Cara Pengumpulan Data Ekosistem Flora dan Fauna

Degradasi Keanekaragaman Hayati …Indra A.S.L.P. Putri dan M. Kiding Allo 171

II. METODOLOGI

A. Risalah Lokasi Penelitian 1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bu- lan Oktober sampai dengan Desember 2004 di Blok Hutan Ahuawali Sub Seksi Wilayah Konservasi I TNRAW yang se- cara administrasi pemerintahan terletak di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kendari, Kabupaten Konawe, dan Kabupaten Ko- nawe Selatan.

2. Iklim dan Temperatur

Menurut pembagian iklim berdasar- kan Schmidt dan Ferguson 1951, ka- wasan ini memiliki tipe iklim C dengan curah hujan berkisar antara 1.500-2.000 mm per tahun dan temperatur rata-rata berkisar antara 22 -30C. Musim hujan berlangsung pada bulan November sam- pai April, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga April.

3. Topografi

Kawasan Seksi Wilayah Konservasi I TNRAW mempunyai topografi datar, bergelombang hingga berbukit, dan ber- gunung-gunung dengan kemiringan le- reng berkisar antara 30 -40. Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1993 jenis tanah di kawasan ini terdiri dari Mediteran Kuning, Podsolik Merah Kuning, dan Litosol di bagian perbukitan dan pegunungan serta Latosol di bagian dataran Unit Taman Nasional Rawa Ao- pa Watumohai, 2000.

4. Hidrologi

Kawasan Seksi Wilayah Konservasi I TNRAW memiliki sebuah sub DAS ya- itu Sub DAS Aopa-Andowengga seluas 25.431 ha. Luas sub DAS ini mencakup hampir 25 dari total luas daerah tang- kapan air yang terdapat di TNRAW, se- hingga merupakan daerah tangkapan air utama bagi daerah-daerah di sekitarnya, serta menjadi sumber air utama bagi su- ngai-sungai yang mengalir di bawahnya Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watu- mohai, 2000.

5. Ekosistem Flora dan Fauna

Secara umum kawasan Seksi Wilayah Konservasi I TNRAW memiliki tipe eko- sistem hutan hujan dataran rendah, eko- sistem hutan hujan pegunungan rendah, ekosistem hutan rawa, dan ekosistem sa- vanna. Jenis-jenis vegetasi yang banyak di- jumpai antara lain kayu hitam Diospyros spp., bitti Vitex spp., bayam Intsia bi- juga , beringin Ficus sp., bambu Bam- busa sp., serta jenis-jenis rotan dan liana. Satwaliar yang dapat dijumpai di ka- wasan ini antara lain anoa Bubalus de- presicornis dan B. quarlesi , babirusa Babyroussa babirusa , monyet Macaca ochreata , biawak Varanus salvator , soa-soa Hydrosaurus amboinensis , serta berbagai jenis burung air seperti pecuk ular Anhinga melanogaster , cangak me- rah Ardea purpurea , wilwo Mycterea cinerea Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, 2000.

B. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data vegetasi dan habi- tat satwa menggunakan metode garis ber- petak Mueller dan Ellenberg, 1974; Kus- mana, 1997. Pada lokasi penelitian dibu- at jalur yang diletakkan memotong garis kontur. Pada setiap jalur dibuat petak pengamatan di mana petak pengamatan untuk tingkat pohon diameter 20 cm pada ketinggian setinggi dada 130 cm dari permukaan tanah, liana, epifit dan parasit, berukuran 20 m x 20 m; sub pe- tak pengamatan untuk tingkat tiang dia- meter 10-20 cm berukuran 10 m x 10 m; sub petak pengamatan untuk tingkat pancang diameter 2-10 cm berukuran 5 m x 5 m; dan sub petak berukuran 1 m x 1 m untuk semai, anakan, dan tumbuhan bawah. Pada setiap petak pengamatan di- lakukan pencatatan jenis, jumlah, diame- ter, luas bidang dasar untuk tingkat po- hon, tiang dan pancang serta jenis dan Vol. VI No.2 : 169-194, 2009 172 luas penutupan tajuk untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah. Pengamatan satwaliar dilakukan se- panjang jalur analisis vegetasi melalui perjumpaan langsung dan tidak langsung. Beberapa metode digunakan sesuai de- ngan jenis satwanya, seperti metode tran- sek untuk reptilia dan mamalia, metode track count untuk satwa yang sensitif ter- hadap kehadiran manusia seperti anoa dan musang sulawesi, metode IPA untuk burung, dan metode concentration count untuk monyet van Lavieren, 1982 dan Alikodra, 1990. C. Analisis Data Analisis data vegetasi dilakukan un- tuk mendapatkan nilai-nilai Kerapatan K, Kerapatan Relatif KR, Frekuensi F, Frekuensi Relatif FR, Dominansi D, Dominansi Relatif DR, Indeks Ni- lai Penting INP, Indeks Keanekaragam- an Jenis Shannon-Weiner H’, Indeks Keseragaman e, Indeks dominansi C, dan Indeks Kemiripan Komunitas S. Untuk menghitung INP digunakan ru- mus: DR FR KR INP    ........................1 Analisis data satwa dilakukan untuk mendapatkan data pengelompokan satwa ke dalam kelasnya masing-masing ma- malia, aves, reptilia, amphibia. Satwa ju- ga dikelompokkan berdasarkan status ke- langkaannya, status perlindungannya, sta- tus tempat tinggal migran atau penetap, dan status habitatnya. Baik pada data vegetasi maupun data satwa, dilakukan analisis untuk mengeta- hui keanekaragamannya yaitu dengan menghitung Indeks Keanekaragaman Je- nis flora dan fauna mengggunakan rumus dari Shannon-Wiener yaitu Odum, 1998:    pi log pi H ..................................2 di mana pi = niN. pi adalah perbandingan antara nilai pen- ting spesies ke-i ni dengan jumlah total nilai penting N. N adalah jumlah total seluruh individu dan ni adalah jumlah in- dividu spesies ke-i. Struktur komunitas flora atau fauna dalam setiap tipe habitat dapat diketahui dengan menghitung nilai keseragaman antar jenis atau indeks evenness e de- ngan rumus sebagai berikut Odum, 1998: s ln H e  …………………….…………3 di mana s = banyaknya jenis flora atau fa- una yang hadir pada suatu tipe habitat. Kemiripan komunitas antara dua sam- pel komunitas diketahui dengan menggu- nakan Indeks Kesamaan Komunitas Si- milarity Index dengan rumus sebagai be- rikut Odum, 1998: B A 2C S   ……………………..….…..4 di mana S = indeks kemiripan komunitas, A = jumlah jenis dalam sampel A, B = jumlah jenis dalam sampel B, dan C = jumlah jenis yang sama pada kedua sam- pel. Dengan demikian Indeks ketidaksa- maan adalah 1-S. Nilai indeks kemiripan komunitas berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai indeks kemiripan komunitas antara dua sampel maka semakin mirip- lah kedua sampel tersebut, demikian pula sebaliknya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keanekaragaman Jenis Vegetasi 1. Komposisi dan Kelimpahan Jenis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian yang terletak di Blok Hutan Ahuawali Sub Seksi Wilayah Konservasi I Taman Nasional Rawa Ao- pa Watumohai TNRAW, dapat dijum- pai 82 jenis tumbuhan yang tergolong da- lam 72 marga dan 41 suku. Berdasarkan analisis vegetasi, pada plot yang terletak di ketinggian 0-100 m dpl dapat dijumpai 67 jenis tumbuhan sedangkan pada Degradasi Keanekaragaman Hayati …Indra A.S.L.P. Putri dan M. Kiding Allo 173 ketinggian 100-295 m dpl dapat dijumpai 55 jenis tumbuhan Lampiran 1. Sebagian besar jenis tumbuhan 44 je- nis atau 54,32 yang dijumpai selama penelitian dapat ditemukan tumbuh baik pada plot yang terletak pada ketinggian 0- 100 m dpl maupun 100-295 m dpl. Mes- kipun demikian terdapat 23 jenis 28,39 tumbuhan yang hanya dijumpai pada plot yang terletak di ketinggian 0- 100 m dpl dan 14 jenis 17,28 tumbuh- an yang hanya dijumpai pada plot yang terletak di ketinggian 100-295 m dpl. Dengan demikian jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada ketinggian 0-100 m dpl tidak memperlihatkan perbedaan yang besar dibandingkan jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada ketinggian 100-295 m dpl, dan hal ini juga ditunjukkan oleh tingginya nilai kesamaan dua komunitas S, yaitu 0,704. Berdasarkan hasil analisis vegetasi terlihat bahwa bentuk vegetasi pohon dan permudaan pohon merupakan penyusun bentuk vegetasi yang terbanyak, dengan nilai persentase jenis yang jauh lebih tinggi dibandingkan bentuk vegetasi lain- nya Tabel 1. Jumlah jenis yang paling banyak dijumpai pada bentuk vegetasi pohon dan permudaan pohon berasal dari suku Anacardiaceae, terdiri dari 10 spe- sies; Guttiferae terdiri dari lima spesies; dan Sapotaceae, Moraceae, Myrtaceae, Ebenaceae, Lauraceae, Flacourtiaceae, masing-masing terdiri dari tiga spesies. Pada bentuk vegetasi perdu, jumlah jenis paling banyak berasal dari suku Euphor- biaceae, yang terdiri dari enam spesies. Kurang dijumpainya jenis-jenis herba dan paku-pakuan dapat disebabkan kare- na penelitian dilakukan saat puncak mu- sim kemarau. Pada kondisi ini jumlah air permukaan tanah sudah sangat berkurang sehingga hanya jenis tumbuhan yang me- miliki sistem perakaran yang lebih dalam yang mampu bertahan hidup. Bila berbagai jenis vegetasi yang di- jumpai di lokasi penelitian dikelompok- kan menurut tingkat pertumbuhan vegeta- sinya Tabel 2, maka terlihat bahwa se- bagian besar jenis vegetasi yang tumbuh di tempat ini ada pada tingkat partum- buhan semai dan pancang. Hasil penelitian memperlihatkan bah- wa jumlah jenis vegetasi pada tingkat pertumbuhan pohon dan tiang, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah jenis vegeta- si pada tingkat pertumbuhan semai dan anakan. Bila melihat bentuk vegetasi po- hon dan permudaan pohon Tabel 1 me- rupakan penyusun vegetasi yang terbesar, maka seharusnya pada lokasi ini, jumlah jenis vegetasi pada tingkat pohon dapat dijumpai dalam jumlah jenis yang cukup banyak. Kondisi yang bertolak belakang ini memperlihatkan telah terjadi tekanan yang cukup besar pada vegetasi yang tumbuh di lokasi penelitian, sehingga jumlah jenis vegetasi pada tingkat pohon mengalami penurunan drastis. Tekanan Tabel Table 1. Jumlah suku, marga, dan jenis yang dijumpai pada berbagai bentuk vegetasi di Blok Hutan Ahuawali, TNRAW, Sulawesi Tenggara Number of families, genus and species for various forms of vegetation found in the Ahuawali Forest Area, RAWNP, South-East Sulawesi No. Bentuk vegetasi Form of vegetation Jumlah Number jenis Percentage of species Suku Family Marga Genus Jenis Species 1. Pohon dan permudaan pohon Tree and tree seedling 28 52 59 71,951 2. Perdu Shrub 4 10 11 13,415 3. Semak Scrub 2 3 3 3,658 4. Liana dan rotan Climber 4 4 6 7,318 5. Herba dan paku-pakuan Herbs and ferns 3 3 3 3,658 Jumlah Total 100 Vol. VI No.2 : 169-194, 2009 174 Tabel Table 2. Jumlah suku, marga, dan jenis pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon di Blok Hutan Ahuawali, TNRAW, Sulawesi Tenggara Number of families, genus and species for tree, pole, sapling and seedling stages found in the Ahuawali Forest Area, RAWNP, South-East Sulawesi No. Tingkat pertumbuhan Stage of plant Jumlah Number of Suku Family Marga Genus Jenis Species 0-100 m dpl 100-295 m dpl Total 0-100 m dpl 100-295 m dpl Total 0-100 m dpl 100-295 m dpl Total 1. Semai Seedling 15 20 27 31 23 39 36 26 46 2. Pancang Sapling 18 16 24 27 25 39 28 26 40 3. Tiang Pole 13 16 17 15 19 27 15 20 29 4. Pohon Tree 9 10 12 16 13 20 16 14 21 besar pada vegetasi tingkat pohon juga terlihat dari kurang dijumpainya pepo- honan yang berukuran besar, pohon-po- hon besar tumbuh pada jarak yang cukup berjauhan, kanopi dan tajuk pepohonan menjadi sangat terbuka serta sinar mata- hari dapat mencapai permukaan tanah. McNaughton dan Wolf 1998 me- nyatakan bahwa penyinaran matahari me- rupakan salah satu faktor yang menen- tukan pertumbuhan semai dan anakan pe- pohonan, di samping berbagai faktor lain seperti jarak ke permukaan air tanah, hara dan sifat fisik serta kimia tanah. Pada hu- tan tropis yang telah stabil dengan pohon- pohon berukuran tinggi, kanopi pepohon- an kontinyu dan matahari sulit menembus hingga ke lantai hutan, regenerasi alami pepohonan berjalan lambat karena sangat sedikit semai dan anakan pohon yang mampu bertahan hidup pada kondisi de- ngan intensitas cahaya yang rendah. Se- baliknya bila kawasan hutan tersebut menjadi terbuka, regenerasi pepohonan berlangsung dengan cepat. Dengan demi- kian kondisi lingkungan yang terbuka menjadi salah satu faktor yang mengun- tungkan bagi pertumbuhan semai dan anakan pepohonan. Hal ini menerangkan mengapa pada daerah penelitian banyak dijumpai semai dan anakan pepohonan hasil regenerasi alami.

2. Struktur Vegetasi