Aktivitas antioksidan dan analisis komposisi senyawa fenolik dari pohon bidara laut (Strychnos ligustrina)

ABSTRAK
ARIF SADONO. Aktivitas Antioksidan dan Analisis Komposisi Senyawa Fenolik dari
Pohon Bidara Laut (Strychnos ligustrina). Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan
BAMBANG WIYONO.
Pohon bidara laut (Strychnos ligustrina) memiliki kemampuan antioksidan. Tujuan
penelitian ini menentukan aktivitas antioksidan pada ekstrak pohon bidara laut,

komposisi total fenol, dan analisis senyawa bioaktif dengan kromatografi gasspektrometer massa (GCMS). Aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan metode
1,1-difenil-2-pikril-hidrazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian pohon yang
memiliki aktivitas antioksidan paling besar ialah ekstrak metanol kayu dengan nilai IC50
148.41 mg L-1. Nilai IC50 setelah dipartisi menggunakan n-heksana ialah 103.14 mg L-1
dengan butil hidroksil toluena sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 10.86
mg L-1. Kandungan total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau diperoleh sebesar
1936.844 mg kg-1 sampel kering. Hasil analisis senyawa dengan GCMS menunjukkan
terdapat senyawa fenolik dengan komponen utama 1,2,3-benzenatriol sebanyak 2.66%
(RT 10.77).

ABSTRACT
ARIF SADONO. Antioxidant Activities and Phenolic Compound Analysis of Bidara Laut
(Strychnos ligustrina). Supervised by DUDI TOHIR and BAMBANG WIYONO.
The bidara laut (Strychnos ligustrina) exhibits antioxidant activity. The objective

of this study is to determine the highest antioxidant activity, total phenol, and bioactive
compound analyzed using gas chromatography-mass spectrometer (GCMS) of the extract
of bidara laut tree. Antioxidant activities was determined by radical scavenging assay
using 1,1-diphenyl-2-pycryl-hydrazyl radical. The result showed that the highest of
antioxidant activities is the wood methanol extract with IC50 value of 148.14 mg L-1. After
partition using n-hexane the IC50 value was 103.14 mg L-1 and of butyl hydroxyl toluene
which was used as control positive showed IC50 value of 10.86 mg L-1. The total phenol
was determined using Folin-Ciocalteau method and resulted 1936.844 mg kg-1 dry
sample. The result of compound analysis using GCMS showed that bidara laut contain
phenolics with the major content is 1,2,3-benzenetriol, which is 2.66% (RT 10.77).

1

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

Radikal
bebas
diketahui

memiliki
reaktivitas yang tinggi sehingga dapat memicu
reaksi berantai dalam sel tubuh. Hal ini dapat
merusak sel dan akan menyebabkan
munculnya berbagai penyakit dalam tubuh,
seperti inflamasi, kanker, katarak, dan
penuaan dini. Selain itu, juga dapat
menyebabkan penyakit kardiovaskular dan
aterosklerosis (Hertog et al. 1995). Aktivitas
radikal tersebut dapat dihambat oleh
antioksidan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai antioksidan dalam dekade ini
banyak dilakukan.
Antioksidan alami mampu melindungi
tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh spesies oksigen reaktif, dan mampu
menghambat terjadinya penyakit degeneratif,
serta mampu menghambat peroksidase lipid
makanan. Antioksidan alami umumnya
mempunyai gugus fenolik dalam struktur

molekulnya. Antioksidan dapat diperoleh dari
asupan makanan yang banyak mengandung
vitamin C, vitamin E, β-karoten, dan senyawa
fenolik (Sunarni 2005).
Banyak pohon di Indonesia yang belum
dieksplorasi secara luas, salah satunya ialah
pohon bidara laut (Strychnos ligustrina).
Pohon tumbuh di Kabupaten Bima, Nusa
Tenggara Barat pada ketinggian 10 sampai
100 meter di atas permukaan laut, dan
biasanya di daerah berbatu. Kayu bidara laut
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
obat kencing manis, penyakit darah tinggi,
dan malaria. Fraksi etil asetat kayu bidara laut
pada dosis 2.30 mg kg-1 bb telah dilaporkan
memiliki aktivitas antimalaria (Lubis 2008).
Kayu bidara laut memiliki aktivitas antiradang
dan menurunkan kadar gula darah. Ekstrak
metanol daun bidara laut dapat berfungsi
sebagai antidot dan stomatis (Subehan et al.

2006). Fitokimia kayu bidara laut terdiri atas
alkaloid, tanin, brusin, striknin, dan
steroid/triterpenoid (Kartika 2009). Secara
alami, tanin dan flavonoid dapat berfungsi
sebagai antioksidan (Ciddi & Kaleab 2005).
Karena kayu bidara laut mengandung tanin
serta memiliki aktivitas antiinflamasi dan
antiradang, kayu bidara laut diperkirakan
dapat digunakan sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan menentukan
bagian pohon bidara laut yang mempunyai
aktivitas antioksidan. Kandungan total fenol
dan analisis senyawa bioaktif dilakukan
dengan kromatografi gas-spektrometer massa
(GCMS).

Bidara Laut
Bidara laut (Gambar 1) merupakan
tumbuhan yang berasal dari Kabupaten Bima,
Nusa Tenggara Barat. Tumbuh pada

ketinggian 10 sampai 100 meter di atas
permukaan laut dan umumnya hidup di daerah
bebatuan. Secara taksonomi pohon bidara laut
diklasifikasikan kerajaan Plantae, divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, bangsa
Gentianales, suku Loganiaceae, marga
Strychnos, dan jenis Strychnos ligustrina.
Pohon bidara laut sering digunakan oleh
masyarakat setempat sebagai obat kencing
manis, penyakit darah tinggi, dan malaria
(Edinur et al. 1979).

Gambar 1 Pohon bidara laut.
Ekstrak metanol daun dan kayu bidara laut
telah ditunjukkan berpotensi sebagai antidot,
stomatis, antelmentik, dan dapat menghambat
enzim sitokrom P450 yang dapat mengganggu
metabolisme oksidatif pada hati manusia
(Subehan et al. 2006). Ekstrak air kayu bidara
laut dengan dosis efektif 50% (ED50) 0.45 mg

kg-1 bb berpotensi sebagai antimalaria (Huda
2006). Fraksi etil asetat kayu bidara laut pada
dosis 2.30 mg kg-1 bb memiliki aktivitas
antimalaria (Lubis 2008). Senyawa yang
terkandung pada kayu bidara laut di antaranya
alkaloid, tanin, brusin, striknin, dan
steroid/triterpenoid (Kartika 2009). Menurut
Dzulkarnain (1996), pohon bidara laut dapat
digunakan sebagai bahan kosmetik alami.
Selain itu, kulit batang pohon bidara laut
berpotensi sebagai antijamur dan antibakteri
serta dapat menyembuhkan penyakit bisul.
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang
dapat memberikan satu atau lebih atom
hidrogen pada radikal bebas sehingga aktivitas

1

PENDAHULUAN


TINJAUAN PUSTAKA

Radikal
bebas
diketahui
memiliki
reaktivitas yang tinggi sehingga dapat memicu
reaksi berantai dalam sel tubuh. Hal ini dapat
merusak sel dan akan menyebabkan
munculnya berbagai penyakit dalam tubuh,
seperti inflamasi, kanker, katarak, dan
penuaan dini. Selain itu, juga dapat
menyebabkan penyakit kardiovaskular dan
aterosklerosis (Hertog et al. 1995). Aktivitas
radikal tersebut dapat dihambat oleh
antioksidan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai antioksidan dalam dekade ini
banyak dilakukan.
Antioksidan alami mampu melindungi

tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh spesies oksigen reaktif, dan mampu
menghambat terjadinya penyakit degeneratif,
serta mampu menghambat peroksidase lipid
makanan. Antioksidan alami umumnya
mempunyai gugus fenolik dalam struktur
molekulnya. Antioksidan dapat diperoleh dari
asupan makanan yang banyak mengandung
vitamin C, vitamin E, β-karoten, dan senyawa
fenolik (Sunarni 2005).
Banyak pohon di Indonesia yang belum
dieksplorasi secara luas, salah satunya ialah
pohon bidara laut (Strychnos ligustrina).
Pohon tumbuh di Kabupaten Bima, Nusa
Tenggara Barat pada ketinggian 10 sampai
100 meter di atas permukaan laut, dan
biasanya di daerah berbatu. Kayu bidara laut
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
obat kencing manis, penyakit darah tinggi,
dan malaria. Fraksi etil asetat kayu bidara laut

pada dosis 2.30 mg kg-1 bb telah dilaporkan
memiliki aktivitas antimalaria (Lubis 2008).
Kayu bidara laut memiliki aktivitas antiradang
dan menurunkan kadar gula darah. Ekstrak
metanol daun bidara laut dapat berfungsi
sebagai antidot dan stomatis (Subehan et al.
2006). Fitokimia kayu bidara laut terdiri atas
alkaloid, tanin, brusin, striknin, dan
steroid/triterpenoid (Kartika 2009). Secara
alami, tanin dan flavonoid dapat berfungsi
sebagai antioksidan (Ciddi & Kaleab 2005).
Karena kayu bidara laut mengandung tanin
serta memiliki aktivitas antiinflamasi dan
antiradang, kayu bidara laut diperkirakan
dapat digunakan sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan menentukan
bagian pohon bidara laut yang mempunyai
aktivitas antioksidan. Kandungan total fenol
dan analisis senyawa bioaktif dilakukan
dengan kromatografi gas-spektrometer massa

(GCMS).

Bidara Laut
Bidara laut (Gambar 1) merupakan
tumbuhan yang berasal dari Kabupaten Bima,
Nusa Tenggara Barat. Tumbuh pada
ketinggian 10 sampai 100 meter di atas
permukaan laut dan umumnya hidup di daerah
bebatuan. Secara taksonomi pohon bidara laut
diklasifikasikan kerajaan Plantae, divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, bangsa
Gentianales, suku Loganiaceae, marga
Strychnos, dan jenis Strychnos ligustrina.
Pohon bidara laut sering digunakan oleh
masyarakat setempat sebagai obat kencing
manis, penyakit darah tinggi, dan malaria
(Edinur et al. 1979).

Gambar 1 Pohon bidara laut.
Ekstrak metanol daun dan kayu bidara laut

telah ditunjukkan berpotensi sebagai antidot,
stomatis, antelmentik, dan dapat menghambat
enzim sitokrom P450 yang dapat mengganggu
metabolisme oksidatif pada hati manusia
(Subehan et al. 2006). Ekstrak air kayu bidara
laut dengan dosis efektif 50% (ED50) 0.45 mg
kg-1 bb berpotensi sebagai antimalaria (Huda
2006). Fraksi etil asetat kayu bidara laut pada
dosis 2.30 mg kg-1 bb memiliki aktivitas
antimalaria (Lubis 2008). Senyawa yang
terkandung pada kayu bidara laut di antaranya
alkaloid, tanin, brusin, striknin, dan
steroid/triterpenoid (Kartika 2009). Menurut
Dzulkarnain (1996), pohon bidara laut dapat
digunakan sebagai bahan kosmetik alami.
Selain itu, kulit batang pohon bidara laut
berpotensi sebagai antijamur dan antibakteri
serta dapat menyembuhkan penyakit bisul.
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang
dapat memberikan satu atau lebih atom
hidrogen pada radikal bebas sehingga aktivitas

1

radikal bebas tersebut dapat diredam.
Antioksidan memiliki peranan yang cukup
penting bagi kesehatan khususnya dalam
mempertahankan tubuh dari kerusakan sel
akibat adanya spesies radikal bebas.
Berdasarkan sumbernya, terdapat antioksidan
alami dan sintetik. Antioksidan alami mampu
melindungi tubuh dari kerusakan yang
disebabkan oleh spesies oksigen reaktif.
Antioksidan alami umumnya memiliki gugus
fenolik dalam struktur molekulnya (Sunarni
2005). Antioksidan sintetik seperti butil
hidroksi toluena (BHT), butil hidroksi anisol
(BHA) dan t-butil hidroksi kuinon (TBHQ)
dapat memberikan dampak negatif bagi
kesehatan. Selain itu, antioksidan sintetik
mempunyai
kelarutan
yang
rendah
dibandingkan dengan antioksidan alami
(Barlow 1990).
Aktivitas antioksidan dari suatu bahan
alam dapat diuji dengan berbagai metode di
antaranya
xantin
oksidase,
tiosianat,
kemampuan mereduksi ion feri (FRAP),
kapasitas mereduksi kupri (CUPRAC), dan
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Metode
DPPH banyak digunakan dalam penentuan
aktivitas antioksidan ekstrak tanaman karena
sederhana, cepat, dan tidak membutuhkan
banyak reagen.
Metode DPPH
Salah satu metode uji aktivitas antioksidan
senyawa alam adalah metode DPPH (Gambar
2a). Delokalisasi elektron pada molekul
DPPH akan memberikan warna ungu yang
dicirikan dengan pita serapan pada panjang
gelombang
520
nm.
Ketika
DPPH
ditambahkan ke dalam senyawa yang dapat
memberikan atom hidrogen, DPPH akan
berubah warna menjadi kuning, yakni warna
bentuk tereduksinya, difenilpikrilhidrazin
(Gambar 2b) (Molyneux 2004).

(a)

(b)

Gambar 2 Struktur DPPH: radikal bebas (a)
bentuk tereduksi (b).

Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam
senyawa dari tumbuhan yang mempunyai
cincin aromatik dengan satu atau dua gugus
hidroksil. Senyawa fenolik mudah larut dalam
air, umumnya berikatan dengan gula sebagai
glikosida, dan biasanya terdapat dalam
vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenolik
telah diketahui strukturnya. Flavonoid
merupakan golongan terbesar, tetapi fenol
monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan
kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah
besar. Beberapa golongan bahan polimer
penting dalam tumbuhan seperti lignin,
melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol
dan terkadang unit fenolik terdapat pada
protein, alkaloid, dan di antara terpenoid.
Semua senyawa fenol aromatik, maka
menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum
tampak. Selain itu, secara khas senyawa
fenolik menunjukkan geseran batokromik
pada spektrumnya bila ditambahkan basa
(Harborne 1996).
Analisis GCMS
Analisis dengan GCMS merupakan
gabungan dari instrumen kromatografi gas
(GC) dan spektrometer massa (MS) yang
umumnya digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa atsiri dan semi-atsiri serta
memisahkannya berdasarkan bobot per
fragmennya. Sampel yang hendak dianalisis
diidentifikasi dahulu dengan alat GC,
kemudian dengan alat MS (Lynam & Smith
2009).

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah akar, daun,
kayu, dan kulit pohon bidara laut dari daerah
Bima, Nusa Tenggara Barat, DPPH, metanol
p.a, BHT, akuabides, asam galat, reagen
Folin-Ciocalteau, Na2CO3, n-heksana, dan
etanol. Selain itu, digunakan pula pereaksi
Meyer, Dragendorf, Wagner, dan LiebermanBuchard.
Alat-alat yang digunakan adalah alat
distilasi, peralatan kaca yang lazim di
laboratorium,
radas
ekstraksi,
wadah
pengembang, penguap putar, botol uji (vial),
neraca
analitik,
spektrofotometer
UV
Beckman DU-700, dan instrumen GCMS
(Agilent Technologies).

12

radikal bebas tersebut dapat diredam.
Antioksidan memiliki peranan yang cukup
penting bagi kesehatan khususnya dalam
mempertahankan tubuh dari kerusakan sel
akibat adanya spesies radikal bebas.
Berdasarkan sumbernya, terdapat antioksidan
alami dan sintetik. Antioksidan alami mampu
melindungi tubuh dari kerusakan yang
disebabkan oleh spesies oksigen reaktif.
Antioksidan alami umumnya memiliki gugus
fenolik dalam struktur molekulnya (Sunarni
2005). Antioksidan sintetik seperti butil
hidroksi toluena (BHT), butil hidroksi anisol
(BHA) dan t-butil hidroksi kuinon (TBHQ)
dapat memberikan dampak negatif bagi
kesehatan. Selain itu, antioksidan sintetik
mempunyai
kelarutan
yang
rendah
dibandingkan dengan antioksidan alami
(Barlow 1990).
Aktivitas antioksidan dari suatu bahan
alam dapat diuji dengan berbagai metode di
antaranya
xantin
oksidase,
tiosianat,
kemampuan mereduksi ion feri (FRAP),
kapasitas mereduksi kupri (CUPRAC), dan
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Metode
DPPH banyak digunakan dalam penentuan
aktivitas antioksidan ekstrak tanaman karena
sederhana, cepat, dan tidak membutuhkan
banyak reagen.
Metode DPPH
Salah satu metode uji aktivitas antioksidan
senyawa alam adalah metode DPPH (Gambar
2a). Delokalisasi elektron pada molekul
DPPH akan memberikan warna ungu yang
dicirikan dengan pita serapan pada panjang
gelombang
520
nm.
Ketika
DPPH
ditambahkan ke dalam senyawa yang dapat
memberikan atom hidrogen, DPPH akan
berubah warna menjadi kuning, yakni warna
bentuk tereduksinya, difenilpikrilhidrazin
(Gambar 2b) (Molyneux 2004).

(a)

(b)

Gambar 2 Struktur DPPH: radikal bebas (a)
bentuk tereduksi (b).

Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam
senyawa dari tumbuhan yang mempunyai
cincin aromatik dengan satu atau dua gugus
hidroksil. Senyawa fenolik mudah larut dalam
air, umumnya berikatan dengan gula sebagai
glikosida, dan biasanya terdapat dalam
vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenolik
telah diketahui strukturnya. Flavonoid
merupakan golongan terbesar, tetapi fenol
monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan
kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah
besar. Beberapa golongan bahan polimer
penting dalam tumbuhan seperti lignin,
melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol
dan terkadang unit fenolik terdapat pada
protein, alkaloid, dan di antara terpenoid.
Semua senyawa fenol aromatik, maka
menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum
tampak. Selain itu, secara khas senyawa
fenolik menunjukkan geseran batokromik
pada spektrumnya bila ditambahkan basa
(Harborne 1996).
Analisis GCMS
Analisis dengan GCMS merupakan
gabungan dari instrumen kromatografi gas
(GC) dan spektrometer massa (MS) yang
umumnya digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa atsiri dan semi-atsiri serta
memisahkannya berdasarkan bobot per
fragmennya. Sampel yang hendak dianalisis
diidentifikasi dahulu dengan alat GC,
kemudian dengan alat MS (Lynam & Smith
2009).

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah akar, daun,
kayu, dan kulit pohon bidara laut dari daerah
Bima, Nusa Tenggara Barat, DPPH, metanol
p.a, BHT, akuabides, asam galat, reagen
Folin-Ciocalteau, Na2CO3, n-heksana, dan
etanol. Selain itu, digunakan pula pereaksi
Meyer, Dragendorf, Wagner, dan LiebermanBuchard.
Alat-alat yang digunakan adalah alat
distilasi, peralatan kaca yang lazim di
laboratorium,
radas
ekstraksi,
wadah
pengembang, penguap putar, botol uji (vial),
neraca
analitik,
spektrofotometer
UV
Beckman DU-700, dan instrumen GCMS
(Agilent Technologies).

12

Persiapan sampel
Sampel kayu, daun, akar, dan kulit batang
bidara laut, dikeringudarakan hingga kering.
Setelah itu, sampel diserbukkan dengan
ukuran 40 mesh.
Kadar Air
Sampel sebanyak 3 g ditimbang ke dalam
cawan yang telah diketahui bobot keringnya,
kemudian dipanaskan pada suhu 105 oC
selama 3 jam. Setelah didinginkan dalam
eksikator, cawan yang berisi sampel
ditimbang. Pemanasan dan penimbangan
dilakukan berulang kali sampai diperoleh
bobot tetap (stabil).
Ekstraksi
Serbuk akar, daun, kayu, dan kulit kayu
bidara laut masing-masing 100 gram
diekstraksi
berturut-turut
menggunakan
pelarut metanol, metanol:air (1:1), dan air
pada suhu 80 oC selama 8 jam. Ekstraksi
dilakukan dua kali, kemudian ekstrak
dipekatkan pada tekanan rendah dengan
penguap putar. Setiap ekstraknya diuji
fitokimia dan aktivitas antioksidan. Ekstrak
yang memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi dipartisi dengan n-heksana hingga
lapisan n-heksana tidak berwarna dari warna
semula. Ekstrak hasil partisi dipekatkan
dengan penguap putar untuk selanjutnya
dianalisis menggunakan instrumen GCMS.
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH
Satu mL larutan ekstrak dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL
larutan DPPH 0.004% (b/v) dalam metanol.
Campuran dikocok kuat dan diinkubasi pada
suhu 37 oC selama 30 menit lalu, diukur
absorbansnya menggunakan spektrofotometer
UV-tampak pada λ 515.5 nm. BHT digunakan
sebagai kontrol positif. Nilai konsentrasi
penghambat
50%
(IC50)
dihitung
menggunakan persamaan regresi linear
hubungan antara konsentrasi dan % inhibisi.
Kandungan Total Fenol
Kandungan total fenol ditentukan dengan
menggunakan
metode
Folin-Ciocalteau.
Ekstrak metanol kayu bidara laut yang
mengandung 1–5 mg bahan kering ekstrak

dilarutkan dalam 2 mL etanol dalam sederet
tabung reaksi. Ke dalam setiap tabung reaksi
ditambahkan 5 mL akuabides dan 0.5 mL
reagen Folin-Ciocalteau 50% (v/v). Setelah 5
menit, ditambahkan 1 mL larutan Na2CO3 5%
(b/v) lalu campuran dihomogenisasi dan
diinkubasi pada ruang gelap selama 1 jam.
Campuran dihomogenisasi kembali dan
absorbansnya diukur pada panjang gelombang
954 nm. Kurva standar fenol dibuat dengan
menggunakan standar asam galat (5–50 mg L1
).
Analisis Senyawa
Senyawa bioaktif ekstrak metanol kayu
hasil partisi dianalisis dengan GCMS
menggunakan metode ionisasi Electron
Impact pada GC yang digabung dengan MS
6890N; kolom kapiler HP-5MS (60 0.25
mm; suhu kolom 70 oC (44.67 menit) hingga
290 oC pada laju 15 oC/menit; gas pembawa
helium pada tekanan tetap 18.39 psi.
Uji Fitokimia
Alkaloid
Sebanyak 1 g ekstrak dilarutkan dalam 10
mL CHCl3 dan beberapa tetes NH4OH
kemudian disaring. Filtratnya (ekstrak CHCl3)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup
dan dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2 M
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam (tak
berwarna) diteteskan pada lempeng tetes lalu
ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan
Dragendorf yang akan menimbulkan berturutturut endapan putih, coklat, dan merah jingga.
Saponin
Sebanyak 1 g ekstrak dididihkan dengan
25 mL etanol selama 25 menit, disaring dalam
keadaan panas, kemudian pelarut diuapkan
sampai kering. Residu dikocok kuat dengan
CHCl3, ditambahkan air suling lalu dibiarkan
sampai terbentuk 2 lapisan. Sebanyak 1 mL
lapisan air dikocok selama 1 menit.
Terbentuknya busa yang tidak hilang dalam 5
menit menandakan adanya saponin.
Fenol
Sebanyak 2 mL lapisan air pada uji
saponin ditempatkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan FeCl3. Timbulnya warna ungu,
biru, dan hijau menunjukkan positif fenolik.
Steroid dan Triterpenoid
Lapisan kloroform pada uji saponin
diteteskan pada lempeng tetes dan dibiarkan

31

kering. Ditambahkan 3 tetes anhidrat asam
asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat
(pereaksi
Liebermann
Buchard).
Terbentuknya warna merah atau ungu
menunjukkan
kandungan
senyawa
triterpernoid, sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid.
Flavonoid
Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10
mL air panas dan dididihkan selama 5 menit.
Setelah itu, disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian. Filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 0.5 g serbuk Mg,
1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol, lalu
dikocok kuat. Warna merah/kuning/jingga
pada lapisan alkohol menunjukkan kandungan
flavonoid.
Tanin
Sebanyak 0.1 g ekstrak dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
10 mL air panas dan dikocok sampai dingin.
Setelah itu, ditambahkan 4 tetes NaCl 10%,
disaring, dan filtratnya dibagi dua. Filtrat
pertama diberi 5 tetes gelatin 1%, endapan
putih menunjukkan kandungan tanin. Filtrat
kedua diberi 5 tetes FeCl3 1%, warna hijaukebiruan menunjukkan kandungan tanin.
Diagram alir penelitian ini dapat
ditunjukkan pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Penentuan kadar air berfungsi untuk
mengetahui cara penyimpanan terbaik untuk
sampel simplisia dan dapat memperkirakan
jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel
simplisia dikeringudarakan dengan bantuan
cahaya matahari. Pengeringan bertujuan agar
simplisia dapat disimpan relatif lebih lama.
Kadar air kayu, kulit kayu, daun, dan akar
bidara laut berturut-turut ialah 9.12, 11.39,
10.90, dan 10.50% (Lampiran 2). Nilai kadar
air menunjukkan bahwa hanya bagian kayu
yang tahan terhadap pertumbuhan mikrob dan
dapat disimpan dalam jangka relatif lama.
Menurut Winarno (1997), suatu bahan berada
dalam keadaan yang stabil dan pertumbuhan
mikrob dapat dikurangi jika kadar air bahan
kurang dari 10%.

Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
ekstraksi dengan bantuan pemanasan (refluks)
dengan suhu 80 oC. Metode ini digunakan
karena rendemen yang dihasilkan cukup besar
dan tidak membutuhkan banyak pelarut.
Selain itu, sampel yang digunakan memiliki
sifat tahan panas sebagaimana dapat dilihat
dari morfologi simplisia yang rigid baik akar,
daun, kayu, maupun kulit kayu. Hasil
rendemen ekstrak dapat dilihat Tabel 1 dan
Lampiran 3. Rendemen ekstrak terbesar
terdapat pada ekstrak metanol akar, yaitu
6.84%, sedangkan rendemen ekstrak terkecil
adalah ekstrak air akar (1.30%).
Tabel 1 Aktivitas antioksidan dan rendemen
ekstrak
Rendemen
Bagian
Pelarut
IC50
pohon
ekstrak
(mg L-1)
(%)
Akar
MeOH
239.61
6.48
MeOH:Air 267.65
2.66
Air
1134.98
1.30
Daun
MeOH
2175.68
5.76
MeOH:Air 1774.96
3.84
Air
648.46
1.75
Kayu
MeOH
148.41
2.62
MeOH:Air 443.87
2.71
Air
690.96
2.10
Kulit
MeOH
489.46
3.67
Kayu
MeOH:Air 433.25
3.51
Air
352.19
1.74
BHT
10.86
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan
perbedaan
kepolaran,
yaitu
metanol,
metanol:air, dan air. Perbedaan pelarut ini
bertujuan mengetahui aktivitas antioksidan
dari tiap bagian simplisia. Tabel 1
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tidak
memengaruhi aktivitas antioksidan. Ekstrak
yang memiliki aktivitas antioksidan paling
besar selanjutnya dipartisi dengan n-heksana.
Hal ini bertujuan meningkatkan aktivitas
antioksidan dan menghilangkan lemak,
steroid/triterpenoid, serta senyawa nonpolar
lainnya yang ikut terekstraksi.
Aktivitas Antioksidan
Metode yang digunakan dalam pengujian
aktivitas antioksidan adalah metode serapan
radikal DPPH. Metode ini sederhana, mudah,
dan menggunakan sampel dalam jumlah
sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et
al. 2005). Pengukuran aktivitas antioksidan
sampel dilakukan dengan spektrofotometer

14

kering. Ditambahkan 3 tetes anhidrat asam
asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat
(pereaksi
Liebermann
Buchard).
Terbentuknya warna merah atau ungu
menunjukkan
kandungan
senyawa
triterpernoid, sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan kandungan steroid.
Flavonoid
Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10
mL air panas dan dididihkan selama 5 menit.
Setelah itu, disaring dan filtratnya digunakan
untuk pengujian. Filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 0.5 g serbuk Mg,
1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol, lalu
dikocok kuat. Warna merah/kuning/jingga
pada lapisan alkohol menunjukkan kandungan
flavonoid.
Tanin
Sebanyak 0.1 g ekstrak dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
10 mL air panas dan dikocok sampai dingin.
Setelah itu, ditambahkan 4 tetes NaCl 10%,
disaring, dan filtratnya dibagi dua. Filtrat
pertama diberi 5 tetes gelatin 1%, endapan
putih menunjukkan kandungan tanin. Filtrat
kedua diberi 5 tetes FeCl3 1%, warna hijaukebiruan menunjukkan kandungan tanin.
Diagram alir penelitian ini dapat
ditunjukkan pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Penentuan kadar air berfungsi untuk
mengetahui cara penyimpanan terbaik untuk
sampel simplisia dan dapat memperkirakan
jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel
simplisia dikeringudarakan dengan bantuan
cahaya matahari. Pengeringan bertujuan agar
simplisia dapat disimpan relatif lebih lama.
Kadar air kayu, kulit kayu, daun, dan akar
bidara laut berturut-turut ialah 9.12, 11.39,
10.90, dan 10.50% (Lampiran 2). Nilai kadar
air menunjukkan bahwa hanya bagian kayu
yang tahan terhadap pertumbuhan mikrob dan
dapat disimpan dalam jangka relatif lama.
Menurut Winarno (1997), suatu bahan berada
dalam keadaan yang stabil dan pertumbuhan
mikrob dapat dikurangi jika kadar air bahan
kurang dari 10%.

Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
ekstraksi dengan bantuan pemanasan (refluks)
dengan suhu 80 oC. Metode ini digunakan
karena rendemen yang dihasilkan cukup besar
dan tidak membutuhkan banyak pelarut.
Selain itu, sampel yang digunakan memiliki
sifat tahan panas sebagaimana dapat dilihat
dari morfologi simplisia yang rigid baik akar,
daun, kayu, maupun kulit kayu. Hasil
rendemen ekstrak dapat dilihat Tabel 1 dan
Lampiran 3. Rendemen ekstrak terbesar
terdapat pada ekstrak metanol akar, yaitu
6.84%, sedangkan rendemen ekstrak terkecil
adalah ekstrak air akar (1.30%).
Tabel 1 Aktivitas antioksidan dan rendemen
ekstrak
Rendemen
Bagian
Pelarut
IC50
pohon
ekstrak
(mg L-1)
(%)
Akar
MeOH
239.61
6.48
MeOH:Air 267.65
2.66
Air
1134.98
1.30
Daun
MeOH
2175.68
5.76
MeOH:Air 1774.96
3.84
Air
648.46
1.75
Kayu
MeOH
148.41
2.62
MeOH:Air 443.87
2.71
Air
690.96
2.10
Kulit
MeOH
489.46
3.67
Kayu
MeOH:Air 433.25
3.51
Air
352.19
1.74
BHT
10.86
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan
perbedaan
kepolaran,
yaitu
metanol,
metanol:air, dan air. Perbedaan pelarut ini
bertujuan mengetahui aktivitas antioksidan
dari tiap bagian simplisia. Tabel 1
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tidak
memengaruhi aktivitas antioksidan. Ekstrak
yang memiliki aktivitas antioksidan paling
besar selanjutnya dipartisi dengan n-heksana.
Hal ini bertujuan meningkatkan aktivitas
antioksidan dan menghilangkan lemak,
steroid/triterpenoid, serta senyawa nonpolar
lainnya yang ikut terekstraksi.
Aktivitas Antioksidan
Metode yang digunakan dalam pengujian
aktivitas antioksidan adalah metode serapan
radikal DPPH. Metode ini sederhana, mudah,
dan menggunakan sampel dalam jumlah
sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et
al. 2005). Pengukuran aktivitas antioksidan
sampel dilakukan dengan spektrofotometer

14

Kandungan Total Fenol
Penentuan kandungan total fenol pada
ekstrak
metanol
kayu
bidara
laut
800

IC50 (mg L-1)

700
600

menggunakan metode Folin-Ciocalteau dan
asam galat sebagai larutan standar. Kurva
kalibrasi larutan standar dibuat dengan deret
konsentrasi 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 mg L-1.
Dari deret konsentrasi larutan standar
diperoleh persamaan regresi y = 0.0241 +
0.0107x dengan R2 = 0.99946. Nilai R2 yang
mendekati 1 membuktikan bahwa persamaan
regresi tersebut adalah linear. Konsentrasi
larutan
sampel
diperoleh
dengan
menggunakan kurva kalibrasi dengan cara
mengukur absorbans sampel, lalu kandungan
total fenol ditentukan dengan menggunakan
persamaan regresi linear. Kandungan total
fenol dalam ekstrak metanol, metanol:air, dan
air kayu bidara laut berturut-turut ialah
1936.844, 1874.051, dan 829.437 mg kg-1
sampel kering (Lampiran 5).
Hubungan aktivitas antioksidan terhadap
kandungan total fenol ditunjukkan pada
Gambar 3. Aktivitas antioksidan meningkat
seiring dengan meningkatnya kandungan total
fenol pada kayu bidara laut. Menurut
Holasova et al. (2002) dalam Kazutaka et al.
(2009), kandungan total fenol meningkat
seiring dengan meningkatnya aktivitas
antioksidan. Senyawa fenolik mampu
menangkap radikal bebas dengan cara
memberikan atom hidrogen pada radikal
bebas sehingga menghasilkan radikal bebas
yang stabil. Senyawa fenolik memiliki sifat
biologis yang berhubungan erat dengan
aktivitas antioksidan (Pool-Zobel et al. 1999
dan Smith et al. 2000). Faktor-faktor yang
memengaruhi ekstraksi senyawa fenolik, yaitu
metode ekstraksi yang digunakan, pelarut
ekstrak, banyaknya sampel, waktu ekstraksi,
dan kondisi penyimpanan sampel (Cao &
Prior 1990).

2500

Nilai IC50
Kandungan fenol
total

2000

500

1500

400
1000

300
200

500

100
0

0
metanol

metanol:air

Kadar fenol total (mg kg--1)

UV-tampak pada panjang gelombang 515.5
nm yang merupakan panjang gelombang
maksimum DPPH dengan konsentrasi 0.004%
(b/v). Adanya aktivitas antioksidan dari
sampel mengakibatkan perubahan warna
larutan DPPH yang semula berwarna violet
menjadi kuning pucat (Permana et al. 2003).
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai
dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan
sampel yang dibutuhkan untuk menghambat
50% radikal bebas DPPH.
Bagian pohon bidara laut yang berpotensi
sebagai antioksidan ialah bagian kayu
(Lampiran 4). Ekstrak metanol kayu bidara
laut memiliki nilai IC50 148 mg L-1. Menurut
Blouis (1958), suatu bahan dapat berpotensi
sebagai antioksidan yang kuat jika memiliki
nilai IC50 kurang dari 200 mg L-1.
Dibandingkan dengan ekstrak lainnya, ekstrak
metanol kayu memiliki aktivitas antioksidan
yang paling besar. Bagian pohon yang
memiliki aktivitas antioksidan terendah adalah
daun dengan nilai IC50 pada ekstrak metanol,
metanol:air, dan air berturut-turut 2175.68,
1774.96, dan 648.46 mg L-1.
Nilai IC50 ekstrak metanol setelah dipartisi
dengan n-heksana lebih kecil dibandingkan
dengan ekstrak metanol kasar kayu, yaitu
Meskipun
terdapat
103.14
mg
L-1.
peningkatan aktivitas antioksidan, nilainya
masih lebih kecil daripada BHT sebagai
kontrol positif yang memiliki nilai IC50 10.86
mg L-1. Semakin kecil nilai IC50-nya
menunjukkan semakin besar aktivitas
antioksidannya (Molyneux 2004).

air

Pelarut
Gambar 3 Hubungan antara aktivitas antioksidan terhadap kandungan total fenol.

1
5

Analisis Senyawa

Saran

Hasil analisis komponen senyawa dengan
GCMS terhadap ekstrak metanol kayu bidara
laut hasil partisi memberikan kromatogram
dengan 31 senyawa (Lampiran 6). Empat
komponen utama adalah striknin sebanyak
3.10 % (RT 40.52), 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77), loganin aglikon
sebanyak 2.44% (RT 31.96), dan asam-3hidroksi-4-metoksibenzoat sebanyak 1.67%
(RT 12.41). Komponen senyawa minor
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Senyawa-senyawa
tersebut
diperoleh
berdasarkan database GCMS dengan
menggunakan Wiley7n.1 dengan nilai quality
atau kedekatan dengan database di atas 90%.
Dari adanya senyawa fenolik pada ekstrak
metanol kayu bidara laut hasil partisi, diduga
ekstrak tersebut berpotensi kuat sebagai
antioksidan.

Perlu dilakukan fraksionasi dan pencirian
ekstrak metanol kayu hasil partisi untuk
menentukan golongan senyawa yang aktif
sebagai antioksidan serta identifikasi struktur
senyawa aktif menggunakan HPLC, spektrum
IR, dan spektrum resonans magnet inti 1H dan
13
.

Fitokimia
Hasil uji fitokimia pada pohon bidara laut
dapat dilihat pada Lampiran 7. Diketahui
bahwa pada bagian daun, kayu, kulit kayu,
dan akar terdapat golongan flavonoid, fenol,
dan tanin, baik pada ekstrak metanol, maupun
ekstrak metanol:air, dan air. Adanya senyawa
golongan flavonoid, fenol, dan tanin pada tiap
ekstrak pohon bidara laut menunjukkan
bahwa pohon bidara laut berpotensi sebagai
antioksidan. Menurut Taran et al. (2010),
sebagian besar antioksidan alami berasal dari
tanaman, antara lain berupa senyawaan
tokoferol, karetenoid, asam askorbat, fenol,
dan flavonoid. Tanin dan flavonoid dapat
berfungsi sebagai antioksidan (Ciddi &
Kaleab 2005).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bagian pohon bidara laut yang memiliki
aktivitas antikosidan paling besar adalah
bagian kayu. Hal ini ditunjukkan pada ekstrak
metanol kayu dengan nilai IC50 148.41 mg L-1
dan nilai IC50 ekstrak metanol kayu hasil
partisi 103.14 mg L-1. Kadar total fenol pada
ekstrak ini adalah 1936.844 mg kg-1 sampel
kering. Hasil analisis senyawa dengan GCMS
menunjukkan terdapat senyawa fenolik
dengan komponen utama 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77).

DAFTAR PUSTAKA
Barlow SM. 1990. Toxicological aspect of
antioxidants used as food additives.
London: Elsevier.
Blouis MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical.
Nature 181:1199-1200.
Cao G, Prior R. 1990. Measurements of
oxygen radical absorbance capacity in
biological samples. Methods in
Enzymol 299:50-63.
Ciddi V, Kaleab A. 2005. Antioxidants of
plant origin. J Nat. Prod 21:3-17.
Dzulkarnain. 1996. Penelitian Tanaman Obat
di Beberapa perguruan Tinggi
Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI.
Edinur, Kosasih P, Hoyaranda E. 1979. Efek
perasan Averrhoa carambola Linn.,
infus kayu Strychnos ligustrina Bl.
10%,
infus
daun Persea
americana Mill.10%,
infus
daun
Barleria dichotoma Roxb.10%, infus
daun Symphytum ssp. 10% terhadap
tekanan darah tikus. [skripsi]. Fakultas
Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Hanani et al. 2005. Identifikasi senyawa
antioksidan dalam spons Callysongia
sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu
Kefarmasian 2:127-133.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed ke2. Padmawinata K, Soediro I.
Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung: ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Hertog et al. 1995. Flavonoid intake and longterm risk of coronary heart disease and

16

Analisis Senyawa

Saran

Hasil analisis komponen senyawa dengan
GCMS terhadap ekstrak metanol kayu bidara
laut hasil partisi memberikan kromatogram
dengan 31 senyawa (Lampiran 6). Empat
komponen utama adalah striknin sebanyak
3.10 % (RT 40.52), 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77), loganin aglikon
sebanyak 2.44% (RT 31.96), dan asam-3hidroksi-4-metoksibenzoat sebanyak 1.67%
(RT 12.41). Komponen senyawa minor
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Senyawa-senyawa
tersebut
diperoleh
berdasarkan database GCMS dengan
menggunakan Wiley7n.1 dengan nilai quality
atau kedekatan dengan database di atas 90%.
Dari adanya senyawa fenolik pada ekstrak
metanol kayu bidara laut hasil partisi, diduga
ekstrak tersebut berpotensi kuat sebagai
antioksidan.

Perlu dilakukan fraksionasi dan pencirian
ekstrak metanol kayu hasil partisi untuk
menentukan golongan senyawa yang aktif
sebagai antioksidan serta identifikasi struktur
senyawa aktif menggunakan HPLC, spektrum
IR, dan spektrum resonans magnet inti 1H dan
13
.

Fitokimia
Hasil uji fitokimia pada pohon bidara laut
dapat dilihat pada Lampiran 7. Diketahui
bahwa pada bagian daun, kayu, kulit kayu,
dan akar terdapat golongan flavonoid, fenol,
dan tanin, baik pada ekstrak metanol, maupun
ekstrak metanol:air, dan air. Adanya senyawa
golongan flavonoid, fenol, dan tanin pada tiap
ekstrak pohon bidara laut menunjukkan
bahwa pohon bidara laut berpotensi sebagai
antioksidan. Menurut Taran et al. (2010),
sebagian besar antioksidan alami berasal dari
tanaman, antara lain berupa senyawaan
tokoferol, karetenoid, asam askorbat, fenol,
dan flavonoid. Tanin dan flavonoid dapat
berfungsi sebagai antioksidan (Ciddi &
Kaleab 2005).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bagian pohon bidara laut yang memiliki
aktivitas antikosidan paling besar adalah
bagian kayu. Hal ini ditunjukkan pada ekstrak
metanol kayu dengan nilai IC50 148.41 mg L-1
dan nilai IC50 ekstrak metanol kayu hasil
partisi 103.14 mg L-1. Kadar total fenol pada
ekstrak ini adalah 1936.844 mg kg-1 sampel
kering. Hasil analisis senyawa dengan GCMS
menunjukkan terdapat senyawa fenolik
dengan komponen utama 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77).

DAFTAR PUSTAKA
Barlow SM. 1990. Toxicological aspect of
antioxidants used as food additives.
London: Elsevier.
Blouis MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical.
Nature 181:1199-1200.
Cao G, Prior R. 1990. Measurements of
oxygen radical absorbance capacity in
biological samples. Methods in
Enzymol 299:50-63.
Ciddi V, Kaleab A. 2005. Antioxidants of
plant origin. J Nat. Prod 21:3-17.
Dzulkarnain. 1996. Penelitian Tanaman Obat
di Beberapa perguruan Tinggi
Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI.
Edinur, Kosasih P, Hoyaranda E. 1979. Efek
perasan Averrhoa carambola Linn.,
infus kayu Strychnos ligustrina Bl.
10%,
infus
daun Persea
americana Mill.10%,
infus
daun
Barleria dichotoma Roxb.10%, infus
daun Symphytum ssp. 10% terhadap
tekanan darah tikus. [skripsi]. Fakultas
Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Hanani et al. 2005. Identifikasi senyawa
antioksidan dalam spons Callysongia
sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu
Kefarmasian 2:127-133.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed ke2. Padmawinata K, Soediro I.
Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung: ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Hertog et al. 1995. Flavonoid intake and longterm risk of coronary heart disease and

16

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS
KOMPOSISI SENYAWA FENOLIK DARI POHON
BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina)

ARIF SADONO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
1

Analisis Senyawa

Saran

Hasil analisis komponen senyawa dengan
GCMS terhadap ekstrak metanol kayu bidara
laut hasil partisi memberikan kromatogram
dengan 31 senyawa (Lampiran 6). Empat
komponen utama adalah striknin sebanyak
3.10 % (RT 40.52), 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77), loganin aglikon
sebanyak 2.44% (RT 31.96), dan asam-3hidroksi-4-metoksibenzoat sebanyak 1.67%
(RT 12.41). Komponen senyawa minor
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Senyawa-senyawa
tersebut
diperoleh
berdasarkan database GCMS dengan
menggunakan Wiley7n.1 dengan nilai quality
atau kedekatan dengan database di atas 90%.
Dari adanya senyawa fenolik pada ekstrak
metanol kayu bidara laut hasil partisi, diduga
ekstrak tersebut berpotensi kuat sebagai
antioksidan.

Perlu dilakukan fraksionasi dan pencirian
ekstrak metanol kayu hasil partisi untuk
menentukan golongan senyawa yang aktif
sebagai antioksidan serta identifikasi struktur
senyawa aktif menggunakan HPLC, spektrum
IR, dan spektrum resonans magnet inti 1H dan
13
.

Fitokimia
Hasil uji fitokimia pada pohon bidara laut
dapat dilihat pada Lampiran 7. Diketahui
bahwa pada bagian daun, kayu, kulit kayu,
dan akar terdapat golongan flavonoid, fenol,
dan tanin, baik pada ekstrak metanol, maupun
ekstrak metanol:air, dan air. Adanya senyawa
golongan flavonoid, fenol, dan tanin pada tiap
ekstrak pohon bidara laut menunjukkan
bahwa pohon bidara laut berpotensi sebagai
antioksidan. Menurut Taran et al. (2010),
sebagian besar antioksidan alami berasal dari
tanaman, antara lain berupa senyawaan
tokoferol, karetenoid, asam askorbat, fenol,
dan flavonoid. Tanin dan flavonoid dapat
berfungsi sebagai antioksidan (Ciddi &
Kaleab 2005).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bagian pohon bidara laut yang memiliki
aktivitas antikosidan paling besar adalah
bagian kayu. Hal ini ditunjukkan pada ekstrak
metanol kayu dengan nilai IC50 148.41 mg L-1
dan nilai IC50 ekstrak metanol kayu hasil
partisi 103.14 mg L-1. Kadar total fenol pada
ekstrak ini adalah 1936.844 mg kg-1 sampel
kering. Hasil analisis senyawa dengan GCMS
menunjukkan terdapat senyawa fenolik
dengan komponen utama 1,2,3-benzenatriol
sebanyak 2.66% (RT 10.77).

DAFTAR PUSTAKA
Barlow SM. 1990. Toxicological aspect of
antioxidants used as food additives.
London: Elsevier.
Blouis MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical.
Nature 181:1199-1200.
Cao G, Prior R. 1990. Measurements of
oxygen radical absorbance capacity in
biological samples. Methods in
Enzymol 299:50-63.
Ciddi V, Kaleab A. 2005. Antioxidants of
plant origin. J Nat. Prod 21:3-17.
Dzulkarnain. 1996. Penelitian Tanaman Obat
di Beberapa perguruan Tinggi
Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI.
Edinur, Kosasih P, Hoyaranda E. 1979. Efek
perasan Averrhoa carambola Linn.,
infus kayu Strychnos ligustrina Bl.
10%,
infus
daun Persea
americana Mill.10%,
infus
daun
Barleria dichotoma Roxb.10%, infus
daun Symphytum ssp. 10% terhadap
tekanan darah tikus. [skripsi]. Fakultas
Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Hanani et al. 2005. Identifikasi senyawa
antioksidan dalam spons Callysongia
sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu
Kefarmasian 2:127-133.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed ke2. Padmawinata K, Soediro I.
Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung: ITB. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Hertog et al. 1995. Flavonoid intake and longterm risk of coronary heart disease and

16

cancer in the seven countries study.
Arch Int Med 155:381-386.
Huda. 2006. Aktivitas antimalaria ekstrak air
kayu bidara laut (Strychnos ligustrina
BI) terhadap Plasmodium berghei in
vivo
[tesis].
Fakultas
Farmasi,
Universitas Airlangga.
Kartika.2009. Strychnii lignum. http://
farrmasi. usd. ac. id/ projects/simplisia/
indeks.php/ detail_simplisia/25. (14 Jul
2010).
Kazutaka I, Tachibana S, Arthur R. 2009. In
vitro antioxidative activities and
polyphenol content of Eugenia
polyantha weight grown in Indonesia.
Pakistan J Biol Sci 12:1564-1570.
Lubis. 2008. Aktivitas antimalaria fraksi etil
asetat kayu bidara laut (Strychnos
ligustrina BI) pada Plasmodium
berghei in vivo [tesis]. Fakultas
Farmasi, Universitas Airlangga.
Lynam K, Smith D. 2009. GC/MS analysis of
European Union (EU) priority
polycyclic aromatic hydrocarbons
(PAHs) using an agilent J&W DBEUPAH GC Column with a column
performance
comparison.
USA:
Agilent Technologies I.

Permana et al. 2003. Antioxidantive
constituents of Hedotis diffusa Wild.
Nat Prod Sci 9:7-9.
Pool-Zobel B, Bub A, Schroeder N,
Rechkemmer G. 1999. Anthocyanins
are potent antioxidants in model
systems but do not reduce endogenous
oxidative DNA damage in human
colon cells. Eur J Nutr 38:227-234.
Smith M et al. 2000. Bioactive properties of
wild blueberry fruits. J Food Sci
65:352-356.
Subehan et al. 2006. Mechanism-based
inhibition of CYP3A4 & CYP2D6 by
indonesian medicinal plants. J
Ethnopharmacol 105:449-455.
Sunarni T. 2005. Aktivitas antioksidan
penangkap radikal bebas beberapa
kecambah dari biji tanaman familia
Papilionaceae. J Farm Indones 2:5361.
Taran M, Rezazadeh S, Khanahmadi M. 2010.
In vitro antimicrobial and antioxidant
properties of Smyrnium cordifolium
boiss. (Umbelliferae) extract. Asian J
Plant Sc 9:99-103.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia.

Molyneux P. 2004. The use of stable free
radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimazing antioxidant activity.
Songklanakarin J Sci Technol 26:211219.

17

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS
KOMPOSISI SENYAWA FENOLIK DARI POHON
BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina)

ARIF SADONO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
1

ABSTRAK
ARIF SADONO. Aktivitas Antioksidan dan Analisis Komposisi Senyawa Fenolik dari
Pohon Bidara Laut (Strychnos ligustrina). Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan
BAMBANG WIYONO.
Pohon bidara laut (Strychnos ligustrina) memiliki kemampuan antioksidan. Tujuan
penelitian ini menentukan aktivitas antioksidan pada ekstrak pohon bidara laut,

komposisi total fenol, dan analisis senyawa bioaktif dengan kromatografi gasspektrometer massa (GCMS). Aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan metode
1,1-difenil-2-pikril-hidrazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian pohon yang
memiliki aktivitas antioksidan paling besar ialah ekstrak metanol kayu dengan nilai IC50
148.41 mg L-1. Nilai IC50 setelah dipartisi menggunakan n-heksana ialah 103.14 mg L-1
dengan butil hidroksil toluena sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 10.86
mg L-1. Kandungan total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau diperoleh sebesar
1936.844 mg kg-1 sampel kering. Hasil analisis senyawa dengan GCMS menunjukkan
terdapat senyawa fenolik dengan komponen utama 1,2,3-benzenatriol sebanyak 2.66%
(RT 10.77).

ABSTRACT
ARIF SADONO. Antioxidant Activities and Phenolic Compound Analysis of Bidara Laut
(Strychnos ligustrina). Supervised by DUDI TOHIR and BAMBANG WIYONO.
The bidara laut (Strychnos ligustrina) exhibits antioxidant activity. The objective
of this study is to determine the highest antioxidant activity, total phenol, and bioactive
compound analyzed using gas chromatography-mass spectrometer (GCMS) of the extract
of bidara laut tree. Antioxidant activities was determined by radical scavenging assay
using 1,1-diphenyl-2-pycryl-hydrazyl radical. The result showed that the highest of
antioxidant activities is the wood methanol extract with IC50 value of 148.14 mg L-1. After
partition using n-hexane the IC50 value was 103.14 mg L-1 and of butyl hydroxyl toluene
which was used as control positive showed IC50 value of 10.86 mg L-1. The total phenol
was determined using Folin-Ciocalteau method and resulted 1936.844 mg kg-1 dry
sample. The result of compound analysis using GCMS showed that bidara laut contain
phenolics with the major content is 1,2,3-benzenetriol, which is 2.66% (RT 10.77).

1

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS
KOMPOSISI SENYAWA FENOLIK DARI POHON
BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina)

ARIF SADONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
1

Judul : Aktivitas Antioksidan dan Analisis Komposisi Senyawa Fenolik dari
Pohon Bidara Laut (Strychnos ligustrina)
Nama : Arif Sadono
NIM : G44060841

Menyetujui
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Drs. Dudi Tohir, MS
NIP 19571104 198903 1 001

Dr. Ir. Bambang Wiyono, M.For.Sc
NIP 19590326198703 104

Mengetahui
Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002

Tanggal lulus:

1

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Aktivitas
Antioksidan dan Analisis Senyawa Fenolik pada Pohon Bidara Laut (Strychnos
ligustrina)” yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2010 di Laboratorium Kimia
Organik Departemen Kimia, FMIPA IPB dan Laboratorium Hasil Hutan Bukan
Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Gunung Batu, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Dudi Tohir, MS dan Dr. Ir.
Bambang Wiyono, M.For.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingannya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada keluarga dan ibu tercinta atas didikan, doa, dan kasih sayangnya
yang tiada terkira, serta untuk seluruh keluarga besar di rumah, terima kasih atas
dukungan dan dorongannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabur, Mba Nia, Ibu
Yenni Karmila, Ibu Nunung, Bapak Arya, dan Ibu Siti Robiah atas bantuan yang
diberikan. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan
peneliti di Laboratorium Kimia Organik (Wulan, Ela, Ina, Saki, Farid, Tifah,
Dinda, Risal, Ridho, Luthfan Irfana), serta teman-teman Kimia 43 atas bantuan,
motivasi, diskusi, dan kebersamaan selama penulis menempuh studi dan
menjalankan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2011

Arif Sadono

1

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 15 November 1987 dari Alm.
Bapak Budi Supangat dan Ibu Tundjiati. Penulis merupakan anak keenam dari
enam bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMAN 86 Jakarta pada tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis diterima
pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis pernah menjadi pengajar Kimia di bimbingan belajar REC pada
tahun 2009/2010, dan pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar
pada tahun 2008/2009, Kimia Organik Layanan pada tahun 2008, Kimia Organik
D3 Analisis Kimia pada tahun 2010, Praktikum Kimia Organik Berbasis
Kompetensi pada tahun 2010, Kimia Bahan Alam pada tahun 2010, dan Kimia
Dasar Alih Tahun pada tahun 2010. Penulis juga berkesempatan melaksanakan
kegiatan praktik lapangan di PT Nalco Indonesia, Bogor, Jawa Barat.

1

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Bidara Laut ................................................................................................
Antioksidan ...............................................................................................
Metode DPPH ...........................................................................................
Senyawa Fenolik .......................................................................................
Analisis GCMS .........................................................................................

1
1
2
2
2

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ..................................................