TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

(1)

commit to user

TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG

DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

SKRIPSI

Disusun Oleh : ENDANG SUYATI

H0406029

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

i

TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG

DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Disusun Oleh : Endang Suyati

H0406029

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

ii

TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG

DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

yang dipersiapkan dan disusun oleh Endang Suyati

H0406029

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Tanda tangan

Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D NIP. 19490320 197610 1 001

Anggota I Tanda tangan

Emi Widiyanti, SP, MSi NIP.19780325 200112 2 001

Anggota II Tanda tangan

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi NIP. 19601226 19860 2 001

Surakarta, Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Tanda tangan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(4)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat Efektivitas

Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Varietas Ciherang Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dwiningtyas

Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D selaku pembimbing utama penulisan skripsi dan Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing pendamping penulisan skripsi serta Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku dosen penguji tamu.

4. Seluruh karyawan Fakultas dan Jurusan/Program Studi Penyuluhan & Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

5. Kepala Bappeda Kabupaten Rembang, Kesbangpolinmas Kabupaten

Rembang, Kepala Kecamatan Rembang yang telah mempermudah perijinan pengumpulan data dan segenap Penyuluh Pertanian Lapang di Kecamatan Rembang, serta anggota Kelompok Sido Subur, Tani Rejo II, Teko mulyo, Ngudi Luhur, Sidodadi, Usaha Makmur, dan Sri Budi karya II di Kecamatan Rembang.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Sumadi dan Ibu Maspuah atas segala doa, dan dukungannya, Bapak Tarjo, Ibu Yuli, Suamiku Sriyanto, serta saudara-saudara


(5)

commit to user

iv

tercinta : Mbak Neni, Mas Udin, Dian N, Herning P, Utari R atas bantuannya selama penulis menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sebelas Maret.

7. Teman-teman jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian semua angkatan

sebagai keluarga besarku.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menambah wawasan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Surakarta, 2011


(6)

commit to user

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Berfikir ... 30

C. Hipotesis... 30

D. Definisi Operasional ... 31

E. Pembatasan Masalah ... 33

F. Pengukuran Variabel (terlampir) ... 33

III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Lokasi ... 34

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ... 35

D. Jenis dan Sumber Data ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Metode Analisis Data ... 38

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... 40


(7)

commit to user

vi

B. Keadaan Penduduk ... 41

C. Keadaan Pertanian ... 45

D. Keadaan Perekonomian ... 46

E. Gambaran Umum Kelompok Tani Pelaksana PTT ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 50

B. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dan Tingkat Efektivitas Komunikasi ... 52

C. Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dengan Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas Ciherang ... 68

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(8)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Lokasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Non Hibrida di

Kabupaten Rembang... 35

Tabel 2 Petani Sampel di Kecamatan Kabupaten Rembang... 36

Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan... 37

Tabel 4 Luas Kecamatan Rembang Menurut Penggunaan Lahan... 41

Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Rembang... 42

Tabel 6 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Rembang... 43

Tabel 7 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Rembang... 44

Tabel 8 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Rembang... 45

Tabel 9 Keadaan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Rembang... 46

Tabel 10 Sarana Ekonomi di Kecamatan Rembang tahun 2008... 47

Tabel 11 Calon Pelaksana/ Calon Lokasi Kegiatan PTT tahun 2009 di Kecamatan Rembang... 48

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Responden Tahun 2008... 50

Tabel 13 Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas Ciherang Berdasarkan Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi... 53

Tabel 14 Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dengan Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Varietas Ciherang... 68


(9)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berpikir hubungan antar variabel-variabel


(10)

LEVEL OF EFFECTIVENESS OF COMMUNICATION IN INTEGRATED CROP MANAGEMENT RICE VARIETIES

CIHERANG IN SUBDISTRICT REMBANG REGENCY REMBANG

Endang Suyati1

Ir. Marcelinus Molo, MS., PhD2

Emi Widiyanti, SP, MSi3

ABSTRACT

Commodity food crops have a fundamental role as a fulfillment of basic needs, food and domestic industries of each year tend to increase along with population and development food and feed industries. new technological innovation become the mainstay in improving productivity. Technological innovation is implemented with the approach of Integrated Crop Management (ICM), which proved able to improve farm productivity and efficiency. In Subdistrict Rembang implement PTT as innovations increased productivity of rice crop.

This study aims to examine the factors that influence the effectiveness of communication, and levels of communication effectiveness and analyze the relationship between factors that influence the effectiveness of communication with the level of communication effectiveness preformance PTT activity rice varieties Ciherang adopted by farmers in Subdistrict Rembang Regency Rembang. The basic method used in this research is descriptive method. Location of the study determined intentionally (purpossive). Sampling method by simple random sampling with sample size of 42 respondents. Methods of data analysis used compre means Test. To determine the relationship the relationship between factors that influence the effectiveness of communication with the level of communication effectiveness preformance PTT activity rice varieties Ciherang used Spearman rank correlation test (rs) using the computer program SPSS 16.0 for windows.

The research shows that most Confidence level the farmers as a communicant associated significantly with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.455). Significant element of the message associated with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.450). The element of messages not related significantly to the level of effectiveness of communication with correlation coefficient (-0.003). Party PPL as a source not associated significantly with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.129).

Key words: Effectiveness, Integrated Crop Management,

1. Student of Study Program Agricultural Communication and Extention UNS Surakarta with NIM H 0406029

2. Major Guidance with NIP 19490320 197611 001


(11)

TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG DI KECAMATAN REMBANG

KABUPATEN REMBANG

Endang Suyatii1

Ir. Marcelinus Molo, MS., PhD2

Emi Widiyanti, SP, MSi3

ABSTRAK

Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pokok, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. inovasi teknologi baru dijadikan andalan dalam meningkatkan produktivitas. Inovasi teknologi tersebut diimplementasikan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani. Di Kecamatan Rembang menerapkan PTT sebagai inovasi peningkatan produktifitas tanaman padi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, dan tingkat efektivitas komunikasi dan mengkaji hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalm kegiatan PTT padi varietas Ciherang yang diterapkan oleh petani di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive). Metode pengambilan sampel secara simple random sampling dengan sampel sebanyak 42 responden. Metode analisis data yang digunakan Uji Compare Means. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalm kegiatan PTT padi varietas Ciherang digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan program komputer SPSS 16,0 for windows.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pihak petani sebagai komunikan berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,455). unsur pesan berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,450). Unsur pesan tidak berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (-0,003). Pihak PPL sebagai sumber tidak berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,129).

Kata kunci: efektivitas, Pengelolaan Tanaman Terpadu.

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0406029

2. Pembimbing Utama dengan NIP 19490320 197611 001


(12)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005).

Book dalam Cangara (2009) menyatakan bahwa, komunikasi

adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesame manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan siakap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Cooley dalam Effendy (1986), mendifinisikan komunikasi sebagai mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia dan mengembangkan semua lambing, pikiran bersam-sama dengan sasaran untuk menyiarkan dalam ruang dan merekam dalam waktu. Sedangkan Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerapkan komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan : siapa (who), melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), dengan efek yang bagaimana (with what effect).

Schramm (1977) bahwa proses komunikasi mempunyai arti proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesa sampai ada saling pemahaman atau pesan yang disampaikan oleh semua pihak. Hovland dalam Effendy (2003), komunikasi sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya


(13)

commit to user

lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain

(komunikan). Sastropoetra dalam Pratikto (1987), mendifinisikan

komunikasi merupakan suatu pernyataan antar manusia yang bersifat umum yang menggunakan lambing-lambang (bahasa, isyarat, tanda-tanda, dan gambar). Sedangkan Turner (2008), menyatakan komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.

Scheidel dalam Mulyana (2005), menyatakan bahwa komunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain agar merasa, berpikir, atau berprilaku sesuai dengan yang kita

inginkan. Menurut Effendy (2002), komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tujuannya untuk memberitahu atau merubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilau (behaviour).

Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari pengirim kepada sasarannya dengan menggunakan media tertentu sehingga pesan yang disampaiakan dapat diterima sesuai dengan harapan pengirim (umpan balik).

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Berlo dalam Cangara (2009), membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima).

a. Receiver (penerima)

Sasaran atau penerima merupakan pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim dari sumber. Penerima terdiri dari satu orang atau


(14)

commit to user

lebih dalam bentuk kelompok. Menurut Berlo dalam Mardikanto (1987), penerima dalam menyerap pesan harus dilihat sebagai suatu proses kegiatan yang aktif dengan memanfaatkan saluran-saluran organic dan mekanik yang ada. Derajat pesan yang dapat diserap oleh penerima dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain ketrampilan berkomunikasi, tingkat pengetahuan, sikap, dan posisi dalam sistem sosial budaya. Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa Source (sumber) adalah Pembuat sandi, pengirim warta, sumber komunikasi, atau komunikator, yaitu pihak yang memiliki warta yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Menurut Soekartawi (1988), komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Message (pesan)

Pesan merupakan suatau yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Sastropoetra dalam Pratikto (1987), mendefinisikan pesan berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam bentuk, dan melalui lambang komunikasi yang diteruskan kepada orang lain atau komunikan. Menurut Soekartawi (1988), pesan dalam komunikasi pertanian adalah semua informasi yang terkait dengan bidang pertanian. Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa Suatu peristiwa yang akan disampaikan oleh pengirim warta kepada penerima warta.

c. Channel (saluran-media)

Menurut Cangara (2004), media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.

Sedangkan menurut Effendy (2003), media merupakan saluran

komunikasi tempat berlangsungnya pesan dari komunikator kepada komunikan. Pihak yang memperoleh warta dari pengirim warta. Penerima warta dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau organisasi.


(15)

commit to user

Komunikan adalah orang yang menerima pesan (Soekartawi, 1988). Menurut Mardikanto (1982), saluran adalah suatu media atau alat pembawa pesan, sebagai sarana penghubung antara komunikator selaku sumber informasi dengan penerima informasi sebagai sasaran komunikasi.

d. Source (pengirim)

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Menurut Effendy (2003), ditinjau dari komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yaitu, pada daya tarik komunikator dan kepercayaan komunikator. Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa Alat untuk menyampaikan warta dari sumber warta kepada penerima warta. Menurut Soekartawi (1988), komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam kehidupan sehari-hari.sedangkan menurut Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa, Source (sumber) adalah Pembuat sandi, pengirim warta, sumber komunikasi, atau komunikator, yaitu pihak yang memiliki warta yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Menurut Mardikanto (1982), saluran adalah suatu media atau alat pembawa pesan, sebagai sarana penghubung antara komunikator selaku sumber informasi dengan penerima informasi sebagai sasaran komunikasi.

Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa, unsur-unsur komunikasi terdiri dari, source (pengirim), channel (saluran-media), receiver (penerima), dan message (pesan).


(16)

commit to user 3. Tujuan Komunikasi

Komunikasi dapat mengubah prilaku yang dilakukan oleh orang lain dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu:

a. Secara persuasive atau dukungan, prilaku yang dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sehingga dia mau mengikuti apa yang dikendaki komunikator.

b. Secara pervasion atau pengulangan, penyampaian yang sama secara berulang-ulang sampai sasaran mau mengikuti kehendak komunikator. c. Secara compulsion, teknik pemaksaan tidak langsung dengan cara

menciptakan kondiai yang membuat sasaran harus melakukan atau menuruti kehendak komunikator

d. Secara coercion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung dengan memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut atau melanggar anjuran yang diberikan (Mardikanto, 1993).

Menurut Widjaja (1988), pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain :

a. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksud.

b. Memahami orang lain, sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

Menurut Liliweri (2007), proses komunikasi yang berlangsung mempunyai beberapa tujuan penting, yaitu :

a. Informative atau menyampikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain.

b. Persuasive atau menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi sikap penerima agar dia menentukan sikap dan prilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim.

c. Entertaiment atau mengirimkan pesan-pesan yang mengandung hiburan kepada penerima agar penerima menukmati apa yang diinformasikan.


(17)

commit to user

d. Pendidikan, yaitu menyampikan pesan (informasi), atau

menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik kepada orang lain. e. Instruksi, yaitu memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang)

penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan. Stuatr dalam Cangara (2009), menyatakan bahwa semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yaitu mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah penerima pesan. Pengaruh bisa terjadi dalm bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan pendapat. Perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu obyek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Sedangkan perubahan prilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuan komunikasi, yaitu: informative (menyebarluaskan informasi), persuasive

(membujuk atau mempengaruhi), entertainment (menghibur), dan

education (mendidik). 4. Efektivitas Komunikasi

Efektivitas menurut Ruslan (1998), adalah berhasil untuk mencapai tujuan seraya memuaskan pihak terkait. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Pada hakekatnya, efektivitas dipandang sebagai kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi atau kelompok diukur dengan konsep efektivitas ini (Sterss,1985).


(18)

commit to user

Komunikasi yang efektif adalah keterampilan kunci untuk semua manajer dan mungkin melibatkan ketrampilan yang luas dari kegiatan berkomunikasi (Woods, 1996). Sedangkan menurut Sastropoetra dalam Pratikto (1987), syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif, adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan

b. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

c. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan

d. Pesan dapat menggugah kepentingan di komunikan yang dapat

menguntungkan

e. Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.

Menurut Devito dalam Sri Rejeki (1999), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah :

a. Keterbukaan (Openness), yaitu keterbukaan menunjukkan adanya sikap untuk saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasi.

b. Empati (Emphaty), yaitu kemampuaan seseorang untuk

memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain.

c. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

d. Dukungan (Supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut.

e. Kesamaan (Equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkomunikasi.

Untuk mengefektivkan komunikasi dalam penyuluhan, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Harus diupayakan adanya kepentingan yang sama (“overlaping of interest”) antara kebutuhan yang dirasakan oleh penyuluh dan masyarakat sasarannya.


(19)

commit to user

b. Pesan yang disampaikan harus merupakan (salah satu) pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat sasarannya.

c. Komunikator meyakini keunggulan pesan yang disampaikan, dan ia memiliki keyakinan bahwa masyarakat sasaran sangat mengharapkan bantuan.

d. Pesan yang disampaikan harus mengacu kepada kepuasan dan

perbaikan mutu hidup kedua belah pihak terutama bagi sasarannya. (Cooley,1971).

Komunikasi yang gagal atau kegagalan komunikasi, menurut Margo Slamet dalam Mardikanto (1988), pada dasarnya disebabkan oleh dua hal yatu, tidak efesiennya komunikasi dan terjadi salah pengertian selama proses komunikasi dan terjadi salah pengertian selama proses berlangsung.

a. Komunikasi yang tidak efisien.

Komunikasi yang tidak efesien adalah, komunikasi yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dan komunikasi yang terlalu banyak disertai atau diikuti oleh kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau ada relevensinya dengan tujuan komunikasinya. b. Salah pengertian.

Salah pengertian dapat menyebabkan kegagalan komunikasi karena pesan yang diterima komunikan tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikatornya, dan respon yang diterima komunikator juga menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan

Menurut Ruben dalam Cangara (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi, antara lain:

a. Penerima

1) Ketrampilan berkomunikasi

Ketrampilan berkomunikasi (communication skill) yaitu

kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi dan kemampuan sumber dalam menertejemahkan pesan ke dalam bentuk signal atau ekspresi tertentu (Widiyanti, 2005)


(20)

commit to user

2) Kebutuhan

Menurut Mc Clellad dalam Mardikanto (1993), terdapat tiga macam kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan yaitu:

a) Kebutuhan berafiliasi atau bergabung dengan pihak lain b) Kebutuhan akan kekuasaan atau menguasai pihak lain c) Kebutuhan berprestasi

3) Tujuan yang diinginkan

4) Sikap, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan

5) Kemampuan untuk menerima

6) Kegunaan pesan

b. Pesan

1) Tipe dan model pesan

2) Karakteristik dan fungsi pesan 3) Struktur pengelolaan pesan 4) Kebaharuan (aktualitas) pesan

c. Sumber

1) Kredibilitas dan kompetensi dalam bidang yang disampaikan.

Berlo dalam Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa

kulaifikasi seorang penyuluh setidaknya harus mencakup kemampuan berkomunikasi, kualifikasi pengetahuan sikap dan keadaan latar belakang sosial budaya masyarakat sasaran.

a) Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi

Kemampuan berkomunikasi disini tidak hanya

menyangkut ketrampilan untuk memilih pesan,

menerjemahkan pesan, dan ketrampilan memilih saluran komunikasi akan tetapi yang lebih penting untuk diperhatikan adalah bagaimana seorang penyuluh mampu berinteraksi dengan masyarakat sasarannya. Berinteraksi pada dasarnya memerlukan saling ketergantungan antara pihak yang berkomunikasi dalam artian saling membutuhkan umpan balik.


(21)

commit to user

Oleh karenanya pihak-pihak yang terkait harus mampu untuk saling berempati.

b) Sikap penyuluh

Sikap penyuluh yang harus diperhatikan didalam melaksanakan tugasnya meliputi sikap terhadap dirinya sendiri, sikap terhadap pesan yang disampaikan, dan sikap terhadap sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut penyuluh juga harus dapat mencerminkan bahwa mereka menghayati

terhadap profesinya, menyakini bahwa pesan yang

disampaikan teruji kemanfaatanya, serta mencintai masyarakat sasarannya.

c) Pengetahuan penyuluh

Isi atau makna dari pesan yang disampaikan. Serta adanya fungsi yang terkandung dan dampaknya yang melekat pada pesan yang disampaikan kepada masyarakat sasaran. d) Keadaan sosial budaya penyuluh

Keberhasilan penyuluh juga dipengarui oleh nilai-nilai sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh. Artinya penyuluh yang memiliki latar belakang sosial budaya yang sama dengan masyarakat sasaran akan lebih berhasil melaksanakan tugasnya dalam membantu masyarakat untuk mau mengambil keputusan dalam menerapkan sebuah inovasi yang diberikan, jika dibanding dengan penyuluh yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan masyarakat sasaran.

2) Kedekatan dengan penerima

3) Motivasi dan perhatian

4) Kesamaan dengan penerima (homophily)

5) Cara penyampaiannya


(22)

commit to user

d. Media

1) Tersedianya media

2) Kehandalan (daya liput) media

3) Kebiasaan menggunakan media

4) Tempat dan situasi

Menurut Efendy (2002), komunikasi adalah bagaimana caranya agara suatu pesan yang disampaikan kounikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu kepada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya yaitu :

a. Dampak kognitif adalah timbul pada komunikan yang menyebabkan meningkatkan pengetahuan atau meningkatkan intelektualitas. Tujuan komunikator hanya untuk mengubah pikiran komunikan.

b. Dampak afektif (sikap), tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gemira, marah dan sebagainya.

c. Dampak behaviour, dampak yang ditimbulkan pada komunikan dalam bentuk perilaku, dan tindakan atau kegiatan.

Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa, komunikasi yang efektif akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan. 5. Difusi inovasi

Difusi dapat diartikan sebagai proses di mana suatu ide-ide baru disebarkan pada individu atau kelompok dalam suatu system sosial tertentu (Soekartawi, 1988). Menurut Hanafi (1987), difusi merupakan proses dimana inovasi tersebut tersebar kepada anggota suatu system soasial. Difusi adalah sebagai proses perubagan prilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh kepda masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1993).


(23)

commit to user

Inovasi adalah suatu ide yang dipandang baru oleh seseorang (Soekartawi, 1988). Mardikanto dalam Mardikanto (1993), inovasi dapat diartikan sesuatu ide, prilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan atau dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluh. Menurut Hanafi (1987), inovasi merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

Singh (1965) dalam Ray (1998), proses adopsi terdiri atas tujuh tahap sebagai berikut :

a. need, dalam tahap ini individu berharap situasi dapat berubah, menyatakan ketidakpuasan dan mengembangkan kompromi.

b. awareness, individu mengetahui sesuatu yang terkait dengan kebutuhannya

c. interest, dalam tahap ini individu mencoba untuk mengetahui lebih banyak mengenai inovasi tersebut, bertanya kepada agen penyuluhan atau teman, dan mencari informasi dan melihat inovasi.

d. deliberation, individu menguji kemungkinan dari penerapan inovasi tersebut di bawah kondisinya

e. trial, individu mempraktekan dalam skala kecil untuk mengamati pencapaian di bawah kondisinya

f. evaluation, individu mengamati pencapaian inovasi dari berbagai dimensi. Mengumpulkan data dari pencapaian inovasi dengan situasi yang lain. Membandingkan pencapaian yang baru dengan yang lama dan perubahan yang dibutuhkan jika inovasi itu diadopsi.


(24)

commit to user

g. adoption, pada tahap ini individu menggunakan inovasi.

Menurut Ban (2004) menjelaskan lima tahap dalam proses adopsi adalah sebagai berikut :

a. awareness, kesadaran terhadap keberadaan inovasi baru

b. interest, mengumpulkan informasi lebih jauh mengenai informasi tersebut.

c. evaluation, menilai inovasi tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan

d. trial, mencoba inovasi atau merubah perilaku pada skala kecil e. adoption/ acceptance, menerapkan inovasi/ merubah perilaku.

Adapun tahapan dalam proses adopsi inovasi adalah sebagai berikut :

a. Tahapan kesadaran (Awareness), yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut.

b. Tahapan minat (Interest), yaitu individu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.

c. Tahapan penilaian (Evaluation), yaitu individu menilai inovasi secara mental.

d. Tahapan percobaan (Trial), yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil.

e. Tahapan adopsi (Adoption), yaitu individu menggunkan inovasi terus-menerus dan dalam skala besar (Sri Rejeki, 1999).

6. Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan Tanaman Terpadu atau lebih dikenal PTT merupakan suatu pendekatan inovasi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efesiensi usahatani melalui perbaikan system atau pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antara komponen teknologi yang dilakukan secra partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokal. PTT padi dirancang berdasarkan pengalaman berbagai sistem intensifikasi yang


(25)

commit to user

pernah dikembangkan di Indonesia (Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009). Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah cara budidaya padi yang baik, untuk memperoleh hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dengan menerapkan beberapa teknologi tepat lokasi secara terpadu (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).

Tujuan penerapan PTT adalah untuk meningkatkan produktivitas, produksi, pendapatan petani, kesejahteraan petani padi, dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk meningkatkankan produksi nasioanl (Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).

Keuntungan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu antara lain :

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani

b. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi

c. Kesehatan lingkungan tumbuh tanaman secara keseluruhan akan

terjaga.

(Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).

Komponen teknologi unggulan Pengelolaan Tanaman Padi yaitu: a. Penanaman varietas padi unggul yang sesuai dengan lingkungan

setempat.

b. Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).

c. Pengolahan tanah sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi, tanpa olah tanah sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya. d. Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo.

e. Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang perlubang.

f. Pengaturan tata tanaman yang tepat.

g. Pemberian pupuk organik pada tanaman.

h. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. i. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu.


(26)

commit to user j. Pengendalian gulma secara tepat.

k. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik. (Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).

Prinsip-prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu, antara lain:

a. Terpadu, yaitu PTT merupakan sumber daya tanaman, tanah, dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

b. Sinergis, yaitu PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.

c. Spesifik lokasi, yaitu PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. d. Partisipatif, yaitu petani turut berperan serta dalam memilih dan

mengaji teknolgi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalm bentuk laboratorium lapang (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).

Menurut Zulkifli, Diah, Mahyuddin, 2004, Tingkat penerapan komponen teknologi PTT disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan masalah setempat dan ternyata beragam antar petani dan antar daerah. Teknologi budidaya model PTT antara lain:

a. Penanaman varietas padi unggul.

Penanaman varietas unggul mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan jenis tanah

setempat.

2) Citra rasanya disenangi dam memiliki harga yang tinggi di pasaran lokal.

3) Daya hasil tinggi.

4) Tahan terhadap hama dan penyakit. 5) Tahan rebah.


(27)

commit to user

Jenis-jenis varietas padi yang dibudidayakan, yaitu:

1) Varietas lokal, misalnya: Pandanwangi, Rojolele, dan Siam Unus.

2) Varietas unggul baru, misalnya: IR64, Way Apo Baru, Memberamo,

Widas, Tukad Unda, dan Ciherang.

3) Varietas unggul aromatik, misalnya: Celebes, Sintanur, Batang Gadis, dan Gilingan.

4) Padi tipe baru, misalnya: Fatmawati.

5) Padi hibrida, misalnya: Maro, Rokan, dan Intani.

b. Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel). Cara memilih benih yang baik, yaitu:

1) Seleksi benih dilakukan dengan perendaman benih didalam air yang

telah dicampur larutan ZA ataupun larutan air garam 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air. Benih yang mengapung dibuang.

2) Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang,

perlakuakan benih dengan pestisida fipronil (Regent) 50 ST yang dapat membantu mengendalikan keong mas.

c. Persemaian.

Cara membuat persemaian yang baik, yaitu:

1) Pilih lokasi yang terbaik agar persemaian mudah diairi dan mudah pula air dibuang, tidak ternaungi, dan jauh dari lampu

2) Luas persemaian kira-kira 4% atau 1/25 dari luas pertanaman. 3) Bajak hingga tanah melumpur dengan baik.

4) Lebar persemaian 1-1,2 m dan panjangnya sesuai petakan, antara 10-10 meter.

5) Tambahkan sekam padi atau bahan organic atau campuran keduanya

2 kg/m2 persemaian untuk menggemburkan tanah, memudahkan pencabutan benih, dan mengurangi kerusakan bibit dan akar.

6) Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara merata di bendeng persemaian.


(28)

commit to user

7) Untuk memperoleh bibit yang kuat, berikan 20-40 gram urea permeter persegi persemaian pada tabur benih.

d. Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo.

Cara tanam pindah dengan sistem jajar legowo, yaitu dengan cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong (40 x 20 x 10 cm). jarak antarbaris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit. Untuk legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman 2-3 bibit/rumpun berumur 15-20 hari.

Keuntungan sistem jajar legowo yaitu:

1) Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).

2) Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah.

3) Penyedian ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan

keong mas, atau untuk minatani. 4) Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. e. Pengairan berselang

Cara pengairan berselang, yaitu:

1) Tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak.

2) Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari.

3) Biarkan sawah mongering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari). 4) Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi

setinggi 5 cm.

5) Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm.

6) Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan.

7) Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan.

f. Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang perlubang.


(29)

commit to user

g. Penggunaan pupuk secara hemat.

Penggunaan pupuk secara hemat adalah:

1) Menentukan takaran, waktu, dan cara pemupukan yang tepat

menurut lokasi dan musim tanaman.

2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna pupuk.

3) Murah dan m,udah digunakan.

4) Dapat dikerjakan sendiri oleh petani.

Pemupukan secara hemat dapat dilakukan dengan cara:

1) Bagan warna daun (BWD) untuk menetapkan kebutuhan nitrogen.

2) Peta status hara dan atau petak kajian (disebut petak Omisi) untuk menetapkan kebutuhan P dan K.

Tujuan penggunaan pupuk organik, anatara lain:

1) Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik.

2) Memberikan tambahan hara.

3) Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba tanah). 4) Memperbaiki sifat fisik tanah.

5) Mempertahankan perputaran unsur hara dealam tanah dan tanaman.

h. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu. Strategi Pengendalian Hama Terpadu, yaitu: 1) Gunakan varietas tahan

2) Tanam tanaman yang sehat

3) Pengamatan berkala di lapang

4) Pemanfaatan musuh alami, seperti: pemangsa (predator), misalnya laba-laba

5) Pengendalian secara mekanik, seperti: menggunakan alat atau mengambil dengan tangan, menggunakan pagar, dan menggunakan perangkap

6) Pengendalian secara fisik, seperti: menggunakan lampu perangkap 7) Penggunaan pestisida hanya bila diperlukan seperti : insektisida,


(30)

commit to user i. Pengendalian gulma secara tepat.

Cara pengendalian gulma dengan cara menyiangi tanaman secara berkala. Adapun cara menyiangi tanaman padi, yaitu:

1) Dilakukan saat tanaman berumur 10–15 hst. 2) Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai. 3) pada saat tanaman berumur 10-15 hst. 4) Diulangi secara berkala 10-25 hari

5) Dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak, dengan ketinggian

air 2-3 cm.

6) Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan. 7) Dilakukan dua arah yaitu di antara dan di dalam barisan tanaman. j. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.

Syarat tanaman dapat dipanen, yaitu:

1) Perhatikan umur tanaman antara varietas yang satu dengan lainnya kemungkinan berbeda

2) Hitung sejak padi mulai berbunga, biasanya panen jatuh pada 30 – 35 hari setelah padi berbunga.

3) Jika 95 % malai menguning, segera panen Panen dan perontokan

Cara Penanganan panen dan pasca panen 1) Panen

a) Gunakan alat sabit bergerigi atau mesin pemanen

b) Potong pada bagian tengah atau atas rumpun bila dirontok dengan power thresher

c) Potong bagian bawah rumpun, jika perontokan dilakukan dengan

pedal thresher

d) Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang atau berserakan

2) Pengeringan

a) Jemur gabah di atas lantai jemur. b) Ketebalan gabah 5 – 7 cm


(31)

commit to user

c) Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.

d) Pada musim hujan, gunakan pengering buatan

e) Pertahankan suhu pengering 420C untuk mengeringka benih

f) Pertahankan suhu pengering 500C untuk gabah konsumsi

3) Penggilingan dan penyimpanan

a) Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%).

b) Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam

lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang baik

c) Simpan gabah pada kadar air kurang dari 14% untuk konsumsi dan kurang dari 13% untuk benih

d) Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air mencapai 12-14%

e) Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.

Peran komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi dalm budidaya tanaman padi non hibrida, yaitu:

a. Penggunaan benih varietas unggul bermutu

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman akan tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

b. Penanaman yang tepat waktu.

Penanaman yang tepat waktu, serentak, dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindarkan serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat, dan seragam serta hasil yang tinggi.


(32)

commit to user

c. Pemberian pupuk.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

d. Pemberian air

Pada tanaman secara efektif dan efisien pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah meruapakan factor penting bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berdeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stress pada tanaman yang diakibatkan kekurangan dan kelebihan air.

e. Perlindungan tanaman

Perlindungan tanaman dilakukan untuk mengantisipasi dan mengendalikan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah, dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulakan resurjensi atau resisten OPT atau dampak lain yang dapat merugikan lingkungan.

f. Penanganan panen dan pasca panen

Penanganan panen dan pasca panen akan memberiakan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dimana pada masak fisiologi berdasrkan umur tanaman, kadar air, dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.


(33)

commit to user

Pemanenan dilakukan dengan system kelompok yang dilengkapi dengan peralatan, dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu tetap terjaga dan tidak tercecer (Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).

Dengan pendekatan pengelolaan usahatani padi secara terpadu, mulai pengelolaan budidaya (persiapan lahan, pesemaian, penanaman, pemupukan, pengaturan air, pengendalian gulma), pengelolaan hama penyakit dan penanganan saat panen diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi yang selanjutnya memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. 7. Padi Varietas Ciherang

Padi dibudidayakan merupakan varietas Ciherang. Adapun ciri-ciri padi varietas Ciherang yaitu, tahun dilepas 2000, pemulia tarjat Tjubarjat, Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Aan A. Daradjat, nomor pedigri S3383-1D-Pn-41-3-1, asal dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/2* IR19661-131-3-1-3//4*IR64, golongan Cere, umur 116-125 hari, bentuk tanaman tanaman tegak, tinggi tanaman 107-115 cm, anakan produktif 14-17 batang, warna kaki hijau, warna batang hijau, warna telinga daun putih, warna lidah putih, warna daun hijau, muka daun kasar pada sebelah bawah daun, posisi daun tegak, daun bendera tegak, bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih, kerontokan sedang, kerebahan sedang, tekstur nasi pulen, bobot 1.000 butir adalah 27-28 gram, kadar amilosa 23%, hasil 5-7 ton/ha, ketahanan terhadap hama tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3, ketahanan terhadap penyakit tahan terhadap bakteri hawar daun (hdb) strain iii dan iv, dan anjuran tanam cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl (Hermanto dan Sunihardi, 2000).


(34)

commit to user B. Kerangka Berpikir

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan-pesan, gagasan-gagasan, harapan-harapan, dan perasaan-perasaan orang tertentu kepada orang-orang lain yang berkepentingan. Dalam proses komunikasi membutuhkan empat unsur utama, yaitu pengirim pesan, pesan itu sendiri, saluran komunikasi, dan penerima pesan. keempat unsur tersebut saling berkaitan, jika salah satu unsur tidak ada amaka komunikasi akan gagal atau tidak efektif sehingga unsur-unsur tersebut mempunyai peranaan penting dalam proses komunikasi terutama dalam penyampaian informasi atau inovasi baru dari komunikator kepada komunikan.

Komunikasi dikatakan efektif bila hasilnya sesuai dengan harapan yang diinginkan. Terutama apabila komunikan paham akan pesan yang disampaikan dan menerimanya untuk mengadopsi pesan tersebut. Proses penyebarluasan informasi berkaitan dengan inovasi baru yang disampaikan kepada komunikan dan pada akhirnya komunikan mengadopsinya.

Penyebarkan informasi tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), maka komunikasi antara komunikator dengan komunikan memegang peranan penting karena melalui komunikasi ini akan terjalin interaksi. Kegiatan PTT meliputi upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat terutama petani yang diupayakan.

Komunikasi merupakan unsur utama dalam penyampaian informasi. Informasi tentang PTT didapat dari Penyuluh Pertanian Lapangan.. Peran penyuluh pertanian dalam kegiatan PTT yaitu sebagai komunikator yang memberikan informasi tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Penyampain materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan petani sehingga terjalin hubungan yang baik antara penyuluh dengan petani akan berdampak pada pencapain tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini.

Pengelolaan Tanaman Terpadu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta ketrampilan petani dalam berusahatani. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, yaitu pihak petani sebagai


(35)

commit to user

komunikan, unsur pesan, unsur media, dan pihak PPL sebagai sumber informan. Komunikasi yang efektif menyebabkan komunikan mau mengadopsi inovasi tentang pengelolaan usahatani dengan PTT sehingga tujuan peningkatan produksi padi dapat tercapai

Petani akan menyerap informasi tentang PTT padi non hibrida dengan mudah jika petani mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Sedangkan materi yang diberikan berdasarkan kebutuhan yang dihadapi serta tujuan akan dicapai oleh kegiatan PTT. Jika pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan harapan petani maka akan terjadi perubahan prilaku petani (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) dalam menyikapi PTT itu sendiri. Pesan yang disampaikan kepada petani harus mempunyai manfaat yang berarti dalam peningkatan produksi padi, adanya struktur pengelolaan pesan yang mudah dipahami serta kekinian informasi yang disuluhkan oleh PPL, sehingga pesan itu akan mudah diakses oleh petani. Media atau saluran yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan petani. Penggunaan media juga disesuaikan dengan tersedianya media itu lapangan atau media yang sering dimanfaatkan petani dalam mengakses informasi. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam penyampaian pesan atau informasi PTT mempunyai cara-cara tersendiri sehingga petani mau mengakses atau menggunkan PTT untuk budidaya tanaman padi varietas Ciherang. Selain itu, kedekatan dan tingkat kredibilitas penyuluh dengan sasarannya juga mempengaruhi dalam penyerapan dan penerpan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam usahataninya.


(36)

commit to user

Dari uraian di atas, maka secara sistematis kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka berpikir Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Varietas Ciherang Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

Keterangan :

: Tidak diteliti _______ : Diteliti C. Hipotesis

1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan yang signifikan antara pihak komunikan (petani) dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi:

1. Pihak petani sebagai komunikan

a. Kertampilan berkomunikasi

b. Kebutuhan responden terhadap

pesan

c. Tujuan yang diinginkan d. Sikap terhadap diri sendiri 2. Unsur pesan

a. Manfaat pesan

b. Struktur pengelolaan pesan c. Kekinian pesan

3. Unsur media

a. Tersedianya media

b. Kesesuaian media

4. Pihak PPL sebagai sumber a. Kredibilitas sumber b. Kedekatan dengan sasaran

c. Cara menyampaikan pesan

Tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan

PTT padi varietas Ciherang: perubahan

ketrampilan dalam kegiatan PTT

Pengelolaan usahatani dengan Pengelolaan

Tanaman Terpadu

Peningkatan produktivitas padi varietas Ciherang


(37)

commit to user

b. Ada hubungan yang signifikan antara unsur-unsur pesan dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

c. Ada hubungan yang signifikan antara unsur-unsur media dalam

kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

d. Ada hubungan yang signifikan antara pihak Penyuluh Pertanian (PPL) dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

D. Definisi Operasional

Faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi yang berhubungan dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang, antara lain :

1. Komunikan dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang adalah petani sebagai pihak yang menerima informasi yang tergabung dalam kelompok tani yang mengikuti kegiatan PTT padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Aspek-aspek dari unsur sasaran yang mendukung dan menghambat efektivitas komunikasi antara lain :

a. Ketrampilan berkomunikasi merupakan kemampuan komunikan dalm

berkomunikasi dalam mengikuti kegiatan PTT padi varietas Ciherang dalam menerima informasi tentang PTT dan diukur dengan skala ordinal.

b. Kebutuhan komunikan terhadap pesan adalah kebutuhan akan pesan yang disampaikan terkait dengan kegiatan PTT padi varietas Ciherang diukur dengan skala ordinal.

c. Tujuan yang diinginkan adalah tujuan komunikan dalam mengikuti kegiatan PTT padi varietas Ciherang dan diukur dengan skala ordinal. d. Sikap terhadap diri sendiri adalah keyakinan dan kepercayaan diri

komunikan untuk menerima atau menolak inovasi tentang PTT padi varietas Ciherang.


(38)

commit to user

2. Unsur pesan dalam kegiatan PTT adalah materi yang sampaikan

komunikan terkait dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Aspek-aspek unsur pesan yang yang mendukung dan menghambat efektivitas komunikasi antara lain:

a. Manfaat pesan adalah kegunaan pesan untuk melaksanakan kegiatan PTT padi varietas Ciherang.

b. Struktur pengelolaan pesan adalah langkah-langkah pengelolaan pesan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan.

c. Kekinian pesan adalah materi atau pesan yang disampaikan merupakan

informasi yang terkini terutaman terkait dengan informasi baru.

3. Unsur media dalam kegiatan PTT adalah alat atau sarana untuk menunjang kegiatan PTT padi varietas Ciherang dalam menyampaikan pesan. Aspek-aspek unsur media yang yang mendukung dan menghambat efektivitas komunikasi antara lain :

a. Tersedianya media adalah alat atau media yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan kepada komunikan terkait dengan kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang.

b. Kesesuaian media adalah alat atau media yang digunakan sesuai dengan informasi yang akan disampaikan kepada komunikan dalam pelaksanaan PTT padi padi varietas Ciherang.

4. Pihak PPL sebagai sumber adalah orang yang menyampaikan materi tentang kegiatan PTT. Aspek-aspek yang yang mendukung dan menghambat efektivitas komunikasi antara lain :

a. Kredibilitas sumber adalah kemampuan yang dimiliki PPL sebagai sumber sehingga dapat diterima oleh komunikan.

b. Kedekatan dengan sasaran adalah perasaan yang ada antara sumber dengan komunikan terutama kedekatannya dalam berinteraksi terkait dengan kegiatan PTT.

c. Cara menyampaikan pesan adalah langkah-langkah yang dapat


(39)

commit to user

5. Tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang adalah keberhasilan komunikasi dalam mempengaruhi perubahan perilaku komunikan terutama ketrampilan komunikan dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang.

E. Pembatasan Masalah

1. Petani yang diambil sebagai sampel adalah petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

2. Tingkat efektivitas komunikasi dibatasi pada perubahan perilaku

komunikan terutama ketrampilan komunikan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektitivitas dibatasi pada pihak petani sebagai komunikan, unsur pesan, unsur media dan pihak PPL sebagai sumber.

6. Pelaksanaan kegiatan Penelolaan Tanaman terpadu padi varietas Ciherang pada saat penelitian tahun 2009-2010.

F. Pengukuran Variabel (terlampir)


(40)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara terperinci terhadap gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam permasalahan yang diteliti (Susanto, 2006). Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, merinci atau membuat deskriptif terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti dengan menggunakan data yang diperoleh (Mardikanto, 2006).

Penelitian ini menggunakan teknik survai, penelitian survai merupakan penelitian yang menggunakan data dari sampel yang diambil dari populasi sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan variabel (Susanto, 2006). Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi (2006), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

B. Metode Penentuan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu

pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

(Singarimbun dan Effendi, 2006). Daerah yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Kecamatan Rembang dipilih karena kecamatan ini mempunyai luasan lahan yang paling luas yang digunakan untuk PTT padi varietas Ciherang serta telah menerapkan PTT padi varietas Ciherang untuk meningkatkan produktivitas padi.


(41)

commit to user

Tabel 1. Lokasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Non Hibrida di Kabupaten Rembang.

No. Kecamatan Luas Area

(Ha) Jumlah Desa

Jumlah Kelompo tani

1. Sumber 225 9 9

2. Bulu 225 9 9

3. Gunem 325 12 13

4. Sale 500 13 20

5. Sarang 450 14 18

6. Sedan 350 8 14

7. Pamotan 350 11 14

8. Sulang 225 9 9

9. Kaliori 150 6 6

10. Rembang 500 16 20

11. Pancur 125 5 5

12. Kragan 150 6 6

13. Sluke 200 8 8

14. Lasem 225 7 9

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang tahun 2009.

C. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu, keadaan atau gejala yang dijadikan obyek penelitian (Mardikanto, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani-petani yang ada di Kabupaten Rembang yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi non hibrida (varietas Ciherang).

2. Sampel

Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi untuk yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian (Susanto, 2006). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Sampel yang diambil dari kelompok tani yang melaksanakan PTT padi non hibrida (varietas Ciherang). Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 42 petani. Sampel terdiri dari 1 petani yang sepenuhnya menerapkan PTT yang lahannya digunakan


(42)

commit to user

sebagai Laboratorium Lapang (LL) dan 5 responden lainnya menerapkan metode campuran yaitu kombinasi antara metode PTT dan tradisional dalam pengelolaan budidaya padi serta lahannya tidak digunakan sebagai LL. Adapaun sampel yang diambil adalah pada Tabel 2.

Tabel 2. Petani Sampel di Kecamatan Kabupaten Rembang

No. Desa Kelompok Tani Jumlah

Anggota

Sampel

1. Punjul Harjo Sido Subur 51 6

2. Kasreman Tani Makmur I 105 6

3. Mondoteko Teko Mulyo 115 6

4. Tri Tunggal Mina Padi 80 6

5. Sridadi Sidodadi 164 6

6. Padaran Rukun Tani 78 6

7. Ngadem Sri Budi karya II 94 6

Jumlah 687 42

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang tahun 2009.

D. Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden secara langsung dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data pendukung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.


(43)

commit to user Tabel 3. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data yang digunakan Sifat Data Sumber

Pr Sk Kn Kl

I Data Pokok

A. Identitas responden X X Petani

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi

efektifitas komunikasi

1.Pihak petani sebagai komunikan X X Petani

2.Unsur pesan X X Petani

3.Unsur media X X Petani

4.Pihak PPL sebagi sumber X X PPL

C. Tingkat efektivitas komunikasi X X Petani

II Data Pendukung

A. Monografi Kecamatan

B. Data Luas Lahan PTT Padi Non

Hibrida

C. Data jumlah petani

X X X

X X

X X

BPS Dispertanhut Dispertanhut

Keterangan :

Pr = Primer Kn = Kuantitatif

Sk = Sekunder Kl = Kualitatif E. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh dengan metode:

1. Wawancara, adalah pengumpulan data primer dan data sekunder dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada pegawai responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner sebagai panduannya.

2. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung kepada obyek yang diteliti.

3. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat

sumber-sumber informasi dari pustaka maupun instansi-instansi yang terkait dengan penelitian.


(44)

commit to user F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi,

tingkat efektivitas komunikasi digunakan analisis Compare Means melalui program SPSS 16,0 windows, melalui bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dengan menggunakan rumus korelasi rank Spearman didukung dengan program SPSS 16,0 windows.

Menurut Siegel (1994), rumus koefisien korelasi jenjang sperman (rs) adalah :

N N

di

r i

s

-=

å

=

3 1

2

6 1 Keterangan :

rs : Koefisien korelasi rank spearman

N : Jumlah sampel

Di : Selisih ranking antar variabel

Untuk menguji tingkat signifikansi rs digunakan uji t-student karena sample yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan rumus sebagai berikut :

2 1

2 rs N rs t

-=

Keterangan :

N : Jumlah petani sample rs : Koefisien jenjang spearman

Kriteria uji :

1. Jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05), maka H0 ditolak yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam


(45)

commit to user

kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

2. Jika t hitung < t tabel (α = 0,05), maka H0 diterima yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.


(46)

commit to user

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Kondisi Geografi dan Topografi

Kecamaan Rembang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rembang. Kecamatan Rembang terdiri dari tujuh kelurahan dengan 27 desa. Jarak Desa yang terjauh dari kecamatan 10,9 km. Jarak kecamatan dari pusat administrasi dan pemerintahan kabupaten adalah 6 km dengan jarak menuju ibukota provinsi adalah 111 km.

Adapun batas wilayah Kecamatan Rembang adalah sebagai berikut:

Utara : Laut Jawa

Timur : Kabupaten Lasem Selatan : Kecamatan Sulang Barat : Kecamatan Kaliori

Kecamatan Rembang merupakan daerah landai, sedikit ada kemiringan dan mempunyai ketinggian tempat 6 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Rembang beriklim tropis dengan curah hujan sebesar 1.371 mm serta mempunyai jumlah hari hujan rata-rata 64 hari pertahun. Jenis tanah yang ada di Kecamatan Rembang adalah alluvial sebesar 20%, grumosol sebesar 30%, regusol sebesar 10%, serta planosol sebesar 40%.

2. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kecamatan rembang terdiri atas 34 desa dengan luas wilayah sebesar 5880,77 Ha. Luas wilayah yang ada terbagi atas lahan sawah dan lahan kering. Adapun perincian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.


(47)

commit to user

Tabel. 4. Luas Kecamatan Rembang Menurut Penggunaan Lahan

No. Jenis Tanah Luas (Ha) Prosentase (%) 1. Lahan sawah

a. Irigasi teknis 0,00 0,00

b.Irigasi setengah teknis 0,00 0,00

c. Irigasi sederhana 0,00 0,00

d.Tadah hujan 3.084,20 52,45

Jumlah 3.084,20 52,44

2. Tanah Kering

a. Bangunan/ Halaman 1.038,32 17,66

b.Pekarangan/ Tegalan 1.250,11 21,26

c. Tambak 232,82 3,96

d.Rawa

e. Lain-lain

1,00 274,32

0,02 4,66

Jumlah 2.796,57 47,56

Total 5.880,77 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Rembang tahun 2008

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Rembang dimanfaatkan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah sebesar 3.084,20 Ha (52,44%) terdiri atas lahan sawah tadah hujan, sedangkan lahan kering sebesar 2.796,57 Ha (47,56%) terdiri atas bangunan atau halaman sebesar 1.038,32 Ha (17,66%), pekarangan atau tegalan sebesar 1.250,11 Ha (21,26%), tambak sebesar 232,82 Ha (3,96%), rawa sebesar 1,00 Ha (0,01%) dan lain-lain sebesar 274,32 Ha (4,66%). Oleh karena itu penggunaan lahan yang ada di Kecamatan rembang sebagian besar untuk lahan sawah tadah hujan karena lahan ini dimanfaatkan untuk menanam tanaman pangan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Rembang.

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui angka beban tanggungan (ABT), penduduk produktif dan non produktif. Keadaan penduduk menurut umur di Kecamatan Rembang di Kecamatan Rembang dapat dilihat pada Tabel 5.


(48)

commit to user

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Rembang No. Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

Penduduk

Prosentase (%)

1. 0-4 3.227 3.405 6.632 7,90

2. 5-9 3.226 3.212 6.438 7,67

3. 10-14 3.780 3.883 7.663 9,12

4. 15-19 3.692 3.611 7.303 8,70

5. 20-24 3.388 3.547 6.935 8,26

6. 25-29 3.396 3.620 7.016 8,35

7. 30-34 3.525 3.627 7.152 8,52

8. 35-39 3.370 3.405 6.775 8,07

9. 40-44 3.214 3.328 6.542 7,79

10. 45-49 2.727 2.788 5.515 6,57

11. 50-54 2.027 1.984 4.011 4,78

12. 55-59 1.492 1.505 2.997 3,57

13. Di atas 60 4.128 4.873 9.001 10,72

Jumlah 41.192 42.788 83.980 100,00 Sumber : Monografi Kecamatan Rembang Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Penduduk

diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-59 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 60 tahun). Penduduk berusia belum peoduktif sebanyak 20.733 jiwa (24,69%), usia produktif sebanyak 54.246 jiwa (64,59), dan yang berusia tidak produktif sebanyak 9.001 jiwa (10,72%). Dari tabel dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Rembang termasuk dalam kategori usia produktif. Berdasarkan data di atas dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk produktif dalam 100 jiwa penduduk, yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk usia non produktif. Angka Beban Tanggungan penduduk Kecamatan Rembang dapat diketahui melalui rumus berikut ini :

ABT = X100

produktif usia

penduduk

produktif non

usia penduduk

S S

100 214 . 57

766 . 26

´ =


(49)

commit to user

Dari analisis perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk di Kecamatan Rembang sebesar 47 persen. Berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 47 orang penduduk usia non produktif. Oleh karena itu semakin tinggi Angka Beban Tanggungan (ABT) pada suatau daerah maka akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

2. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat menggambarkan sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk pria dan penduduk wanita. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Rembang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Rembang

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

(%) 1.

2.

Laki-laki Perempuan

41.192 42.788

49,05 50,95

Jumlah 83.980 100,00

Sumber: Monografi Kecamatan Rembang Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki sebesar 41.192 jiwa (49,05%) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 42.788 jiwa (50,95%). Sehingga jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Dari data yang ada dapat diketahui sex rasio dari jumlah penduduk yang ada. Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dibanding dengan jumlah penduduk perempuan. Terkait dengan hal tersebut, untuk sex rasio dari Kecamatan Banyudono, dapat diketahui sebagai berikut :

100 x perempuan penduduk

laki laki penduduk ratio

Sex

å

å

-=

Sex Ratio = ×100 = 96,27

Dari analisis perhitungan sex ratio di Kecamatan Rembang adalah 96,27 persen. Sex ratio sebesar 96,27% mempunyai arti bahwa setiap 100

41.192 42.788


(1)

commit to user

12. Hubungan antara unsur media dengan tingkat efektivitas komunikasi

dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang

Unsur media merupakan saluran komunikasi tempat

berlangsungnya pesan dari komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003). Unsur pesan dapat diukur dari tersedianya media dan kesesuaian media.

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara unsur media dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT dengan arah negatif. Hal ini dapat dilihat nilai rs sebesar -0,003 dan t hitung –0,019 lebih kecil dari t tabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang tidak signifikan terjadi antara ketrampilan dalam kegiatan PTT tidak dipengaruhi oleh unsur media.

13. Hubungan antara kredibilitas sumber dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang

Kredibilitas sumber mempunyai arti kemmpuan yang dimiliki sumber dalam kegiatan penyuluhan. Kemampuan ini dapat diukur dari ketrampilan, penguasaan materi, dan kompetensi sumber. Semakin tinggi kredibilitas sumber maka kemampuan dalam kegiatan PTT akan semakin trampil.

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa nilai rs sebesar -0,022 dan t hitung -0,139 lebih kecil dari t tabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang ada adalah tidak signifikan antara kredibilitas sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang dengan arah negatif. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena tingkat efektivitas komunikasi terutama dalam ketrampilan melaksanakan kegiatan PTT tidak dipengaruhi terhadap kredibilitas sumber. Kemampuan yang dimiliki sumber tidak membuat petani menjadi trampil dalam kegaiatan PTT.

Adanya hubungan yang berlawanan antara kredibilitas sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi menunjukan bahwa semakin tinggi


(2)

commit to user

kredibilitas sumber tidak menentukan semakin tinggi juga tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan tanaman Terpadu padi varietas Ciherang.

Berdasarkan pada tabel 13, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat efektivitas komunikasi adalah kategori kurang trampil atau rata-rata 24-25. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara petani dengan kredibilitas sumber dalam ketrampilan PTT sehingga data yang dihasilkan hubungan yang tidak signifikan antara kredibilitas sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT.

14. Hubungan antara kedekatan dengan komunikan dengan tingkat

efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang

Kedekatan dengan komunikan merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki sumber untuk dapat mengetahui kondisi sasarannya. Dengan adanya kedekatan ini maka sumber akan tahu ketrampilan yang dimiliki oleh sasaran sehingga sumber mudah dalam memberikan materi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah setempat.

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedekatan dengan komunikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT. Hal ini dapat dilihat dari nilai rs sebesar 0,321 dan t hitung 2,144 lebih kecil dari t tabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan data yang ada maka kedekatan dengan komunikan berpengaruh dalam tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang. Kedekatan ini dapat dilakukan dengan sumber dapat merasakan, mendengarakan dan dapat menempatkan diri sebagai komunikan jika terjadi permasalahan terutama tentang PTT.

15. Hubungan antara cara penyampaian dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang

Sumber dalam menyampaiakan materi tentang PTT berpengaruh dalam penerimaan petani dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang. Cara penyamapaian yang jelas dari segi vokal serta mudah dimengerti


(3)

commit to user

penjelasan yang diberikan akan berdampak pada peningkatkan ketrampilan petani dalam kegiatan PTT.

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa nilai rs sebesar -0,121 dan t hitung -0,771 lebih kecil dari t tabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang ada adalah tidak signifikan antara cara penyamapaiannya dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT dengan arah negatif. Berdasarkan pada tabel 13, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat efektivitas komunikasi adalah kategori kurang trampil atau rata-rata 24-25. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara petani dengan cara penyamapaian yang dilakukan sumber terhadap ketrampilan PTT sehingga data yang dihasilkan hubungan yang tidak signifikan antara cara penyamapaian yang dilakukan sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT.

16. Hubungan antara pihak PPL sebagai sumber dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang

Pihak PPL sebagai sumber merupakan salah komponen yang dapat meningkatkan ketrampilan petani dalam kegiatan PTT. PPL dianggap sebagai faktor penting untuk menyampaiakan materi kepada petani. Kemampuan yang dimiliki dapat diukur dari kredibilitas, kedekatan dengan komunikan, serta cara penyamapaiannya.

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pihak PPL sebagai sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rs sebesar 0,129 dan t hitung 0,823 lebih kecil dari t tabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%.

Kegiatan yang dilakukan PPL kurang berdampak pada tingginya ketrampilan petani, sehingga tidak ada pengaruh antara pihak PPL sebagai sumber dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman terpadu.


(4)

commit to user

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi varietas Ciherang di kecamatan Rembang Kabupaten Rembang maka dapat disimpulkan bahwa:

1.Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah :

a. Pihak petani sebagai sumber

1) Kertampilan berkomunikasi termasuk dalam kategori sedang.

2) Kebutuhan responden terhadap pesan termasuk dalam kategori

rendah.

3) Tujuan yang diinginkan termasuk dalam kategori kurang sesuai.

4) Sikap terhadap diri sendiri termasuk dalam kategori biasa.

b. Unsur pesan

1) Manfaat pesan termasuk dalam kategori kurang bermanfaat.

2) Struktur pengelolaan pesan termasuk dalam kategori menarik.

3) Kekinian pesan termasuk dalam ketegori baru.

c. Unsur media

1) Tersedianya media termasuk dalam kategori kurang tersedianya

media yang digunakan.

2) Kesesuaian media termasuk dalam kategori kurang sesuai.

d. Pihak PPL sebagai sumber

1) Kredibilitas sumber termasuk dalam kategri tinggi.

2) Kedekatan dengan komunikan termasuk dalam kategori dekat.

3) Cara penyamapain pesan termasuk dalam kategori menarik.

2.Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas

Ciherang adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas

Ciherang termasuk kurang trampil dalam kegiatan PTT disebabkan


(5)

commit to user

petani masih sulit untuk merubah cara pengelolaan tanaman padi dengan teknologi yang baru, dan kondisi di Kecamatan Rembang kurang sesuai dengan penerapan teknologi yang ada.

3.Hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dan

tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi varietas Ciherang di kecamatan Rembang Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut ini :

a. Hubungan antara ketrampilan berkomuniasi dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan

hubungan yang tidak signifikan.

b. Hubungan antara kebutuhan terhadap pesan dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan tidak signifikan.

c. Hubungan antara tujuan yang diinginkan dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan tidak signifikan.

d. Hubungan antara sikap terhadap diri sendiri dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang sangat signifikan.

e. Hubungan antara pihak petani sebagai komunikan dengan tingkat

efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang sangat signifikan.

f. Hubungan antara manfaat pesan dengan tingkat efektivitas komunikasi

dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan sangat signifikan.

g. Hubungan antara struktur pengelolaan pesan dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang signifikan.

h. Hubungan antara kekinian pesan dengan tingkat efektivitas komunikasi

dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang tidak signifikan.


(6)

commit to user

i. Hubungan antara unsur pesan dengan tingkat efektivitas komunikasi

dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang sangat signifikan.

j. Hubungan antara tesedianya media dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang tidak signifikan.

k. Hubungan antara kesesuaian media dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang tidak signifikan.

l. Hubungan antara unsur media dengan tingkat efektivitas komunikasi

dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang tidak signifikan.

m.Hubungan antara kredibilitas sumber dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan tidak signifikan.

n. Hubungan antara kedekatan dengan komunikan dengan tingkat

efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan yang signifikan.

o. Hubungan antara cara penyampaian dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan tidak signifikan.

p. Hubungan antara pihak PPL sebagai sumber dengan tingkat efektivitas

komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang menunjukan hubungan tidak signifikan.

B. Saran

Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut ini :

Peningkatan kerjasama antara penyuluh dengan petani dalam rangka peningkatan ketarampilan Pengelolaan Tanaman Terpadu sesuai dengan tujuan yang ingin dengan cara PPL ikutserta dalam kegiatan yang dilakukan petani.