Bab 1 SEJARAH IDEOLOGI

Bab 1
Pendahuluan

a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan

Bab 2

Pembahasan

A. Tokoh dan Pemikir Paham Liberalisme
1. John Locke dan Hobbes: Konsep State of Nature yang berbeda
Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep
yang dinamakan konsep negara alamaiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep
State of Nature. Namun dalam perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki
pemikiran yang sama sekali bertolak belakang satu sama lainnya. Jika ditinjau dari
awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya berbeda.
Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu
pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya. Namun, manusia ingin
hidup damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu

masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi
hak-haknya dari individu lain dimana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga
(penguasa). Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu
pada State of Nature adalah baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta
atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil oleh orang lain
sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai
pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti
‘membeli kucing dalam karung’. Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari
sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), dimana Hobbes berpendapat akan timbul
Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarkhi Konstitusional.
Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama
menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme. Inti dari
terbentuknya Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masingmasing individu) meskipun baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung
pemimpin negara. Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan Negara itu akan
dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas – hanya
sebagai “penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi konflik.
B. Tokoh Pendukung Paham Liberalisme
1. Adam Smith

Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik

merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo,
haluan pandangan yang mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai
masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan
masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang
secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi
klasik adalah Adam Smith (1723-1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik
dan ekonomi yang sangat luas, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum
menjadi tiga kelompok pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak
terlepas dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi
tentang faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan
nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang
mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat.
Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar
dimana kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula
dalam politik.
C. Konteks Sosial
D. Konsep Pemikiran Paham Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan
tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik
yang utama.Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,

dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.Dalam masyarakat
modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan
keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas.
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan. Ada dua
macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. Liberalisme
Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul
sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme
Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena
hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih ada. Liberalisme Modern
tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan
kata lain, nilai intinya (core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja
dalam versi yang baru. Jadi sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah
berakhir.

Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan. Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan
menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme
(ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki individu itu
adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang harus

dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau dengan
kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.
E. Awal Mula Menjadi Ideologi Liberalisme
Ideologi ini erat kaitannya dengan pemikiran-pemikiran yang lahir pada masa
Pencerahan dan Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18. Liberalisme merupakan
ideology kelas tertentu yang mecirikan kepentingan ketentuan. Tapi, ciri-ciri
pemikiran Pencerahan yang universal dan mutlak serta ideology liberal yang
merupakan jawaban terhadap gaya monarki Perancis yang agak total, sebagiannya
telah tidak memungkinkan dibicarakannya dan diperdebatkannya organisasiorganisasi sosial dan politik Perancis; ia tidak mungkin dibicarakan dalam kerangka
pembaharuan tertentu apalagi para pemikir Pencerahan cenderung menggeneralisirnya
dengan abstraksi-abstraksi yang luas, walau demikian ‘kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan’ jelas mengacu pada aspirasi kaum borjuis Perancis – pengusaha kelas
menengah yang baru muncul, pedagang, banker, intelektual dan para profesional yang
merasa di kekang oleh lembaga kebangsawanan yang dikuasai oleh monarki absolute.
Kaum borjuis Perancis abad ke-18 berusaha untuk mengakhiri penguasaan
ekonomi yang telah ketinggalan zaman (dikenal sebagai ‘merkantilisme’) para
perdagangan, penanaman modal. Mereka berusaha menghilangkan peranan Gereja
Katolik sebagai pemilik harta kekayaan dan lembaga ekonomi. Mereka menuntut
pengurangan kekuasaan monarki atau menurut ketentuan kejadian yang bersifat
revolusioner-menghapus sama sekali; selain mendesak penghapusan warisan hak-hak

istimewa dan status sosial yang membedakan mereka dengan kaum bangsawan.
Mereka menghendaki kontrol pada lembaga parlementer sebagai monarki, menuntut
sistem ekonomi perdagangan bebas yang kapitalisme dan asas-asas laissez
faire(negara tidak campur tan`gan) sebagai pengganti merkantilisme, dan ingin agar
semua orang mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, tidak
terbebani oleh perbedaan-perbedaan gelar dan derajat sebagai pengganti hak istimewa
dan status sosial yang diwariskan.
F. Kelompok Pendukung Paham Liberalisme
G. Strategi Paham Liberalisme
H. Lawan Ideologi Liberalisme

I. Pengaruh Ideologi Liberalisme
J. Akhir Ideologi Liberalisme
K. Pandangan Post Modern Ideologi Liberalisme