Impacts of Nature Tourism Activities on the Local Economy in the Areas of Bromo Tengger Semeru National Park

i

DAMPAK KEGIATAN WISATA ALAM
TERHADAP EKONOMI LOKAL DI KAWASAN
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

EKA SUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dampak Kegiatan Wisata
Alam Terhadap Ekonomi Lokal di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Eka Susanti
NRP A156120364

RINGKASAN
Eka Susanti. Dampak Kegiatan Wisata Alam terhadap Ekonomi Lokal di
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh ERNAN
RUSTIADI dan LILIK BUDI PRASETYO.
Nilai manfaat yang diperoleh dari suatu kawasan konservasi masih sering
dipandang sebelah mata. Padahal sesungguhnya manfaat yang diperoleh, baik
berupa manfaat langsung dan tidak langsung, sangatlah berlimpah. Salah satu
pemanfaatan dari kawasan konservasi adalah pemanfaatan kawasan untuk lokasi
wisata alam. Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dalam
pembangunan nasional karena dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, serta merangsang pertumbuhan
ekonomi regional. Salah satu bentuk pariwisata yang tengah banyak diupayakan
oleh Pemerintah Indonesia adalah kegiatan wisata alam yang mengandalkan
keindahan dan panorama alam di kawasan konservasi, termasuk taman nasional
dengan mendukung konsep ekowisata. Dengan demikian diharapkan kegiatan
wisata alam ini dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan terhadap
masyarakat sekitar, mampu meningkatan penerimaan negara, serta tetap berupaya
meningkatkan kelestarian lingkungan.
Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan analisis dampak ekonomi
wisata alam di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: 1) menghitung besarnya nilai dan
dampak ekonomi lokal kegiatan wisata alam di kawasan TNBTS, 2) mengetahui
hirarki perkembangan wilayah di sekitar kawasan TNBTS, 3) mengetahui
besarnya perubahan penggunaan lahan di kawasan TNBTS, serta 4) merumuskan
arahan strategi yang efektif dalam pengelolaan wisata alam di taman nasional
lainnya di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pembuat
kebijakan, yaitu pihak Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan
Pemerintah Daerah setempat sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam
pengembangan perencanaan dan pengelolaan wisata alam, serta memberikan

masukan dalam perumusan sebagai alternatif kebijakan yang perlu dilakukan
dalam pengelolaan wisata alam, sehingga dampak dan kontribusi wisata alam bagi
masyarakat dapat ditingkatkan.
Penelitian ini dilakukan di kawasan TNBTS dan difokuskan di kawasan
Pegunungan Tengger yaitu Resort Cemoro Lawang, dan kawasan pendakian
Gunung Semeru yaitu Resort Ranupane. Nilai ekonomi wisata alam di kawasan
TNBTS diperoleh dari pendugaan besarnya biaya pengeluaran wisatawan. Dari
pendekatan ini diperoleh nilai ekonomi total penyelenggaraan wisata alam di
TNBTS tersebut sebesar 341,23 milyar rupiah per tahun, yang terdiri dari kegiatan
wisata di kawasan Pegunungan Tengger sebesar 326,90 milyar rupiah per tahun
(95,80%) dan di kawasan pendakian Gunung Semeru sebesar 14,33 milyar rupiah
pertahun (4,20%). Rata-rata pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan di
kawasan Pegunungan Tengger adalah 2.769.363 rupiah. Sekitar 2.258.620 rupiah
(81,56%) dari pengeluaran wisatawan tersebut terjadi di luar kawasan taman
nasional. Rata-rata pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan di kawasan
Pendakian Gunung Semeru sebesar 569.000 rupiah per orang. Sekitar 438.443

v

rupiah (77,05%) dari pengeluaran wisatawan tersebut terjadi di luar kawasan

taman nasional.
Pengeluaran atau belanja dari wisatawan memberikan manfaat langsung,
tidak langsung, dan dampak lanjutan bagi masyarakat sekitar kawasan. Dampak
ekonomi dari pengeluaran wisatawan tersebut dikuantifikasi menggunakan
Keynesian Multiplier. Hasilnya menunjukkan bahwa dampak ekonomi dari
pengeluaran wisatawan di kawasan Pegunungan Tengger lebih tinggi
dibandingkan di kawasan Pendakian Semeru. Dari hasil penelitian juga tercatat
bahwa nilai Local Income Multiplier di kawasan Pegunungan Tengger adalah
0,11, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 6,14, dan nilai Ratio Income
Multiplier Tipe 2 sebesar 7,59. Di kawasan Pendakian Gunung Semeru untuk nilai
yang sama berturut-turut tercatat 0,48, 2,71, dan 4,06. Dengan nilai tersebut dapat
dikatakan bahwa kegiatan wisata alam di kawasan TNBTS mampu memberikan
dampak ekonomi walaupun masih relatif kecil bagi masyarakat di sekitar
kawasan.
Desa-desa yang terdapat di sekitar kawasan TNBTS merupakan desa
dengan tingkat perkembangan wilayah yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
minimnya fasilitas pelayanan publik yang terdapat di desa tersebut. Hasil analisis
skalogram menunjukkan bahwa 4 desa (5,56%) merupakan desa dengan tingkat
pertumbuhan Hirarki 1. Desa yang masuk dalam Hirarki II sebanyak 33,33% dan
Hirarki III sebanyak 61,11% dari keseluruhan desa yang ada di sekitar kawasan

TNBTS. Dua dari empat desa yang masuk dalam Hierarki I adalah desa-desa yang
terkait secara langsung dengan aktivitas wisata yang ada di kawasan TNBTS,
sekaligus merupakan desa yang berbatasan langsung dan menjadi pintu masuk
utama lokasi wisata. Dua desa tersebut yaitu Desa Ngadisari dan Desa Ranupane.
Kegiatan wisata alam yang tinggi di kedua desa ini memberikan dampak bagi
perkembangan wilayah berupa peningkatan sarana pelayanan publik terutama
fasilitas pelayanan jasa berupa penginapan, restoran, dan rumah makan.
Selain dampak pada bidang ekonomi, kegiatan wisata alam di kawasan
TNBTS juga memberi pengaruh pada kelestarian kawasan. Kawasan TNBTS
banyak mengalami perubahan tutupan menjadi hutan sekunder yang berada pada
desa-desa dengan tingkat perkembangan rendah dan merupakan desa dengan
Hirarki III. Selain itu, perubahan penutupan lahan di kawasan ini terjadi di sekitar
desa-desa yang memiliki akses terbatas ke kegiatan wisata alam.
Pada pelaksanaannya, pengelolaan dan pengembangan kegiatan wisata
alam di kawasan TNBTS memerlukan koordinasi dan kerjasama multi pihak dari
semua pihak terkait. Pengelolaan wisata alam di kawasan TNBTS memerlukan
peranan yang lebih besar dan kerjasama para pihak, terutama dari pemerintah
pusat yang dalam hal ini diwakilkan kepada Balai Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru selaku pengelola. Selain itu kegiatan wisata alam di kawasan
TNBTS hendaknya dikembangkan ke bentuk ekowisata dengan memprioritaskan

penanganan aspek-aspek ekologi dibandingkan aspek ekonomi dan sosial budaya,
khususnya pengendalian kerusakan ekosistem kawasan serta penanganan sampah
dan limbah.
Kata kunci: dampak ekonomi, multiplier effect, Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru

SUMMARY
EKA SUSANTI. Impacts of Nature Tourism Activities on the Local Economy in
the Areas of Bromo Tengger Semeru National Park. Supervised by ERNAN
RUSTIADI and LILIK BUDI PRASETYO.
The benefit values derived from a conservation area are still often
underestimated. In fact, the real benefits, direct and indirect, are quite many. One
of the utilizations of the conservation area is for the location of nature tourism.
Tourism is one of the important economic sectors in the national development
because it can improve the community welfare, create jobs, and stimulate regional
economic growth. One of the many forms of tourism being promoted by the
government of Indonesia is nature tourism that relies on the beauty of nature and
natural panorama in conservation areas, including national parks to support the
concept of ecotourism. Therefore, it is expected that this nature tourism activity
can provide a significant economic impact on the surrounding communities,

increase state revenue and improve environmental sustainability.
The main purpose of this study was to analyze the economic impact of
nature tourism in the National Park of Bromo Tengger Semeru (TNBTS). This
study had four objectives: (1) to find out the value and impact of the local
economic activities in the areas of TNBTS, (2) to learn about the hierarchies of
the area development around TNBTS, (3) to learn about the magnitude of changes
in land use in TNBTS areas, and (4) to fomulate alternative strategy on nature
tourism development in TNBTS.
The results of this study were expected to provide input to policy makers,
namely National Park Center of Bromo Tengger Semeru and the local government
as the party responsible for the development planning and the management of
nature tourism, providing input in the formulation of policy alternatives that need
to be done in nature tourism management, so that the impact and contribution of
nature tourism to the community can be improved.
This research was conducted in TNBTS areas, focusing on the Tengger
Mountains Area, that is, Cemoro Lawang Resort, and the Mount Semeru
Climbing Area called Ranupane Resort. The economic value of nature tourism in
TNBTS area was obtained from estimating the cost of tourist spending. Based on
this approach, it was obtained that the total economic value of running nature
tourism in TNBTS was 341.23 million rupiah, which consisted of tourism

activities in Tengger Mountains amounting to 326.90 million rupiah (95.80 %)
and in the hiking area of Mount Semeru at 14.33 million rupiah (4.20 %). The
average tourist expenditure for one visit in the Tengger Mountains Area was
2,769,363 rupiah. Approximately 2,258,620 rupiah (81.56 %) of tourist spending
occurred outside the national park. Meanwhile, the average tourist expenditure for
one visit in the Mount Semeru Climbing Area was 569,000 rupiah per person.
Approximately 438,443 rupiah (77.05 %) of tourist spending occurred outside the
national park.
The expenditure of travelers provides direct as well as indirect benefits and
further impact on the communities around the areas. The economic impact of
tourist spending was quantified using Keynesian Multiplier. The results indicated

vii

that the economic impact of tourist spending on the Tengger Mountains Area was
higher than that in the Mount Semeru Climbing Area. From the study results, it is
also important to note that the value of Local Income Multiplier in the Tengger
Mountains Area was 0.11, the value of Ratio Income Multiplier Type 1 was 6.14,
and the value of Ratio Income Multiplier Type 2 was 7.59. In the meantime, in the
Mount Semeru Climbing Area, the same values were recorded 0.48, 2.71, and

4.06, respectively. With these values it can be said that nature tourism activities in
the TNBTS areas were able to bring economic impact, although still relatively
small, to the communities around the areas.
The villages located in the vicinity of TNBTS areas were the villages with
a low level of development as indicated by the lack of public service facilities.
The results of schallogram analysis showed that 4 villages (5.56 %) were the ones
with a growth rate of Hierarchy 1, and the villages which belonged to Hierarchy II
were 33.33 % and Hierarchy III 61.11 % out of the total villages around TNBTS.
Two of the four villages that fell into hierarchy I -- Desa Ngadisari and Desa
Ranupane -- were the villages that are directly related to tourism activities in the
areas of TNBTS since they are the main entrance of the tourist sites. The high rate
of nature tourism activities in the two villages has good impacts on the
development of the areas in terms of increasing public service facilities, especially
the service facilities such as accommodation, restaurants and eating places.
In addition to the impact on the economy, nature tourism activities in the
areas of TNBTS also affect the sustainability of the region. TNBTS region came
under pressure in the form of encroachment and land use change, which is
relatively higher than the surrounding communities residing in the villages with a
low level of development and a village belonging to Hierarchy III.
In the implementation, the management and development of nature

tourism activities in the areas of TNBTS require coordination and cooperation
involving different parties from various levels of responsibility and authority. The
management of nature tourism in the areas of TNBTS requires a larger role and
cooperation of the parties involved, especially from the central government,
which, in this case, is represented by Center for Bromo Tengger Semeru National
Park as the manager. Additionally, the nature tourism activities in the areas of
TNBTS should be developed to form ecotourism with a priority of handling
ecological aspects rather than economic and socio-cultural aspects, particularly
ecosystems and damage control and waste management.
Keywords: Bromo Tengger Semeru National Park, economic impact, multiplier
effect

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB .

i

DAMPAK KEGIATAN WISATA ALAM
TERHADAP EKONOMI LOKAL DI KAWASAN
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

EKA SUSANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Rinekso Soemakdi, M.Sc.F.Trop

iii

Judul Tesis : Dampak Kegiatan Wisata Alam terhadap Ekonomi Lokal di
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Nama
: Eka Susanti
NRP
: A156120364

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Ketua

Prof. Dr. Lilik Budi Prasetyo
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Santun Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 31 Desember 2013

Tanggal Lulus:

iii

PRAKATA
Assalaamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Dampak
Kegiatan Wisata Alam terhadap Ekonomi Lokal di Kawasan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini pennulis menyampaikan rasa cinta dan terima kasih
setulus hati kepada :
1. Bapak Dr. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Komisi pembimbing yang
ditengah kesibukannya selalu meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam
memberikan bimbingan, arahan, dan selalu memberikan wawasan baru kepada
penulis;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, sebagai anggota komisi pembimbing
atas bimbingan, arahan, dan masukannya yang sangat bermanfaat;
3. Segenap dosen pengajar, asisten, dan staf pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah (PWL) Sekolah Pascasarjana IPB;
4. Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas);
5. Teman-teman di Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara dan
rekan-rekan di Direktorat PJLKKHL terutama Pak Bambang Supriyanto selaku
Direktur PJLKKH atas izin yang diberikan, Kepala Balai BBTNBTS juga
teman-teman di Resort Laut Pasir Tengger dan Resort Ranupane yang banyak
membantu selama penulis melakukan penelitian;
6. Rekan-rekan PWL IPB angkatan 2012 kelas khusus untuk kebersamaan dan
dukungan yang selalu menyemangati penulis, terkhusus bagi Andi „Yanul‟
Mulyani, Puri ‟Puray‟ Puspitasari, Jamilah „Kk Jamil‟ Hayati, Dudu „Kakek‟
Sudarya, Bang Edwin, Kak Aray, dan semua yang namanya tidak dapat penulis
sebut satu-satu;
7. Keluarga Mbak Nung dan Mas Wawan atas bantuannya selama penulis berada
di Malang;
8. Keluarga Besar di Lampung dan Jakarta, untuk dukungan dan kepercayaannya;
9. Dan yang terutama penulis menghaturkan cinta dan terima kasih yang tak
terhingga kepada suami Hanom Bashari dan ananda Abqori Azib Bashari
tercinta atas segala cinta, do‟a, dukungan, pengertian yang selalu dilimpahkan
kepada penulis selama ini dan waktu yang akan datang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.
Wassalaamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.

Bogor, Januari 2014

Eka Susanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1
1
4
6
6
7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Wisata Alam di Kawasan Taman Nasional
Konsep Wilayah dan Perkembangan Wilayah
Kontribusi dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam

8
8
12
14

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Contoh
Analisis dan Pengolahan Data
Analisis Nilai Ekonomi Kegiatan Wisata Alam
Analisis Dampak Ekonomi Wisata Alam
Analisis Hirarki Perkembangan Wilayah
Analisis Spasial
Analytical Hierarchy Process (AHP)

18
18
23
24
25
26
26
27
28
30
31

4 GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER
SEMERU
Sejarah Kawasan
Kondisi Fisik Lapangan
Luas dan Letak
Iklim
Topografi
Geologi dan Tanah
Hidrologi
Keadaan Biologi
Ekosistem
Flora dan Fauna
Kondisi Umum Masyarakat Sekitar TNBTS
Kependudukan, Luas Wilayah dan Mata Pencaharian
Agama
Pendidikan Masyarakat Sekitar Kawasan TNBTS
Objek dan Kegiatan Wisata Alam Kawasan TNBTS

35
35
36
36
37
38
38
38
39
39
41
42
42
42
43
43

v

Pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

46

5 NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM TAMAN
NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
Jumlah dan Asal Wisatawan
Nilai Ekonomi Wisata Alam Kawasan TNBTS
Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam
Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact)
Dampak Ekonomi Tak Langsung (Indirect Impact)
Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact)
Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan

48
48
51
53
54
58
61
61

6 TINGKAT PERKEMBANGAN DESA-DESA SEKITAR
KAWASAN DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
Hirarki Tingkat Perkembangan Desa Sekitar TNBTS
Perubahan Penutupan Lahan dalam Kawasan TNBTS
Penutupan Lahan dalam Kawasan TNBTS
Perubahan Penutupan Lahan di Kawasan TNBTS

65
65
72
72
73

7 STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM TAMAN
NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
Pengembangan Wisata Alam Berdasarkan Aspek Ekologi
Pengembangan Wisata Alam Berdasarkan Aspek Ekonomi
Pengembangan Wisata Alam Berdasarkan Aspek Sosial Budaya

76
81
84
86

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

89
89
89

DAFTAR PUSTAKA

91

LAMPIRAN

96

RIWAYAT HIDUP

115

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15

16

17

18
19
20
21
22
23

Tujuan, Metode Analisis, Data, Sumber Data dan Output
Kelompok Responden, Teknik Pengambilan Contoh dan Jumlah
Responden
Struktur Tabel Analisis Skalogram
Sistem Urutan (Ranking) Penilaian Prioritas
Jalur/Rute Pintu Masuk menuju Kawasan TNBTS
Pengunjung TNBTS Tahun 2006-2012 berdasarkan Asal Wisatawan
(Orang)
Besarnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) TNBTS dari
Karcis Masuk Pengunjung (Rp/Tahun)
Responden Wisatawan Komplek Pegunungan Tengger dan Komplek
Pendakian Semeru menurut Asal Wisatawan
Responden Wisatawan menurut Pekerjaan Responden (Orang)
Responden Wisatawan menurut Jumlah Kunjungan
Responden berdasarkan Kelompok Asal Daerah dan Lokasi Menginap
Responden Wisatawan berdasarkan Lama Menginap dan Tempat
Menginap
Nilai Ekonomi Penyelenggaraan Kegiatan Wisata Alam Kawasan
TNBTS berdasarkan Alokasi Pengeluaran Pengunjung (Rp/Orang)
Proporsi Pendapatan (Income) dan Biaya Produksi terhadap
Penerimaan Total Unit Usaha Wisata Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru
Perbandingan Pendapatan (Income) Rata-Rata Pemilik unit Usaha
Wisata di Kawasan Pegunungan Tengger dan Pendakian Gunung
Semeru TNBTS
Perbandingan Rata-Rata Pendapatan Tenaga Kerja Lokal pada Unit
Usaha Wisata di Pegunungan Tengger dan Pendakian Gunung
Semeru TNBTS
Proporsi Rata-Rata Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal terhadap
Pendapatan di Kawasan Pegunungan Tengger dan Pendakian Gunung
Semeru
Nilai Pengganda/Multiplier dari Aliran Uang Kegiatan Wisata Alam
di Pegunungan Tengger dan Pendakian Gunung Semeru
Perbandingan Jumlah Desa berdasarkan Tingkat Hirarki
Perkembangan Wilayah Tahun 2008 dan tahun 2011
Tingkat Hirarki Perkembangan Wilayah Desa Sekitar TNBTS
Pusat Perkembangan Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru berdasarkan Kecamatan
Tipe Penutupan Lahan di Kawasan TNBTS
Perubahan Penutupan Lahan Kawasan TNBTS

21
25
29
33
37
46
47
49
49
50
50
51
52

56

57

58

61
62
67
67
70
72
74

vii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jumlah Pengunjung Taman Nasional Tahun 2008 - 2012
Bagan Alir Rumusan Permasalahan
Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Lokal Akibat Pengeluaran
Wisatawan
Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Bagan Alir Penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Sruktur Hierarki Alternatif Pengembangan Wisata Alam di TNBTS
Peta Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru
Tingkat Kunjungan Wisatawan Setiap Bulan
Peta Hirarki Perkembangan Desa Sekitar Kawasan TNBTS
Sebaran Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Tahun 2011
Perubahan Penutupan Lahan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru Tahun 2000-2011
Struktur Hierarki Alternatif Pengembangan Wisata Alam di TNBTS
Prioritas Pihak yang Berperan dalam Pengembangan Wisata Alam
Kriteria Aspek Prioritas dalam Pengembangan Wisata Alam TNBTS
Prioritas Kriteria dan Alternatif PengembanganWisata Alam TNBTS
Realisasi Penerimaan PNBP Kementerian Kehutanan
Alternatif Pengembangan Wisata Alam TNBTS berdasarkan Aspek
Ekologi
Alternatif Pengembangan Wisata Alam TNBTS berdasarkan Aspek
Ekonomi
Alternatif Pengembangan Wisata Alam TNBTS berdasarkan Aspek Sosial
Budaya

3
6
16
20
22
23
34
44
47
71
73
75
76
77
77
77
79
82
84
86

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4

Peta Desa-Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru
Perubahan Penutupan Lahan Kawasan Taman Nasional Bromo Tenger
Semeru Tahun 2000-2011
Karakteristik Desa-Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru
Dokumentasi

97
98
99
111

i

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa
dengan luas daratan 1.910.931,32 km2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat
Statistik 2012). Hal ini menyebabkan keberagaman kekayaan sumber daya alam
Indonesia sangat tinggi. Indonesia merupakan negara mega biodiversity ketiga
setelah Brazil dan Zaire (Kongo). Berbagai spesies tumbuhan dan satwa hidup
tersebar di berbagai tipe ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem
mangrove, savanna, bukit kapur, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan dataran
tinggi, dan sebagainya.
Kawasan-kawasan tersebut tidak hanya merupakan tempat tinggal yang
aman bagi satwa yang ada di dalamnya tetapi juga merupakan sumber penghasil
„non kayu‟ yang berguna untuk masyarakat bila dikelola secara bijaksana. Bagi
negara berkembang seperti Indonesia, hal ini menjadi sangat berarti karena
kegiatan yang berorieantasi „kembali ke alam‟ telah berkembang menjadi salah
satu cara baru dalam memanfaatkan sumber daya alam. Keberagaman kekayaan
sumber daya alam ini merupakan modal dasar dalam pembangunan dan modal
potensial dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui
perkembangan sektor pariwisata terutama wisata alam.
Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dalam
pembangunan nasional karena dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat,
membuka lapangan pekerjaan, serta merangsang pertumbuhan ekonomi regional
(Kemenparekraf 2011). Pariwisata atau kepariwisataan adalah keseluruhan
kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha (UU 10/2009 tentang Kepariwisataan). Definisi pariwisata atau tourism
memiliki ruang lingkup dan kegiatan yang luas. Pariwisata setidaknya meliputi
lima jenis kegiatan meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata alam
(natural tourism), wisata pedesaan (rural and agrotourism), wisata budaya
(cultural tourism), dan perjalanan bisnis (business travel).
Salah satu bentuk pariwisata adalah wisata alam yang banyak
memanfaatkan daerah alami sebagai tujuan utamanya. Salah satu diantaranya
adalah kawasan konservasi seperti dalam bentuk taman nasional. Taman nasional
merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang dikelola untuk tujuan
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
serta pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Secara umum nilai manfaat
yang diperoleh dari suatu kawasan konservasi masih sering tidak diperhatikan.
Padahal sesungguhnya kawsan konservasi banyak memberikan manfaat, baik
manfaat yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
pemanfaatan dari kawasan konservasi adalah berupa pemanfaatan kawasan
sebagai objek dan daya tarik wisata alam.
Taman nasional mempunyai peran yang sangat strategis dalam pelestarian
alam. Dengan potensi sumberdaya alam hayati yang terdapat di dalam taman

2
nasional, diharapkan kawasan konservasi dapat menjadi salah satu sumber devisa
negara di masa depan. Pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi harus
diarahkan kepada pemanfaatan yang bersifat multifungsi dengan memperhatikan
aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya serta mengutamakan kesejahteraan
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.
Destinasi atau daerah tujuan kegiatan wisata alam umumnya dapat berupa
kawasan dengan keadaan alam yang masih alami berupa kawasan konservasi,
diantaranya adalah kawasan taman nasional. Kegiatan berwisata alam di taman
nasional di Indonesia semakin dikenal secara luas, karena diantaranya banyaknya
liputan perjalanan dan promosi paket wisata di kawasan taman nasional, baik yang
diliput oleh media nasional maupun internasional. Beberapa tujuan wisata alam di
taman nasional di Indonesia mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi khususnya
karena memiliki keunikan ekosistem dan kekhasan satwanya juga daya Tarik
sosial budaya dan tradisi masyarakat lokal setempat. Beberapa taman nasional
dengan aksesibilitas yang lebih baik dan mudah telah menjadi tujuan wisata
favorit baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Saat ini Indonesia telah memiliki 50 buah taman nasional, dalam bentuk
darat maupun laut (Kementerian Kehutanan 2007). Dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 disebutkan bahwa taman nasonal adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Salah satu bentuk pemanfaatan jasa
lingkungan dari kawasan taman nasional adalah pemanfaatan keunikan dan
keindahan bentang alam serta keragaman flora fauna untuk pariwisata dan
rekreasi alam. Banyak potensi wisata alam yang dapat dikembangkan dari suatu
kawasan taman nasional baik berupa keindahan alam dan ekosistemnya,
keragaman sumber daya hayatinya, juga potensi budaya dan religi yang berasal
dari masyarakat yang ada di sekitar taman nasional. Setiap kawasan taman
nasional mempunyai karakteristik wisata alam yang unik dan umumnya berbeda
antara yang satu dengan yang lain.
Kegiatan wisata alam dalam kawasan taman nasional cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Laporan Kementerian Kehutanan (Statistik
Direktorat PJLKKHL 2012) menyebutkan bahwa jumlah pengunjung atau
wisatawan baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri yang datang ke taman
nasional semakin meningkat dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada
Gambar 1. Selain memberikan manfaat ke masyarakat sekitar, kegiatan wisata
alam dalam kawasan taman nasional berkontribusi dalam memberikan pendapatan
kepada negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh
dari karcis masuk ke dalam kawasan taman nasional.

3

Gambar 1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Tahun 2008 - 2012
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu
kawasan yang menjadi tujuan wisata alam utama yang ada di Provinsi Jawa
Timur. Daya tarik wisata utama yang ada di TNBTS berupa wisata pendakian
Gunung Semeru dan Gunung Bromo serta wisata budaya masyarakat adat
Tengger yang sangat terkenal. Pada tahun 2012 (Statistik TNBTS 2012) jumlah
wisatawan yang datang ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mencapai
275.874 wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri atau sebesar 15,18% dari
total keseluruhan pengunjung taman nasional di Indonesia. Selain itu, TNBTS
merupakan taman nasional penghasil PNBP tertinggi yaitu dengan menyumbang
PNBP bagi pemerintah sebesar Rp. 1.534.231.750,- atau 14,07% dari total PNBP
Kementerian Kehutanan dari karcis masuk objek wisata alam di kawasan taman
nasional seluruh Indonesia (Statistik Direktorat PJLKKHL 2012).
Tingginya kegiatan ekonomi yang terjadi akibat adanya wisata alam akan
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar, karena bagaimana pun
kegiatan wisata alam tidak terlepas dari interaksi masyarakat. Selain berpengaruh
terhadap pendapatan masyarakat, pada akhirnya kegiatan ekonomi dari wisata
alam di kawasan TNBTS ini akan menciptakan pengaruh terhadap perkembangan
wilayah di sekitarnya baik dalam skala lokal maupun skala regional.
Mengingat besarnya potensi sumberdaya untuk kegiatan wisata alam di
kawasan ini maka penelitian yang berkaitan dengan análisis ekonomi kegiatan
wisata alam penting dilakukan. Dampak ekonomi yang diperoleh dari kegiatan
wisata alam di kawasan taman nasional khususnya di TNBTS belum pernah
dianalisis. Selama ini kajian mengenai kegiatan wisata alam di TNBTS masih
sebatas studi permintaan maupun valuasi atau penilaian manfaat tidak langsung
dari kawasan tersebut. Oleh karena itu suatu análisis yang komprehensif mengenai
dampak kegiatan wisata alam di kawasan TNBTS dan kontribusinya terhadap
perkembangan wilayah secara regional penting dilakukan untuk menunjukkan
sejauh mana aktivitas wisata alam di kawasan ini berkontribusi terhadap ekonomi
lokal dan pengembangan wilayah sekitar. Analisis mengenai dampak ekonomi ini
memberikan gambaran yang nyata mengenai dampak ekonomi yang langsung
dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, kawasan TNBTS memiliki
keistimewaan karena memiliki potensi wisata alam dengan nilai jual yang tinggi
dan status kawasan ini sebagai salah satu kawasan konservasi. Maka diharapkan

4
analisis mengenai dampak ekonomi ini dapat menciptakan suatu gambaran
kegiatan wisata alam yang mampu memberikan dampak positif terhadap
perekonomian daerah dan mampu mendukung pelestarian lingkungan sebagai
wujud dari pembangunan berkelanjutan.

Perumusan Masalah
Taman nasional merupakan salah satu bentuk dari kawasan konservasi yang
dikelola dengan tujuan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan hewan serta pemanfaatan sumber
daya alam dan ekosistemnya secara berkelanjutan. Taman nasional sendiri
merupakan kawasan yang dikelola dengan sistem zonasi dan dapat dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi.
Salah satu bentuk pemanfaatan jasa lingkungan dari kawasan taman
nasional adalah pemanfaatan keunikan dan keindahan bentang alam serta
keragaman flora fauna untuk pariwisata dan rekreasi alam. Karena itu kawasan
taman nasional memegang peranan yang cukup penting dalam pengembangan
wisata alam. Kegiatan wisata alam merupakan sektor riil terdepan yang mengemas
jasa lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat bagi banyak
kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Besarnya peranan
taman nasional dalam kegiatan wisata alam seharusnya dapat memberikan
dampak dan kontribusi yang nyata dalam perekonomian wilayah. Dengan
demikian dukungan kelestarian terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati
dalam kawasan dapat terus terjaga tanpa harus mengorbankan ekonomi
masyarakat sekitar yang memiliki akses sangat terbatas untuk mendapatkan
manfaat langsung dari kawasan taman nasional.
Perkembangan kegiatan wisata alam yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan dan transaksi antara wisatawan dengan masyarakat
lokal tentunya membawa sejumlah dampak ekonomi. Tingginya potensi objek dan
daya tarik wisata alam dalam kawasan taman nasional memberikan dampak
terhadap tingginya jumlah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun
mancanegra yang datang berkunjung ke lokasi wisata alam dalam kawasan taman
nasional. Konsep wisata alam merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kawasan
taman nasional yang sudah umum dilakukan. Dengan keunikan bentang alam
ataupun satwa dan tumbuhan yang khas banyak mengundang wisatawan baik
domestik maupun mancanegara untuk datang dan berpetualang di taman nasional.
Pengembangan ekowisata yang efektif dengan sendirinya akan memberikan
dampak kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Selanjutnya dengan sendirinya
hal ini akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian wilayah melalui
aktivitas belanja yang dilakukan oleh para wisatawan.
Pengaruh ekonomi wisata alam terhadap wilayah diketahui dengan
mengikuti aliran pola pembelanjaan pengunjung, kemudian memperkirakan
kontribusinya terhadap jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan
dalam ekonomi wilayah amatan, yang dapat berupa wilayah pedesaan, perkotaan
maupun suatu negara (Frechtling 1987, Stynes et al. 2003). Pola pembelanjaan
(komposisi dan besar pembelanjaan) pengunjung pada umumnya menunjukan

5
pembelian barang dan layanan, baik dari ekonomi lokal maupun luar wilayah.
Pola pembelanjaan pengunjung tersebut mengindikasikan pengaruh langsung
terhadap sektor pariwisata, namun tidak menunjukan pengaruh total pariwisata
terhadap ekonomi wilayah.
Selain menimbulkan dampak terhadap perekonomian wilayah masyarakat
lokal yang berada di sekitar kawasan taman nasional, kegiatan ekonomi wisata
alam di taman nasional ini juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan
wilayah. Kontribusi dari kegiatan wisata alam bagi perkembangan wilayah dapat
dilihat dari tingkat perkembangan desa-desa dan perbaikan kualitas pelayanan
umum di daerah yang berada di sekitarnya. Tingginya aktivitas ekonomi yang
dihasilkan dari kegiatan wisata alam akan memberikan pengaruh berupa
pembangunan fasilitas dan peningkatan mutu pelayanan jasa dan pelayanan umum
untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan dan akhirnya meningkatkan penyediaan
unit fasilitas di daerah tersebut.
Studi mengenai dampak ekonomi kegiatan wisata alam di kawasan TNBTS
yang telah dilakukan sebelumnya hanya sebatas aspek makro dan menganalisis
permintaan jumlah wisatawan dan kontribusi kegiatan wisata alam di kawasan ini
terhadap penerimaan Negara melalui penerimaan PNBP, sehingga sampai saat ini
belum diketahui nilai dampak ekonomi aktivitas wisata alam bagi masyarakat
lokal juga terhadap perkembangan desa-desa sekitar kawasan. Nilai ini penting
untuk membuktikan dan menunjukkan kontribusi kegiatan wisata alam bagi
masyarakat lokal yang selama ini dinilai memiliki akses langsung terhadap
sumberdaya.
Hal lain yang menjadi penting untuk dicermati dari dampak kegiatan
pariwisata secara umum dan wisata alam secara khusus adalah seberapa besar
dampak ekonomi berperan nyata bagi pembangunan masyarakat dan regional.
Dalam kaitan ini perlu dilakukan pengkajian mengenai seberapa besar dampak
ekonomi kegiatan wisata alam yang mendorong pertumbuhan perekonomian
masyarakat termasuk dampak terhadap pengembangan sektor-sektor lain. Dari
permasalahan tersebut di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Berapa besar peranan kegiatan wisata alam di taman nasional memberikan
dampak ekonomi lokal dan manfaat terhadap masyarakat sekitar kawasan;
2. Bagaimana tingkat perkembangan wilayah sekitar kawasan dan bagaimana
kontribusi kegiatan wisata alam tersebut terhadap pengembangan wilayah di
sekitar kawasan TNBTS;
3. Bagaimana perubahan penutupan lahan di kawasan TNBTS
4. Bagaimana arah dan alternatif pengembangan wisata alam di kawasan TNBTS.
Secara lebih ringkas gambaran rumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam Gambar 2.

6

Gambar 2 Bagan Alir Rumusan Permasalahan

Tujuan Penelitian
1.

2.
3.
4.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Menghitung besarnya nilai dan dampak ekonomi lokal kegiatan wisata alam di
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang meliputi dampak
langsung, dampak tidak langsung dan dampak lanjutan;
Mengetahui hirarki perkembangan wilayah sekitar kawasan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru;
Mengetahui perubahan penutupan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru;
Merumuskan arahan dalam pengelolaan wisata alam di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini berupaya mengkuantifikasi kontribusi ekonomi kegiatan
wisata alam pada masyarakat lokal di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Kuantifikasi nilai dampak ekonomi dan analisis kebijakan pengelolaan
kegiatan wisata alam diharapkan dapat menilai apakah kegiatan wisata alam ini
memiliki peluang sebagai suatu mata pencaharian alternatif yang memadukan
kepentingan ekologi dan ekonomi di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, sehingga mendukung pengelolaan pembangunan berkelanjutan. Hasil
penelitian ini nantinya diharapkan dapat menunjukkan bahwa kegiatan wisata
alam dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan nilai tambah

7
serta mampu mengurangi degradasi lingkungan dan menurunkan ancaman
kerusakan ekosistem kawasan taman nasional.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi bagi pihak
Balai Taman Nasonal Bromo Tengger Semeru dan pemerintah daerah setempat
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan perencanaan dan
pengelolaan wisata alam, serta memberikan masukan dalam perumusan sebagai
alternatif kebijakan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan wisata alam.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini meliputi economic impact assessment, pengukuran economic
value dan alternatif kebijakan pengelolaan kwgiatan wisata alam di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Penelitian ini hanya dilakukan pada
kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional yang pengelolaannya berbasis
masyarakat dan tidak pada private tourism. Perhitungan dampak ekonomi yang
dilakukan hanya dampak perputaran uang di tingkat lokal dari pengeluaran
wisatawan dimana penilaian ini ridak meliputi dampak dari proyek pembangunan
pariwisata keseluruhan. Pengukuran nilai ekonomi hanya dilakukan secara parsial
dengan dengan mengakumulasi total pengeluaran wisatawan dalam melakukan
kegiatan wisata. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi sesuai dengan tujuan yaitu
untuk mengetahui dampak kegiatan wisata alam terhadap ekonomi lokal di
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Berdasarkan ruang lingkup tersebut, beberapa batasan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Perhitungan dampak ekonomi dari kegiatan wisata alam dilakukan hanya
dampak dari perputaran uang di tingkat lokal dari pengeluaran wisatawan
(spending tourist).
2. Dampak yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas hanya pada dampak
ekonomi lokal, tidak memperhitungkan dampak kegiatan wisata alam
terhadap lingkungan/ekologi dan sosial masyarakat sekitar.
3. Desa-desa sekitar kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desadesa yang berada di sekitar dan berbatasan langsung dengan kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru dan ditetapkan oleh Balai Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru sebagai Desa Penyangga.
4. Perubahan penutupan lahan dalam kawasan dapat diartikan sebagai adanya
perubahan kondisi alami hutan yang dapat menyebabkan perubahan fungsi
hutan yang dikarenakan oleh aktivitas manusia ataupun secara alami terjadi
kerena faktor alam.

8

2 TINJAUAN PUSTAKA

Wisata Alam di Kawasan Taman Nasional
Pariwisata alam merupakan aktivitas mengisi waktu luang yang
dibangkitkan oleh keberadaan kawasan lindung, baik berupa taman nasional
maupun kawasan terlindungi lainnya (Kline 2001). Wells (1997) juga
menyebutkan bahwa wisata alam adalah salah satu bentuk pariwisata yang
atraksinya berada di tempat-tempat yang mempunyai nilai ekologis. Menurut
Bori-Sanz dan Niskanen (2002) istilah wisata alam berhubungan dengan
pengalaman yang didapat dari lingkungan alamiah dan amenitas yang disediakan
untuk keperluan rekreasi. Berdasarkan beberapa batasan tersebut, pariwisata alam
pada dasarnya bergantung pada tempat dan pengalaman yang berhubungan
dengan lingkungan alamiah. Dengan demikian sebagian besar daerah tujuan atau
destinasi dari kegiatan wisata alam adalah daerah yang masih memiliki kondisi
alam yang alami dengan keunikan tersendiri dan sebagian besar merupakan
bentuk wisata minat khusus.
Aktifitas wisata adalah penggunaan waktu luang yang menyenangkan dan
konstruktif yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental
maupun fisik. Yoeti (1990) mendefinisikan wisata adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu maksud tertentu dan
dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Definisi lain dikemukakan oleh Gunn
(1994), yang menyatakan bahwa wisata adalah suatu pergerakan manusia yang
bersifat sementara dari tempat tinggal atau pekerjaannya menuju satu tujuan
tertentu, dimana aktivitas dilakukan di tempat tersebut serta disediakan fasilitas
untuk mengakomodasi keinginan mereka. Sementara WTO (Fennel 1999)
mendefinisikan kegiatan wisata sebagai kegiatan perjalanan seseorang untuk
kesenangan (pleasure), minimal satu hari dan tidak lebih dari satu tahun untuk
wisatawan mancanegara dan enam bulan bagi wisatawan domestik.
Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta, yaitu pari yang artinya
penuh, lengkap, atau berkeliling, serta wisata yang artinya pergi meningggalkan
rumah terus-menerus, mengembara, sehingga jika dirangkai menjadi pariwisata,
artinya pergi secara lengkap yaitu meninggalkan rumah berkeliling terus menerus.
Dalam operasionalnya, Pemerintah Indonesia mendefinisikan sebagai mereka
yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di
tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka (Pendit
2002).
Dalam Agenda 21 (Fandeli dan Muhklison 2000) pariwisata didefinisikan
yaitu seluruh kegiatan orang dalam melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu
tempat di luar lingkungan kesehariannya untuk jangka waktu tidak lebih dari
setahun untuk bersantai (leisure), bisnis dan berbagai maksud yang lain. Dari
definisi tersebut berkembang sifat pariwisata yng sangat dinamis sehingga
pariwisata mendapatan julukan sebagai; multi billion business, factory without
smoke, gold mining without ending, dream industry.
Definisi pariwisata atau tourism menurut Nugroho (2000) memiliki ruang
lingkup dan kegiatan yang luas, setidaknya meliputi lima jenis kegiatan meliputi

9
wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism),
wisata alam (natural tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan
bisnis (business travel).
Kegiatan wisata alam di kawasan konservasi sering kali disamakan dan
disebut juga dengan ekowisata. Posisi ekowisata (ecotourism) memang agak unik,
berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakni wisata pedesaan, wisata alam dan wisata
budaya. Konsep ekowisata bermula dari para konservasionis sebagai suatu strategi
konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Konsep ini kemudian
berkembang begitu cepat ke berbagai belahan dunia sejalan dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian
sumberdaya alam dan ekosistemnya. Pola hidup back to nature telah menjadi gaya
hidup dan kebanggaan masyarakat modern saat ini.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata
yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural
area), memberi manfaat secara ekonomi, dan mempertahankan keutuhan budava
masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya
merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia
(Fandeli dan Muhklison 2000).
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism Society yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh
wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh
dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan wisata alam adalah daerah
alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata,
dan Taman Buru. Kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan
produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat
dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem
seperti sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai, dapat pula
dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap
menjaga area tersebut tetap lestari sebagai area alami (Fandeli dan Muhklison
2000).
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan
konservasi (UNEP 1980 dalam Fandeli dan Muhklison 2000), yaitu (1) menjaga
tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan,
(2) melindungi keanekaragaman hayati, serta (3) menjamin kelestarian dan
pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Fandeli (2000) juga menyebutkan bahwa
di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan
pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan
menitikberatkan pada pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan
justru dibalik. Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin
keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan
kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip
pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini

10
dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly
dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based).
Boo (1991) dalam Sunarminto (2002) menyatakan bahwa pada dasarnya
kaitan antara ekowisata dengan konservasi dan pembangunan dapat dipandang
dalam bentuk manfaat atau kesempatan (benefit or oppurtunities) dengan kerugian
dan permasalahan (cost or problems). Ada tiga manfaat atau kesempatan dari
penyelenggaran kegiatan ekowisata, yaitu: (1) peningkatan dana bagi kawasan, (2)
tersedianya kesempatan kerja dan berusaha bagi pendudukan lokal (masyarakat
sekitar), dan (3) pendidikan lingkungan bagi pengunjung. Adapun kerugian atau
permasalahan yang timbul dengan adanya kegiatan ekowisata adalah: (1)
penurunan kualitas lingkungan, (2) guncangan dan ketidakberimbangan dampak
ekonomi, serta (3) perubahan sosial budaya masyarakat sekitar.
The Ecotourism Society (Epleerwood 1999) menyebutkan ada delapan
prinsip, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap
alam dan budaya. Pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat
dan karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat
setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat
dilakukan langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang
digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian
dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan
conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan
dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak
produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak,
mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara
bagian atau pemerintah daerah setempat.
Menurut Hafield (1995) dalam Wijayanti (2009), suatu kegiatan wisata
dapat dikatakan sebagai ekowisata jika telah memenuhi empat dimensi, yaitu: 1)
dimensi konservasi, yaitu kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian
alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin; 2) dimensi
pendidikan, yaitu wisatawan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem,

11
keunikan biologi, dan kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi; 3) dimensi
sosial/kemasyarakatan, yaitu masyarakat setempat yang menjadi aktor utama
dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut; dan 4) dimensi ekonomi, yai