Modul 1x

Modul 1
PERILAKU DAN MEKANISME PERILAKU

A. PENDAHULUAN
Memahami perilaku peserta didik merupakan hal yang penting bagi guru.
Proses pendidikan dan pembelajaran menuntut guru untuk berinteraksi dengan
peserta didik. Interaksi yang terjalin haruslah interaksi yang mendidik.
Pemahaman terhadap apa, mengapa, bagaimana peserta didik berperilaku
membantu guru menetapkan stimulasi yang dilakukan agar peserta didik
menampilkan perilaku diharapkan sebagai indikator terjadi proses belajar dan
tercapainya hasil belajar.
Materi perilaku dan mekanisme perilaku merupakan materi awal
bagaimana memahami peserta didik. Pada modul 1 (satu) ini dipaparkan konsep
dasar perilaku dimulai dari definisi perilaku sampai dengan bagaimana peserta
didik menyesuaikan diri. Pembahasan diurutkan secara konseptual dan praksis
sehingga diahir modul anda diharapkan memahami secara utuh apa, mengapa,
dan bagaimana peserta didik berperilaku.sehingga anda dapat merancang
stimulasi yang mendorong peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sesuai
tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu menganalisa
perilaku peserta didik dan perilaku anda sendiri sebagai calon pendidik sehingga

pada akhirnya anda dapat meningkatkan kualitas perilaku anda sebagai pendidik
yang professional dan kualitas perilaku siswa sesuai dengan kompetensi yang
harus dicapai sebagai hasil belajar dan pendidikan. Secara khusus anda
diharapkan dapat :
a.

mengidentifkasi faktor-faktor pencetus perilaku

b.

mengidentifikasi motif peserta didik berperilaku

c.

menganalisa mekanisme perilaku peserta didik

d.

mengidentifikasi perilaku pertahanan diri peserta didik


Pencapaian

kemampuan

yang

diharapkan

memerlukan

dukungan

pemahaman anda terhadap konsep dasar dan pemahaman tentang peserta didik
(cara pandang terhadap peserta didik) dari materi perkuliahan/ modul landasan
pendidikan serta menguasai konsep dasar dan pemahaman tentang pendidikan
serta proses pendidikan dan pembelajaran (cara pandang tentang pendidikan dan
pembelajaran) dari materi perkuliahan/ modul paedagogik
Modul terdiri dari dua kegiatan belajar. Pada kegiatan belajar 1 (satu)
disajikan secara berurutan mulai dari definisi perilaku, factor-faktor pencetus
perilaku, motif sebagai penggerak perilaku, dan motivasi berperilaku. Pada

bagian 2 (dua) dipaparkan : jenis-jenis perilaku, mekanisme perilaku, pencapaian
tujuan perilaku, dan bagaimana peserta didik menyesuaikan diri penyesuaian diri
pada pencapaian tujuan perilaku. Hubungan antar bahasan divisualisasikan
dalam peta konsep sebagai berikut :

faktor

Tujuan
perilaku

perilaku

mekanisme

motifmotivasi

Pemahaman terhadap paparan modul ini dapat dicapai bila anda mempelajari
modul ini dengan memperhatikan petunjuk belajar sebagai berikut :
a. Bacalah paparan modul dengan seksama dari mulai bagian pendahuluan
hingga rangkuman.

b. Pergunakan glosarium untuk memahami arti kata atau konsep yang
diarasakan belum dikenal atau sulit dipahami.
c. Bila diperlukan cari sumber bacaan tambahan yang ada dalam daftar
rujukan untuk memperoleh pengayaaan pemahaman
d. Kerjakan tugas-tugas yang ada dalam modul sehingga anda secara
praksis paham konsep yang disajikan
e. Setelah selesai membaca paparan dan mengerjakan tugas, kerjakan tes
formatif
f. Periksa hasil pekerjaan anda berdasarkan kunci, hitung berapa nilai anda.
Jika nilai anda kurang dari standar, lihat pada bagian mana anda kurang,
lalu baca kembali paparan modul, dan cobalah mengulang menjawab
pertanyaan tes formatif kembali. Pafahami penjelasan jawaban yang
benar.pada kunci jawaban.

B. KEGIATAN BELAJAR I
KONSEP DASAR PERILAKU
Apakah anda seseorang yang memikirkan dengan serius pakaian apa
yang akan anda kenakan besok hari, atau anda mengenakan pakaian yang
menurut anda nyaman untuk dikenakan saat tersebut, atau anda hanya
mengambil pakaian yang berada paling atas`dari tumpukan pakaian dalam

lemari, atau anda mengenakan pakaian yang tersedia karena hanya pakaian itu
yang masih bersih untuk digunakan. Jawaban anda menunjukkan perilaku anda
dalam berpakaian.
Apakah anda pernah memperhatikan bagaimana anak-anak bermain. Ada
anak yang asik dengan mainannya sendiri, ada anak yang berusaha mengajak
teman-temannya bermain bersama, ada anak yang mengikuti kemanapuan dan
apapun yang dikerjakan oleh temannya. Mengapa mereka menunjukkan perilaku
yang berbeda ?,

apa yang menyebabkan perilaku mereka berbeda padahal

berada dalam kegiatan yang sama bermain.
Pada saat anda mengajar, anda mungkin pernah menghadapi beragam
situasi dan beragam tampilan perilaku anak. Keributan pada saat masuk kelas,
karena ada anak yang berlari masuk ke kelas, anak yang menyapa temannya,
anak yang memperlihatkan mainan pada temannya, anak yang menceritakan
pengalamannya, anak yang mengerjakan pr karena lupa mengerjakan di rumah
atau anak yang duduk sendiri dibangkunya menunggu kegiatan pembelajaran
dimulai. Mengapa para siswa melakukan aktivitas-aktivitas`tersebut?. Faktorfaktor apa yang membuat perilaku para siswa berbeda?.Secara konseptual
bagaimana hal tersebut dijelaskan.

1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah manifestasi hayati makhluk hidup, hidup.
Apapun yang menunjukkan makhluk hidup, hidup itulah adalah perilaku.
Pada dasarnya yang berperilaku tidak hanya manusia tetapi semua makhluk

hidup. Kualitas perilaku yang ditampilkan Pada paparan modul ini kita tidak
akan membahas perilaku makhluk hidup. Kita adalah manusia dan yang
menjadi sasaran layanan pendidikan dan pembelajaran adalah manusia
khusus peserta didik. Pembahasan kita spesifik pada perilaku peserta didik
dalam proses pendidikan dan kegiatan pembelajaran..
Perhatikan gambar dibawah ini, gambar-gambar tersebut menunjukkan
manusia sedang berperilaku.

Manusia dalam perspektif psikologi dipandang sebagai individu.
Individu yang memiliki karakteristik dan keunikan tertentu, ciri-ciri yang
spesifik dan khas baik yang bersifat fisik maupun psikis. Secara garis besar
manusia terdiri atas aspek jasmani atau fisik dan rohani psikis, walaupun
disebut terpisah dalam kenyataanya kedua tidak dapat dipisahkan,
merupakan satu kesatuan yang utuh (undivided – tidak terpisahkan).
Keutuhan ini akan terpisah manakala manusia mati. Pada saat itu individu

tidak lagi berperilaku. Sebagai individu manusia memiliki ciri yang esensial
yaitu selalu berperilaku atau melakukan kegiatan. Perilaku meliputi perilaku
yang nampak maupun perilaku yang tidak nampak (Nana Syaodih, 2004).
Perilaku yang nampak adalah perilaku yang dapat dilihat seperti
berkedip, berlari, dan menulis. Perilaku yang tidak nampak adalah perilaku
yang tidak dapat dilihat oleh mata tetapi menunjukkan sisi kehidupan
manusia, seperti berpikir, dan berperasaan. Kita tidak dapat melihat
bagaimana individu berpikir, yang dapat kita lihat perilaku berikutnya

sebagai keputusan hasil berpikir, mungkin bergerak atau mungkin diam.
Individu berperilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku
individu memiliki arti/ makna yang berbeda dalam konteks lingkungan yang
berbeda.
Peserta didik sebagai individu akan terus menerus berperilaku selama
mengikuti kegiatan pembelajaran dan proses pendidikan di sekolah.
Berdasarkan paparan yang telah anda baca, coba identifikasi perilaku yang
ditampilkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Tuliskan pada tabel
berikut
Perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran adalah :


1

2

3

4

5

6

7

8

9

10


11

12

13

14

15

16

Apakah kolom pada tabel diatas masih kurang, ya pasti, karena banyak
sekali perilaku yang ditampilkan peserta didik. Peserta didik adalah individu
yang selalu berperilaku.
Apakah perilaku yang ditampilkan peserta didik terjadi karena apa yang
ingin mereka lakukan atau karena ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
mereka berperilaku. Apakah anda mungkin menjadi penyebab mereka
melakukan suatu perilaku tertentu, ataukah apakah memang anda secara
sengaja menginginkan meraka menunjukkan suatu perilaku ?


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Para ahli berbeda pendapat tentang apa yang menyebabkan individu
berperilaku.Pendekatan yang berbeda menunjukkan pandangan yang berbeda
tentang penyebab individu berperilaku. Berdasarkan pandangan tentang
penyebab perilaku dapat didentifikasi jenis-jenis perilaku yang ditampilkan
oleh individu. Pendekatan dan pandangannya terhadap penyebab perilaku
dapat diidentifikasi sebagai berikut .

a. Pendekatan psikoanalisa
kesadaran
ambang sadar

ketidaksadaran

Psikoanalisa memandang perilaku individu dipengaruhi oleh
kesadaran individu. Tokoh Psikoanalisa Sigmund Freud menggambarkan
kehidupan individu ibarat gunung es. Sebagian gunung es tampak
dipermukaan air, bagian ini disebut kesadaran, perilaku sepenuhnya
dilakukan atas dasar kesadaran atau perilaku yang sepenuhnya dalam

kontrol individu. Contoh peserta didik berangkat dan mengikuti proses
pembelajaran dikelas dan menyadari keberadaannya di sekolah dan di
dalam kelas.
Sebagian gunung es tenggelam, bagian ini disebut ketidaksadaran
dan merupakan bagian yang lebih besar. Individu melakukan aktivitasaktivitas secara tidak sadar atau di luar kontrol dirinya. Contoh, kita
melihat siswa yang meyangga kepalanya pada saat mendengarkan
penjelasan guru, padahal kepalanya tiak berat dan kalau kita tanyakan
pada mereka kenapa mereka menyangga kepalanya, mereka menjawab
tidak tahu.

Diantara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat bagian ambang
sadar. Ambang sadar bersifat fluktuatif sejalan dengan kondisi kesadaran
dan ketidaksadaran individu. Contoh, melamun pada saat anda sedang
menunggu seseorang, anda sadar menunggu, apa yang terjadi dalam
lamunan adalah hal-hal yang terjadi dalam alam bawah sadar atau
ketidaksadaran, melamun menjadi wilayah ambang sadar. Pada saat anda
masih mengontrol diri anda, walaupun anda sedang melamun anda
mudah tersadarkan atau dapat merespon dengan cepat sapaan teman
anda, tetapi pada saat lamunan anda sangat mendalam anda menjadi
terkaget-kaget atau malah kebingungan terhadap sapaan teman anda,
karena sejenak anda tidak ada dalam dunia nyata tetapi masuk pada
dunia yang anda ciptakan. Pada budaya Jawa Barat orang tua sering
mengingatkan untuk tidak berlama-lama melamun agar mudah kembali
pada dunia nyata atau dalam kesadaran.
Pada konteks islam, kesadaran dan ketidaksadaran memperoleh
perhatian. Melaksanakan ibadah dilakukan dalam kesadaran. Contoh
shalat dilaksanakan dalam kesadaran pada waktu tertentu, gerakan
tertentu dan surat, ayat atau bacaan tertentu. Sebagaimana Qs An-Nisa
(4) ayat 103 : “……….. Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Pada saat
seseorang tertidur diantara waktu shalat, individu diwajibkan untuk
berwudhu kembali, karena tidak tahu apa yang terjadi pada saat tidur
mungkin saja terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu contoh kentut,
tidur adalah kondisi ketidaksadaran

b. Pendekatan behavioral
Pendekatan behavioral memandang perilaku manusia merupakan proses
stimulus respon.
atensi
S

R
sensasi

Individu akan berperilaku (merespon) manakala terstimulasi. Stimulus
datang dari lingkungan mengenai alat-alat dria manusia. Alat dria adalah
panca indra, meliputi pendengaran – telinga, penciuman – hidung,
pengecap – lidah, penglihatan – mata, peraba – kulit; serta hati dan
pikiran. Stimulasi yang mengenai alat-alat dria menjadi sensasi. Sensasi
membuat individu memberikan respon. Perilaku sebagai respon individu
terhadap stimulasi yang dirasakan disebut atensi (perhatian). Perilaku
individu dapat menjadi stimulasi bagi orang lain. Perilaku yang
mengudang respon yang sangat intens pada orang lain kita sebut
sensasional.
Peserta didik memperhatikan guru didalam kelas karena sensasi
suara, gerakan maupun kemenarikan materi yang disampaikan oleh guru.
Mari kita ingat-ingat perilaku-perilaku apa yang dilakukan oleh guru
yang membuat para peserta didik memberikan perhatian pada
pembelajaran yang kita lakukan atau memberikan perhatian secara
pribadi pada guru. Cobalah tuliskan dalam tabel dibawah ini

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Jawaban anda menunjukkan bahwa perilaku guru menstimulasi perilaku
peserta didik. Perilaku peserta didik dipengaruhi oleh stimulasi yang
datang dari lingkungan. Salah satu teori dalam pendekatan behavioristik
yaitu teori Tabularasa menyatakan anak ibarat pualam putih, perilaku
yang ditampilkan anak tergantung coretan-coretan yang dilakukan orang

dewasa terhadapnya. Salah satu jargon para ahli behavioristik adalah “
berikan pada sepuluh orang anak, akan kujadikan sepuluh orang yang
berbeda (menjadi apa yang dinginkan)”.
Lingkungan yang dipersiapkan/ dirancang membentuk perilaku
tertentu pada individu. Contoh dalam kegiatan pendidikan secara utuh
dapat kita lihat pada pendidikan yang dilakukan di lingkungan ABRI dan
kepolisian serta sekolah-sekolah kedinasan lain. Bagaimana berbagai
aturan dan penciptaan kondisi dipersipkan dengan harapan tertampilkan
perilaku tertentu yang diharapkan.

Apa yang anda bayangkan pada saat melihat gambar diatas ?,
Bagaimana perilaku anak-anak yang tinggal dalam rumah yang asri
seperti tampak pada gambar?. Anak-anak akan merasa aman, nyaman
dan berbahagia, sehingga perilaku yang tertampilkan adalah perilaku
penuh kegembiraan. Mungkinkah kita menciptakan lingkungan sekolah
kita seperti itu?. Jawabannya “harus”, kalau kita ingin peserta didik kita
merasa betah, nyaman dan ingin berada disekolah.
Islam mengajarkan,

anak terlahir fitrah, yang menjadikannya

islam, majusi, atau nasrani adalah orang tuanya. Kepatuhan anak pada
Yang Maha Kuasa Allah SWA akan terbentuk bilamana orang tua

mengajarkan anak untuk tidak mempersekutukan Allah, sebagaimana Qs
Lukman (31) ayat 12 -19. “Dan ingatlah ketika luqman berkata pada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, : Wahai anakku!
Janganlah

engkau

mempersekutukan

Allah,

sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar” (Qs 31:13).

c. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik memandang individu berperilaku karena
merasakan kebutuhan. Kebutuhan yang dirasakan menjadi niat yang
mendorong individu berperilaku untuk mencapai tujuan. Kebutuhan
merupakan penggerak perilaku disebut juga sebagai motif. Paparan
tentang motif akan dibahas lebih spesifik pada bagian selanjutnya.
Kelompok humanistik sangat percaya niat merupakan energi psikologis
yang sangat kuat yang membuat individu mampu melakukan apapun.
Jargon kelompok humanistik “ Berikan padaku dunia, akan ku ubah
dunia”.
Mari kita renungkan, apa yang dapat kita lakukan pada saat kita
merasakan keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu, berapa
banyak usaha yang dapat kita lakukan, betapa kuat tenaga yang kita
miliki.
Anda sudah memperoleh hasil perenungan ?. Jika ya, coba tuliskan apa
yang telah anda lakukan karena merasakan kebutuhan (niat) yang
membuat anda memiliki keinginan (tujuan).

Niat dalam islam berarti juga ikhlas, menerima dengan penuh
kesadaran.dan akan memperoleh balasan yang setimpal atas amal
ibadahnya. Sebagaimana Qs 2: 272 “……..apapun harta yang kamu
infakkan, maka kebaikannya untuk dirimu sendiri.Dan janganlah kamu
berinfak melainkan karena mencari rida Allah ……….”
Niat dalam islam disandarkan semata-sama untuk mencapai rida Allah.
Semua tujuan perilaku untuk mencari rida Allah.

d. Pendekatan ekologis lintas budaya
Pendekatan ekologis lintas budaya memandang perilaku terjadi karena
individu adalah makhluk sosial yang menciptakan/ mengembangkan cita,
rasa dan karsa untuk memenuhi kebutuhan kehidupan yang sehat.
Pengembangan cita, rasa dan karsa untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan menciptakan tatanan kehidupan komunitas atau kita sebut
sebagai peradaban.
Contoh, perubahan penggunaan kapur tulis dan papan tulis hitam,
menjadi spidol dan papan tulis putih, sehingga menjadi peralatan menulis
elektronik karena kebutuhan untuk memaparkan materi atau menuliskan
informasi secara lebih mudah, cepat, bersih dan dapat disimpan sebagai
dokumen yang dihasilkan.
Dalam konteks islam kita mengenal istilah kesolehan sosial. Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Muslim itu ibarat satu
tubuh.Hubungan sosial harus dijaga agar tercipta masyarakat muslim
yang madani. Salah satu bentuk kesalehan sosial adalah menyampaikan
amanah dan berlaku adil sebagaimana dijelaskan pada Qs 4: 58
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hokum diantara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. …….”
Coba

berikan

ilustrasi

keinginan-keinginan

anda

untuk

memperoleh kehidupan yang lebih baik yang membuat anda melakukan

suatu perbuatan dengan cara memperbaiki diri dan lingkungan. Ilustrasi
boleh dalam kehidupan secara umum, akan lebihbaik jika anda dapat
mengidentifikasi dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

e. Pendekatan spiritual
Pendekatan spiritual memandang individu berperilaku karena kesadaran
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Maha Pencipta Tuhan Yang Maha
Kuasa. Individu berperilaku untuk menjalankan tugas hidup dan
kehidupan atas dasar keyakinan pada Tuhan. Perilaku adalah ibadah
untuk menjalankan perintah yang maha kuasa.
Contoh, individu makan minum (berperilaku) karena kesadaran untuk
hidup, guna dapat beribadah pada yang maha kuasa. Makan dan minum
yang dilakukan adalah ibadah karena diniatkan semata-mata karena
Allah.
Islam memandang sebagai keimanan, sebagaimana Qs. 2: 21, “Wahai
manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orangorang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
Sudahkah kita berperilaku karena alasan kesadaran kita sebagai makhluk
Allah, karenanya kita harus mengisi hidup dan kehidupan sesuai dengan
aturanNya.

f. Pendekatan konvergensi
Kelima pendekatan yang telah dipaparkan menunjukkan faktor penceus
atau yang membuat individu berperilaku dapat dikelompokkan sebagai

faktor dari dalam dan faktor dari luar diri individu. Pertanyaanya, pada
saat kita berperilaku apakah perilaku kita lakukan karena dorongan dari
dalam diri kita baik itu karena kebutuhan, kesadaran, maupun posisi
ataukah kita melakukan sesuatu karena hal-hal diluar diri kita yang
mendorong kita untuk berperilaku. Mana yang lebih dominan faktor di
dari dalam diri kita atau faktor dari luar diri kita. Apakah kedua faktor
secara bersamaan mencetuskan perilaku. Pertanyaan-pertanyaan tadi
mungkin berkembang pada benak anda.
Pendekatan yang menjembatani perbedaan pandangan-pandangan
sebelumnya adalah pendekatan konvergensi. Pendekatan konvergensi
memandang perilaku individu dipengaruhi oleh kedua, baik faktor-faktor
dari dalam diri maupun faktor-faktor di luar diri individu. Secara spesifik
faktor yang mempengaruhi perilaku adalah : faktor bawaan (herediter),
lingkungan (enveromental) dan kematangan (time).
Biasanya ditunjukkan dalam rumus :
P = F (H.E.T).
P, person atau perilaku individu. F, fungsi atau totalitas utuh dari faktorfaktor. H atau herediter atau faktor bawaan baik yang diturunkan oleh
orang tua, maupun yang terjadi selama dalam kandungan yang dibawa
pada saat kelahiran. Faktor herediter merupakan potensi yang dimiliki
individu. E atau enveromental yaitu faktor lingkungan. Lingkungan
dalam konteks psikologis adalah segala hal yang berada diluar diri
individu. Lingkungan dapat dikelompokkan dalam lingkungan yang
berpengaruh atau disebut lingkungan efektif

dalam bahasa jerman

disebut umwelt. Kedua adalah lingkungan yang ada disekitar individu,
apapun yang ada di luar diri individu, antara lain udara, fisik, material,
kondisi geografis, maupun suasana dalam bahasa jerman disebut
umgebung. Individu dalam konteks pribadi diartikan sebagai self, atau
sering disebut diri dalam individu. Pada konteks self tubuh individu
menjadi lingkungan bagi self. T atau time, adalah kematangan. Perilaku

tidak dapat tertampilkan atau terwujudkan secara fungsional bilamana
tidak didukung kematangan. Seorang anak tidak dapat berjalan dengan
baik walaupun individu ingin berjalan, dan orang tua membantu untuk
berjalan, jika kakinya belum siap dan kuat untuk menompang tubuhnya
dan belum menguasai koordinasi gerakan kaki.
Faktor mana yang lebih dominan akan sangat tergantung konteks
peristiwa perilaku terjadi. Bisa jadi faktor internal atau faktor dalam diri
individu lebih dominan, misalnya individu makan karena tubuhnya
menuntut untuk memperoleh asupan makanan sehingga individu merasa
lapar. Bisa jadi faktor eksternal atau faktor di luar diri lebih dominan,
individu makan bukan karena lapar tapi karena melihat penampilan
makanan yang menarik dan melihat orang lain sangat menikmati
makanan, padahal individu baru saja makan. Bisa jadi salah satu menjadi
pencetus awal, melalui proses berpikir individu memanipulasi informasi,
data, maupun fakta baik yang ada dalam memori maupun tersedia pada
berbagai sumber informasi, hingga ahirnya individu membuat keputusan
berperilaku. Individu makan karena merasa lapar dan memikirkan
makanan apa yang paling memungkinkan untuk dimakan sesuai dengan
makanan yang tersedia di toko atau restoran dimana individu sedang
berada. Individu dapat menyantap makanan dengan nyaman manakala
giginya sudah dapat mengunyah makanan padat.
Islam memandang individu terlahir dalam fitrah keislamanan,
dibekali oleh potensi sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna.
Orang tua yang mendidik dan lingkungan dimana individu dibesarkan
mempengaruhi perilaku individu. Individu yang mampu melihat dan
belajar dari berbagai kejadian alam serta menyakini akan keesaan Allah
akan mampu membuat keputusan berperilaku yang menjadi kebaikan
bagi dirinya, bagi lingkungannya dengan mengharapkan barokah dan
magfiroh dari Allah SWA. Sebaik-baiknya manusia dalam hubungannya
dengan Allah adalah manusia yang berserah diri pada Allah. Sebaik-

baiknya manusia dalam hubungan dengan manusia dan makhluk lain
adalah yang paling banyak dapat memberi manfaat bagi orang lain.
Sebaik-baiknya manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri adalah
manusia yang dapat mentafakuri semua potensi yang dimilikinya dan
semua yang terjadi atasnya adalah nikmat yang diberikan Allah padanya
sehingga dia belajar untuk menjadi orang yang senantiasa mampu
mensyukuri nikmat Allah. Pelajari Qs. Ar-Rahman, maka kita akan
menemukan islam secara lengkap menggambarkan perilaku manusia dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku.
3. Motif
Energi psikologis yang menggerakkan perilaku disebut dengan motif.
Menurut Maslow motif individu untuk melakukan perilaku merupakan
kebutuhan yang dirasakan individu yang memerlukan pemenuhan.
Kebutuhan yang dirasakan individu bersifat hirarki. Pemenuhan kebutuhan
pada tingkat yang lebih rendah mendorong individu untuk memenuhi
kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Tingkatkan pemenuhan kebutuhan
juga menunjukkan tingkat perilaku individu. Tingkatan kebutuhan dapat
digambarkan pada piramida dibawah ini.

transendental

keilmuan/
keindahan

aktualisasi diri

harga diri

kasih sayang

rasa aman

fisilogis

Tingkatan kebutuhan yang dirasakan individu akan menunjukkan bentuk
piramida yang berbeda atau malah mungkin tidak lagi berbentuk piramida.
Kebutuhan-kebutuhan berkembang, bilamana individu ingin kehidupannya
lebih baik, individu dituntut untuk menunjukkan kualitas perilaku yang lebih
tinggi. Dengan kata lain individu harus meningkatkan apa kebutuhan yang
harus dipenuhi dan menetapkan tujuan perilaku, sehingga pada ahirnya
mencapai tujuan kehidupan yang lebih tinggi.

Kebutuhan paling dasar yang dirasakan individu adalah kebutuhan
fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia yang
berhubungan dengan pemenuhan fisik dan insting, antara lain kebutuhan
untuk bernafas, makan minum, sex, dan tempat berlindung. Berkenaan
dengan kebutuhan peserta didik akan pendidikan dan pembelajaran pada
tahap ini adalah peserta didik datang kesekolah karena merasa harus
kesekolah. Peserta didik tidak faham untuk apa bersekolah, hanya mengikuti
instif karena semua orang pergi sekolah.
Kebutuhan yang kedua adalah pemenuhan kebutuhan rasa aman baik
secara fisik maupun psikologis. Setiap individu membutuhkan jaminan
diterima dan terlindung

dari berbagai hal yang dirasakan mengancam

individu baik secara fisik maupun psikologis. Peserta didik dengan
kebutuhan rasa aman datang kesekolah karena ingin memperoleh pujian atau
tidak ingin memperoleh hukuman. Peserta didik datang kesekolah atau
mengerjakan tugas-tugas sekolah karena ingin memperoleh pujian dari orang
tua atau guru. Sebaliknya peserta didik datang tepat waktu ke sekolah karena
takut di hokum.

Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan akan kasih sayang. Individu
membutuhkan untuk disayangi dan diakui sebagai bagian dari anggota
keluarga, teman, maupun komunitas sosial. Individu membutuhkan memiliki
ikatan-ikatan emosional psikologis dengan individu lain dalam berbagai
bentuk relasi sosial. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran karena
merasa senang pada mata pelajaran, memiliki teman, guru yang dianggap
baik hati dna menyenangkan, aktivitas-aktivitas sekolah yang membuat
dirinya menjadi bagian dari warga sekolah.
Kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan yang keempat. Individu
membutuhkan

untuk

dihargai

keberdaannya,

didengar

pendapatnya,

diapresiasi tindakannya. Individu membutuhkan posisi dan peran yang
menunjukkan atau pengakuan terhadap keberadaan baik secara struktural
formal maupun secara sosial emosional non formal. Peserta didik mengikuti
pendidikan dan proses pembelajaran karena merasa memperoleh pengakuan
dari lingkungan sebagai anak pintar, anak popular, ketua kelas, memiliki
prestasi akademik maupun non akademik, ketua kelompok bermain, striker
tim sepakbola, dan apapun yang menunjukkan dan menuntut peran individu.
Kebutuhan ke satu hingga ke empat menurut maslow bersifat
menghilangkan kekurangan. Kebutuhan aktualisasi diri sebagai kebutuhan
yang kelima merupakan kebutuhan yang bersifat pengembangan. Seseorang
yang telah mencapai tahap aktualisasi diri atau orang yang dirinya telah
teraktualisasi memiliki pribadi yang utuh, sehat, seimbang dan matang (Nana
Syaodih, 2004: 69). Peserta didik yang sudah sampai pada kebutuhan
aktualisasi diri, mengikuti pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah
karena memiliki tujuan masa depan, merasa memperoleh manfaat dari mata
pelajaran, memiliki target hasil belajar, serta berkompetisi dengan diri
sendiri dan orang lain secara sehat untuk mencapai prestasi.
Kebutuhan yang selanjutnya adalah kebutuhan keilmuan. Individu butuh
belajar bagaimana cara belajar sehingga menjadi pebelajar sejati sepanjang
hayat. Pada dasarnya setiap hari dari setiap peristiwa kita dapat memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna bagikehidupan. Ilmu berkembang begitu

banyak dan begitu kompleks. Makin banyak kita tahu, semakin kita merasa
banyak yang tidak kita ketahui. Peserta didik belajar mempergunakan
berbagai

sumber

belajar,

memperhatikan

berbagai

kejadian

untuk

memperoleh pembelajaran, dan dengan senang hati berbagi ilmu yang
dimilikinya untuk kebaikan semua orang.
Kebutuhan yang tertinggi adalah kebutuhan transendental. Kebutuhan
untuk memiliki hubungan psikologis religius dengan Tuhan. Setiap individu
membutuhkan merasa memiliki hubungan dengan yang Maha Kuasa.
Individu berperilaku untuk memperoleh keterdekatan dengan Yang Maha
Pencipta, untuk memperoleh Rida Allah. Semua yang dilakukan ikhlas
hanya karena Allah. Peserta didik mengikuti pendidikan dan proses
pembelajaran semata-mata untuk beribadah padaNYA. Mencapai hasil
belajar dan menunjukkan prestasi karena rasa syukur atas nikmat yang telah
diberikan Allah padanya. Alangkah indahnya jika para peserta didik kita
belajar atas dasar kesadaran sebagai ibadah pada Allah SWA.

4. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan/ perilaku
individu. Menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong
atau menggerakkan individu melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.
C. RANGKUMAN
Manusia sebagai individu adalah makhluk yang tidak pernah berhenti
berperilaku sebagai manifestasi individu hidup. Perilaku individu secara umum
terjadi karena faktor yang datang dari dalam diri individu atau disebut dengan
faktor internal, faktor yang datang dari luar individu atau juga disebut faktor
ekternal, serta dipengaruhi oleh kematangan baik fisik maupun psikologis.

D. TES FORMATIF
1. Perilaku adalah
a. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia

b. Tingkah laku makhluk hidup
c. Akivitas yang menunjukkan makhluk hidup, hidup
d. Ativitas yang menunjukkan manusia hidup
2. Manusia dalam konteks psikologi disebut sebagai individu
a. Manusia yang memiliki ciri-ciri yang spesifik
b. Manusia makhluk yang utuh jasmaniah dan psikis
c. Manusia yang
3. Ketidaksadaran
4. Sensasional
5. Lingkungan efektif
6. Kebutuhan
7. Kesalehan sosial
8. Kesadaran sebagai makhluk tuhan
9. Kematangan
10. Konvergensi

E. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. C. Perilaku adalah manisfestasi kehidupan makhluk hidup. Bukan hanya
manusia yang berperilaku, tetapi semua makhluk hidup. Pada konteks modul
pembahasan perilaku dibatasi hanya pada manusia

KEGIATAN BELAJAR 2

1. Motif
2. motivasi