Program Padat Karya Penempatan Tenaga Kerja Melalui Kerja Sama

23 Populasi, 171, 2006, ISSN: 0853 - 0262 kerja hanya 2,66 persen dari total anggaran program. Proporsi anggaran ketenagakerjaan atau anggaran perluasan kesempatan kerja ini tentu saja akan menjadi sangat kecil bila dibandingkan dengan total anggaran dinas. Memang masih jauh dari harapan agar program perluasan kesempatan kerja di Sleman dapat terjadi secara optimal karena tidak didukung dengan anggaran yang memadai. Di Kota Yogyakarta, anggaran untuk program ketenagakerjaan dan transmigrasi sebesar 31,13 persen. Dari anggaran 31,13 persen tersebut, proporsi anggaran yang digunakan untuk program perluasan kesempatan kerja hanya 13,83 persen dari total anggaran dinas. Program-program tersebut meliputi program Perluasan Lapangan Kerja dan Pengurangan Penganggur 6,62 persen, menyelenggarakan fasilitasi penyebarluasan informasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian 4,37 persen, dan menyelenggarakan fasilitasi penempatan tenaga kerja dan transmigran 2,84 persen. Sedangkan anggaran untuk program pelatihan keterampilan sebesar 12,98 persen dan program lainnya 4,32 persen, sementara anggaran untuk gaji pegawai dan tunjangan beras mencapai 65,05 persen. Dapat disimpulkan bahwa anggaran program perluasan kesempatan kerja yang terbatas menyebabkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak dapat mengatasi masalah keterbatasan kesempatan kerja. Proporsi anggaran yang terdapat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi lebih banyak digunakan untuk pengeluaran rutin, seperti gaji pegawai dan operasional dinas. Wajar apabila masalah kesempatan kerja masih akan tetap terjadi karena anggaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih relatif kecil untuk program perluasan kesempatan kerja. Daya Serap Program Perluasan Kesempatan Kerja Berikut ini dibahas mengenai penyerapan program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupatenkota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Program Padat Karya

Dari lima Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, hanya tiga kabupatenkota yang membuat program padat karya. Di Kabupaten Bantul, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuat program Perluasan Kerja Sistem Padat Karya PKSPK dengan anggaran dana sebesar Rp47.460.000,00, tetapi hanya mampu menyerap 10 tenaga kerja. Di Kabupaten Gunung Kidul, dibuat program PKSPK dengan anggaran dana Rp37.000.000,00 dan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang. Sementara itu, di Kota Yogyakarta, program PKSPK hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10 orang. Kelemahan dari program padat karya ini adalah karena program ini bersifat sementara. Selain itu, terkesan program ini hanya merupakan program populis yang dapat memberikan kesan bahwa pemerintah daerah kabupatenkota dapat memberikan pekerjaan kepada warganya meski hanya sementara. Pemerintah tidak terlalu memperhitungkan berapa tenaga kerja yang dapat terserap dalam program padat karya ini. Tampaknya pemerintah daerah kabupatenkota hanya menjalankan program rutinitas setiap tahun tanpa ada upaya untuk melakukan inovasi program yang lebih banyak menyerap tenaga kerja. Dari sisi anggaran, program padat karya mendapat porsi anggaran yang sangat kecil apabila dibandingkan jumlah pencari kerja. Anggaran untuk kegiatan program padat karya di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul kurang 24 Populasi, 171, 2006, ISSN: 0853 - 0262 dari lima puluh juta rupiah. Anggaran yang kecil ini berimplikasi pada rendahnya daya serap program padat karya terhadap tenaga kerja. Ini membuktikan bahwa program padat karya ini tidak tidak efektif dan efisien dalam menyerap tenaga kerja.

2. Penempatan Tenaga Kerja Melalui Kerja Sama

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupatenkota di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program AKL, AKAD, dan AKAN berhasil menempatkan tenaga kerja sebanyak 13.811 orang. Kabupaten Kulon Progo menempatkan sebanyak 300 orang, Kabupaten Bantul 5.122 orang, Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 600 orang, Kabupaten Sleman sebanyak 4.789 orang, dan Kota Yogyakarta 3.000 orang. Program penempatan tenaga kerja lebih baik dibandingkan dengan program padat karya. Jumlah tenaga kerja yang terserap jauh lebih banyak dibandingkan dengan program padat karya. Kelebihan yang lain adalah program penempatan ini memiliki rentang waktu yang lebih lama sehingga dapat diharapkan sebagai sumber pendapatan utama. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator antara pencari tenaga kerja dan pencari kerja.

3. Pelatihan Keterampilan