Prospek Luffa aegyptiaca Sebagai Bahan Antifertilitas

PROSPEK Luffa aegyptiaca SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS
DRS. SYAFRUDDIN ILYAS, M. BIOMED.
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Berbagai usaha yang dilakukan oleh para peneliti obat antifertilitas untuk
menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana.
Meskipun sebagian pihak ada yang menginginkan keturunan dari buah perkawinan
mereka. Jika dibandingkang dengan yang punya keturunan maka terlihat lebih
banyak orang yang punya anak dibandingkan dengan yang tidak punya.
Bagi pemerintah Indonesia, masalah KB sangatlah penting karena
berhubungan langsung dengan kesejahteraan hidup yang sehat dan layak. Ekonomi
yang kurang memadai dengan jumlah keluarga yang banyak akan membuat orang
harus bekerja keras membanting tulang untuk dapat hidup dengan tenang.
Sampai sekarang program pemerintah masih sangat perlu, apalagi dengan
keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan. Meskipun telah banyak yang
dilakukan pemerintah untuk dapat berhasilnya program KB ini, namun masih belum
terlihat dampaknya secara signifikan. Para peneliti bekerja sama dengan para ahli di
perguruan tinggi akhir-akhir ini sangat aktif mencari obat yang dapat digunakan dan
cocok bagi bangsa Indonesia dalam mensukseskan program Keluarga Berencana.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan tumbuhannya, rupanya
mengandung sejutakhaslat yang masih belum tergali dan dimanfaatkan oleh bangsa
sendiri. Bahkan sering bangsa maju lain merasakan khasiatnya, padahal tumbuhan
tersebut asalnya dari Tanah Air yang tercinta ini. Salah satu khasiat yang telah
dicoba didapatkan adalah penggtmaan tumbuhan sebagai obat antifertilitas.
Terutama sebagai obat antifertilitas pada kaum pria. Pria sebagai pasangan suami
isteri sebagai salah satu penentu keberhasilan keturunan sangat penting perannya
dalam mendukung program penelitian obat alami antifertilitas di Indonesia.
ALAT KONTRASEPSI
Alat kontrasepsi merupakan alat untuk menahan atau mencegah terjadinya
konsepsi (kehamilan). Saat ini banyak sekali alat kontrasepsi, yang secara garis
besar dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yakni;
a. Kontrasepsi bersifat permanen
Kontrasepsi permanen disebut juga dengan kontrasepsi yang menetap atau
tidak dapat irreversibel (tidak dapat kembali kebentuk semula). Komtrasepsi ini
dapat dilakukan dengan melakukan operasi kelamin baik pria ataupun wanita.
Pada wanita dikenal dengan tubektomi, yakni pemotongan saluran tuba fallopii
(oviduk) (Gambar 1). Kadang-kadang juga dapat dilakukan dengan mengikat
oviduk, sehingga ovum tidak dapat lewat dan mengahalangi pertemuannya
dengan sperma, yang pada akhirnya tidak terjadi proses fertilisasi atau:

pembuahan. Namun odel ini dapat dikatakan semi-permanen karena dapat
diakhiri kontrasepsinya dengan melepas kembali ikatan oviduk tersebut.

©2004 Digitized by USU digital library

1

Gambar 1. Kontrasepsi dengan cara tubektomi pada wanita.
Pada pria, kontrasepsi dapat dilakukan dengan pemotongan saluran sperma
pada vas deferen (Gambar 2), sehingga apabila terjadi pengeluaran sperma akan
tidak dapat keluar penis, karena terhambat pada vas deferen. Seperti tuba fallopii,
vas deferen ini juga dapat diikat saja dan dapat dilepas kembali. Sebagai tempat
saluran sperma, uretra di dalam penis adalah tempat terakhir sperma untuk ke luar
tubuh. Selain itu uretra juga merupakan saluran air seni (kandung kemih).

Gambar 2. Alat kontrasepsi pria (tubektomi = pemotongan saluran tuba fallopii)
b. Kontrasepsi bersifat tidak permanen
Kontrasepsi non-permanen disebut dengan kontrasepsi tidak tetap (reversible)
Ada beberapa metode yang termasuk dalam cara ini, yaitu;
a. Metode dengan alat bantu, yakni ;

• Yang bertujuan untuk menghalangi terjadinya ovulasi dengan penggunaan
hormon;
- Suntikan; dilakukan dengan menyuntik wanita subur dengan hormon setiap
3 bulan sekali, yang dapat mencegah terjadinya ovulasi. Tetapi cara ini
dapat menimbulkan efek kegemukan pada beberapa pemakainya.
- Pil KB; pil ini mengandung hormon estrogen dan progesteron yang diminum
menurut kalender yang telah ditetapkan kapan harus meminumnya. Namun
dapat menimbulkan kegemukan bagi para sebagian para pemakainya.
- Susuk atau implant; diletakkan di bawah kulit lengan, yang pada waktunya
akan mencegah terjadinya ovulasi. Efek sampingnya adalah timbulnya
menstruasi yang tidak teratur.
• Bertujuan untuk menghalangi pertemuan atau fertilisasi sperma dengan ovum
atau menghalangi terjadinya proses implantasi, ada pada wanita atau pria;

©2004 Digitized by USU digital library

2

- Pada wanita;
a. IUD (Intra Uterine Device), dikenal dengan spiral yang dipasang dalam

uterus wanita. Efek samping adanya pendarahan diluar siklus
menstruasi normal
b. Diafragma atau cervical cap, untuk menutupi uterus sehingga sperma
tidak dapat masu ke uterus.
c. Jeli, tablet busa dan spons, bahan ini mengandung antispermisida
(membunuh sperma) yang dimasukkan ke dalam vagina. Efek samping
adalah alergi bagi beberapa orang.
- Pada Pria;
a. Kondom atau karet KB, dipasang pada penis pria sebelum melakukan
coitus (persetilbuhan). Kondom akan menahan spenna di bagian
ujungnya YaIlg mengandung spermisida (membunuh spenna).
b. Metode tanpa dengan menggunakan alat bantu, dapat dilakukan dengan cara;

Memperpanjang masa menyusui

Pantang berkala atau sistem kalender, dilakukan dengan menahan
atau tidak melakukan hubungan suami isteri (coitus) pada masa
subur.

Senggama terputus (coitus intemrptus). Pada waktu sperma akan

keluar maka tidak dibiarkan masuk ke uterus tetapi di buang ke luar
uterus (luar tubuh).
Metode pertama sedang dicari alternatifnya, unttlk dapat menggunakan
bahan-bahan alami yaitu tumbuhan yang berkhasiat untuk menurunkan angka
fertilitas atau menimbulkan sifat antifertilitas. Salah satu tumbuhan yang masih
dalam tahap penelitian adalah Luffa aegyptiaca Mill.
KIMIAWI Luffa aegyptiaca Mill.
Luffa aegyptiaca merupakan tanaman yang termasuk dalam famili
Cucurbitaceae. Hemburg (1994) menyatakan bahwa biji Luffa aegyptiaca Mill,
mengandung kukurbitasin B. SelanjutnYa Harbourne (1973) menyebutkan bahwa
kukurbitasin B merupakan kelompok triterpenoid yang mempunyai rasa pahit.
Yantini (1989) menyatakan, bahwa biji Luffa aegyptiaca Mill. mengandung tiga jenis
senyawa sterol, yang satu diantaranya menunjukkan spektrum massa yang identik
dengan stigmasterol. Berndt (1982) menyebutkan, bahwa stigmasterol dapat
disintesis menjadi progesteron.
BEBERAPA CONTOH PENELITIAN LUFFA AEGYPTIACA MILL. SEBAGAI BAHAN
ANTIFERTILITAS
Berndt (1982) menyebutkan, bahwa stigmasterol dapat disintesis menjadi
progesteron. Paltodihardjo (1980) hormon progesteron mampu mencegah
perkembangan folikel ovarium yang baru dan mencegah terjadinya ovulasi. Anisimov

et al (1978) menyataktan, bahwa aktivitas saponin triterpenoid dapat mengganggu
proses miotik gel telur dan mengakibatkan gagalnya pemasakan set telur dan
kebuntingan. Fransworth et al (1975) menyebutkan, bahwa ekstrak seluruh bagian
tanaman Luffa aegyptiaca Mill., yang diberikan pada mencit ternyata mampu
mengurangi jumlah anak yang dilahirkan.
Dian Bhagawati et al (1998) melakukan pemberian ekstrak biji Blustru
sebanyak 270 mg/25 g BB mencit yang mengakibatkan dapat menghambat laju
kebuntingan mencit dengan aktitivitas positiftercermin dari rendahnya angka
kebuntingan. Ekstrak biji blustru 270 mg/25 g BB mencit daapat menurunkan tapak

©2004 Digitized by USU digital library

3

implantasi, jumlah fetus yang dikandung dan jumlah korpus luteum. Bhagawati et al
(1998) menyatakan bahwa, ekstrak biji Blustru (270 mg/25 g BB mencit) dapat
menghambat laju kebuntingan mencit betin (antifertilitas).
PENELITIAN-PENELITIAN LAIN TENTANG LUFFA AEGYPTIACA MILL.
Inaktivasi
ribosome,

antiproliferatif
don
aktifitas
teratogenik
immunoreaktifitas suatu protein dari biji Luffa aegyptiaca (Cucurbitacea).

dan

Telah diisolasi dari biji Luffa aegyptiaca dan mampu dapat mengahambat
sintesis protein dalam suatu reticulocyte lysate system dari kelinci. Dan pengambilan
timidin oleh sel-sel melanoma mencit, Kemudian juga secara berlawan
mempengaruhi perkembangan kultur embrio mencit (Chan et al, 1993). Prinsipprinsip antikanker ini dapat dijadikan latar belakang untuk menjadikan Luffa
aegyptiaca sebagai obat antifertilitas.
Ejek ekstrok Luffa aegyptiaca (biji) terhadap level glukosa darah normal tikus dan
tikus “streptozotocin diabetic”
Studi investigasi saat ini terhadap efek pemberian secara oral ekstrak etanol
dari Luffa aegyptiaca (biji) terhadap level glukosa darah norma dan STZ
(streptozotocin) diabetes tikus. Perlakuan dengan ekstrak tersebut dapat
mengurangi level glukosa darah dalan STZ diebetes tikus selama 3 jam pertama
perlakuan. Ekstrtak Luffa aegyptiaca menurunkan level glukosa darah dengan

potensi yang mirip sama dengan biguanide, dan metformin. Total area glycaemic
adalah 589.61 ± 45,62 mg/dl/3 jam dan 660.38 ± 64.44 mg/dl/3 jam masingmasing untuk Luffa aegyptiaca dan metformin. Sedangkan kontrol 8] 6.73 ± 43.21
mg/dl/3 jam (Abou-Karam et al, 1996).
Respons diferensiasi sel-sel melanoma manusia dan "Ehrlich ascites" secara in vitro
terhadap inaktivasi ribosom protein luffin
Efek sitotoksisitas dan penghambatan terhadap proliferasi tipe 1 inaktivasiribosom protein luffin di murnikan dari biji Luffa agyptiaca setelah diinvestigasi
terhadap sel melanoma metastatik manusia dan sel tumor "Erlich ascites". Hasilnya
menunjukkan bahwa luffin dari biji Luffa agyptiaca adalah sitotoksik terhadap cell
lines tested, dengan perkiraan 10 kali lebih besar potensinya dari sel-sel Ehrlich.
Luffin didapatkan untuk menginduksi suatu penambahan cytosolic oligonucleosomebound DNA pada sel-sel melanoma dan tumor Ehrlich ascite, tingkat fragmentasi
pada pembentuk cell line menjadi lebih tinggi kemudian. Perlakuan dengan sel-sel
melanoma menunjukkan penambahan dalam cytosolic nucleosome menjadi
superaktic seperti tipe sel mati yang diinduksi oleh luffin (Poma et al, 1998).
Karakterisasi protein penghambat translasi protein dari Luffa aegyptiaca
Sebuah protein dengan berat molekul kira-kira 30.000, dipurifikasi dari biji
Luffa aegyptiaca. Protein ini mengharnbat gel bebas translasi pada konsentrasi pM.
Namun bersamaan fungsi dengan protein penghambat ribosomal yang lain, analisis
terminal-NH2 tidak menunjukkan homologi yang signifikan. Studi penghambatan
kompetitif menunjukkan tidak adanya crossreactivitity imun antara penghambatan
protein dari Luffa aegyptiaca, PAP (pokeweed antiviral protein) dan rantai

rekombinan ricin A. Ikatan kimia protein pada sebuah reaktif antibodi monoklonal
dengan reseptor transferin telah mengahasilkan sebuah hubungan sitotoksik yang
lebih tinggi (Ramakrishnan et al, 1989).

©2004 Digitized by USU digital library

4

DAFTAR PUSTAKA
Hemburg, W. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Penerbit Kartini,
Anggota IKAPI, Jakarta.
Harboume, J.B. 1973. Phytochemical Methods. London: Champman and Hill.
Yanini, 1989. Isolasi dan karakterisasi sterol dari biji Luffa cylendreca Roem. Skripsi.
Fak. Farmasi Univ. Airlangga, Surabaya.
Berndt, 1982. Sitosterol and Stigmasterol as Precursor for production of
contraceptive. Sinopsis seminar nasional produksi bahan baku kontrasepsi
oral. BKKBN, Jakarta.
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan, Penerbit Mutiara. Jakarta.
Anisimov, M.M. Shentsova, Schelov, V. V. Storgina, L.I. Shwnilov yu N and Chetyrina
N.S. Elyakov, G.B. 1978. Mechanism cytitoxic action of same triterpena

glycosides, Toxin, 16: 207-218.
Fransworth, N.R., Bingel, A.S., Cardell, G.A; Crane F.A. Fong. H.H.S. 1975. Potential
Value of plants as Source of New Antifertility Agents I, I. Pharm Sci. 64 : 535598
Dian Bhagawati, Ismudiono, G.N.Astika, 1998. Uji aktivitas antifertilitas ekstrak biji
blustru (Luffa aegyptiaca Mill.) pada mencit betina. Biosfera. Majalah Ilmiah
Biologi. Fak. Biologi UNSOED. Purwokerto.
Gen Pharmacol 1993 May;24(3):633-8 (Ng TB, Chan WY, Yeung HW./Dept. of
Biochemistry, Chinese University of Hongkong, Shatin, N.T.).
El-Fiky FK, Abou-Karam MA, Afify EA. 1996. J.Ethnopharmacol. Dept of
Phamacognosy, University of Alexandria, Eygypt. Jan;50(1):43-7.
Poma A, Miranda M, Spano L. 1998. Dept. of Basic and Applied Biology, Faculty of
Science, L' Aquila, [email protected], Melanoma Res Oct;8(5):465- 7.
Ramakrishnan S, Englid JJ, Bryant HL Jr, Xu FJ. 1989. Dept of Medicine, Duke
University Medical Center, Durham. NC 27710. Biochem Biophys Res
Commun.

©2004 Digitized by USU digital library

5