Efektivitas Komunikasi Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung).

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung)

KEZIA NOVRASION

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Komunikasi Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (Studi Kasus:
Kelompok Tani Mendung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Kezia Novrasion
NIM H34090019

4

ABSTRAK
KEZIA NOVRASION. Efektivitas Komunikasi Penyuluhan Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung). Dibimbing oleh
LUKMAN M.BAGA
Adanya peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan
penambahan jumlah bahan pangan akan menimbulkan masalah kurangnya
persediaan makanan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan adalah dengan memanfaatkan
berbagai teknologi yang dapat dikuasainya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Barat merupakan salah satu penyalur teknologi yang ditemukan oleh Balai

Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk disampaikan kepada petani.
Penyaluran teknologi pertanian membutuhkan koordinasi antar pihak yang terkait
agar teknologi dapat diserap oleh petani. Penelitian ini membahas mengenai
faktor-faktor karakteristik individu maupun kualitas komunikasi yang terjalin
antara BPTP Jawa Barat dengan Kelompok Tani Mendung serta menilai sejauh
mana efektivitas penyaluran teknologi. Dari hasil penelitian dengan menggunakan
uji Fisher’s Exact Test diperoleh bahwa faktor usia, keterlibatan dalam perakitan
teknologi dan keterbukaan terhadap inovasi berpengaruh terhadap penerapan
teknologi. Sementara itu, tingkat complexity dan observability merupakan faktor
karakteristik inovasi yang berpengaruh terhadap tingkat penerapan teknologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan teknologi terpadu
padi dinilai berjalan efektif berdasarkan penilaian tingkat pengetahuan dan tingkat
penerapan teknologi.
Kata Kunci: efektivitas komunikasi, komunikasi pertanian, pengolahan tanaman
terpadu padi

ABSTRACT
KEZIA NOVRASION. Extention Effectiveness of Integrated Rice Management
(Case study: Mendung Farmers Group). Supervised by LUKMAN M.BAGA
The increasing number of people which are not balanced with increasing

number of food supply will cause lack of food supplies in Indonesia. One of the
efforts that possible to fulfill their need of food is by using technology.
Technology that discovered by Agricultural Research and Development Centre
are distributed to the farmer by Research Station of Agricultural Technology West
Java. Distribution of agricultural technology requires coordination among relevant
parties so that new technologies can be absorbed by the farmers. This research
discussed the individual characteristics factors and quality of communication
existed between BPTP West Java with Mendung farmer’s group and assesses how
dissemination of technology effectively. Results of research using the Fisher’s
Exacts Test obtained that involvement in assembly technology and openness to
inovation have a correlation with level adoption of technology innovation.

5

Meanwhile, the level of complexity and observability are characteristic factors
that have a correlation with level of innovation of technology adoption. The
results showed that the implementation of integrated management of rice
technology runs effectively measured based on an assessment at the level of
knowledge and level of technology adoption.
Keywords: agricultural communications, communication effectiveness, integrated

rice management

6

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung)

KEZIA NOVRASION

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

7

Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi Penyuluhan Pengelolaan Tanaman Terpadu
Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung).
Nama
: Kezia Novrasion
NIM
: H34090019

Disetujui oleh

Ir Lukman M.Baga, MA.Ec
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen Agribisnis


Tanggal Lulus:

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah efektivitas
komunikasi pertanian, dengan judul Efektivitas Komunikasi Penyuluhan
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mendung).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Wahyu Budi Priatna selaku
dosen pembimbing akademik dan Bapak Ir Lukman M.Baga MA.Ec selaku dosen
pembimbing skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh anggota
Kelompok Tani Mendung yang telah meluangkan waktunya serta telah
mendukung proses penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Ibu Sukmaya selaku perwakilan BPTP Jawa Barat yang juga
bertanggungjawab atas penyuluhan di Kabupaten Bogor, yang telah membantu
pencarian lokasi dan mendukung penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan

dukungan yang diberikan. Terima kasih kepada teman satu bimbingan, sahabatsahabat Agribisnis 46, serta teman-teman asrama atas dukungan dan semangat
yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

Kezia Novrasion

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian


6

TINJAUAN PUSTAKA

6

KERANGKA PEMIKIRAN

8

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

8
19
21

Waktu dan Tempat Penelitian


21

Sumber dan Jenis Data

21

Metode Pengumpulan Data

21

Metode Analisis Data

21

KONDISI UMUM

25

Desa Gunung Picung


25

Kelompok Tani Mendung

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

29

Karakteristik Petani

29

Kualitas Komunikasi

34

Penilaian Efektivitas Penyampaian Teknologi berdasarkan Tingkat
Pengetahuan dan Tingkat Penerapan Teknologi

37

SIMPULAN DAN SARAN

40

Simpulan

40

Saran

41

DAFTAR PUSTAKA

41

RIWAYAT HIDUP

43

10

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku
Perbandingan jumlah penduduk terhadap luas panen padi
Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Bogor
Distribusi mata pencaharian penduduk Desa Gunung Picung
Distribusi responden menurut karakteristik yang diamati
Hasil analisis fisher exact test faktor penting yang berhubungan dengan
tingkat adopsi PTT Padi
7 Distribusi kualitas komunikasi berdasarkan unsur yang diamati
8 Analisis fisher exact test faktor kualitas komunikasi yang berhubungan
dengan tingkat adopsi PTT padi

1
2
3
26
30
32
35
37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Alur transfer inovasi dan umpan baliknya
Kerangka pemikiran operasional
Struktur organisasi Kelompok Tani Mendung
Komponen teknologi PTT padi yang telah diadopsi Kelompok Tani
Mendung

4
20
29
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor utama yang mendukung peningkatan
produk domestik bruto (PDB) nasional. Data statistik (Tabel 1) menunjukkan
bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2012 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 39.57% terhadap
PDB nasional. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB
nasional, oleh sebab itu sektor pertanian merupakan sektor penting yang menjadi
pusat perhatian oleh pemerintah untuk dikembangkan.
Tabel 1 PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlakua
No
Lapangan usaha
1 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
2 Pertambangan dan
Penggalian
3 Industri Pengolahan
4 Listrik, Gas dan air bersih
5 Konstruksi
6 Perdagangan, hotel dan
restoran
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
8 Keuangan, Real Estat dan
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa
PDB
a
b

2009
41.91

2010
42.01

2011
40.35

2012b
39.57

10.56

11.16

11.85

11.78

26.36
0.83
9.90
13.28

24.80
0.76
10.25
13.69

24.33
0.77
10.16
13.80

23.94
0.79
10.45
13.90

6.31

6.56

6.62

6.66

7.23

7.24

7.21

7.26

10.24
100.00

10.24
100.00

10.56
100.00

10.78
100.00

Sumber: Data diolah dari Departemen Pertanian (2012)
Angka sementara

Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia
yang tidak diikuti dengan peningkatan luas lahan padi untuk mencukupi
kebutuhan pangan nasional. Jika kondisi ini dibiarkan maka untuk beberapa tahun
kedepan akan muncul beragam masalah karena kurangnya persediaan makanan di
Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan pangan yaitu dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang dapat
dikuasainya. Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yakni
pertanian dengan penerapan teknologi baru. Perkembangan teknologi dapat
berupa perubahan cara, perubahan jenis tanaman, perubahan jenis masukan, serta
perubahan alat pertanian yang digunakan dalam proses produksi pertanian.
Adanya teknologi baru yang dapat diterapkan oleh petani diharapkan memberikan
produksi yang optimal sehingga petani memperoleh pendapatan yang maksimal
pula.

2

Tabel 2 Perbandingan jumlah penduduk terhadap luas panen padia
Tahun
Jumlah penduduk
Luas panen (ha)
1990
179 378 946
1995
194 754 808
11 420 680
2000
206 264 595
11 793 475
2010
237 641 326
13 253 450
a

Sumber: Data diolah dari Badan Pusat Statistik (2012)

Perubahan lingkungan strategis pertanian, pengurangan dana subsidi
sarana produksi, terbukanya pasar global juga merupakan tantangan yang harus
ditanggapi secara cepat dan tepat dalam upaya menuju swasembada pertanian.
Salah satu aspek penting yang mendukung upaya ini yakni dengan cara
mengoptimalkan kegiatan penyebarluasan informasi dari hasil pengkajian dan
penelitian teknologi pertanian melalui berbagai media, baik media cetak (buku,
prosiding, jurnal, brosur, selebaran dan poster), media elektronik (televisi, radio,
internet) maupun melalui tatap muka secara langsung (seminar, lokakarya,
workshop). Langkah tersebut diharapkan mampu mempercepat proses adopsi
inovasi pertanian spesifik lokasi guna mendukung usahatani dapat tercapai.
Saat ini, banyak terjadi perkembangan teknologi dalam lingkup agribisnis
yang ditemukan oleh negara-negara maju. Hal ini menarik perhatian negaranegara berkembang untuk dapat menggunakan teknologi yang sama dalam
mengusahakan produksinya. Beberapa contoh diantaranya yakni penemuan bibitbibit unggul, peralatan mekanisasi pertanian, mesin pengolahan pangan dan
transportasi khusus pertanian. Meskipun di Indonesia telah dilakukan beberapa
penelitian mengenai mekanisasi pertanian namun pada umumnya teknologi yang
dikaji dalam penelitian tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan negara
maju. Karena itu, perkembangan teknologi pertanian perlu dikaji lebih lanjut
untuk menelusuri kebutuhan teknologi dan meramalkan kemungkinan teknologi di
masa depan.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas petani
yakni melalui penggunaan teknologi tepat guna. Upaya ini dilaksakan oleh BalaiBalai Komoditas Pertanian yang berfungsi untuk melakukan uji coba dan
penelitian terkait kemajuan teknologi baik dibidang benih, pupuk, pola tanam
maupun mesin-mesin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh balai-balai tersebut
kemudian diserahkan kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP) untuk disosialisasikan kepada petani sehingga
petani dapat mengembangkan usahanya melalui informasi teknologi yang
diberikan oleh BBP2TP. Agar penyampaian informasi lebih merata lagi bagi
seluruh masyarakat Indonesia, BBP2TP mempercayakan penyaluran informasi
dan teknologi pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang
tersebar di setiap provinsi.
Hasil penelitan dari Balai Penelitian (Balit) Komoditas harus segera
didistribusikan agar tidak kadaluarsa. Hal ini dilakukan melalui jaringan Balai
Besar, Balit Komoditas, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Peran
BPTP dalam jaringan penelitian dan pengkajian ini sangat penting mengingat
teknologi yang dihasilkan oleh unit kerja Balit Komoditas harus disebarluaskan

3

oleh BPTP sesuai dengan komoditas unggulannya. Melalui kegiatan ini,
diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal, efisien, dan efektif dalam rangka
memperbaiki dan mempercepat inovasi pertanian yang dibutuhkan pengguna.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dibentuk di tiap provinsi di
Indonesia dengan harapan mampu melaksanakan penyaluran teknologi hingga ke
seluruh nusantara. Salah satu BPTP yang memiliki kinerja cukup baik adalah
BPTP Jawa Barat yang berada di Lembang, Bandung, Jawa Barat1. Hingga saat
ini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sudah melakukan
penyaluran teknologi ke berbagai daerah seperti Majalengka, Cianjur, Cirebon,
Bandung dan Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang telah
memperoleh berbagai teknologi baik teknologi budidaya jagung, padi, maupun
pemanfaatan pekarangan rumah sebagai tempat budidaya tanaman obat. Beberapa
daerah yang telah mendapatkan penyuluhan pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
padi diantaranya adalah Desa Gunung Picung, Desa Kalong Liud, Desa Ciherang
dan Desa Cibatu.
Peningkatan produktivitas terlihat dari tahun ke tahun di Kabupaten
Bogor. Tabel 3 menunjukkan bahwa produktivitas padi Kabupaten Bogor
meningkat dari 5.37 ton/ha pada tahun 2005 menjadi 6.23 ton/ha pada tahun 2011.
Adanya peningkatan tersebut disebabkan oleh penyuluhan terkait pengelolaan
tanaman terpadu padi yang telah disosialisasikan secara bertahap oleh penyuluh di
Kabupaten Bogor. Materi yang disosialisasikan yakni terkait jenis bibit, jarak
tanam, jenis pupuk, dan pengendalian hama.
Tabel 3 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Bogor a

Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
a

Luas Panen (ha)
76 801
74 251
83 664
81 296
82 325
87 702
83 399

Produksi (ton)
412 084
401 066
479 755
480 211
505 979
542 895
519 676

Produktivitas
5.37
5.40
5.73
5.91
6.15
6.19
6.23

Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2012)

Kelompok Tani Mendung merupakan salah satu kelompok tani yang
berada di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang
telah memperoleh sosialisasi mengenai pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi.
Menurut anggota Kelompok Tani Mendung, penyuluhan yang dilakukan oleh
BPTP Jawa Barat dirasakan memiliki pengaruh terhadap peningkatan produksi
padi bagi anggota Kelompok Tani Mendung. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat selama ini belum mengkaji sejauh mana penyuluhan yang
dilaksanakan berdampak pada masyarakat. Adanya pengaruh penyuluhan
______________________________
1
Menurut Kepala Peneliti Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(Januari 2013)

4

teknologi terhadap produktivitas padi menyebabkan pentingnya mengkaji
efektivitas komunikasi dalam penyaluran teknologi Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) padi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jawa Barat.

Perumusan Masalah
Adanya komunikasi pembangunan pertanian yang bersifat top-down,
berlangsung satu arah dan mengabaikan kondisi riil permasalahan, kebutuhan, dan
potensi masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat penerapan teknologi di
masyarakat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dibentuk untuk mengubah
konsep tersebut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat melalui
komunikasi yang partisipatif bersama dengan anggota Kelompok Tani Mendung
merakit teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi spesifik lokasi.
Keterlibatan petani dalam proses perakitan teknologi PTT padi bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien sehingga masalah dan umpan
balik dari petani segera diketahui. Adanya umpan balik dari pengguna berupa
informasi adopsi dan kebutuhan teknologi serta informasi masalah di lapangan
diidentifikasi dan digunakan kembali sebagai masukan dalam perencanaan dan
penyempurnaan kegiatan lebih lanjut dalam rangka percepatan inovasi (Sankarto
2006).
Puslitbang/Puslit/Balai Besar/Balai
Komoditas/Ditjen Teknis

BPTP

Kelembagaan Penyebar Informasi/
Penyuluh

Pengguna inovasi (Pelaku
Utama/Petani/Kelompok Tani)
: Alur transfer inovasi teknologi
: Umpan balik inovasi teknologi

Gambar 1 Alur transfer inovasi dan umpan baliknya (Bustaman 2009)

5

Gambar 1 menunjukkan bagaimana informasi teknologi dapat diserap oleh
petani dan dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan produksinya. Proses pelaksanaan penelitian, pengkajian dan penyerapan
teknologi merupakan proses yang berkelanjutan dimana antara pembawa inovasi
(BPTP Jawa Barat) dengan kelompok sasaran (Kelompok Tani Mendung) akan
saling memengaruhi yakni kelompok sasaran telah mengetahui dengan pasti
kebutuhan utamanya (teknologi yang dibutuhkan) dan pembawa inovasi telah
menyiapkan kebutuhan tersebut. Kecepatan dan tingkat pemanfaatan
inovasi dalam penyampaian informasi teknologi umumnya cenderung lambat.2
Kurangnya koordinasi dan sinergi antara kelembagaan dinas terkait, penyuluh,
Bapeluh/BP4K, Gapoktan, serta kepala desa yang berperan dalam proses
penyampaian inovasi pertanian menjadi salah satu hal penting dalam siklus
adopsi inovasi. Hal lain yang menyebabkan lambatnya adaptasi teknologi yakni
kendala sosial budaya petani dan terbatasnya kunjungan penyuluh akibat kendala
geografi yang berdampak pada kegiatan penyaluran teknologi yang memerlukan
biaya tinggi.
Penyaluran teknologi pertanian yang dilakukan BPTP dapat dilakukan
oleh penyuluh maupun dilaksanakan oleh BPTP secara langsung. Strategi
penyuluhan yang dilakukan oleh BPTP umumnya dilaksanakan melalui tatap
muka, media cetak maupun kegiatan di lapang. Namun, apakah komunikasi yang
dilakukan oleh BPTP Jawa Barat itu efektif, maka diperlukan pengkajian efektif
atau tidaknya suatu komunikasi. Komunikasi dinilai efektif apabila rangsangan
yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber berkaitan erat
dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Tubbs dan Moss
1996). Efektif tidaknya suatu komunikasi antara lain dipengaruhi oleh
karakteristik petani dan kualitas komunikasi. Selain itu, efektivitas komunikasi
dapat dinilai dari penerapan teknologi yang dikomunikasikan kepada petani.
Melalui pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan rumusan masalah dari
penelitian ini yakni:
1. Bagaimana karakteristik anggota Kelompok Tani Mendung dan faktor apa
saja yang berhubungan dengan proses penyerapan teknologi?
2. Bagaimana kualitas komunikasi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat dan faktor apa saja yang berhubungan
dengan proses penyerapan teknologi?
3. Apakah penyaluran teknologi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat telah efektif?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengidentifikasi karakteristik anggota Kelompok Tani Mendung dan
faktor-faktor yang memiliki peranan penting dalam proses penyerapan
teknologi oleh petani.
2. Mengidentifikasi kualitas komunikasi yang dilakukan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat.
3. Menilai efektivitas penyaluran teknologi yang dilaksanakan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.

6

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian skripsi ini yakni:
1. Bagi BPTP Jawa Barat dapat digunakan sebagai referensi dalam
merencanakan, mengkaji, melaksanakan serta mengevaluasi mengenai
penyaluran informasi teknologi pertanian yang tepat guna.
2. Bagi mahasiswa dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan efektifitas komunikasi
penyuluhan.
3. Bagi petani, dapat digunakan sebagai alat penyampaian masalah dan
kendala yang dihadapi dalam kegiatan usahatani dan mencari solusi atas
masalah tersebut.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektivitas pelaksanaan
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) Padi oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat dengan memusatkan pengukuran di Kelompok Tani
Mendung, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian ini menggunakan faktor
yang mempengaruhi penyerapan teknologi pertanian yang terdiri atas dua bagian
yakni karakteristik petani dan kualitas komunikasi yang dilakukan BPTP Jawa
Barat. Karakteristik petani terdiri atas umur, keterbukaan terhadap inovasi,
keterbukaan pada media serta kinerja usaha. Sedangkan kualitas komunikasi yang
terdiri atas karakteristik inovasi, frekuensi komunikasi, kredibilitas sumber
informasi dan media yang digunakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian dengan topik efektivitas komunikasi penyuluhan bukanlah suatu
hal yang baru. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan beberapa laporan
penelitian terdahulu sebagai referensi dan pedoman. Referensi yang digunakan
berasal dari jurnal, artikel ilmiah laporan penelitian, dan tesis. Menurut referensi
yang telah dibahas maka dapat diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang
berhubungan dengan tujuan penelitian ini.
Wijayanti (2009) melakukan pengkajian mengenai Peranan Prima Tani
terhadap Tingkat Penerapan Teknologi Pertanian dengan mengambil sampel
petani padi di Desa Suliliran Baru, Kalimantan Timur. Penelitian tersebut
menggunakan skala Likert yakni untuk mengetahui sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang masalah sosial yang telah ditetapkan untuk
penelitian. Penelitian ini mengkaji mengenai respon tingkat peranan prima tani
dan tingkat penerapan teknologi padi sawah pola PTT. Keeratan hubungan antara

7

peranan Prima Tani dengan tingkat penerapan teknologi dan tingkat produksi
menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat peranan Primatani
tahun 2007 masuk dalam kategori “berperan” dengan skor rata-rata 77.35 dan
untuk tingkat penerapan teknologi padi sawah PTT tahun 2007, primatani masuk
dalam kategori “tinggi” yakni dengan skor rata-rata 72.37. Tingkat penerapan
teknologi yang dimaksud ialah penerapan sistem tanam jajar legowo dengan
indikator pemakaian benih unggul menggantikan benih lokal, pemakaian bibit per
lubang tanam serta pengolahan lahan menggunakan hand tractor.
Peranan Prima Tani terhadap penerapan teknologi padi sawah pola PTT
memiliki hubungan erat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien rs 0.61yang
bernilai positif, serta perhitungan thitung 4.75 sementara ttabel sebesar 1.70. Dari
hasil tersebut diperoleh bahwa thitung > ttabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima
berarti ada hubungan erat antara peranan Prima Tani terhadap penerapan
teknologi padi sawah pola PTT (Pengelolaan tanaman terpadu).
Janah dan Effendi (2007) melakukan penelitian mengenai Partisipasi
Petani dalam Program Rintisan dan Akselerasi Permasyarakatan Inovasi
Teknologi Pertanian (Prima Tani) di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda
Utara. Penelitian ini menggunakan sampel dari Gapoktan Sumber Rezeki dan
Poktan Maju di Kelurahan Lempake. Penelitian ini menggunakan skala Likert
dengan penentuan interval berdasarkan Suparman (1990). Selain itu, hubungan
antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dengan tingkat partisipasi
petani dalam prima tani diukur dengan menggunakan korelasi Rank-Spearman.
Komoditas yang diamati dalam penelitian tersebut yakni padi sawah, pembibitan
pepaya dan budidaya jamur putih.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani
pada prima tani di Kelurahan Lempake tahun 2011 termasuk dalam kategori
“tinggi” dengan persentase 88%. Peneliti menggunakan faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi petani yakni usia, jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, penghasilan dan luas lahan. Hasil yang
diperoleh yakni ada hubungan cukup erat antara faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani dengan tingkat partisipasi petani. Hal ini ditunjukkan dari nilai rs
yakni 0.4 serta thitung yakni 2.1 dan ttabel 1.713 sehingga nilai thitung > ttabel sehingga
disimpulkan memiliki hubungan erat.
Tutud (2001) melakukan penelitian terkait efektivitas komunikasi
teknologi pembenihan ikan mas dengan kasus Balai Pengkajian Teknologi
Sulawesi Utara di Kabupaten Minahasa. Penelitian ini menggunakan 2 faktor
analisis yakni karakteristik petani dan kualitas komunikasi. Karakteristik petani
terdiri atas umur, pendidikan, keterbukaan terhadap inovasi, kinerja usaha, dan
keterdedahan pada media. Kualitas komunikasi dinilai dari karakteristik inovasi,
kredibilitas sumber informasi, frekuensi komunikasi, dan media komunikasi.
Sementara itu, penilaian efektivitas berdasarkan tingkat pengetahuan dan
penerapan petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekosmopolitan responden dalam
bentuk keterbukaan dan keberanian mengambil risiko berhubungan positif dan
cukup kuat dengan tingkat pengetahuan petani dan tingkat penerapannya di
usahatani mereka. Karakteristik teknologi pembenihan ikan mas dan kredibilitas
sumber informasi berhubungan positif dan cukup kuat dengan tingkat

8

pengetahuan dan penerapan petani. Secara umum disimpulkan bahwa komunikasi
teknologi pembenihan ikan mas telah efektif.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teknologi
Teknologi adalah segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh
manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Definisi tersebut
menjelaskan bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan
hidup,namun teknologi seringkali berdampak negatif bagi sebuah usaha, sistem
maupun lingkungan (Gumbira 2001). Teknologi adalah sarana untuk melakukan
suatu tugas ke arah kehidupan manusia yang semakin baik dan sejahtera.
Teknologi juga dianggap sebagai pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, teknologi dapat diterapkan untuk bangun
suatu produk dan proses pencarian ilmu baru. Teknologi yang disalurkan tersebut
dalam bentuk :
1. Fisik materi (bahan) seperti varietas unggul, pupuk (formulasi pupuk/
pupuk hayati), dan pestisida.
2. Rekomendasi teknologi, diantaranya pemupukan, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (hama), dan penggunaan air.
3. Teknologi proses, misalnya produksi benih, produksi pupuk hayati, dan
produksi pestisida hayati atau nabati.
4. Rancang bangun/prototipe alat dan mesin pertanian, misalnya pompa air,
alat tanam, aplikator pupuk, pembumbun, penyiang, pemipil, dan
pengering.
Penerapan teknologi dapat meningkatkan efisiensi maupun efektifitas dari
penggunaan lahan. Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan teknologi dalam
bidang pertanian yakni dapat mengetahui jenis lahan yang dipakai dan unsurunsur yang terkandung dalam tanah sehingga dapat diperkirakan jenis pupuk yang
sesuai dengan tanaman. Melalui zat radioaktif, dapat ditemukan bibit-bibit unggul
yang dapat dikembangkan oleh petani. Selain itu, pemanfaatan alat-alat pertanian
dapat membantu mempermudah dan mempercepat proses produksi pertanian.
Konsep Transfer Teknologi Dari Balai Penelitian kepada Petani
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbang Pertanian)
memiliki fungsi dan peranan yang mencakup pertanian secara keseluruhan. Balai
Litbang membawahi beragam Balai Komoditas yang berfungsi melaksanakan
penelitian terkait beragam komoditas seperti bibit unggul, teknik penanaman,
penanganan hama dan penyakit, hingga pemanfaatan pekarangan untuk ditanami
oleh tanaman berbagai komoditas. Hasil penelitian tersebut disalurkan kepada
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di tiap-tiap provinsi untuk dikaji
kembali kesesuaiannya dengan lingkungan masing-masing sebab hasil penelitian

9

tersebut tidaklah sesuai untuk semua lokasi sehingga harus dikaji kembali oleh
BPTP.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) disalurkan kepada kelembagaan penyebar inovasi yakni penyuluh untuk
disebarkan kembali kepada petani. BPTP juga dapat melakukan penyuluhan
langsung kepada petani namun tetap didampingi oleh penyuluh. Hasil dari
penerapan teknologi yang dilaksanakan oleh petani kemudian dilaporkan kembali
kepada penyuluh sehingga mendapatkan umpan balik atas kelebihan dan
kekurangan dari teknologi yang digunakan. Selanjutnya, penyuluh menyampaikan
kembali hasil umpan baliknya kepada BPTP sehingga dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait kesesuaian dengan ekosistem maupun penelitian terkait
kelengkapan teknologi yang dianjurkan. Konsep transfer teknologi dapat dilihat
dari Gambar 1. Fungsi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selain
mendistribusikan teknologi yang diberikan oleh Litbang Pertanian, juga berfungsi
untuk menampung keluhan petani dan menyalurkannya kepada Litbang untuk
diteliti dan dikaji lebih lanjut. Penyuluh pertanian diharapkan mampu bekerjasama
lebih dekat dengan petani agar diketahui masalah yang terjadi di lapangan
sehingga dapat diberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh petani.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah merupakan sebuah inovasi
untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal ini disebabkan beras merupakan
bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu
sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk
dikembangkan.
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) adalah pendekatan dalam upaya
mengelola lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu/menyeluruh/holistik
dan dapat diterapkan secara berkelanjutan. PTT dapat diilustrasikan sebagai
sistem pengelolaan yang menggabungkan berbagai subsistem pengelolaan, seperti
subsistem pengelolaan hara tanaman, konservasi tanah dan air, bahan organik dan
organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit, populasi tanaman dan jarak
tanam), pengendalian hama dan penyakit/organisme pengganggu tanaman, dan
sumber daya manusia.
Penerapan PTT Padi Sawah bertujuan meningkatkan produktivitas dan
pendapatan petani padi sawah serta melestarikan lingkungan produksi melalui
pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara terpadu. Manfaat dan
dampaknya membantu memecahkan masalah penurunan produktivitas padi sawah
guna meningkatkan stok beras nasional pada kondisi sumberdaya pertanian di
wilayah petani sesuai dengan masalah yang akan diatasi (demand driven
technology) secara berkelanjutan. Melalui penerapan PTT padi sawah tidak lagi
dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara
bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan
kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan
mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling
menunjang untuk diterapkan.
Komponen teknologi PTT padi sawah dibentuk berdasarkan kajian
kebutuhan dan peluang yang akan mempelajari permasalahan yang dihadapi
petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan

10

produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai dengan
kebutuhan setempat. Pengelolaan tanaman terpadu padi sawah menyediakan
beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen
teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar
adalah sekumpulan teknologi yang disarankan untuk diterapkan semuanya
sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien
yang merupakan tujuan dari PTT. Komponen teknologi dasar terdiri dari:
1. Varietas unggul baru (VUB).
VUB adalah varietas yang mempunyai hasil tinggi, ketahanan terhadap
biotik dan abiotik, atau sifat khusus tertentu. Penggunaan varietas yang
dianjurkan akan memberikan peluang lebih besar untuk mencapai tingkat
hasil yang lebih tinggi dengan mutu beras yang lebih baik. Pemilihan
varietas baik inbrida maupun hibrida didasarkan kepada hasil pengkajian
spesifik lokasi.
2. Benih bermutu dan berlabel.
Benih bermutu adalah benih berlabel dengan tingkat kemurnian dan daya
tumbuh yang tinggi. Pada umumnya benih, bermutu dapat diperoleh dari
benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan
menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak sehingga
pertumbuhannya akan lebih cepat dan merata serta lebih tahan terhadap
serangan hama dan penyakit.
3. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Pemberian pupuk bervariasi antar lokasi, musim tanam, dan jenis padi
yang digunakan. Pengaruh spesifik lokasi pemupukan memberikan
peluang untuk meningkatkan hasil per unit pemberian pupuk, mengurangi
kehilangan pupuk, dan meningkatkan efisiensi agronomi dari pupuk.
Acuan rekomendasi pemupukan N, P dan K tanaman padi sawah dapat
didasarkan pada bagan warna daun (BWD) untuk N dan PUTS (perangkat
uji tanah sawah untuk P dan K) serta menggunakan perangkat komputer
untuk menentukan takaran pemupukan tanaman padi.
4. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Identifikasi jenis dan penghitungan tingkat populasi hama dilakukan oleh
petani dan atau pengamat OPT melalui kegiatan survei dan monitoring
hama-penyakit tanaman pada pagi hari. Tingkat kerusakan dihitung secara
ekonomi yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan.
Tingkat ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, lebih sering
digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan
penyakit. Jenis-jenis hama padi utama yaitu tikus sawah, wereng coklat,
penggerek batang padi, dan keong mas. Sedangkan jenis-jenis penyakit
padi utama yaitu bercak, blas, busuk pelepah, tungro, hawar daun bakteri,
dan tungro.
5. Pengaturan populasi tanaman.
Pengaturan populasi tanaman dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan petani dengan sistem tanam sebagai berikut:
a. Sistem Tegel:
1) Jarak tanam 30 x 30 cm (pop. tanaman 11 rumpum/m2);
2) Jarak tanam 27 x 27 cm (pop. tanaman 14 rumpun/m2);
3) Jarak tanam 25 x 25 cm (pop. tanaman 16 rumpun/m2);

11

4) Jarak tanam 20 x 20 cm (pop. tanaman 25 rumpun/m2)
b. Sistem Jajar Legowo:
1) Legowo 2:1 (jarak tanam 25 x 12.5 x 50 cm = pop. tan 21 rumpun/m2);
2) Legowo 2:1 (jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan 33 rumpun/m2);
3) Legowo 4:1 (jarak tanam 25 x 12.5 x 50 cm = pop. tan 26 rumpun/m2);
4) Legowo 4:1 (jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan 40 rumpun/m2),
dst.
Jumlah rumpun tanaman yang optimal akan menghasilkan lebih banyak
malai per meter persegi dan berpeluang besar untuk pencapaian hasil yang
lebih tinggi. Pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam mempercepat
penutupan permukaan tanah sehingga dapat menekan atau memperlambat
pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama
dan penyakit.
6. Pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (pupuk
kandang), pupuk hijau, dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair
yang telah mengalami dekomposisi. Persyaratan teknis minimal pupuk
organik mengacu kepada Permentan No 02/2006 (kecuali diproduksi untuk
keperluan sendiri). Pemberian pupuk organik dalam bentuk dan jumlah
yang sesuai, sangat penting untuk keberlanjutan intensifikasi lahan sawah.
Hal ini sangat berguna untuk daerah-daerah yang ketersediaan pupuk
kimia terbatas dan mahal. Sumber bahan organik yang utama dan banyak
tersedia pada pertanaman padi adalah jerami.
Teknologi pilihan PTT adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak
mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun
kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas.
Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh
dari sumber daya alam yang tersedia maupun dari pengalaman petani sendiri.
Komponen teknologi pilihan PTT padi sawah meliputi:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam.
Pengolahan tanah hingga berlumpur dan rata dimaksudkan untuk
menyediakan media pertumbuhan yang baik dan seragam bagi tanaman
padi sekaligus upaya mengendalikan gulma. Pada kondisi tertentu seperti
mengejar waktu tanam, kekurangan tenaga kerja, keterbatasan traktor atau
ternak maka pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah dapat pula
diterapkan. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan traktor atau ternak,
serta menggunakan bajak singkal dengan kedalaman olah lebih dari 20 cm.
Pengolahan tanah sempurna (bajak, garu, dan perataan) diperlukan untuk
tanaman padi yang dibudidayakan pada musim tanam pertama.
2. Cara Tanam.
- Penggunaan bibit muda (