Menurut hasil penelitian dari Elrita Tawaang dkk, simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini ialah ada pengaruh tehnik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sedang – berat diruangan Irina C BLU. RSUP. Prof.Dr.R.D Kandou Manado.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan januari 2015 di Desa Ponolawen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Dengan metode wawancara ,
yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagian besar masyarakat menggunakan pengobatan farmakoterapi untuk mengobati hipertensi dan hanya sebagian kecil
menggunakan terapi nonfarmakoterapi. Pengobatan farmakoterapi yang digunakan biasanya hanya mengurangi konsumsi garam. Sedangkan pengobatan
nonfarmakoterapi dengan terapi imajinasi terpimpin yang melakukannya dari 10 responden yang diwawancarai hanya 1 orang dan terapi relaksasi nafas dalam yang
melakukannya dari 10 responden yang diwawancarai hanya 2 orang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan efektivitas terapi
imajinasi terpimpin dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi di Desa Ponolawen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan yaitu mengenai “Perbedaan Efektivitas Terapi Imajinasi Terpimpin Dengan Terapi
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi” ?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum.
Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Efektivitas Terapi Imajinasi Terpimpin Dengan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi.
2. Tujuan Khusus. a. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi
imajinasi terpimpin dan terapi relaksasi nafas dalam.
b. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi
imajinasi terpimpin dan terapi relaksasi nafas dalam.
c. Mengetahui perbedaan efektivitas terapi imajinasi terpimpin dengan terapi
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis. Memberikan pengetahuan tentang perbedaan efektivitas terapi imajinasi terpimpin
dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi.
2. Manfaat Praktis. a. Bagi Profesi Keperawatan.
Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan bagi perawat komunitas agar lebih memberikan pembelajaran kepada masyarakat mengenai pengobatan non
farmakologi pada pasien hipertensi. b. Bagi Pendidikan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi Institusi Pendidikan dan Dinas Kesehatan dalam memaksimalkan pelayanan
pendidikan. c. Bagi Masyarakat.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam upaya pemberian informasi pengobatan non farmakologi pada pasien hipertensi.
E. Keaslian Penelitian
1. Qurrotul A’yun dan Suci Ika Rachmawati 2011 mahasiswi STIKES
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Program Studi S1 Keperawatan dengan judul “Pengaruh Terapi Imajinasi Terpimpin Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Kelurahan Simbang Wetan Di Kecamatan Buaran Pekalongan Tahun 2011”. Desain penelitian ini
menggunakan eksperiment semu dengan metode one group pretest-posttest design dan jumlah sampel sebanyak 20. Uji statistik yang digunakan yaitu uji
beda dua mean dependent paired sampel T-test dengan α 5. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ value tekanan darah sistolik sebelum dan setelah
diberikan terapi imajinasi terpimpin 0,0001 lebih kecil dari nilai alpha 0,05, ρ value tekanan darah diastolik sebelum dan setelah diberikan terapi imajinasi
terpimpin 0,001 lebih kecil dari nilai alpha 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukan ada pengaruh terapi imajinasi terpimpin terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi Di Kelurahan Simbang Wetan Di Kecamatan Buaran Pekalongan.
2. Erna Hikma Wati dan Frida Agustina 2013 mahasiswi STIKES
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Program Studi S1 Keperawatan dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Kelurahan Kertijayan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan”. Desain penelitian ini menggunakan pra
eksperimen dengan metode one group pretest-posttest design. Jumlah sampel sebanyak 30. Uji statistik yang digunakan yaitu uji wilcoxon dengan α 5.
Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ value tekanan darah sistole sebelum dan setelah diberikan terapi nafas dalam 0.000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05, ρ
value tekanan darah diastole sebelum dan setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam 0.000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal
ini menunjukan ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi Di Kelurahan Kertijayan Kecamatan
Buaran Kabupaten Pekalongan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.
Hipertensi a. Pengertian
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu penyakit jantung dan pembuluh darah yang biasanya ditandai dengan meningkatnya tekanan darah.
Penyakit hipertensi ini bagaikan bom atau di karenakan tidak mengirimkan sinyal terlebih dahulu. Lili dkk 2007, h 1
Hipertensi atau yang biasa di kenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diambang normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Setiawan dkk 2008, h 8
Menurut WHO yang dikutip oleh Setiawan dkk 2008:9-10, batas angka tekanan darah dalam angka normal adalah hasilnya kurang dari 13585
mmHg. Dan tekanan darah yang tinggi adalah lebih dari 14090 mmHg, ini dinyatakan sebagai hipertensi. Adapun nilai ini diperuntukan bagi seseorang
sudah berusia di atas 18 tahun. Tekanan darah atau hipertensi disebut juga pembunuh diam – diam, hal
ini dikarenakan oleh tidak menunjukan gejala – gejala apapun. Dan sakit kepala yang disebabkan tekanan darah pun relatif jarang terjadi. Robert E.
Kowalski, 2010, h 34 Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah baik itu sistolik
maupun diastolik dengan angka konsisten di atas 14090 mmHg. Diagnosis
tersebut tidak hanya berdasarkan peningkatan tekanan darah sekali dan harus diukur dalam posisi dukuk maupun berbaring.Mary Bararedo dkk, 2008, h
49 b. Pembagian Tekanan Darah
Menurut WHO yang di kutip oleh Lany gunawan 2007:11 Tekanan darah manusia dikelompokan menjadi tiga yaitu :
a. Tekanan darah rendah hipotensi. b. Tekanan darah normal normotensi.
c. Tekanan darah tinggi hipertensi.
Banyak ahli kedokteran yang membuat batasan – batasan angka hipertensi. Maka dari badan kesehatan dunia WHO 1992 membuat standar batasan
tekanan darah manusia. Tekanan Sistolik
mm.Hg Tekanan Diastolik
mm.Hg Klasifikasi
140 141-159
60 90
91 – 94 95
Normotensi Perbatasan
Hipertensi
Menurut National Institutes Of Health di Amerika Serikat tentang Hipertensi yang dikutip oleh Robert E. Kowalski 2010:43, klasifikasi dan
jenis hipertensi ini dikenal sebagai pedoman JNC7.
Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan JNC7. Kategori
Sistolik Diastolik
Optimal Normal
Prehipertensi Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2 115 atau kurang
Kurang dari 120 120 – 139
140 – 159 Lebih dari 160
75 atau kurang Kurang dari 80
80 – 89 90 – 99
Lebih dari 100
c. Penyebab Menurut Lany Gunawan 2007:17 Penderita hipertensi lebih dari 90
digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer, jadi secara umum hipertensi adalah hipertensi primer. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui penyebabnya. Menurut data penelitian yang telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor –
faktor tersebut antara lain : a. Faktor Keturunan.
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki lebih besar terkena hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.
b. Ciri Perseorangan. Yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan
ras. Sejalan dengan bertambahnya umur akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umunya lebih tinggi
dibandingkan wanita.
c. Kebiasaan Hidup. Kebiasaan hidup yang menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, obesitas atau makan berlebihan dan stress. a Konsumsi garam yang tinggi.
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh penduduk dengan konsumsi garam yang rendah.
Menurut Kedokteran yang telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah.
b Obesitas atau makan berlebih. Penelitian kesehatan yang telah dilaksanakan terbukti bahwa ada
hubungan antara obesitas dan hipertensi meskipun belum jelas bagaimana obesitas menimbulkan hipertensi tetapi sudah terbukti
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah. c Stress atau ketegangan jiwa.
Stress dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat.
Sehingga tekanan darah akan meningkat. d Pengaruh lain.
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan hipertensi : 1. Merokok, karena merangsang sistem androgenik dan dapat
meningkatkan tekanan darah. 2. Minum alkohol “miras”
3. Minum obat – obatan, misal ephedrin, prednison, epineprin.
d. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Marya 2013, h 235 – 238
e. Tanda dan gejala
Menurut Robert E. Kowalski 2010:42 Sebagian kasus hipertensi tidak menunjukan gejala apapun atau tidak punya cukup petunjuk bahwa
dalam tubuh terdapat kelainan. Pengecualian : seseorang yang mengalami sakit kepala ringan terutama dibagian belakang kepala dan muncul dipagi hari
namun perlu diingat bahwa sakit kepala jenis ini bukan kondisi yang umum terjadi. Sakit kepala biasa pusing dan mimisan bukanlah gejala, setidaknya
dibeberapa awal tahap peningkatan tekanan darah. Namun kondisi ini akan muncul menyertai hipertensi yang sudah parah. Tekanan darah dipengaruhi
oleh aliran senyawa kimia diginjal dan karena tekanan darah tinggi yang tergolong parah dapat merusak ginjal. Beberapa gejala yang muncul ditahap
hipertensi yang sudah parah bukan merupakan akibat langsung dari perubahan tekanan darah, melainkan kerusakan ginjal. Gejalanya antara lain ; keringat
berlebihan, kram otot, keletihan, peningkatan frekuensi berkemih dan denyut jantung cepat atau tidak teratur.
f. Komplikasi Menurut Elizabeth 2009, h 478-288 komplikasi dari penyakit hipertensi
adalah : a Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau akibat dari embolus akibat terlepas dari pembuluh darah selain otak yang terkena
hipertensi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak ini mengalami hipertrfi dan penebalan, jadi aliran
darah ke bagian otak ini berkurang. b Infark mikard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak mampu atau tidak dapat memberi oksigen ke miokardium dan apabila sudah terbentuk
trombus maka dapat menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada kasus hipertensi kronis dan hipertrofi fentrikel, kebutuhan oksigen di
miokardium tidak dapat penuhi dan akibatnya bisa terjadi iskemia jantung yang mengakibatkan infark.
c Gagal Ginjal Dapat terjadi, hal ini karena kerusakan yang progresif akibat dari tekanan
darah tinggi pada bagian kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu maka nefron akan
mengalami gangguan dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, maka protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik pada plasma berkurang dan menjadikan edema.
d Ensefalopati kerusakan otot Dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna hipertensi yang
meningkat secara cepat dan berbahaya. Tekanan yang tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang
interstitial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron yang disekitarnya akan terjadi kolaps dan mengalami kematian.
e Kejang Dapat terjadi, pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil dikarenakan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian itu dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses kelahiran.
g. Pemeriksaan penunjang Menurut Huon dkk 2009 : 61 Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi
meliputi : a Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah.
Hal ini dapat menunjukan penyakit ginjal baik penyakit yang disebabkan hipertensi.
b Glukosa darah. Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
c Kolesterol HDL dan kolesterol total serum.
Untuk membantu memperkirakan risiko kardiovaskular dimasa depan. d Elektrokardiogram
Membantu penetapan adanya hipertrofi ventrikel kiri. h. Penatalaksanaan
Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup. Dengan intervensi farmakologis
dan nonfarmakologis dapat membantu menurunkan tekanan darah. a. Pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan dapat
menurunkan tekanan darah. Hal ini kemungkinan karena beban kerja jantung berkurang sehingga denyut jantung dan volume sekuncup juga
berkurang. b. Olahraga, dengan berolahraga dapat meningkatkan kadar HDL, hal ini
dapat mengurangi terbentuk aterosklerosis akibat dari hipertensi. c. Teknik relaksasi, dengan relaksasi dapat menghambat respon stres saraf
simpatis. d. Berhenti merokok, hal ini diketahui karena asap rokok ini menurunkan
aliran darah ke berbagi organ sehingga dapat meningkatkan kerja jantung. e. Diuretik ini model kerjanya mengurangi curah jantung dengan cara
mendorong ginjal untuk meningkatkan ekskresi garam dan air. Sebagian diuretik tiazid dapat menurunkan TPR.
f. Penyekat saluran kalsium dapat menurunkan kontraksi dari otot polos jantung atau arteri dengan menginterfensi infuks kalsium yang dibutuhkan
saat kontraksi. Maka dari itu penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup. g. Penghambat enzim pengubah angiotensin II atau inhibitor ACE yang
berfungsi untuk menurunkan angiotensis II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal
ini dapat menurunkan tekanan darah secara langsung dengan menurunkan TPR dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosteron
yang akhirnya dapat meningkatkan pengeluaran natrium dan urine kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung. Untuk ACE
dikontraindikasikan pada wanita yang hamil. h. Antagonis penyekat reseptor beta β-blocker, terutama penyekat selekif,
reseptor beta bekerja pada reseptor beta pada jantung guna menurunkan kecepatan denyut jantung dan curah jantung.
i. Antagonis reseptor alfa α-blocker, dapat menghambat reseptor alfa pada otot polos vaskular, secara normal berespons terhadap rangsangan simpatis
dengan vasokontriksi. Hal ini dapat menurunkan TPR. j. Vasodilator arteriol langsung dapat menurunkan TPR.
k. Pada beberapa individu mendapat manfaat dari diet natrium. Hipertensi gestasional dan preeklamsi-eklamsi ini akan membaik bila bayi
sudah lahir. Elizabeth 2009, h 488-489
B. Terapi Imajinasi Terpimpin