salatiga. Hasil analisis kualitas kompos tersebut kemudian
dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia SNI 19-7-30-2004.
3 Pengujian kualitas kompos
Pengujian kualitas kompos dilakukan dengan menanam bayam pada media kompos. Pengukur-
an pada tanaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam. Parameter yang diukur meliputi:1
persentase perkecambahan, 2 tinggi tanaman, 3 jumlah daun, 4 bobot basah dan 5 bobot
kering. Persentase perkecambahan diamati hingga minggu ke-2. Untuk tinggi tanaman dan jumlah
daun, masing-masing diukur setiap minggu hingga umur 3 minggu, sedangkan untuk bobot basah dan
bobot kering tanaman diukur pada saat minggu ke-3 saja.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Dekomposisi
a. Suhu Tumpukan Kompos
Gambar 1, menunjukkan pengaruh berbagai perlakuan aktivator terhadap suhu pengomposan.
Pada minggu pertama hari ke-7 terjadi pening- katan suhu pengomposan, yang menunjukkan
terjadinya proses dekomposisi. Suhu tertinggi dicapai pada perlakuan SD + molase dengan suhu
48,7
C yang tercapai pada minggu ke-2, sedangkan pada keenam perlakuan lain berkisar antara 440-
47 C.
Pada perlakuan aktivator kode SD + molase dapat mencapai suhu tertinggi pada minggu ke-
2 dikarenakan pada aktivator SD mengandung mikroba lebih lengkap, yakni mikroba lipolitik,
aminolitik, proteolitik, fiksasi nitrogen non- simbiosis, lignolitik dan selulolitik Redaksi
Agromedia, 2008. Mikroba ini dapat merombak lignin, selulosa, protein dan lemak.
AGRIC Vol.24, No. 1, Juli 2012: 91-97
94 Gambar 1 Suhu Kompos pada berbagai perlakuan Aktivator
Adanya penambahan molase akan menjadikan mikroorganisme yang ada dalam SD menjadi lebih
aktif. Aktivitas yang tinggi itulah yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan suhu. Hingga minggu
ke-4 masih terjadi fluktuasi suhu pengomposan dari seluruh perlakuan, sedangkan pada minggu ke-4
mulai terjadi fase pendinginan yang ditandai dengan penurunan dari suhu puncak menuju ke kestabilan.
Pada minggu ke-6 mulai terjadi kestabilan suhu yang berkisar pada suhu 26-27
C. Suhu ini sama dengan suhu tanah dan telah sesuai dengan
persyaratan kompos matang.
b. Respirasi Kompos
Respirasi mikroorganisme menunjukkan aktivitas kerja dari mikroorganisme terhadap perombakan
bahan organik yang ada pada bahan pengom- posan, dalam hal ini adalah limbah teh. Pada
proses respirasi, senyawa karbon yang terdapat dalam kompos diubah menjadi CO
2
.
Gambar 2 Grafik nilai respirasi kompos berbagai perlakuan aktivator
Gambar 3. Grafik persentase bobot kompos berbagai perlakuan aktivator
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi antara lain jenis mikroorganisme yang terkandung dalam
kompos, selain itu penambahan molase juga berpengaruh terhadap energi mikroorganisme
yang nantinya berpengaruh terhadap aktivitas dan juga respirasinya. Hingga minggu ke-4, nilai
respirasi seluruh perlakuan masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa CO
2
yang dikeluarkan besar akibat tingginya aktivitas mikroorganisme. Pada
minggu ke-8 nilai respirasi cenderung turun. Hal ini dikarenakan turunnya nilai C yang menyebab-
kan juga rendahnya persediaan nutrisi bagi mikroorganisme yang berdampak pada turunnya
aktivitas mikroorganisme. Selain itu, karena sedikitnya persediaan makanan, mengakibatkan
mikroorganisme tersebut saling berkompetisi.
c. Susut Bobot Kompos