Ruang Lingkup Mata Pelajaran PPKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
7
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia.
d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ruang lingkup materi PPKn pada SMPMTs kelas VII, yaitu sebagai berikut. a. Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
b. Norma-Norma dalam kehidupan bermasyarakat. c. Sejarah perumusan dan pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. d. Keberagaman Suku, agama, ras, dan antargolongan dalam bingkai Bhinneka
Tunggal Ika. e. Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
f. Karakteristik tempat tinggal dalam kerangka NKRI.
E Karakteristik Mata Pelajaran PPKn
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn
yang semula dikenal dalam Kurikulum 2006. Penyempurnaan tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan : 1 Pancasila sebagai Dasar Negara dan pandangan hidup
bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari
keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; 2 substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan pembelajaran PKn menjadi PPKn yang mengemuka dalam lima tahun terakhir, antara
lain : 1 secara substansial, PKn terkesan lebih dominan bermuatan ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila kurang mendapat aksentuasi yang
proporsional; 2 secara metodologis, ada kecenderungan pembelajaran yang mengutamakan pengembangan ranah sikap afektif, ranah pengetahuan kognitif,
dan pengembangan ranah keterampilan psikomotorik belum dikembangkan secara optimal dan utuh koheren.
Selain itu, melalui penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai salah satu mata pelajaran
yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang melanda
Buku Guru Kelas VII SMPMTs
8
Indonesia, terutama krisis multidimensional. PPKn sebagai mata pelajaran memiliki misi mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan mampu membudayakan dan
memberdayakan peserta didik agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur,
cerdas, dan bertanggungjawab.
Dalam konteks kehidupan global, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selain harus meneguhkan keadaban Pancasila juga harus membekali peserta
didik untuk hidup dalam kancah global sebagai warga dunia global citizenship. Oleh karena itu, substansi dan pembelajaran PPKn perlu diorientasikan untuk
membekali warga negara Indonesia agar mampu hidup dan berkontribusi secara optimal pada dinamika kehidupan abad 21. Untuk itu, pembelajaran PPKn selain
mengembangkan nilai dan moral Pancasila, juga mengembangkan semua visi dan keterampilan abad ke-21 sebagaimana telah menjadi komitmen global.
Bertolak dari berbagai kajian secara filosofis, sosiologis, yuridis, dan pedagogis, mata pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013, secara utuh memiliki karakteristik
sebagai berikut. a. Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan PKn telah
diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn; b. Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter Pancasila; c. Kompetensi Dasar KD PPKn dalam bingkai kompetensi inti KI yang secara
psikologis-pedagogis menjadi pengintegrasi kompetensi peserta didik secara linier dan koheren dengan penanaman, pengembangan, danatau penguatan nilai dan
moral Pancasila; nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan scientific approach yang diper syaratkan dalam kurilukum 2013 memusatkan perhatian pada proses pem-
bangunan pengetahuan KI-3, keterampilan KI-4, sikap spiritual KI-1 dan sikap sosial KI-2 melalui transformasi pengalaman empirik dan pemaknaan
konseptual. Pendekatan tersebut memiliki langkah generik sebagai berikut. 1 mengamati observing.
2 menanya questioning. 3 mengeksplorasimencoba exploring.
4 mengasosiasimenalar assosiating. 5 mengomunikasikan communicating.
Pada setiap langkah dapat diterapkan model-model pembelajaran yang lebih spesifik. Contohnya model yang diterapkan berupa model proyek seperti Proyek
Belajar Kewarganegaraan yang menuntut aktivitas yang kompleks, waktu yang
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
9
panjang, dan kompetensi yang lebih luas. Kelima langkah generik di atas dapat diterapkan secara adaptif pada model tersebut.
e. Model pembelajaran dikembangkan sesuai dengan karakteristik PPKn secara holistisutuh dalam rangka peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang
berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh dalam proses pembelajaran otentik authentic
instructional and authentic learning
dalam bingkai integrasi Kompetensi Inti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Serta model pembelajaran yang mengarahkan
peserta didik bersikap dan berpikir ilmiah scientific, yaitu pembelajaran yang mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
f. Model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn menggunakan penilaian otentik authentic assesment. Penilaian otentik mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih otentik.
F Strategi Pembelajaran PPKn