Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia
MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGA DAN
KETAHANAN KELUARGA LANJUT USIA
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Manajemen Sumber Daya
Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia adalah karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Fasih Vidiastuti Sholihah
NIM I24080065
ABSTRACT
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Family Resources Management and Family
Strength of Aging Family. Supervised by EUIS SUNARTI.
This study is conducted to analyze the influence of family resource management (FRM)
to family strength on aging families. The data was collected on June-July 2012
purposively at three villages (Ciherang, Cikarawang, and Babakan) which are included to
five areas with the largest aging family populations in Bogor. Interviews were conducted
on 34 early-elders (60-75 years old) who still have spouses and have no dependents. FRM
was measured with human resource management, time management, and financial
management of all phases of the family. Family strength was measured with physical
strength, psychological strength, and social strength. The result showed that average of
family strength aging families had performance by three-quarters of family strength
ability (75% for physical strength, 68% for psychological strength, dan 83% for social
strength). Performance index of FRM ability had only achieve half of FRM indicators
(81% for human resource management, 19% for time management, and 71% for financial
management). FRM had influence on family strength. Length of education and of
marriage and percapita income had a significant positive influence on family strength.
Keywords: aging family, family resource management, family strength
ABSTRAK
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan
Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh manajemen sumber daya keluarga
(MSDK) terhadap ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juni-Juli 2012 secara purposive di tiga desa (Desa Ciherang, Desa
Cikarawang, dan Desa Babakan) yang termasuk lima wilayah dengan jumlah penduduk
lansia terbesar di Kabupaten Bogor. Wawancara dilakukan kepada 34 lansia awal (60-75
tahun) yang masih memiliki pasangan dan tidak mempunyai tanggungan. MSDK diukur
dengan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan
sepanjang tahapan keluarga. Ketahanan keluarga diukur dengan ketahanan fisik,
ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial. Hasil menunjukkan rataan capaian ketahanan
keluarga sebesar tiga perempat dari kemampuan maksimum ketahanan keluarga (dengan
rataan 75% ketahanan fisik, 68% ketahanan psikologis, dan 83% ketahanan sosial).
Rataan capaian kemampuan MSDK hanya mencapai separuh dari indikator manajemen
keluarga dalam penelitian ini (81% manajemen sumber daya manusia, 19% manajemen
waktu, dan 71% manajemen keuangan). MSDK berpengaruh terhadap ketahanan
keluarga. Selain itu, didapatkan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan
perkapita berpengaruh pula terhadap ketahanan keluarga.
Kata kunci: lanjut usia, ketahanan keluarga, manajemen sumber daya keluarga
RINGKASAN
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan
Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji manajemen sumber
daya keluarga dan ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Tujuan khusus
penelitian ini adalah 1) menganalisis manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga; 2)
menganalisis keragaan ketahanan keluarga lansia; 3) menganalisis hubungan
antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga lansia; 4) menganalisis
hubungan antara manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan
manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga lansia; 5) menganalisis
pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia;
6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya
keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia.
Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif dan cross sectional.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Desa Babakan, Desa Ciherang, dan
Desa Cikarawang, karena termasuk lima besar wilayah dengan jumlah lansia
terbanyak di Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan
Juni-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia awal (60-75 tahun).
Kriteria contoh yang dipilih adalah lansia awal yang masih memiliki pasangan
dan sudah tidak memiliki tanggungan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 34
orang secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Jenis data yang digunakan merupakan data primer.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan inferensia yang
berupa uji hubungan Spearman dan uji pengaruh linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan umur lansia dalam penelitian
ini adalah 65,29 tahun dan rataan lama menikahnya yaitu 45,44 tahun. Persentase
terbesar lansia menurut lama pendidikan sebesar 70,6 persen lansia memiliki
pendidikan kurang dari 9 tahun (23,5% lansia tidak sekolah; 26,5% tidak tamat
SD; 20,6% tamat SD). Lebih dari separuh lansia masih mencari penghidupan
sendiri (55,9%) dan memiliki pendapatan perkapita di atas rata-rata kemiskinan
Kabupaten Bogor tahun 2011 (76,5%) dengan rataan sebesar Rp541.656,00.
Lebih dari separuh keluarga lansia (57,10%) termasuk dalam kategori keluarga
besar (≥8 orang) dengan jumlah rataan anak sebanyak enam orang. Hampir
seluruh pendidikan anak (80%) hanya sampai tamat SD. Rataan jarak usia antar
anak adalah 2,91 tahun.
Manajemen sumber daya keluarga diukur dari skor tiga aspek, yaitu
manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan
selama tujuh tahapan keluarga. Tahapan itu adalah keluarga baru menikah,
keluarga bayi baru lahir, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak
sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga launching centre, dan keluarga
setengah baya. Hasil skor masing-masing komponen menghasilkan pola
manajemen yang dilakukan oleh keluarga. Pola ketercapaian manajemen sumber
daya manusia membentuk parabola terbalik menurun dengan angka capaian
terendah (71,8%) di tahapan anak prasekolah. Pola manajemen waktu membentuk
parabola dengan titik puncak (19,9%) pada tahapan anak sekolah dan remaja.
Manajemen keuangan seluruh tahapan menurun dengan angka capaian terendah
pada tahapan launching centre dan setengah baya (68,6%). Rataan capaian
kemampuan manajemen sumber daya keluarga yang dilakukan mencapai setengah
dari indikator manajemen. Rataan capaian masing-masing komponen yaitu 81,0
persen manajemen sumber daya manusia; 19,0 persen manajemen waktu; dan 71,0
persen manajemen keuangan. Hasil total skor manajemen sumber daya keluarga
berdasarkan tahapan keluarga membentuk pola parabola terbalik dengan titik
terendah pada tahapan anak usia sekolah (53,9%).
Ketahanan keluarga diukur dari tiga aspek yaitu ketahanan fisik, ketahanan
psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan keluarga empty nest. Didapatkan
bahwa rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat kemampuan
maksimum ketahanan keluarga. Rataan capaian komponen ketahanan keluarga
yaitu 75,0 persen kemampuan ketahanan fisik; 68,0 persen kemampuan ketahanan
psikologis; dan 83,1 persen kemampuan ketahanan sosial. Lebih dari seperempat
lansia memiliki ketahanan psikologis (29,4%) dan ketahanan sosial (38,2%) pada
kategori sedang. Masih terdapat 8,8 persen lansia yang memiliki ketahanan fisik
pada kategori sedang. Skor total ketahanan keluarga terlihat bahwa terdapat 5,9
persen contoh memiliki kategori sedang.
Berdasarkan uji hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga beserta komponennya didapatkan lama pendidikan, lama menikah,
jumlah anak, dan pendapatan perkapita berhubungan dengan ketahanan keluarga.
Semakin lama pendidikan lansia maka akan semakin baik ketahanan keluarga
yang dimiliki, khususnya ketahanan sosial. Jumlah anak yang semakin banyak
akan menurunkan capaian ketahanan keluarga, khususnya ketahanan fisik dan
ketahanan psikologis. Semakin lama usia pernikahan lansia maka ketahanan fisik
semakin baik, namun ketahanan sosialnya akan semakin rendah. Semakin tinggi
pendapatan perkapita maka ketahanan keluarga akan semakin baik, begitu pun
untuk seluruh komponen ketahanan keluarga. Hasil uji hubungan untuk masingmasing komponen manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan terdapat
hubungan positif nyata dengan ketahanan keluarga. Hal ini berarti lansia yang
menerapkan manajemen sumber daya keluarga dengan baik maka ketahanan
keluarga akan lebih tinggi, khususnya ketahanan psikologis keluarga.
Hasil uji linier berganda menunjukkan bahwa manajemen sumber daya
keluarga berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, faktor lain yang
memengaruhi peningkatan ketahanan keluarga adalah peningkatan lama
pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh, sedangkan
peningkatan jumlah anak akan menurunkan ketahanan keluarga. Berdasarkan
pengamatan lebih dalam mengenai sumbangan pendapatan dari anak untuk lansia
diperoleh bahwa lansia dengan jumlah anak lebih banyak memperoleh potensi
yang lebih besar untuk mendapatkan sumbangan pendapatan dari anak dibanding
dengan lansia yang mempunyai anak yang sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemberdayaan bagi lansia dalam mengisi kegiatan sehari-harinya agar
mendapatkan peningkatan ekonomi. Pemerintah juga harus menjamin
tercukupinya kebutuhan dasar keluarga (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan
kesehatan) agar dapat meningkatkan ketahanan keluarga. Selain itu, dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk menganalisis jumlah anak dengan potensi lansia
mendapatkan sumbangan pendapatan di hari tua.
Kata kunci: lanjut usia, ketahanan keluarga, manajemen sumber daya keluarga
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mencantumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGA DAN
KETAHANAN KELUARGA LANJUT USIA
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
JudulPenelitian
: Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan
Keluarga Lanjut Usia
Nama
: Fasih Vidiastuti Sholihah
NIM
: I24080065
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS
Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia.
Penulis menyadari tanpa kontribusi orang lain, skripsi ini tidak akan selesai
dengan baik. Sebagai bentuk penghargaan, penulis menghaturkan terimakasih
kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan,
inspirasi, curahan waktu, perhatian, pengertian, dan kesabaran serta masukan
yang sangat bermanfaat.
2.
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis.
3.
Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si selaku dosen penguji
sidang.
4.
Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pemandu seminar serta Dosendosen IKK dan keluarga besar IKK 45.
5.
Keluarga penulis, ayah Sutopo dan ummi Nani Rosani, adik-adik penulis
(Gilang Maulana Yusuf Tsalisa, Najwa Salsabila, dan Muhammad Azka
Hanan Mahzumi) serta aa M.Abdan Syakuro Septiana dan teteh Nurislami
Rizki Syukrillah terimakasih atas motivasi, doa, dan usaha terbaik yang
diberikan kepada penulis.
6.
Rekan satu bimbingan penulis (Ifah, Widha, Wika, Nishrina, dan Intan) serta
Amania dan Dewi Suci atas bantuan dan perhatian yang tiada tara. Sahabat
penulis serta keluarga besar BKIM, terima kasih untuk pembelajaran menjadi
orang besar.
7.
Segenap perangkat Desa Ciherang, Babakan, dan Cikarawang atas
kemudahan dalam pengumpulan data primer.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini,
meskipun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Insya Allah.
Bogor, Februari 2013
Fasih Vidiastuti Sholihah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xx
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah ...............................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Kegunaan Penelitian ..............................................................................
1
1
2
4
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
5
Perkembangan Keluarga .......................................................................
Lanjut Usia ............................................................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga .....................................................
Manajemen Waktu .............................................................................
Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................................
Manajemen keuangan ........................................................................
Ketahanan Keluarga ..............................................................................
Ketahanan fisik ..................................................................................
Ketahanan sosial ................................................................................
Ketahanan psikologis .........................................................................
Penelitian Terdahulu .............................................................................
5
6
8
10
11
12
12
13
13
14
14
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................
16
METODE PENELITIAN..........................................................................
19
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .................................................
Teknik Penarikan Contoh ......................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................
Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................
Definisi Operasional ..............................................................................
19
19
19
21
24
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
27
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................
Karakteristik Keluarga Lansia ...............................................................
Usia suami-istri ..................................................................................
Lama menikah ...................................................................................
Jumlah anak .......................................................................................
Pendidikan lansia ...............................................................................
Pendapatan lansia...............................................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga .....................................................
Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga Berdasarkan Tahapan
Keluarga .............................................................................................
Ketahanan Keluarga ..............................................................................
Ketahanan Fisik .................................................................................
27
27
27
28
28
29
30
30
31
35
36
37
xviii
Ketahanan Psikologis ........................................................................
Ketahanan Sosial ...............................................................................
Ketahanan Keluarga Total .................................................................
Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketahanan Keluarga ......
Hubungan antar Komponen Manajemen Sumber Daya Keluarga
dengan Komponen Ketahanan Keluarga ...........................................
Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ......
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga terhadap Ketahanan
Keluarga ............................................................................................
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Karakteristik
Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ............................................
Pembahasan...........................................................................................
38
41
43
43
SIMPULAN DAN SARAN......................................................................
55
Simpulan ...............................................................................................
Saran .....................................................................................................
55
56
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
56
LAMPIRAN .............................................................................................
61
44
44
45
46
47
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
6
2
Hasil penelitian terdahulu
15
3
Variabel dengan data primer
20
4
Variabel dalam kuesioner dengan data primer
21
5
Sebaran contoh berdasarkan usia
28
6
Sebaran contoh berdasarkan lama menikah
28
7
Sebaran contoh berdasarkan besaran keluarga
28
8
Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan
29
9
Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan
29
10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita
30
11 Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan
30
12 Sebaran contoh
keterangannya
berdasarkan
sumbangan
13 Sebaran contoh berdasarkan capaian
manusia menurut tahapan keluarga
pendapatan
dan
65
manajemen sumber daya
31
14 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen waktu menurut
tahapan keluarga
33
15 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen keuangan menurut
tahapan keluarga
35
16 Capaian komponen manajemen sumber daya keluarga berdasarkan
tahapan keluarga
35
17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan
36
18 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan fisik keluarga
38
19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan psikologis keluarga
40
20 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan sosial keluarga
42
21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
ketahanan keluarga
43
22 Sebaran koefisien korelasi karakteristik keluarga dan ketahanan
keluarga
44
23 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga dan ketahanan keluarga
44
24 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap ketahanan
keluarga
45
xx
25 Sebaran koefisien regresi manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga
46
26 Sebaran koefisisen regresi manajemen sumber daya keluarga dan
karakteristik keluarga terhadap ketahanan keluarga
46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran ...........................................................................
18
2 Pembagian tugas pengasuhan anak.....................................................
32
3 Pembagian tugas pencarian nafkah.....................................................
32
4 Capaian manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan
keluarga ..............................................................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
ketahanan keluarga (total, fisik, psikologis, dan sosial)
63
2 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
manajemen sumber daya keluarga (total, manajemen sumber daya
manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan)
63
3 Sebaran skor minimal dan maksimal manajemen sumber daya
keluarga beserta komponen menurut tahapan keluarga
63
4 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam pengasuhan
anak
64
5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam
nafkah
64
6 Sebaran koefisien
komponennya
korelasi
ketahanan
mencari
keluarga
dengan
64
7 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga
64
8 Sebaran contoh
keterangannya
65
berdasarkan
sumbangan
pendapatan
dan
9 Sebaran koefisien korelasi jumlah anak dan sumbangan anak
65
10 Keterangan jumlah anak yang memberikan sumbangan pendapatan
kepada lansia
66
11 Sebaran koefisisen korelasi antar variabel yang diuji
68
12 Peta Lokasi Penelitian
70
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk lanjut usia (lansia) di dunia semakin hari semakin meningkat.
Penduduk dunia telah mencapai angka tujuh miliar jiwa dan satu miliar
diantaranya adalah penduduk lanjut usia (WHO). Indonesia menduduki peringkat
empat penduduk terbesar di dunia dengan jumlah 237.556.363 orang (BPS 2011).
Data lansia Indonesia tahun 2004 sebesar 16,52 juta orang, di tahun 2006 naik
menjadi 17,48 juta orang dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi sekitar 19,50
juta orang. Saat tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia hanya sekitar 2
persen, tahun 2011 sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa). BKKBN
(2012) menyatakan bahwa dua puluh persen lansia menderita sakit-sakitan,
sedangkan delapan puluh persen adalah lansia potensial yang masih bisa
diberdayakan.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri secara alamiahnya lansia
mengalami beberapa kemunduran dalam potensi hidup yang dimiliki. Dari sisi
kesehatan, secara umum kesehatan penduduk lansia cenderung rendah.
Persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 49,50
persen pada tahun 2004 dan naik menjadi 55,42 persen pada tahun 2008.
Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang disebut
menua selanjutnya akan memengaruhi baik fisik maupun mentalnya serta
keberfungsiannya.
Lansia merupakan fase akhir dari tahapan hidup menurut Duvall (1971),
yaitu: 1) keluarga baru menikah; 2) keluarga dengan anak baru lahir; 3) keluarga
dengan anak prasekolah; 4) keluarga dengan anak sekolah; 5) keluarga dengan
anak remaja; 6) keluarga launching centre; 7) keluarga middle age; dan 8)
keluarga empty nest. Hal tersebut berarti lansia telah melewati tujuh tahapan
perkembangan keluarga dengan segala dinamikanya.
Masing-masing tahapan
perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi guna
mencapai ketahanan keluarga yang optimal. Bahkan keluarga pun harus
menyelesaikan permasalahan yang didefinisikan menjadi tugas kritis yang
dihadapi dari masing-masing tahapan keluarga. Menurut Duvall (1971), saat
menuju tahapan lansia, keluarga harus menyiapkan diri untuk melakukan
penyesuaian terhadap perubahan. Pada tahapan lansia, tugas kritis yang harus
2
dipenuhi adalah mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri, menutup fase
keluarga atau beradaptasi menuju penuaan, dan penyesuaian terhadap masa
pensiun. Persiapan dilakukan keluarga selama kehidupan berkeluarganya.
Keluarga melakukan berbagai penyesuaian dengan mengoptimalkan
sumberdaya yang dimilikinya. Baik itu sumber daya waktu, keuangan, maupun
sumber daya manusia yang dimiliki keluarga. Semakin bertambahnya tahapan
keluarga yang dihadapi keluarga, dibutuhkan pengelolaan sumberdaya yang
semakin baik. Dengan menjalani proses manajemen tersebut, keluarga diharapkan
akan mendapatkan ketahanan keluarga yang lebih baik. Ketahanan keluarga yang
terlihat di ujung fase keluarga yaitu fase lansia merupakan representasi dan
akumulasi dari manajemen sumber daya keluarga pada tahapan keluarga
sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana
perjalanan manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lansia yang
merupakan hasil dari proses perjalanan hidupnya.
Perumusan Masalah
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu
suatu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu. Bisa juga
dikatakan beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Tugas perkembangan
keluarga lansia menurut Duvall (1971), beberapa diantaranya adalah menemukan
kepuasan di rumah sehingga lansia harus menyesuaikan diri terhadap masa
pensiun, menjaga keterikatan dengan orang lain di luar keluarga, bersiap
menghadapi kehilangan baik karena merupakan masa menutup fase keluarga dan
menghadapi kematian, serta memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan
cucu-cucunya. Akan tetapi, lansia banyak mengalami kemunduran terutama dalam
hal kesehatan sehingga mengganggu kehidupan di masa tuanya (Putri 2011).
Makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya berarti telah kehilangan
masa kejayaannya (Hurlock 1997). Peck diacu dalam Byan dan DeVault (1986)
menyatakan bahwa ketika seorang lansia mengalami penurunan dan penuaan, hal
yang menjadi fokus dalam menjalani hidup adalah memaknai hidup dan
menghadapi penuaan. Destianti (1997) menyatakan bahwa masalah kesejahteraan
lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai.
Keluarga harus
mempersiapkan masa lansia untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya guna
3
mencapai ketahanan keluarga yang baik. Kebutuhan yang dibutuhkan merupakan
kebutuhan ekonomi, hubungan sosial, dan persiapan emosi diri. Dapat dikatakan
bahwa fase hidup lansia merupakan akumulasi dari capaian hidup dari fase
sebelumnya. Ketahanan keluarga sebagai sebuah keluaran yang didapatkan dari
pengelolaan
sumberdaya
yang
dimiliki,
permasalahan
yang
dirasakan,
penanggulangan permasalahan tersebut, hingga didapatkan kesejahteraan keluarga
yang diharapkan. Manajemen sendiri merupakan proses yang dinamis.
Manajemen dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan sesuai
dengan ketersediaan sumberdaya. Selama rentang kehidupan berkeluarga yang
memiliki tugas perkembangan keluarga masing-masing, maka pengelolaan
sumberdaya yang dimiliki pasti berbeda. Sehingga diduga, ketahanan keluarga
pada keluarga lanjut usia menjadi representasi dari ketahanan keluarga yang
didapatkan selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut:
1.
bagaimana keragaan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,
dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga?
2.
bagaimana keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia?
3.
apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga?
4.
apakah terdapat hubungan antara manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga?
5.
apakah terdapat pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga?
6.
apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber
daya keluarga terhadap ketahanan keluarga?
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji manajemen
sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga pada keluarga lansia.
4
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan
manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga
2.
menganalisis keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia
3.
menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga
4.
menganalisis
hubungan
antara
manajemen
sumber
daya
manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga
5.
menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga
6.
menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya
keluarga terhadap ketahanan keluarga.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi bagi bidang
ilmu keluarga dalam perluasan teori perkembangan keluarga. Khususnya pada
aspek-aspek yang dikaji yaitu manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan
keluarga pada keluarga lanjut usia.
Dengan informasi yang didapatkan dari
penelitian ini, diharapkan keluarga mampu mendapatkan gambaran untuk
mengantisipasi proses manajemen selama hidup pernikahan. Lebih luas,
pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan yang tepat untuk
mendukung ketahanan keluarga yang baik.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Keluarga
Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Walker (1976)
menyatakan bahwa keluarga adalah suami-istri yang tinggal dalam satu rumah
tangga dengan atau tanpa anak. Puspitawati (2012) menyataan bahwa tujuan
membentuk keluarga adalah untuk menjalankan ajaran agama dan bertaqwa
kepada Tuhan YME dalam mencapai kebahagiaan/kesejahteraan serta untuk
melestarikan keturunan.
Sesuai dengan tujuan keluarga dalam rangka
menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan, cinta, dan materi maka melalui
media keluarga inilah para anggota-anggota keluarga dapat melanjutkan
keturunan,
mendapatkan
status
sosial
ekonomi,
dan
menjalani
proses
pendewasaan diri.
Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya
untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi serta
penyemaian cinta kasih-sayang antar anggota keluarga.
Pencapaian tujuan,
integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga
terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999).
Keluarga memiliki
karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari besaran keluarga, pendapatan
keluarga, pendidikan keluarga, dan lain-lain. Kehidupan keluarga akan dipenuhi
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dikenal dengan
istilah pekerjaan rumah tangga. Walker mendefinisikan maksud dari pekerjaan
rumah tangga adalah kegiatan-kegiatan yang disengaja dilakukan individu dalam
keluarga untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan yang dapat
dimanfaatkan oleh masing-masing anggota keluarga.
Santrock (2002) menyatakan bahwa tahapan kehidupan keluarga adalah
kunci prinsip dalam proses transisi emosi. Kehidupan keluarga terbagi menjadi
enam tahapan, yaitu: 1) dewasa muda belum menikah; 2) pasangan baru; 3)
menjadi orang tua dan keluarga dengan anak; 4) keluarga dengan anak remaja; 5)
keluarga setengah baya; 6) keluarga laterlife. Menurut Duvall (1971), keluarga
6
terbagi menjadi delapan tahapan dengan masing-masing tugas perkembangan dan
tugas kritis masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus dilalui oleh keluarga agar
mendapatkan perkembangan yang maksimal sehingga masing-masing anggota
keluarga terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun
sosialnya.
Tabel 1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
No
1
Tahapan keluarga
Pasangan
menikah
2
Keluarga dengan
anak baru lahir
3
Keluarga dengan
anak prasekolah
4
Keluarga dengan
anak sekolah
5
Keluarga dengan
anak remaja
6
Keluarga
launching center
7
Keluarga middle
age(setengah
baya)
Keluarga empty
nest
8
Tugas kritis perkembangan keluarga
- membangun kepuasan pernikahan yang saling
menguntungkan
- penyesuaian terhadap kehamilan dan harapan menjadi
orang tua
- beradaptasi dengan keluarga baru
- penyesuaian terhadap dan mendorong perkembangan bayi
- membangun kepuasan terhadap rumah antara orang tua
dan bayi
- beradaptasi untuk kebutuhan kritis dan ketertarikan anak
prasekolah dalam stimulasi dan pendukung pertumbuhan
- koping terhadap berkurangnya energi dan terhambatnya
privasi sebagai orangtua
- mencocokkan diri ke dalam komunitas keluarga dengan
anak usia sekolah dalam jalan yang membangun
- mendorong pencapaian pendidikan anak
- penyeimbangan kebebasan dengan tanggungjawab sebagai
alamiahnya seorang remaja serta memerdekakan diri
mereka
- melepaskan dewasa awal menuju dunia kerja, pelayanan
militer, kuliah, pernikahan, dsb sesuai dengan ritual dan
pendampingan
- mempertahankan dukungan dasar yang berasal dari rumah
- membangun kembali hubungan pernikahan
- mempertahankan ikatan hubungan dengan saudara yang
lebih muda dan lebih tua
- mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri
- menutup fase keluarga atau beradaptasi menuju penuaan
- penyesuaian diri terhadap masa pensiun
Lanjut Usia
Usia lanjut yaitu periode ketika kemunduran telah terjadi dan adanya
disorganisasi mental. Kemunduran itu disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikologis. Faktor fisik adalah perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena
penyakit khusus tapi karena proses penuaaan, sedangkan faktor psikologis
dipengaruhi sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan
kehidupan.
Penanganan ketegangan dan stress hidup seseorang akan
memengaruhi laju kemunduran itu.
7
Arti kata tua itu tidak jelas serta tidak dapat dibatasi, maka orang
cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik (Hurlock,
1997). Pendapat ahli dalam menentukan batasan usia lansia pun berbeda-beda.
Menurut UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1, definisi
lanjut usia sebagai seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan sosial. UU RI No.13 tahun 1998 menjelaskan bahwa
golongan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Hurlock (1997) membagi tahap terakhir dalam dua rentang menjadi usia lanjut
dini berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang
mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Papalia et al.
(2008) membagi menjadi tiga kelompok lansia: young old antara usia 65 sampai
74 tahun yang biasanya aktif, vital, dan bugar; old-old berusia antara 75 sampai
84 tahun; dan oldest old berusia 85 tahun ke atas yang berkecenderungan lebih
besar lemah dan tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
keseharian.
Shadden dalam Putri (2011) mengemukakan teori yang membahas
mengenai lansia yang terkait dengan perilaku lansia itu sendiri:
a. Disengagement theory
Suatu proses menjadi tua yang melibatkan pelepasan peran-peran sosial yang
tampak dalam penurunan interaksi dalam hubungan sosial lansia. Teori ini
melihat penarikan diri sebagai suatu kejadian yang selektif dimana individu
dapat memilih untuk menarik diri dari peran-peran yang dimilikinya dan
terjadi dan terjadi dalam proses yang panjang (bukan terjadi secara tiba-tiba).
Sehubungan dengan penarikan diri yang dilakukan dari peran-peran dalam
pekerjaan dan persaingan dengan kaum muda karena penurunan kekuatan fisik
dan lainnya, individu menyesuaikan diri dengan keberadaannya. Dari segi
masyarakat,
penarikan
diri
berarti
mengijinkan
kaum
muda
untuk
menggantikan kaum tua sehingga proses transisi kekuatan dapat berjalan
dengan lancar dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Activity theory
Teori ini berpendapat bahwa individu cenderung tetap bertahan melakukan
aktivitas selama mungkin. Tiap peran yang berhenti pada usia dewasa akan
8
digantikan oleh peran lain di usia tua. Dikatakan bahwa upaya untuk menjadi
lansia yang sukses adalah tetap terus beraktivitas. Teori ini menekankan pada
stabilitas dari orientasi kepribadian seseorang dan mengindahkan pendapat
masyarakat yang menganggap kemunduran-kemunduran pada lansia harus
dikompensasi dengan penarikan diri. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila
individu merasa bahwa ia harus tetap produktif layaknya saat masih usia
dewasa padahal ia mengalami kemunduran-kemunduran karena usianya, maka
ia mengalami frustasi, kecemasan, dan perasaan bersalah karena tidak dapat
memenuhi harapannya.
Tahapan keluarga lanjut usia dimulai dengan dua posisi, suami dan istri,
dan berakhirnya salah satu dari keduanya, sedangkan satu dari pasangan yang
ditinggalkan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut
Duvall (1971), tugas perkembangan keluarga lansia antara lain:
1. menemukan kepuasan di rumah untuk beberapa tahun yang akan datang
2. penyesuaian untuk kemunduran pendapatan
3. membentuk kenyamanan kebiasaan sehari-hari rumahtangga
4. pemeliharaan satu sama lain sebagai suami-istri
5. menghadapi kehilangan dan keadaan hidup sebagai janda
6. memerhatikan untuk kerelatifan saat menjadi tua
7. memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucunya
8. menjaga ketertarikan orang lain di luar keluarga
9. menemukan arti hidup.
Manajemen Sumber Daya Keluarga
Sumberdaya diartikan sebagai penyedia karakteristik atau perlengkapan
yang mampu digunakan untuk memenuhi keinginan-keinginan keluarga sesuai
dengan tujuan dan kejadian dalam keluarga (Deacon dan Firebaugh 1988).
Sumberdaya didapatkan dari kegiatan produktif anggota keluarga atau
memungkinkan didapatkan melalui interaksi dengan sistem yang lain. Tentunya,
sumberdaya harus dimiliki oleh perorangan atau keluarga secara keseluruhan atau
sesuatu yang berada di bawah kontrol keluarga.
Nickel dan Dorsey (1959)
menjabarkan bahwa sumber daya keluarga terdiri dari sumber daya manusia
(kecerdasan, kemampuan, pengetahuan, dan sikap) dan sumber daya non manusia
9
(waktu, uang, dan aset). Deacon dan Firebaugh (1988) mengklasifikan sumber
daya keluarga menjadi sumber daya manusia dan material. Sumber daya manusia
dalam sistem keluarga yaitu kesehatan keluarga, keterampilan, kemampuan, dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Sumber daya
material merupakan suatu hal yang nampak. Sumber daya ini digunakan untuk
memproduksi barang, digunakan untuk simpanan dan investasi.
Keluarga merupakan sebuah sistem yang merupakan kesatuan bagianbagian fungsi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sumber daya keluarga
harus dikelola sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga
sesuai. Kebutuhan keluarga akan dipengaruhi oleh kondisi pembatas dan prioritas
keluarga tersebut yang menjadi tujuannya. Proses untuk mengatur sumberdaya
itulah yang dimaksud dengan manajemen.
Manajemen merupakan alat dasar
(basic tool) untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia. Suatu proses manajemen dikatakan berhasil jika mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan.
Dengan melakukan manajemen kehidupan seseorang bisa
teratur dan efektif (Deacon dan Firebaugh 1988).
Gross et al. (1973) menyatakan manajemen sumber daya keluarga terdiri
atas serangkaian pengambilan keputusan dalam penggunaaan sumber daya
keluarga untuk mencapai tujuan keluarga.
Sistem manajemen menunjukkan
saling ketergantungan dan saling keterhubungan di antara sistem keluarga dengan
sistem di sekelilingnya karena manajemen dipengaruhi dan memengaruhi
lingkungan. Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya
keluarga dalam usaha atau proses mencapai sesuatu yang dianggap penting oleh
keluarga.
Manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup. Akan tetapi manajemen
dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan
yang disetujui oleh anggota keluarga.
Ada tiga komponen dalam proses
manajemen, yaitu input, proses, dan output.
Input merupakan segala sesuatu
yang dimiliki atau dapat diakses oleh keluarga dan ditransformasi dalam sebuah
proses untuk mencapai tujuan. Proses terdiri atas perencanaan dan implementasi.
Adapun output adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari sistem manajemen
(Deacon dan Firebaugh 1988). Sebagai proses yang dinamis, salah satu dari
10
karakteristik manajemen adalah tidak kaku, artinya, proses manajemen yang
dilakukan dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan
ketersediaan sumberdaya dari keluarga tersebut.
Manajemen Waktu
Waktu merupakan sumberdaya yang unik karena benar-benar tidak bisa di
ditambah atau dikurangi bahkan diakumulasi atau disimpan.
Setiap orang
memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam. Dengan sifatnya yang unik
tersebut maka individu atau keluarga harus mampu mengaturnya hingga
memenuhi tujuan hidup keluarganya.
Dalam setiap tahapan perkembangan
keluarga akan ditemukan pola berbeda dalam mengatur waktu keluarga.
Pengaturan waktu keluarga dipengaruhi oleh prioritas kegiatan.
Walker (1976) menyatakan bahwa penggunaan waktu dalam keluarga
berkaitan dengan variasi aktivitas dalam setiap rumah tangga.
Aktivitas rumah
tangga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, umur dari anak terkecil, atau
ukuran tempat tinggal. Hasil yang ditampilkan oleh Walker (1976) merujuk pada
data yang didapatkan oleh Wiegand menggambarkan bahwa ada enam aktivitas
terbesar yang menghabiskan waktu pada rumah tangga. Aktivitas tersebut adalah
penyiapan makanan, pemeliharaan rumah secara regular, pemeliharaan fisik
anggota keluarga, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, dan mencuci piring.
Masing-masing aktivitas tersebut berkaitan erat dengan jumlah anggota keluarga
dan usia anak.
Sebagai aktivitas manajemen, manajemen waktu terdiri atas aktivitas
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Menurut Gross et al. (1973), terdapat
tiga tipe perencanaan waktu, yaitu: 1) List a job; 2) Series of project; dan 3)
Schedule. List a job adalah perencanaan waktu dengan cara membuat daftar
aktivitas kegiatan yang akan dilakukan, disertai dengan kata-kata motivasi
sehingga bersemangat untuk mencapai target yang sudah ditentukan.
Pada
perencanaan series of project, daftar aktivitas kegiatan disertai dengan urutan
waktu, namun tidak ada batas waktu yang jelas. Tipe perencanaan yang ketiga,
daftar aktivitas disertai dengan urutan waktu dan perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mengerjakan aktivitas tersebut.
Langkah-langkah dalam menyusun
schedule adalah; 1) membuat daftar semua aktivitas, kemudian dikelompokkan
11
menjadi aktivitas fleksibel dan tidak fleksibel; 2) memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk menjalankan setiap aktivitas; 3) menyesuaikan total perkiraan
waktu yang diperlukan dengan waktu yang tersedia; 4) menyusun urutan waktu;
5) tuliskan perencanaan; dan 6) jika terdapat aktivitas yang berkaitan dengan
orang lain, maka komunikasikan hal tersebut kepada orang yang dimaksud.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Nickell dan Dorsey (1959) menyatakan bahwa sumber daya manusia
terdiri dari kemampuan, keterampilan, pola sikap, dan pengetahuan.
Sebuah
keluarga terdapat beberapa individu yang memiliki sumber daya manusia yang
berbeda-beda. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu
dalam keluarga pasti berpengaruh pada kemampuan keluarga dalam mengatur
kebutuhan keluarga tersebut. Selain itu, sumber daya individu keluarga akan
mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
mendapatkan sumberdaya yang lain.
Manajemen sumber daya manusia yang ada dalam keluarga juga
mencakup pembagian tugas dalam keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam
keluarga akan terpenuhi secara optimal. Pembagian kerja dalam rumah tangga
dapat dilihat dengan menggunakan empat hipotesis, yaitu: 1) resource and power
hypothesis; 2) time availability hypothesis; 3) sex-role hypothesis; dan 4)
preference-for-housework
hypothesis.
Resource
and
power
hypothesis
menyatakan bahwa semakin besar kontribusi pendapatan suami bagi keluarga,
maka semakin besar tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga.
Sebaliknya, semakin besar kontribusi pendapatan istri bagi keluarga, maka
semakin kecil tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga. Time availability
hypothesis menyatakan bahwa seorang istri yang bekerja memiliki alokasi waktu
dan tanggung jawab yang lebih sedikit untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga
dibandingkan dengan isteri yang tidak bekerja. Sex-role hypothesis menyebutkan
bahwa persepsi gender mempengaruhi pembagian kerja. Adapun preference-forhousework hypothesis menyatakan bahwa preferensi (ketertarikan) suami dan
isteri pada jenis pekerjaan tertentu mempengaruhi pembagian kerja dalam
keluarga. Secara umum, seorang istri menyukai aktivitas domestik seperti
12
mengasuh anak dan merapikan rumah, sedangkan ketertarikan suami pada
aktivitas domestik lebih rendah dibandingkan istri (Deacon dan Firebaugh 1988).
Keluarga dalam membagi aktivitas sesuai dengan peran yang telah
disepakati dalam keluarga melibatkan suami, istri, dan anak-anak. Perempuan
biasanya berperan dalam pekerjaan keseharian seperti memasak, mencuci,
membersihkan debu, berbelanja dan sebagainya tanpa dihitung sebagai karyawan
yang dibayar (Walker 1976). Namun tidak sedikit perempuan yang menjalani
peran sebagai pekerja publik yang mendapatkan bayaran untuk aktivitasnya.
Manajemen keuangan
Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus merupakan alat
pengukur dari sumberdaya suatu keluarga. Besarnya uang yang dimiliki oleh
seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang
dimilikinya. Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai
orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada untuk masa depannya dalam
perspektif waktu.
Manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan,
mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penggunaan pendapatan (Nickell dan
Dorsey 1959).
Manajemen keuangan keluarga dipengaruhi oleh tujuan dari
keluarga. Menurut Firdaus dan Sunarti (2009), manajemen keuangan keluarga
mencakup komunikasi dalam menggunakan pendapatan.
Masalah keuangan
merupakan hal yang paling banyak dibicarakan oleh keluarga dalam perencanaan
keuangan. Pengelolaan keuangan yang dilakukan suatu keluarga akan berbeda
dengan yang dilakukan keluarga lainnya karena kondisi pembatas dan prioritas
keuangan antar keluarga berbeda. Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya
tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan pengelolaan keuangan
menjadi sederhana. Ketersediaan sumberdaya lain, seperti waktu dan sumberdaya
manusia, penting dalam melakukan manajemen keuangan karena sumberdaya
tersebut memengaruhi penggunaan keuangan untuk mencapai tujuan (Deacon dan
Firebaugh 1988).
Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga merupakan gabungan sinergis dari ketahanan
ekonomi, ketahanan moral, dan ketahanan budaya. Ketiga ketahanan tersebut
13
saling berkaitan dan bersinergi dalam mewujudkan ketahanan keluarga.
Pendidikan
merupakan
faktor
yang
sangat
menentukan
terbentuk
dan
terpeliharanya ketahanan keluarga yang dilandasi oleh penghayatan yang
mendalam terhadap ajaran agama. Pembinaan dan penempaan yang tepat oleh
keluarga dengan ketahanan keluarga yang kuat akan mencerminkan adanya unsurunsur penting yang sangat memengaruhi yaitu kehidupan beragama secara nyata,
kesadaran melaksanakan nilai-nilai tradisi dan peran pendidikan dalam keluarga
(Syarief 1997).
Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 (BKKBN 1992)
merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental
spritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk
hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. Menurut Sunarti
(2001) ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan
masalah yang dihadapi keluarga. Berdasarkan penelitian Sunarti (2001) dengan
menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output) ditemukan faktor dalam
ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis.
Ketahanan fisik
Ketahanan fisik keluarga berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga
yaitu kemampuan anggota keluarga dalam memeroleh sumberdaya ekonomi dari
luar sistem untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
perumabahan, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga akan tahan secara fisik jika
terbebas dari masalah ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan fisik keluarga.
Indikator ketahanan fisik keluarga adalah pendapatan perkapita keluarga melebihi
dari kebutuhan fisik minimum, dan atau lebih dari satu orang keluarga bekerja dan
memeroleh sumberdaya ekonomi melebihi kebutuhan fisik minimum.
Ketahanan sosial
Ketahanan sosial merupakan kekuatan keluarga dalam penerapan nilai
agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran
dan penerimaan peran, penetapan tujuan, seta dorongan untuk maju, yang akan
menjadi kekuatan dalam menghadapi masalah keluarga (termasuk masalah
14
perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat. Terdiri dari sumber daya
nonfisik, mekanisme penganggulangan masalah yang baik, berorientasi terhadap
nilai-nilai agama, efektif dalam berkomunikasi, senantiasa memelihara dan
meningkatkan komitmen keluarga, memelihara hubungan sosial, serta memiliki
penganggulangan krisis.
Ketahanan psikologis
Ketahanan psikologis merupakan kemampuan anggota keluarga untuk
mengelola emosinya
sehingga menghasilkan
konsep diri
yang
positif.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah non fisik keluarga.
kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam
menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik. Oleh sebab itu,
indikator dari ketahanan psikologis adalah anggota keluarga memiliki konsep diri
dan emosi yang positif. Masa
KETAHANAN KELUARGA LANJUT USIA
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Manajemen Sumber Daya
Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia adalah karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Fasih Vidiastuti Sholihah
NIM I24080065
ABSTRACT
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Family Resources Management and Family
Strength of Aging Family. Supervised by EUIS SUNARTI.
This study is conducted to analyze the influence of family resource management (FRM)
to family strength on aging families. The data was collected on June-July 2012
purposively at three villages (Ciherang, Cikarawang, and Babakan) which are included to
five areas with the largest aging family populations in Bogor. Interviews were conducted
on 34 early-elders (60-75 years old) who still have spouses and have no dependents. FRM
was measured with human resource management, time management, and financial
management of all phases of the family. Family strength was measured with physical
strength, psychological strength, and social strength. The result showed that average of
family strength aging families had performance by three-quarters of family strength
ability (75% for physical strength, 68% for psychological strength, dan 83% for social
strength). Performance index of FRM ability had only achieve half of FRM indicators
(81% for human resource management, 19% for time management, and 71% for financial
management). FRM had influence on family strength. Length of education and of
marriage and percapita income had a significant positive influence on family strength.
Keywords: aging family, family resource management, family strength
ABSTRAK
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan
Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh manajemen sumber daya keluarga
(MSDK) terhadap ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juni-Juli 2012 secara purposive di tiga desa (Desa Ciherang, Desa
Cikarawang, dan Desa Babakan) yang termasuk lima wilayah dengan jumlah penduduk
lansia terbesar di Kabupaten Bogor. Wawancara dilakukan kepada 34 lansia awal (60-75
tahun) yang masih memiliki pasangan dan tidak mempunyai tanggungan. MSDK diukur
dengan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan
sepanjang tahapan keluarga. Ketahanan keluarga diukur dengan ketahanan fisik,
ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial. Hasil menunjukkan rataan capaian ketahanan
keluarga sebesar tiga perempat dari kemampuan maksimum ketahanan keluarga (dengan
rataan 75% ketahanan fisik, 68% ketahanan psikologis, dan 83% ketahanan sosial).
Rataan capaian kemampuan MSDK hanya mencapai separuh dari indikator manajemen
keluarga dalam penelitian ini (81% manajemen sumber daya manusia, 19% manajemen
waktu, dan 71% manajemen keuangan). MSDK berpengaruh terhadap ketahanan
keluarga. Selain itu, didapatkan lama pendidikan, lama menikah, dan pendapatan
perkapita berpengaruh pula terhadap ketahanan keluarga.
Kata kunci: lanjut usia, ketahanan keluarga, manajemen sumber daya keluarga
RINGKASAN
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH. Manajemen Sumber Daya Keluarga dan
Ketahanan Keluarga Lanjut Usia. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji manajemen sumber
daya keluarga dan ketahanan keluarga lanjut usia (lansia). Tujuan khusus
penelitian ini adalah 1) menganalisis manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga; 2)
menganalisis keragaan ketahanan keluarga lansia; 3) menganalisis hubungan
antara karakteristik keluarga dengan ketahanan keluarga lansia; 4) menganalisis
hubungan antara manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan
manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga lansia; 5) menganalisis
pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia;
6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya
keluarga terhadap ketahanan keluarga lansia.
Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif dan cross sectional.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Desa Babakan, Desa Ciherang, dan
Desa Cikarawang, karena termasuk lima besar wilayah dengan jumlah lansia
terbanyak di Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan
Juni-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia awal (60-75 tahun).
Kriteria contoh yang dipilih adalah lansia awal yang masih memiliki pasangan
dan sudah tidak memiliki tanggungan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 34
orang secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Jenis data yang digunakan merupakan data primer.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan inferensia yang
berupa uji hubungan Spearman dan uji pengaruh linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan umur lansia dalam penelitian
ini adalah 65,29 tahun dan rataan lama menikahnya yaitu 45,44 tahun. Persentase
terbesar lansia menurut lama pendidikan sebesar 70,6 persen lansia memiliki
pendidikan kurang dari 9 tahun (23,5% lansia tidak sekolah; 26,5% tidak tamat
SD; 20,6% tamat SD). Lebih dari separuh lansia masih mencari penghidupan
sendiri (55,9%) dan memiliki pendapatan perkapita di atas rata-rata kemiskinan
Kabupaten Bogor tahun 2011 (76,5%) dengan rataan sebesar Rp541.656,00.
Lebih dari separuh keluarga lansia (57,10%) termasuk dalam kategori keluarga
besar (≥8 orang) dengan jumlah rataan anak sebanyak enam orang. Hampir
seluruh pendidikan anak (80%) hanya sampai tamat SD. Rataan jarak usia antar
anak adalah 2,91 tahun.
Manajemen sumber daya keluarga diukur dari skor tiga aspek, yaitu
manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan
selama tujuh tahapan keluarga. Tahapan itu adalah keluarga baru menikah,
keluarga bayi baru lahir, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak
sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga launching centre, dan keluarga
setengah baya. Hasil skor masing-masing komponen menghasilkan pola
manajemen yang dilakukan oleh keluarga. Pola ketercapaian manajemen sumber
daya manusia membentuk parabola terbalik menurun dengan angka capaian
terendah (71,8%) di tahapan anak prasekolah. Pola manajemen waktu membentuk
parabola dengan titik puncak (19,9%) pada tahapan anak sekolah dan remaja.
Manajemen keuangan seluruh tahapan menurun dengan angka capaian terendah
pada tahapan launching centre dan setengah baya (68,6%). Rataan capaian
kemampuan manajemen sumber daya keluarga yang dilakukan mencapai setengah
dari indikator manajemen. Rataan capaian masing-masing komponen yaitu 81,0
persen manajemen sumber daya manusia; 19,0 persen manajemen waktu; dan 71,0
persen manajemen keuangan. Hasil total skor manajemen sumber daya keluarga
berdasarkan tahapan keluarga membentuk pola parabola terbalik dengan titik
terendah pada tahapan anak usia sekolah (53,9%).
Ketahanan keluarga diukur dari tiga aspek yaitu ketahanan fisik, ketahanan
psikologis, dan ketahanan sosial pada tahapan keluarga empty nest. Didapatkan
bahwa rataan capaian ketahanan keluarga sebesar tiga perempat kemampuan
maksimum ketahanan keluarga. Rataan capaian komponen ketahanan keluarga
yaitu 75,0 persen kemampuan ketahanan fisik; 68,0 persen kemampuan ketahanan
psikologis; dan 83,1 persen kemampuan ketahanan sosial. Lebih dari seperempat
lansia memiliki ketahanan psikologis (29,4%) dan ketahanan sosial (38,2%) pada
kategori sedang. Masih terdapat 8,8 persen lansia yang memiliki ketahanan fisik
pada kategori sedang. Skor total ketahanan keluarga terlihat bahwa terdapat 5,9
persen contoh memiliki kategori sedang.
Berdasarkan uji hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga beserta komponennya didapatkan lama pendidikan, lama menikah,
jumlah anak, dan pendapatan perkapita berhubungan dengan ketahanan keluarga.
Semakin lama pendidikan lansia maka akan semakin baik ketahanan keluarga
yang dimiliki, khususnya ketahanan sosial. Jumlah anak yang semakin banyak
akan menurunkan capaian ketahanan keluarga, khususnya ketahanan fisik dan
ketahanan psikologis. Semakin lama usia pernikahan lansia maka ketahanan fisik
semakin baik, namun ketahanan sosialnya akan semakin rendah. Semakin tinggi
pendapatan perkapita maka ketahanan keluarga akan semakin baik, begitu pun
untuk seluruh komponen ketahanan keluarga. Hasil uji hubungan untuk masingmasing komponen manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan terdapat
hubungan positif nyata dengan ketahanan keluarga. Hal ini berarti lansia yang
menerapkan manajemen sumber daya keluarga dengan baik maka ketahanan
keluarga akan lebih tinggi, khususnya ketahanan psikologis keluarga.
Hasil uji linier berganda menunjukkan bahwa manajemen sumber daya
keluarga berpengaruh terhadap ketahanan keluarga. Selain itu, faktor lain yang
memengaruhi peningkatan ketahanan keluarga adalah peningkatan lama
pendidikan, lama menikah, dan pendapatan perkapita berpengaruh, sedangkan
peningkatan jumlah anak akan menurunkan ketahanan keluarga. Berdasarkan
pengamatan lebih dalam mengenai sumbangan pendapatan dari anak untuk lansia
diperoleh bahwa lansia dengan jumlah anak lebih banyak memperoleh potensi
yang lebih besar untuk mendapatkan sumbangan pendapatan dari anak dibanding
dengan lansia yang mempunyai anak yang sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemberdayaan bagi lansia dalam mengisi kegiatan sehari-harinya agar
mendapatkan peningkatan ekonomi. Pemerintah juga harus menjamin
tercukupinya kebutuhan dasar keluarga (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan
kesehatan) agar dapat meningkatkan ketahanan keluarga. Selain itu, dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk menganalisis jumlah anak dengan potensi lansia
mendapatkan sumbangan pendapatan di hari tua.
Kata kunci: lanjut usia, ketahanan keluarga, manajemen sumber daya keluarga
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mencantumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGA DAN
KETAHANAN KELUARGA LANJUT USIA
FASIH VIDIASTUTI SHOLIHAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
JudulPenelitian
: Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan
Keluarga Lanjut Usia
Nama
: Fasih Vidiastuti Sholihah
NIM
: I24080065
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS
Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia.
Penulis menyadari tanpa kontribusi orang lain, skripsi ini tidak akan selesai
dengan baik. Sebagai bentuk penghargaan, penulis menghaturkan terimakasih
kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan,
inspirasi, curahan waktu, perhatian, pengertian, dan kesabaran serta masukan
yang sangat bermanfaat.
2.
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis.
3.
Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si selaku dosen penguji
sidang.
4.
Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pemandu seminar serta Dosendosen IKK dan keluarga besar IKK 45.
5.
Keluarga penulis, ayah Sutopo dan ummi Nani Rosani, adik-adik penulis
(Gilang Maulana Yusuf Tsalisa, Najwa Salsabila, dan Muhammad Azka
Hanan Mahzumi) serta aa M.Abdan Syakuro Septiana dan teteh Nurislami
Rizki Syukrillah terimakasih atas motivasi, doa, dan usaha terbaik yang
diberikan kepada penulis.
6.
Rekan satu bimbingan penulis (Ifah, Widha, Wika, Nishrina, dan Intan) serta
Amania dan Dewi Suci atas bantuan dan perhatian yang tiada tara. Sahabat
penulis serta keluarga besar BKIM, terima kasih untuk pembelajaran menjadi
orang besar.
7.
Segenap perangkat Desa Ciherang, Babakan, dan Cikarawang atas
kemudahan dalam pengumpulan data primer.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini,
meskipun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Insya Allah.
Bogor, Februari 2013
Fasih Vidiastuti Sholihah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xx
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah ...............................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Kegunaan Penelitian ..............................................................................
1
1
2
4
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
5
Perkembangan Keluarga .......................................................................
Lanjut Usia ............................................................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga .....................................................
Manajemen Waktu .............................................................................
Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................................
Manajemen keuangan ........................................................................
Ketahanan Keluarga ..............................................................................
Ketahanan fisik ..................................................................................
Ketahanan sosial ................................................................................
Ketahanan psikologis .........................................................................
Penelitian Terdahulu .............................................................................
5
6
8
10
11
12
12
13
13
14
14
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................
16
METODE PENELITIAN..........................................................................
19
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .................................................
Teknik Penarikan Contoh ......................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................
Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................
Definisi Operasional ..............................................................................
19
19
19
21
24
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
27
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................
Karakteristik Keluarga Lansia ...............................................................
Usia suami-istri ..................................................................................
Lama menikah ...................................................................................
Jumlah anak .......................................................................................
Pendidikan lansia ...............................................................................
Pendapatan lansia...............................................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga .....................................................
Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................................
Manajemen Sumber Daya Keluarga Berdasarkan Tahapan
Keluarga .............................................................................................
Ketahanan Keluarga ..............................................................................
Ketahanan Fisik .................................................................................
27
27
27
28
28
29
30
30
31
35
36
37
xviii
Ketahanan Psikologis ........................................................................
Ketahanan Sosial ...............................................................................
Ketahanan Keluarga Total .................................................................
Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Ketahanan Keluarga ......
Hubungan antar Komponen Manajemen Sumber Daya Keluarga
dengan Komponen Ketahanan Keluarga ...........................................
Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ......
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga terhadap Ketahanan
Keluarga ............................................................................................
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Keluarga dan Karakteristik
Keluarga terhadap Ketahanan Keluarga ............................................
Pembahasan...........................................................................................
38
41
43
43
SIMPULAN DAN SARAN......................................................................
55
Simpulan ...............................................................................................
Saran .....................................................................................................
55
56
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
56
LAMPIRAN .............................................................................................
61
44
44
45
46
47
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
6
2
Hasil penelitian terdahulu
15
3
Variabel dengan data primer
20
4
Variabel dalam kuesioner dengan data primer
21
5
Sebaran contoh berdasarkan usia
28
6
Sebaran contoh berdasarkan lama menikah
28
7
Sebaran contoh berdasarkan besaran keluarga
28
8
Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan
29
9
Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan
29
10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita
30
11 Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan
30
12 Sebaran contoh
keterangannya
berdasarkan
sumbangan
13 Sebaran contoh berdasarkan capaian
manusia menurut tahapan keluarga
pendapatan
dan
65
manajemen sumber daya
31
14 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen waktu menurut
tahapan keluarga
33
15 Sebaran contoh berdasarkan capaian manajemen keuangan menurut
tahapan keluarga
35
16 Capaian komponen manajemen sumber daya keluarga berdasarkan
tahapan keluarga
35
17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
manajemen sumber daya keluarga seluruh tahapan
36
18 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan fisik keluarga
38
19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan psikologis keluarga
40
20 Sebaran contoh berdasarkan jawaban ketahanan sosial keluarga
42
21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat capaian dan kategorisasi
ketahanan keluarga
43
22 Sebaran koefisien korelasi karakteristik keluarga dan ketahanan
keluarga
44
23 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga dan ketahanan keluarga
44
24 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap ketahanan
keluarga
45
xx
25 Sebaran koefisien regresi manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga
46
26 Sebaran koefisisen regresi manajemen sumber daya keluarga dan
karakteristik keluarga terhadap ketahanan keluarga
46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran ...........................................................................
18
2 Pembagian tugas pengasuhan anak.....................................................
32
3 Pembagian tugas pencarian nafkah.....................................................
32
4 Capaian manajemen sumber daya keluarga berdasarkan tahapan
keluarga ..............................................................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
ketahanan keluarga (total, fisik, psikologis, dan sosial)
63
2 Sebaran skor maksimal, kisaran contoh, dan skor acuan kategori
manajemen sumber daya keluarga (total, manajemen sumber daya
manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan)
63
3 Sebaran skor minimal dan maksimal manajemen sumber daya
keluarga beserta komponen menurut tahapan keluarga
63
4 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam pengasuhan
anak
64
5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian tugas dalam
nafkah
64
6 Sebaran koefisien
komponennya
korelasi
ketahanan
mencari
keluarga
dengan
64
7 Koefisien korelasi antar komponen manajemen sumber daya
keluarga
64
8 Sebaran contoh
keterangannya
65
berdasarkan
sumbangan
pendapatan
dan
9 Sebaran koefisien korelasi jumlah anak dan sumbangan anak
65
10 Keterangan jumlah anak yang memberikan sumbangan pendapatan
kepada lansia
66
11 Sebaran koefisisen korelasi antar variabel yang diuji
68
12 Peta Lokasi Penelitian
70
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk lanjut usia (lansia) di dunia semakin hari semakin meningkat.
Penduduk dunia telah mencapai angka tujuh miliar jiwa dan satu miliar
diantaranya adalah penduduk lanjut usia (WHO). Indonesia menduduki peringkat
empat penduduk terbesar di dunia dengan jumlah 237.556.363 orang (BPS 2011).
Data lansia Indonesia tahun 2004 sebesar 16,52 juta orang, di tahun 2006 naik
menjadi 17,48 juta orang dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi sekitar 19,50
juta orang. Saat tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia hanya sekitar 2
persen, tahun 2011 sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa). BKKBN
(2012) menyatakan bahwa dua puluh persen lansia menderita sakit-sakitan,
sedangkan delapan puluh persen adalah lansia potensial yang masih bisa
diberdayakan.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri secara alamiahnya lansia
mengalami beberapa kemunduran dalam potensi hidup yang dimiliki. Dari sisi
kesehatan, secara umum kesehatan penduduk lansia cenderung rendah.
Persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 49,50
persen pada tahun 2004 dan naik menjadi 55,42 persen pada tahun 2008.
Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang disebut
menua selanjutnya akan memengaruhi baik fisik maupun mentalnya serta
keberfungsiannya.
Lansia merupakan fase akhir dari tahapan hidup menurut Duvall (1971),
yaitu: 1) keluarga baru menikah; 2) keluarga dengan anak baru lahir; 3) keluarga
dengan anak prasekolah; 4) keluarga dengan anak sekolah; 5) keluarga dengan
anak remaja; 6) keluarga launching centre; 7) keluarga middle age; dan 8)
keluarga empty nest. Hal tersebut berarti lansia telah melewati tujuh tahapan
perkembangan keluarga dengan segala dinamikanya.
Masing-masing tahapan
perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi guna
mencapai ketahanan keluarga yang optimal. Bahkan keluarga pun harus
menyelesaikan permasalahan yang didefinisikan menjadi tugas kritis yang
dihadapi dari masing-masing tahapan keluarga. Menurut Duvall (1971), saat
menuju tahapan lansia, keluarga harus menyiapkan diri untuk melakukan
penyesuaian terhadap perubahan. Pada tahapan lansia, tugas kritis yang harus
2
dipenuhi adalah mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri, menutup fase
keluarga atau beradaptasi menuju penuaan, dan penyesuaian terhadap masa
pensiun. Persiapan dilakukan keluarga selama kehidupan berkeluarganya.
Keluarga melakukan berbagai penyesuaian dengan mengoptimalkan
sumberdaya yang dimilikinya. Baik itu sumber daya waktu, keuangan, maupun
sumber daya manusia yang dimiliki keluarga. Semakin bertambahnya tahapan
keluarga yang dihadapi keluarga, dibutuhkan pengelolaan sumberdaya yang
semakin baik. Dengan menjalani proses manajemen tersebut, keluarga diharapkan
akan mendapatkan ketahanan keluarga yang lebih baik. Ketahanan keluarga yang
terlihat di ujung fase keluarga yaitu fase lansia merupakan representasi dan
akumulasi dari manajemen sumber daya keluarga pada tahapan keluarga
sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana
perjalanan manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga lansia yang
merupakan hasil dari proses perjalanan hidupnya.
Perumusan Masalah
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu
suatu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu. Bisa juga
dikatakan beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Tugas perkembangan
keluarga lansia menurut Duvall (1971), beberapa diantaranya adalah menemukan
kepuasan di rumah sehingga lansia harus menyesuaikan diri terhadap masa
pensiun, menjaga keterikatan dengan orang lain di luar keluarga, bersiap
menghadapi kehilangan baik karena merupakan masa menutup fase keluarga dan
menghadapi kematian, serta memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan
cucu-cucunya. Akan tetapi, lansia banyak mengalami kemunduran terutama dalam
hal kesehatan sehingga mengganggu kehidupan di masa tuanya (Putri 2011).
Makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya berarti telah kehilangan
masa kejayaannya (Hurlock 1997). Peck diacu dalam Byan dan DeVault (1986)
menyatakan bahwa ketika seorang lansia mengalami penurunan dan penuaan, hal
yang menjadi fokus dalam menjalani hidup adalah memaknai hidup dan
menghadapi penuaan. Destianti (1997) menyatakan bahwa masalah kesejahteraan
lansia muncul karena ketiadaan penghasilan yang memadai.
Keluarga harus
mempersiapkan masa lansia untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya guna
3
mencapai ketahanan keluarga yang baik. Kebutuhan yang dibutuhkan merupakan
kebutuhan ekonomi, hubungan sosial, dan persiapan emosi diri. Dapat dikatakan
bahwa fase hidup lansia merupakan akumulasi dari capaian hidup dari fase
sebelumnya. Ketahanan keluarga sebagai sebuah keluaran yang didapatkan dari
pengelolaan
sumberdaya
yang
dimiliki,
permasalahan
yang
dirasakan,
penanggulangan permasalahan tersebut, hingga didapatkan kesejahteraan keluarga
yang diharapkan. Manajemen sendiri merupakan proses yang dinamis.
Manajemen dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan sesuai
dengan ketersediaan sumberdaya. Selama rentang kehidupan berkeluarga yang
memiliki tugas perkembangan keluarga masing-masing, maka pengelolaan
sumberdaya yang dimiliki pasti berbeda. Sehingga diduga, ketahanan keluarga
pada keluarga lanjut usia menjadi representasi dari ketahanan keluarga yang
didapatkan selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut:
1.
bagaimana keragaan manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu,
dan manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga?
2.
bagaimana keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia?
3.
apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga?
4.
apakah terdapat hubungan antara manajemen sumber daya manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga?
5.
apakah terdapat pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga?
6.
apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber
daya keluarga terhadap ketahanan keluarga?
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji manajemen
sumber daya keluarga dan ketahanan keluarga pada keluarga lansia.
4
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
menganalisis manajemen sumber daya manusia, manajemen waktu, dan
manajemen keuangan berdasarkan tahapan keluarga
2.
menganalisis keragaan ketahanan keluarga pada keluarga lansia
3.
menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan ketahanan
keluarga
4.
menganalisis
hubungan
antara
manajemen
sumber
daya
manusia,
manajemen waktu, dan manajemen keuangan dengan ketahanan keluarga
5.
menganalisis pengaruh manajemen sumber daya keluarga terhadap
ketahanan keluarga
6.
menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen sumber daya
keluarga terhadap ketahanan keluarga.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi bagi bidang
ilmu keluarga dalam perluasan teori perkembangan keluarga. Khususnya pada
aspek-aspek yang dikaji yaitu manajemen sumber daya keluarga dan ketahanan
keluarga pada keluarga lanjut usia.
Dengan informasi yang didapatkan dari
penelitian ini, diharapkan keluarga mampu mendapatkan gambaran untuk
mengantisipasi proses manajemen selama hidup pernikahan. Lebih luas,
pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan yang tepat untuk
mendukung ketahanan keluarga yang baik.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Keluarga
Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Walker (1976)
menyatakan bahwa keluarga adalah suami-istri yang tinggal dalam satu rumah
tangga dengan atau tanpa anak. Puspitawati (2012) menyataan bahwa tujuan
membentuk keluarga adalah untuk menjalankan ajaran agama dan bertaqwa
kepada Tuhan YME dalam mencapai kebahagiaan/kesejahteraan serta untuk
melestarikan keturunan.
Sesuai dengan tujuan keluarga dalam rangka
menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan, cinta, dan materi maka melalui
media keluarga inilah para anggota-anggota keluarga dapat melanjutkan
keturunan,
mendapatkan
status
sosial
ekonomi,
dan
menjalani
proses
pendewasaan diri.
Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya
untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi serta
penyemaian cinta kasih-sayang antar anggota keluarga.
Pencapaian tujuan,
integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga
terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999).
Keluarga memiliki
karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari besaran keluarga, pendapatan
keluarga, pendidikan keluarga, dan lain-lain. Kehidupan keluarga akan dipenuhi
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dikenal dengan
istilah pekerjaan rumah tangga. Walker mendefinisikan maksud dari pekerjaan
rumah tangga adalah kegiatan-kegiatan yang disengaja dilakukan individu dalam
keluarga untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan yang dapat
dimanfaatkan oleh masing-masing anggota keluarga.
Santrock (2002) menyatakan bahwa tahapan kehidupan keluarga adalah
kunci prinsip dalam proses transisi emosi. Kehidupan keluarga terbagi menjadi
enam tahapan, yaitu: 1) dewasa muda belum menikah; 2) pasangan baru; 3)
menjadi orang tua dan keluarga dengan anak; 4) keluarga dengan anak remaja; 5)
keluarga setengah baya; 6) keluarga laterlife. Menurut Duvall (1971), keluarga
6
terbagi menjadi delapan tahapan dengan masing-masing tugas perkembangan dan
tugas kritis masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus dilalui oleh keluarga agar
mendapatkan perkembangan yang maksimal sehingga masing-masing anggota
keluarga terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun
sosialnya.
Tabel 1 Tugas kritis dalam perkembangan keluarga menurut Duvall
No
1
Tahapan keluarga
Pasangan
menikah
2
Keluarga dengan
anak baru lahir
3
Keluarga dengan
anak prasekolah
4
Keluarga dengan
anak sekolah
5
Keluarga dengan
anak remaja
6
Keluarga
launching center
7
Keluarga middle
age(setengah
baya)
Keluarga empty
nest
8
Tugas kritis perkembangan keluarga
- membangun kepuasan pernikahan yang saling
menguntungkan
- penyesuaian terhadap kehamilan dan harapan menjadi
orang tua
- beradaptasi dengan keluarga baru
- penyesuaian terhadap dan mendorong perkembangan bayi
- membangun kepuasan terhadap rumah antara orang tua
dan bayi
- beradaptasi untuk kebutuhan kritis dan ketertarikan anak
prasekolah dalam stimulasi dan pendukung pertumbuhan
- koping terhadap berkurangnya energi dan terhambatnya
privasi sebagai orangtua
- mencocokkan diri ke dalam komunitas keluarga dengan
anak usia sekolah dalam jalan yang membangun
- mendorong pencapaian pendidikan anak
- penyeimbangan kebebasan dengan tanggungjawab sebagai
alamiahnya seorang remaja serta memerdekakan diri
mereka
- melepaskan dewasa awal menuju dunia kerja, pelayanan
militer, kuliah, pernikahan, dsb sesuai dengan ritual dan
pendampingan
- mempertahankan dukungan dasar yang berasal dari rumah
- membangun kembali hubungan pernikahan
- mempertahankan ikatan hubungan dengan saudara yang
lebih muda dan lebih tua
- mengatasi kehilangan dan tinggal seorang diri
- menutup fase keluarga atau beradaptasi menuju penuaan
- penyesuaian diri terhadap masa pensiun
Lanjut Usia
Usia lanjut yaitu periode ketika kemunduran telah terjadi dan adanya
disorganisasi mental. Kemunduran itu disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikologis. Faktor fisik adalah perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena
penyakit khusus tapi karena proses penuaaan, sedangkan faktor psikologis
dipengaruhi sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan
kehidupan.
Penanganan ketegangan dan stress hidup seseorang akan
memengaruhi laju kemunduran itu.
7
Arti kata tua itu tidak jelas serta tidak dapat dibatasi, maka orang
cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik (Hurlock,
1997). Pendapat ahli dalam menentukan batasan usia lansia pun berbeda-beda.
Menurut UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1, definisi
lanjut usia sebagai seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan sosial. UU RI No.13 tahun 1998 menjelaskan bahwa
golongan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Hurlock (1997) membagi tahap terakhir dalam dua rentang menjadi usia lanjut
dini berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang
mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Papalia et al.
(2008) membagi menjadi tiga kelompok lansia: young old antara usia 65 sampai
74 tahun yang biasanya aktif, vital, dan bugar; old-old berusia antara 75 sampai
84 tahun; dan oldest old berusia 85 tahun ke atas yang berkecenderungan lebih
besar lemah dan tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
keseharian.
Shadden dalam Putri (2011) mengemukakan teori yang membahas
mengenai lansia yang terkait dengan perilaku lansia itu sendiri:
a. Disengagement theory
Suatu proses menjadi tua yang melibatkan pelepasan peran-peran sosial yang
tampak dalam penurunan interaksi dalam hubungan sosial lansia. Teori ini
melihat penarikan diri sebagai suatu kejadian yang selektif dimana individu
dapat memilih untuk menarik diri dari peran-peran yang dimilikinya dan
terjadi dan terjadi dalam proses yang panjang (bukan terjadi secara tiba-tiba).
Sehubungan dengan penarikan diri yang dilakukan dari peran-peran dalam
pekerjaan dan persaingan dengan kaum muda karena penurunan kekuatan fisik
dan lainnya, individu menyesuaikan diri dengan keberadaannya. Dari segi
masyarakat,
penarikan
diri
berarti
mengijinkan
kaum
muda
untuk
menggantikan kaum tua sehingga proses transisi kekuatan dapat berjalan
dengan lancar dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Activity theory
Teori ini berpendapat bahwa individu cenderung tetap bertahan melakukan
aktivitas selama mungkin. Tiap peran yang berhenti pada usia dewasa akan
8
digantikan oleh peran lain di usia tua. Dikatakan bahwa upaya untuk menjadi
lansia yang sukses adalah tetap terus beraktivitas. Teori ini menekankan pada
stabilitas dari orientasi kepribadian seseorang dan mengindahkan pendapat
masyarakat yang menganggap kemunduran-kemunduran pada lansia harus
dikompensasi dengan penarikan diri. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila
individu merasa bahwa ia harus tetap produktif layaknya saat masih usia
dewasa padahal ia mengalami kemunduran-kemunduran karena usianya, maka
ia mengalami frustasi, kecemasan, dan perasaan bersalah karena tidak dapat
memenuhi harapannya.
Tahapan keluarga lanjut usia dimulai dengan dua posisi, suami dan istri,
dan berakhirnya salah satu dari keduanya, sedangkan satu dari pasangan yang
ditinggalkan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut
Duvall (1971), tugas perkembangan keluarga lansia antara lain:
1. menemukan kepuasan di rumah untuk beberapa tahun yang akan datang
2. penyesuaian untuk kemunduran pendapatan
3. membentuk kenyamanan kebiasaan sehari-hari rumahtangga
4. pemeliharaan satu sama lain sebagai suami-istri
5. menghadapi kehilangan dan keadaan hidup sebagai janda
6. memerhatikan untuk kerelatifan saat menjadi tua
7. memelihara kontak hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucunya
8. menjaga ketertarikan orang lain di luar keluarga
9. menemukan arti hidup.
Manajemen Sumber Daya Keluarga
Sumberdaya diartikan sebagai penyedia karakteristik atau perlengkapan
yang mampu digunakan untuk memenuhi keinginan-keinginan keluarga sesuai
dengan tujuan dan kejadian dalam keluarga (Deacon dan Firebaugh 1988).
Sumberdaya didapatkan dari kegiatan produktif anggota keluarga atau
memungkinkan didapatkan melalui interaksi dengan sistem yang lain. Tentunya,
sumberdaya harus dimiliki oleh perorangan atau keluarga secara keseluruhan atau
sesuatu yang berada di bawah kontrol keluarga.
Nickel dan Dorsey (1959)
menjabarkan bahwa sumber daya keluarga terdiri dari sumber daya manusia
(kecerdasan, kemampuan, pengetahuan, dan sikap) dan sumber daya non manusia
9
(waktu, uang, dan aset). Deacon dan Firebaugh (1988) mengklasifikan sumber
daya keluarga menjadi sumber daya manusia dan material. Sumber daya manusia
dalam sistem keluarga yaitu kesehatan keluarga, keterampilan, kemampuan, dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Sumber daya
material merupakan suatu hal yang nampak. Sumber daya ini digunakan untuk
memproduksi barang, digunakan untuk simpanan dan investasi.
Keluarga merupakan sebuah sistem yang merupakan kesatuan bagianbagian fungsi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sumber daya keluarga
harus dikelola sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga
sesuai. Kebutuhan keluarga akan dipengaruhi oleh kondisi pembatas dan prioritas
keluarga tersebut yang menjadi tujuannya. Proses untuk mengatur sumberdaya
itulah yang dimaksud dengan manajemen.
Manajemen merupakan alat dasar
(basic tool) untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia. Suatu proses manajemen dikatakan berhasil jika mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan.
Dengan melakukan manajemen kehidupan seseorang bisa
teratur dan efektif (Deacon dan Firebaugh 1988).
Gross et al. (1973) menyatakan manajemen sumber daya keluarga terdiri
atas serangkaian pengambilan keputusan dalam penggunaaan sumber daya
keluarga untuk mencapai tujuan keluarga.
Sistem manajemen menunjukkan
saling ketergantungan dan saling keterhubungan di antara sistem keluarga dengan
sistem di sekelilingnya karena manajemen dipengaruhi dan memengaruhi
lingkungan. Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya
keluarga dalam usaha atau proses mencapai sesuatu yang dianggap penting oleh
keluarga.
Manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup. Akan tetapi manajemen
dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan
yang disetujui oleh anggota keluarga.
Ada tiga komponen dalam proses
manajemen, yaitu input, proses, dan output.
Input merupakan segala sesuatu
yang dimiliki atau dapat diakses oleh keluarga dan ditransformasi dalam sebuah
proses untuk mencapai tujuan. Proses terdiri atas perencanaan dan implementasi.
Adapun output adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari sistem manajemen
(Deacon dan Firebaugh 1988). Sebagai proses yang dinamis, salah satu dari
10
karakteristik manajemen adalah tidak kaku, artinya, proses manajemen yang
dilakukan dapat disesuaikan dengan situasi yang sedang dihadapi dan
ketersediaan sumberdaya dari keluarga tersebut.
Manajemen Waktu
Waktu merupakan sumberdaya yang unik karena benar-benar tidak bisa di
ditambah atau dikurangi bahkan diakumulasi atau disimpan.
Setiap orang
memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam. Dengan sifatnya yang unik
tersebut maka individu atau keluarga harus mampu mengaturnya hingga
memenuhi tujuan hidup keluarganya.
Dalam setiap tahapan perkembangan
keluarga akan ditemukan pola berbeda dalam mengatur waktu keluarga.
Pengaturan waktu keluarga dipengaruhi oleh prioritas kegiatan.
Walker (1976) menyatakan bahwa penggunaan waktu dalam keluarga
berkaitan dengan variasi aktivitas dalam setiap rumah tangga.
Aktivitas rumah
tangga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, umur dari anak terkecil, atau
ukuran tempat tinggal. Hasil yang ditampilkan oleh Walker (1976) merujuk pada
data yang didapatkan oleh Wiegand menggambarkan bahwa ada enam aktivitas
terbesar yang menghabiskan waktu pada rumah tangga. Aktivitas tersebut adalah
penyiapan makanan, pemeliharaan rumah secara regular, pemeliharaan fisik
anggota keluarga, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, dan mencuci piring.
Masing-masing aktivitas tersebut berkaitan erat dengan jumlah anggota keluarga
dan usia anak.
Sebagai aktivitas manajemen, manajemen waktu terdiri atas aktivitas
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Menurut Gross et al. (1973), terdapat
tiga tipe perencanaan waktu, yaitu: 1) List a job; 2) Series of project; dan 3)
Schedule. List a job adalah perencanaan waktu dengan cara membuat daftar
aktivitas kegiatan yang akan dilakukan, disertai dengan kata-kata motivasi
sehingga bersemangat untuk mencapai target yang sudah ditentukan.
Pada
perencanaan series of project, daftar aktivitas kegiatan disertai dengan urutan
waktu, namun tidak ada batas waktu yang jelas. Tipe perencanaan yang ketiga,
daftar aktivitas disertai dengan urutan waktu dan perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mengerjakan aktivitas tersebut.
Langkah-langkah dalam menyusun
schedule adalah; 1) membuat daftar semua aktivitas, kemudian dikelompokkan
11
menjadi aktivitas fleksibel dan tidak fleksibel; 2) memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk menjalankan setiap aktivitas; 3) menyesuaikan total perkiraan
waktu yang diperlukan dengan waktu yang tersedia; 4) menyusun urutan waktu;
5) tuliskan perencanaan; dan 6) jika terdapat aktivitas yang berkaitan dengan
orang lain, maka komunikasikan hal tersebut kepada orang yang dimaksud.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Nickell dan Dorsey (1959) menyatakan bahwa sumber daya manusia
terdiri dari kemampuan, keterampilan, pola sikap, dan pengetahuan.
Sebuah
keluarga terdapat beberapa individu yang memiliki sumber daya manusia yang
berbeda-beda. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu
dalam keluarga pasti berpengaruh pada kemampuan keluarga dalam mengatur
kebutuhan keluarga tersebut. Selain itu, sumber daya individu keluarga akan
mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
mendapatkan sumberdaya yang lain.
Manajemen sumber daya manusia yang ada dalam keluarga juga
mencakup pembagian tugas dalam keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam
keluarga akan terpenuhi secara optimal. Pembagian kerja dalam rumah tangga
dapat dilihat dengan menggunakan empat hipotesis, yaitu: 1) resource and power
hypothesis; 2) time availability hypothesis; 3) sex-role hypothesis; dan 4)
preference-for-housework
hypothesis.
Resource
and
power
hypothesis
menyatakan bahwa semakin besar kontribusi pendapatan suami bagi keluarga,
maka semakin besar tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga.
Sebaliknya, semakin besar kontribusi pendapatan istri bagi keluarga, maka
semakin kecil tanggung jawab istri dalam urusan rumah tangga. Time availability
hypothesis menyatakan bahwa seorang istri yang bekerja memiliki alokasi waktu
dan tanggung jawab yang lebih sedikit untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga
dibandingkan dengan isteri yang tidak bekerja. Sex-role hypothesis menyebutkan
bahwa persepsi gender mempengaruhi pembagian kerja. Adapun preference-forhousework hypothesis menyatakan bahwa preferensi (ketertarikan) suami dan
isteri pada jenis pekerjaan tertentu mempengaruhi pembagian kerja dalam
keluarga. Secara umum, seorang istri menyukai aktivitas domestik seperti
12
mengasuh anak dan merapikan rumah, sedangkan ketertarikan suami pada
aktivitas domestik lebih rendah dibandingkan istri (Deacon dan Firebaugh 1988).
Keluarga dalam membagi aktivitas sesuai dengan peran yang telah
disepakati dalam keluarga melibatkan suami, istri, dan anak-anak. Perempuan
biasanya berperan dalam pekerjaan keseharian seperti memasak, mencuci,
membersihkan debu, berbelanja dan sebagainya tanpa dihitung sebagai karyawan
yang dibayar (Walker 1976). Namun tidak sedikit perempuan yang menjalani
peran sebagai pekerja publik yang mendapatkan bayaran untuk aktivitasnya.
Manajemen keuangan
Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus merupakan alat
pengukur dari sumberdaya suatu keluarga. Besarnya uang yang dimiliki oleh
seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang
dimilikinya. Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai
orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada untuk masa depannya dalam
perspektif waktu.
Manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan,
mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penggunaan pendapatan (Nickell dan
Dorsey 1959).
Manajemen keuangan keluarga dipengaruhi oleh tujuan dari
keluarga. Menurut Firdaus dan Sunarti (2009), manajemen keuangan keluarga
mencakup komunikasi dalam menggunakan pendapatan.
Masalah keuangan
merupakan hal yang paling banyak dibicarakan oleh keluarga dalam perencanaan
keuangan. Pengelolaan keuangan yang dilakukan suatu keluarga akan berbeda
dengan yang dilakukan keluarga lainnya karena kondisi pembatas dan prioritas
keuangan antar keluarga berbeda. Terbatasnya keuangan keluarga dan terbatasnya
tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan pengelolaan keuangan
menjadi sederhana. Ketersediaan sumberdaya lain, seperti waktu dan sumberdaya
manusia, penting dalam melakukan manajemen keuangan karena sumberdaya
tersebut memengaruhi penggunaan keuangan untuk mencapai tujuan (Deacon dan
Firebaugh 1988).
Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga merupakan gabungan sinergis dari ketahanan
ekonomi, ketahanan moral, dan ketahanan budaya. Ketiga ketahanan tersebut
13
saling berkaitan dan bersinergi dalam mewujudkan ketahanan keluarga.
Pendidikan
merupakan
faktor
yang
sangat
menentukan
terbentuk
dan
terpeliharanya ketahanan keluarga yang dilandasi oleh penghayatan yang
mendalam terhadap ajaran agama. Pembinaan dan penempaan yang tepat oleh
keluarga dengan ketahanan keluarga yang kuat akan mencerminkan adanya unsurunsur penting yang sangat memengaruhi yaitu kehidupan beragama secara nyata,
kesadaran melaksanakan nilai-nilai tradisi dan peran pendidikan dalam keluarga
(Syarief 1997).
Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 (BKKBN 1992)
merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental
spritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk
hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. Menurut Sunarti
(2001) ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seiring dengan
masalah yang dihadapi keluarga. Berdasarkan penelitian Sunarti (2001) dengan
menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output) ditemukan faktor dalam
ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis.
Ketahanan fisik
Ketahanan fisik keluarga berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga
yaitu kemampuan anggota keluarga dalam memeroleh sumberdaya ekonomi dari
luar sistem untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
perumabahan, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga akan tahan secara fisik jika
terbebas dari masalah ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan fisik keluarga.
Indikator ketahanan fisik keluarga adalah pendapatan perkapita keluarga melebihi
dari kebutuhan fisik minimum, dan atau lebih dari satu orang keluarga bekerja dan
memeroleh sumberdaya ekonomi melebihi kebutuhan fisik minimum.
Ketahanan sosial
Ketahanan sosial merupakan kekuatan keluarga dalam penerapan nilai
agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran
dan penerimaan peran, penetapan tujuan, seta dorongan untuk maju, yang akan
menjadi kekuatan dalam menghadapi masalah keluarga (termasuk masalah
14
perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat. Terdiri dari sumber daya
nonfisik, mekanisme penganggulangan masalah yang baik, berorientasi terhadap
nilai-nilai agama, efektif dalam berkomunikasi, senantiasa memelihara dan
meningkatkan komitmen keluarga, memelihara hubungan sosial, serta memiliki
penganggulangan krisis.
Ketahanan psikologis
Ketahanan psikologis merupakan kemampuan anggota keluarga untuk
mengelola emosinya
sehingga menghasilkan
konsep diri
yang
positif.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah non fisik keluarga.
kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam
menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik. Oleh sebab itu,
indikator dari ketahanan psikologis adalah anggota keluarga memiliki konsep diri
dan emosi yang positif. Masa