Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi (AGB) di Berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangannya Melalui Suplementasi Zat Besi

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB)
DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA
PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI

YULIA WULANSARI

PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
YULIA WULANSARI. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
(AGB) di Berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangannya Melalui
Suplementasi Zat Besi. (di bawah bimbingan DRAJAT MARTIANTO)
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi kerugian
ekonomi akibat Anemia Gizi Besi (AGB) di berbagai provinsi di Indonesia dan
biaya penanggulangannya melalui suplementasi zat besi.
Adapun tujuan
khususnya adalah 1) Mengestimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada anak-anak

(balita) 2) Mengestimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada orang dewasa
(WUS) 3) Mengestimasi kerugian ekonomi secara total akibat AGB, dan
4) Melakukan estimasi mengenai biaya yang diperlukan untuk penanggulangan
AGB melalui suplementasi zat besi serta perbandingannya dengan kerugian
ekonomi yang ditimbulkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan
dengan mengumpulkan beberapa data yang relevan untuk berbagai provinsi di
Indonesia dari beberapa instansi yang terkait. Penelitian dilakukan dari bulan
Januari hingga Maret 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi data prevalensi AGB pada balita dan WUS di berbagai
provinsi di Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
PDRB/kapita provinsi-provinsi di Indonesia, PDRB provinsi-provinsi di Indonesia
menurut lapangan usaha, upah tenaga kerja, jumlah penduduk menurut usia dan
jenis kelamin, unit cost untuk intervensi anemia, nilai tukar dolar terhadap rupiah,
serta Indeks Harga Konsumen. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
dengan menggunakan microsoft excell dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil pengolahan data Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT (2001)
menunjukan rata-rata prevalensi anemia pada balita di 26 provinsi di Indonesia
adalah 44.4%, sedangkan rata-rata prevalensi anemia pada WUS di 26 provinsi di
Indonesia adalah 27.0%. Untuk wilayah Indonesia secara umum, prevalensi

anemia pada balita adalah sebesar 47.8% dan prevalensi anemia pada WUS adalah
26.4%. Prevalensi anemia pada balita tertinggi terdapat di Provinsi Banten yaitu
sebesar 71.0%, dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sumatera Barat yaitu
sebesar 19.6%. Pada WUS, prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Banten yaitu
sebesar 43,6% dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara
yaitu sebesar 10.1%.
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2004), pada tahun
2001 rata-rata nilai PDRB/kapita dengan migas atas dasar harga konstan tahun
2000 di 26 provinsi di Indonesia adalah sebesar Rp 7 231 486/kapita/tahun,
sedangkan rata-rata nilai PDRB/kapita dengan migas atas dasar harga yang
berlaku tahun 2001 adalah sebesar Rp 7 939 632/kapita/tahun. Berdasarkan
perhitungan tanpa migas maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai PDRB/kapita
atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 5 888 442/kapita/tahun,
sedangkan berdasarkan harga yang berlaku tahun 2001 adalah sebesar Rp 6 529
125/kapita/tahun.
Rata-rata kerugian ekonomi yang dialami oleh masing- masing provinsi di
Indonesia pada tahun 2001 akibat AGB pada anak-anak (balita) adalah sebesar
7.48 milyar rupiah /tahun, yang menyebabkan kehilangan PDRB sebesar
0.017%/tahun. Dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), maka


dapat dilakukan estimasi besarnya kerugian ekonomi untuk tahun 2005. Estimasi
untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 11.12 milyar rupiah/tahun.
Rata-rata kerugian ekonomi yang dialami oleh masing- masing provinsi di
Indonesia akibat AGB pada orang dewasa (WUS) adalah sebesar 9.18 milyar
rupiah/tahun, yang menyebabkan kehilangan nilai PDRB sebesar 0.023%/tahun.
Estimasi untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 13.64 milyar rupiah/tahun.
Rata-rata besarnya kerugian ekonomi yang dialami masing- masing
provinsi di Indonesia akibat adanya AGB adalah sebesar 25.44 milyar
rupiah/tahun, yang menyebabkan kehilangan nilai PDRB sebesar 0.061%/tahun.
Estimasi untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 37.78 milyar rupiah/tahun.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baltussen pada tahun
2004 dapat diketahui bahwa unit cost untuk suplementasi besi pada ibu hamil
adalah sebesar $1.04/kapita/tahun, suplementasi besi pada pekerja sebesar
$1.3/kapita/tahun, dan suplementasi besi pada anak-anak adalah sebesar
$0.20/kapita/tahun. Apabila nilai tersebut dikonversi ke dalam satuan rupiah
dengan asumsi $1 senilai dengan Rp 9 975 (Bank Indonesia 2001), maka
diperoleh hasil bahwa unit cost untuk suplementasi besi pada ibu hamil adalah
sebesar Rp 10 374/kapita/tahun, untuk suplementasi besi pada pekerja sebesar
Rp 12 968/kapita/tahun, dan untuk suplementasi besi pada anak-anak adalah
sebesar Rp 1995/kapita/tahun.

Besarnya biaya suplementasi besi dengan cakupan wilayah (provinsi)
dapat diketahui dengan mengalikan antara besarnya biaya per kapita dengan
jumlah sasaran di masing- masing provinsi. Rata-rata besarnya biaya suplementasi
besi untuk anak-anak (balita) di masing- masing provinsi di Indonesia adalah
0.69 milyar rupiah/tahun, sedangkan untuk WUS adalah sebesar 5.78 milyar
rupiah/tahun.
Rasio antara besarnya biaya intervensi dengan kerugian akibat AGB pada
anak-anak (balita) menunjukan nilai < 1 untuk seluruh provinsi di Indonesia,
begitupun rata-rata rasio antara besarnya biaya intervensi dengan kerugian akibat
AGB pada WUS, me nunjukan nilai < 1 untuk sebagian besar provinsi-provinsi di
Indonesia. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa besarnya kerugian
ekonomi yang timbul akibat AGB pada anak-anak (balita) dan WUS lebih besar
daripada besarnya biaya intervensi (unit cost) yang diperlukan untuk
penanggulangannya
Melihat besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat AGB, maka
sangat penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam
mengatasi AGB. Meskipun memerlukan biaya dalam mengatasinya, namun hal
ini dapat dijadikan suatu investasi

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB)

DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA
PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
YULIA WULANSARI
A54102018

PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul


: Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi (AGB)
di

Berbagai

Provinsi

di

Indonesia

dan

Penanggulangannya Melalui Suplementasi Zat Besi
Nama

: Yulia Wulansari

NIM


: A54102018

Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Drajat Martianto, MSi
NIP. 131861464

Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :

Biaya

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talaga, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat

pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Moh. Sudiyono dan Ibu Ena Qurotul Aena.
Pada tahun 1996 Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Talaga III,
kemudian pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan studi di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri I Talaga.

Selanjutnya Penulis melanjutkan studi di

Sekolah Menengah Umum Negeri I Cirebon dan lulus pada tahun 2002.
Tahun 2002 Penulis diterima pada Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB melalui jalur USMI. Selama masa
kuliah penulis aktif sebagai pengurus Badan Konsultasi Gizi GMSK serta sebagai
pengurus Bina Desa.

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang
berjud ul “Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi (AGB) di
Berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangannya Melalui
Suplementasi Zat Besi”.


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin memberikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Drajat Martianto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, atas arahan,
bantuan dan bimbingannya
2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pembimbing akademik serta
dosen penguji, atas masukannya selama sidang serta bimbingannya selama
Penulis belajar di GMSK
3. Ir. Eddy S. Mudjajanto, selaku dosen pemandu seminar atas masukannya,
serta seluruh dosen dan staf departemen GMSK yang telah membantu
kelancaran studi di departemen GMSK
4. Bapak dan Ibu serta adik tercinta, atas curahan kasih sayang, limpahan doa
dan dorongan semangatnya
5. Teman seperjuangan, Muhammad Aries atas bantuan dan kerjasamanya
6. Sahabat-sahabat tersayang, wulan, euis, anggit, anggi, ifda, meta, midah, ipah,
maul, inggrit, puji, surya, alam, nica, nuqtoh, arfah, deti, feti, fina serta seluruh
gamasakers 39.

7. Sahabatku Kristiana Anissa, atas bantuan dan motivasinya, serta seluruh WH
crew, Ai, Yu Ungky, Teh Irma, Mba Fani, Chicy, Mba Adah, Tria, Nielma,
Ibeth, Dian, Mba Utit, Mba Mute, Nanda serta Teteh, terimakasih atas
semuanya
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Terima kasih.

Bogor, Mei 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .. .. vi
PENDAHULUAN ............................................................................................ . ... 1
Latar Belakang ..................................................................................... . ... 1
Tujuan................................................................................................... .. .. 2

Kegunaan ............................................................................................. ... . 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... .. .. 4
Anemia Gizi Besi (AGB) ..................................................................... . ... 4
Pengertian Anemia Gizi Besi .................................................. . ... 4
Luasan Masalah Anemia Gizi Besi ......................................... . ... 5
Penyebab Anemia Gizi Besi.................................................... ... . 5
Dampak Anemia Gizi Besi...................................................... .. .. 7
Penanggulangan Anemia Gizi Besi......................................... .. .. 9
Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi ....................... . ... 11
Estimasi Biaya Penanggulangan Anemia Gizi Besi............................. . ... 13
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................................... . ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ . ... 16
METODE PENELITIAN ................................................................................. .. .. 18
Desain, Tempat, dan Waktu................................................................. . ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... . ... 18
Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. . ... 19
Batasan Operasional............................................................................. . ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ . ... 23
Prevalensi Anemia Pada Balita dan Wanita Usia Subur (WUS)
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 23
Produk Domestik Regional Bruto/kapita (PDRB/kapita)
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 26
Kontribusi Berbagai Sektor (Lapangan Usaha)
Terhadap Total Nilai PDRB ................................................................ . ... 28
Alokasi PDRB untuk Upah/Gaji Tenaga Kerja (Wage Share) ............ . ... 31
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
pada Anak -Anak (Balita) di Berbagai Provinsi di Indonesia ............. . ... 33
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
pada Orang Dewasa (WUS) di Berbagai Provinsi di Indonesia .......... . ... 42
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 49
Estimasi Biaya Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Melalui Suplementasi Zat Besi ............................................................ . ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ . ... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... . ... 65
LAMPIRAN ..................................................................................................... . ... 68

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1

Biaya fortifikasi untuk berbagai jenis sumber zat besi ............................. . ... 14

2

Jenis data yang dikumpulkan, tahun serta sumber data
yang akan dianalisis .................................................................................. . ... 18

3

Prevalensi anemia pada balita di berbagai provinsi di Indonesia..... ........ . ... 24

4

Prevalensi anemia pada WUS di berbagai provinsi di Indonesia .............. . ... 25

5

PDRB/kapita di berbagai provinsi di Indonesia ........................................ .... 26

6

Kontribusi sektor pertanian dan konstruksi terhadap PDRB
di berbagai provinsi di Indonesia .............................................................. . ... 29

7

Kontribusi ketujuh sektor terhadap PDRB di berbagai provinsi
di Indonesia ............................................................................................... . ... 31

8

Persentase upah terhadap total PDRB di masing- masing provinsi
di Indonesia ............................................................................................... . ... 33

9

Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............. . ... 35

10 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............. . ... 36
11 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............. . ... 38
12 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............. . ... 39
13 Besarnya nilai PDRB yang hilang akibat Anemia Gizi Besi
pada anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia........................ . ... 41
14 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
pada orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2001 ................................................................................................. . ... 43
15 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
pada orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2005 ................................................................................................. . ... 44

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB)
DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA
PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI

YULIA WULANSARI

PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
YULIA WULANSARI. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
(AGB) di Berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangannya Melalui
Suplementasi Zat Besi. (di bawah bimbingan DRAJAT MARTIANTO)
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi kerugian
ekonomi akibat Anemia Gizi Besi (AGB) di berbagai provinsi di Indonesia dan
biaya penanggulangannya melalui suplementasi zat besi.
Adapun tujuan
khususnya adalah 1) Mengestimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada anak-anak
(balita) 2) Mengestimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada orang dewasa
(WUS) 3) Mengestimasi kerugian ekonomi secara total akibat AGB, dan
4) Melakukan estimasi mengenai biaya yang diperlukan untuk penanggulangan
AGB melalui suplementasi zat besi serta perbandingannya dengan kerugian
ekonomi yang ditimbulkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan
dengan mengumpulkan beberapa data yang relevan untuk berbagai provinsi di
Indonesia dari beberapa instansi yang terkait. Penelitian dilakukan dari bulan
Januari hingga Maret 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi data prevalensi AGB pada balita dan WUS di berbagai
provinsi di Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
PDRB/kapita provinsi-provinsi di Indonesia, PDRB provinsi-provinsi di Indonesia
menurut lapangan usaha, upah tenaga kerja, jumlah penduduk menurut usia dan
jenis kelamin, unit cost untuk intervensi anemia, nilai tukar dolar terhadap rupiah,
serta Indeks Harga Konsumen. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
dengan menggunakan microsoft excell dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil pengolahan data Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT (2001)
menunjukan rata-rata prevalensi anemia pada balita di 26 provinsi di Indonesia
adalah 44.4%, sedangkan rata-rata prevalensi anemia pada WUS di 26 provinsi di
Indonesia adalah 27.0%. Untuk wilayah Indonesia secara umum, prevalensi
anemia pada balita adalah sebesar 47.8% dan prevalensi anemia pada WUS adalah
26.4%. Prevalensi anemia pada balita tertinggi terdapat di Provinsi Banten yaitu
sebesar 71.0%, dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sumatera Barat yaitu
sebesar 19.6%. Pada WUS, prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Banten yaitu
sebesar 43,6% dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara
yaitu sebesar 10.1%.
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2004), pada tahun
2001 rata-rata nilai PDRB/kapita dengan migas atas dasar harga konstan tahun
2000 di 26 provinsi di Indonesia adalah sebesar Rp 7 231 486/kapita/tahun,
sedangkan rata-rata nilai PDRB/kapita dengan migas atas dasar harga yang
berlaku tahun 2001 adalah sebesar Rp 7 939 632/kapita/tahun. Berdasarkan
perhitungan tanpa migas maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai PDRB/kapita
atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 5 888 442/kapita/tahun,
sedangkan berdasarkan harga yang berlaku tahun 2001 adalah sebesar Rp 6 529
125/kapita/tahun.
Rata-rata kerugian ekonomi yang dialami oleh masing- masing provinsi di
Indonesia pada tahun 2001 akibat AGB pada anak-anak (balita) adalah sebesar
7.48 milyar rupiah /tahun, yang menyebabkan kehilangan PDRB sebesar
0.017%/tahun. Dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), maka

dapat dilakukan estimasi besarnya kerugian ekonomi untuk tahun 2005. Estimasi
untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 11.12 milyar rupiah/tahun.
Rata-rata kerugian ekonomi yang dialami oleh masing- masing provinsi di
Indonesia akibat AGB pada orang dewasa (WUS) adalah sebesar 9.18 milyar
rupiah/tahun, yang menyebabkan kehilangan nilai PDRB sebesar 0.023%/tahun.
Estimasi untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 13.64 milyar rupiah/tahun.
Rata-rata besarnya kerugian ekonomi yang dialami masing- masing
provinsi di Indonesia akibat adanya AGB adalah sebesar 25.44 milyar
rupiah/tahun, yang menyebabkan kehilangan nilai PDRB sebesar 0.061%/tahun.
Estimasi untuk tahun 2005, besarnya kerugian adalah 37.78 milyar rupiah/tahun.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baltussen pada tahun
2004 dapat diketahui bahwa unit cost untuk suplementasi besi pada ibu hamil
adalah sebesar $1.04/kapita/tahun, suplementasi besi pada pekerja sebesar
$1.3/kapita/tahun, dan suplementasi besi pada anak-anak adalah sebesar
$0.20/kapita/tahun. Apabila nilai tersebut dikonversi ke dalam satuan rupiah
dengan asumsi $1 senilai dengan Rp 9 975 (Bank Indonesia 2001), maka
diperoleh hasil bahwa unit cost untuk suplementasi besi pada ibu hamil adalah
sebesar Rp 10 374/kapita/tahun, untuk suplementasi besi pada pekerja sebesar
Rp 12 968/kapita/tahun, dan untuk suplementasi besi pada anak-anak adalah
sebesar Rp 1995/kapita/tahun.
Besarnya biaya suplementasi besi dengan cakupan wilayah (provinsi)
dapat diketahui dengan mengalikan antara besarnya biaya per kapita dengan
jumlah sasaran di masing- masing provinsi. Rata-rata besarnya biaya suplementasi
besi untuk anak-anak (balita) di masing- masing provinsi di Indonesia adalah
0.69 milyar rupiah/tahun, sedangkan untuk WUS adalah sebesar 5.78 milyar
rupiah/tahun.
Rasio antara besarnya biaya intervensi dengan kerugian akibat AGB pada
anak-anak (balita) menunjukan nilai < 1 untuk seluruh provinsi di Indonesia,
begitupun rata-rata rasio antara besarnya biaya intervensi dengan kerugian akibat
AGB pada WUS, me nunjukan nilai < 1 untuk sebagian besar provinsi-provinsi di
Indonesia. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa besarnya kerugian
ekonomi yang timbul akibat AGB pada anak-anak (balita) dan WUS lebih besar
daripada besarnya biaya intervensi (unit cost) yang diperlukan untuk
penanggulangannya
Melihat besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat AGB, maka
sangat penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam
mengatasi AGB. Meskipun memerlukan biaya dalam mengatasinya, namun hal
ini dapat dijadikan suatu investasi

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ANEMIA GIZI BESI (AGB)
DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA DAN BIAYA
PENANGGULANGANNYA MELALUI SUPLEMENTASI ZAT BESI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
YULIA WULANSARI
A54102018

PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

: Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi (AGB)
di

Berbagai

Provinsi

di

Indonesia

dan

Penanggulangannya Melalui Suplementasi Zat Besi
Nama

: Yulia Wulansari

NIM

: A54102018

Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Drajat Martianto, MSi
NIP. 131861464

Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :

Biaya

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talaga, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat
pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Moh. Sudiyono dan Ibu Ena Qurotul Aena.
Pada tahun 1996 Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Talaga III,
kemudian pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan studi di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri I Talaga.

Selanjutnya Penulis melanjutkan studi di

Sekolah Menengah Umum Negeri I Cirebon dan lulus pada tahun 2002.
Tahun 2002 Penulis diterima pada Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB melalui jalur USMI. Selama masa
kuliah penulis aktif sebagai pengurus Badan Konsultasi Gizi GMSK serta sebagai
pengurus Bina Desa.

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang
berjud ul “Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi (AGB) di
Berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangannya Melalui
Suplementasi Zat Besi”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin memberikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Drajat Martianto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, atas arahan,
bantuan dan bimbingannya
2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pembimbing akademik serta
dosen penguji, atas masukannya selama sidang serta bimbingannya selama
Penulis belajar di GMSK
3. Ir. Eddy S. Mudjajanto, selaku dosen pemandu seminar atas masukannya,
serta seluruh dosen dan staf departemen GMSK yang telah membantu
kelancaran studi di departemen GMSK
4. Bapak dan Ibu serta adik tercinta, atas curahan kasih sayang, limpahan doa
dan dorongan semangatnya
5. Teman seperjuangan, Muhammad Aries atas bantuan dan kerjasamanya
6. Sahabat-sahabat tersayang, wulan, euis, anggit, anggi, ifda, meta, midah, ipah,
maul, inggrit, puji, surya, alam, nica, nuqtoh, arfah, deti, feti, fina serta seluruh
gamasakers 39.
7. Sahabatku Kristiana Anissa, atas bantuan dan motivasinya, serta seluruh WH
crew, Ai, Yu Ungky, Teh Irma, Mba Fani, Chicy, Mba Adah, Tria, Nielma,
Ibeth, Dian, Mba Utit, Mba Mute, Nanda serta Teteh, terimakasih atas
semuanya
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Terima kasih.

Bogor, Mei 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .. .. vi
PENDAHULUAN ............................................................................................ . ... 1
Latar Belakang ..................................................................................... . ... 1
Tujuan................................................................................................... .. .. 2
Kegunaan ............................................................................................. ... . 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... .. .. 4
Anemia Gizi Besi (AGB) ..................................................................... . ... 4
Pengertian Anemia Gizi Besi .................................................. . ... 4
Luasan Masalah Anemia Gizi Besi ......................................... . ... 5
Penyebab Anemia Gizi Besi.................................................... ... . 5
Dampak Anemia Gizi Besi...................................................... .. .. 7
Penanggulangan Anemia Gizi Besi......................................... .. .. 9
Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi ....................... . ... 11
Estimasi Biaya Penanggulangan Anemia Gizi Besi............................. . ... 13
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................................... . ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ . ... 16
METODE PENELITIAN ................................................................................. .. .. 18
Desain, Tempat, dan Waktu................................................................. . ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... . ... 18
Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. . ... 19
Batasan Operasional............................................................................. . ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ . ... 23
Prevalensi Anemia Pada Balita dan Wanita Usia Subur (WUS)
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 23
Produk Domestik Regional Bruto/kapita (PDRB/kapita)
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 26
Kontribusi Berbagai Sektor (Lapangan Usaha)
Terhadap Total Nilai PDRB ................................................................ . ... 28
Alokasi PDRB untuk Upah/Gaji Tenaga Kerja (Wage Share) ............ . ... 31
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
pada Anak -Anak (Balita) di Berbagai Provinsi di Indonesia ............. . ... 33
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
pada Orang Dewasa (WUS) di Berbagai Provinsi di Indonesia .......... . ... 42
Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi
di Berbagai Provinsi di Indonesia ........................................................ . ... 49
Estimasi Biaya Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Melalui Suplementasi Zat Besi ............................................................ . ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ . ... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... . ... 65
LAMPIRAN ..................................................................................................... . ... 68

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1

Biaya fortifikasi untuk berbagai jenis sumber zat besi ............................. . ... 14

2

Jenis data yang dikumpulkan, tahun serta sumber data
yang akan dianalisis .................................................................................. . ... 18

3

Prevalensi anemia pada balita di berbagai provinsi di Indonesia..... ........ . ... 24

4

Prevalensi anemia pada WUS di berbagai provinsi di Indonesia .............. . ... 25

5

PDRB/kapita di berbagai provinsi di Indonesia ........................................ .... 26

6

Kontribusi sektor pertanian dan konstruksi terhadap PDRB
di berbagai provinsi di Indonesia .............................................................. . ... 29

7

Kontribusi ketujuh sektor terhadap PDRB di berbagai provinsi
di Indonesia ............................................................................................... . ... 31

8

Persentase upah terhadap total PDRB di masing- masing provinsi
di Indonesia ............................................................................................... . ... 33

9

Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............. . ... 35

10 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............. . ... 36
11 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............. . ... 38
12 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............. . ... 39
13 Besarnya nilai PDRB yang hilang akibat Anemia Gizi Besi
pada anak-anak (balita) di berbagai provinsi di Indonesia........................ . ... 41
14 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
pada orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2001 ................................................................................................. . ... 43
15 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
pada orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2005 ................................................................................................. . ... 44

16 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2001 ................................................................................................ . ... 46
17 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi pada
orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia
tahun 2005 ................................................................................................ . ... 47
18 Besarnya nilai PDRB yang hilang akibat Anemia Gizi Besi
pada orang dewasa (WUS) di berbagai provinsi di Indonesia .................. . ... 49
19 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............................................ . ... 51
20 Estimasi kerugian ekonomi per kapita akibat Anemia Gizi Besi
di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............................................ . ... 52
21 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi
di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ........................................... . ... 54
22 Estimasi kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi
di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2005 ............................................ . ... 55
23 Besarnya nilai PDRB yang hilang akibat Anemia Gizi Besi
di berbagai provinsi di Indonesia ............................................................... . ... 57
24 Kerugian ekonomi akibat Anemia Gizi Besi di beberapa negara ............. . ... 58
25 Biaya intervensi (suplementasi besi pada anak-anak/balita dan WUS)
serta rasio antara biaya intervensi dengan kerugian ekonomi ................ . ... 59

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran beberapa faktor yang mempengaruhi
anemia gizi besi, serta analisis hubungan antara anemia gizi
besi dengan kerugian ekonomi. ......................................................................... 17

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1 Nilai PDRB di berbagai provinsi di Indonesia tahun 2001 ............................... 69
2 Upah tenaga kerja pada masing- masing sektor di berbagai
provinsi di Indonesia pada tahun 2001.............................................................. 70
3 Kontribusi berbagai sektor terhadap total nilai PDRB dengan migas............... 71
4 Kontribusi berbagai sektor terhadap total nilai PDRB tanpa migas.................. 72

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Iron Deficiency Anemia (IDA) atau lebih dikenal dengan sebutan Anemia
Gizi Besi (AGB) merupakan salah satu masalah gizi yang penting di Indonesia.
Masalah AGB tidak hanya dijumpai dikalangan rawan gizi seperti anak-anak, ibu
hamil, dan ibu yang sedang menyusui, tetapi juga diantara orang dewasa terutama
golongan karyawan dengan penghasilan rendah (Djojosoebagio et al. 1986).
Menurut De Maeyer dan Adielstegman (1985) diacu dalam Ross dan Horton
(1998), pada tahun 1985, sekitar 30 persen penduduk dunia (1.3 milyar) menderita
AGB.
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992),
berdasarkan hasil- hasil penelitian di beberapa tempat di Indonesia pada tahun
1980-an menunjukan bahwa prevalensi anemia pada wanita dewasa tidak hamil
berkisar 30-40 persen, pada wanita hamil 50-70 persen, anak balita 30-40 persen,
anak sekolah 25-35 persen, pria dewasa 20-30 persen dan pekerja berpenghasilan
rendah 30-40 persen. Sedangkan menurut Soekirman et al. (2003) menyatakan
bahwa prevalensi anemia mengalami penurunan dari 50.9 persen (1995) menjadi
40 persen (2001). Begitupun pada wanita usia 14-44 tahun mengalami penurunan
dari 39.5 persen (1995) menjadi 27.9 persen (2001). Akan tetapi, untuk anak
dibawah usia lima tahun angka anemia meningkat dari 40 persen (1995) menjadi
48.1 persen (2001).
Masalah AGB yang merupakan salah satu masalah gizi sering dianggap
hanya sebagai isu kesehatan dan ditempatkan sebagai subsektor kecil dari sektor
kesehatan yang luas (Khomsan 2004). Padahal, akibat yang ditimbulkan dari
masalah gizi khususnya AGB tersebut tidak hanya sebatas masalah kesehatan,
melainkan juga masalah ekonomi.
Dampak yang ditimbulkan akibat AGB sangat kompleks. Menurut Ros
dan Horton (1998), AGB berdampak pada menurunnya kemampuan motorik anak,
menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya kemampuan mental anak,
menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak
pada keadaan ekonomi, dan pada wanita hamil akan menyebabkan buruknya
persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, serta dampak negatif

lainnya seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya dari AGB
adalah gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas, rentan terhadap pengaruh
racun dari logam- logam berat, dan seterusnya.
Melihat begitu besarnya dampak yang ditimbulkan akibat AGB khususnya
pada anak-anak dan orang dewasa, maka sangat penting bagi pemerintah untuk
membuat kebijakan-kebijakan dalam mengatasi AGB.

Meskipun memerlukan

biaya dalam mangatasinya, namun hal ini harus dipandang sebagai suatu investasi.
Menurut Riyadi (2001), investasi pada gizi anak dan orang dewasa akan
mendapatkan manfaat jangka pendek dan jangka panjang yang lua r biasa terhadap
aspek sosial dan ekonomi, termasuk pengurangan biaya perawatan kesehatan
selama siklus hidupnya, peningkatan kemampuan intelektual dan pendidikan,
serta meningkatkan produktivitas kerja.
Sampai saat ini, masih sangat sedikit analisis ekono mi yang dapat
mengungkapkan kerugian ekonomi akibat masalah gizi khususnya AGB, serta
masih sedikit pula analisis ekonomi yang mengungkapkan manfaat dari
penanggulangan AGB di Indonesia. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna melakukan analisis ekonomi
yang berkaitan dengan kerugian akibat AGB serta analisis ekonomi yang
berkaitan dengan upaya penanggulangannya.
Idealnya, analisis mengenai kerugian ekonomi akibat AGB dilakukan
untuk seluruh golongan usia seperti anak-anak, dewasa pria dan wanita. Namun
karena data yang digunakan dalam analisis tidak tersedia, maka analisis akan
dibatasi hanya pada anak balita dan Wanita Usia Subur (WUS) saja.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi kerugian
ekonomi

akibat

AGB

di

berbagai

provinsi

penanggulangannya melalui suplementasi zat besi.

di

Indonesia

dan

biaya

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1. Melakukan estimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada anak-anak
(balita) di berbagai provinsi di Indonesia
2. Melakukan estimasi kerugian ekonomi akibat AGB pada orang dewasa
(Wanita Usia Subur) di berbagai provinsi di Indonesia
3. Melakukan estimasi kerugian ekonomi secara total akibat AGB di berbagai
provinsi di Indonesia
4. Melakukan

estimasi

penanggulangan

AGB

mengenai

biaya

melalui

yang

suplementasi

diperlukan
zat

besi

untuk
serta

perbandingannya dengan kerugian ekonomi yang ditimbulkan.
Kegunaan
Penelitian ini dilakukan guna memberikan masukan kepada masyarakat
dan pengambil kebijakan, bahwa masalah gizi khususnya AGB bukan hanya
merupakan masalah kesehatan, melainkan juga masalah ekonomi.

Selain itu,

dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah (eksekutif) dan legislatif dalam melakukan pemilihan investasi
khususnya yang berkaitan dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia.

TINJAUAN PUSTAKA
Anemia Gizi Besi (AGB)
Pengertian Anemia Gizi Besi
Anemia Gizi Besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah
normal. Sebelum terjadi Anemia Gizi Besi, diawali lebih dulu dengan keadaan
Kurang Gizi Besi (KGB).

Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi

belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan
mengalami Kurang Gizi Besi saja (tidak disertai Anemia Gizi Besi). Keadaan
Kurang Gizi Besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan Anemia
Gizi Besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk
hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Soekirman 2000).
Terdapat

beberapa

parameter

untuk

mengukur

pentahapan dari Kurang Gizi Besi ke Anemia Gizi Besi.

proses

terjadinya

Untuk mengetahui

adanya penurunan atau deplesi cadangan besi tingkat ringan diukur dengan kadar
feritin dalam serum darah yang menurun. Pada tahap berikutnya dapat terjadi
deplesi besi yang lebih parah sehingga dapat mengganggu pembentukan
hemoglobin baru, tetapi kadar hemoglobin masih normal, dimana pada tahap ini
diukur dengan menurunnya transferin saturation dan meningkatnya erythrocyte
protoporphyrin. Tahap berikutnya terjadi Anemia Gizi Besi yang diukur dengan
kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari standar normal WHO
(Soekirman 2000).
Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena Anemia
Gizi Besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur.

Untuk anak-anak umur

6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita Anemia Gizi Besi apabila kadar
hemoglobinnya kurang dari 11g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12g/dl, dewasa
laki- laki kurang dari 13g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12g/dl,
dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11g/dl (Soekirman 2000).

Luasan Masalah Anemia Gizi Besi
Iron Deficiency Anemia (IDA) atau lebih dikenal dengan sebutan Anemia
Gizi Besi merupakan salah satu masalah gizi yang penting di Indonesia. Masalah
Anemia Gizi Besi ini tidak hanya dijumpai dikalangan rawan seperti anak-anak,
ibu hamil, dan ibu yang sedang menyusui, tetapi juga diantara orang dewasa
terutama golongan karyawan dengan penghasilan rendah (Djojosoebagio et al.
1986). Menurut De Maeyer dan Adielstegman (1985) diacu dalam Ross dan
Horton (1998), pada tahun 1985, sekitar 30 persen penduduk dunia (1.3 milyar)
menderita Anemia Gizi Besi.
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992),
berdasarkan hasil- hasil penelitian di beberapa tempat di Indonesia pada tahun
1980-an menunjukan bahwa prevalensi anemia pada wanita dewasa tidak hamil
berkisar 30-40 persen, pada wanita hamil 50-70 persen, anak balita 30-40 persen,
anak sekolah 25-35 persen, pria dewasa 20-30 persen dan pekerja berpenghasilan
rendah 30-40 persen. Sedangkan menurut Soekirman et al. (2003) menyatakan
bahwa prevalensi Anemia Gizi Besi mengalami penurunan dari 50.9 persen
(1995) menjadi 40 persen (2001).

Begitupun pada wanita usia 14-44 tahun

mengalami penurunan dari 39.5 persen (1995) menjadi 27.9 persen (2001). Akan
tetapi, untuk anak dibawah usia lima tahun angka Anemia Gizi Besi meningkat
dari 40 persen (1995) menjadi 48.1 persen (2001).
Penyebab Anemia Gizi Besi
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992),
Anemia Gizi Besi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab
langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi
jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absopsi Fe rendah, kebutuhan naik serta
kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh
menurun.
Menurunnya Fe (zat besi) dalam tubuh akan memberikan dampak yang
negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan salah satu zat
gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup, baik sel tumbuh-tumbuhan,
maupun sel hewan. Di dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah
yang merupakan bagian dari protein yang disebut hemoglobin di dalam sel-sel

darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot. Hemoglobin berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh, sedangkan mioglobin
mengangkut dan menyimpan oksigen untuk sel-sel otot (Soekirman 2000).
Besi yang ada didalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang
diperole h dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil
dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan.
Dari ketiga sumber tersebut, besi hasil hemolisis merupakan sumber utama. Pada
manusia yang normal, kira-kira 20-25 mg besi per hari berasal dari besi hemolisis,
dan hanya sekitar 1 mg berasal dari makanan (Winarno 2002).
Didalam tubuh ma nusia, jumlah zat besi sangat bervariasi tergantung pada
umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat,
jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4000 mg dengan sekitar 2500 mg ada
dalam hemoglobin. Sebagian zat besi dalam tubuh (sekitar 1000 mg) disimpan
didalam hati dengan bentuk ferritin. Pada saat konsumsi zat besi dari makanan
tidak cukup, zat besi ferritin dikeluarkan untuk memproduksi hemoglobin
(Anonim 2005).
Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi
makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi
yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber
zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat
pedesaan (Departemen Kesehatan RI 1998 diacu dalam Hulu 2004). Menurut
Almatsier (2001), pada umumnya, besi di dalam daging, ayam, dan ikan
mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia dan kacangkacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan besi yang terdapat
pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat
tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.
Faktor lain yang merupakan penyebab Anemia Gizi Besi adalah faktor
penyebab tidak langsung, yang meliputi praktek pemberian makanan yang kurang
baik, komposisi makanan kurang beragam, pertumbuhan fisik, kehamilan dan
menyusui, pendarahan kronis, parasit, infeksi, pelayanan kesehatan yang rendah,
terdapatnya zat penghambat absorpsi, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat
rendah (Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian 1992). Keadaan

sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, besar keluarga,
pekerjaan, pendapatan, dan lain- lain.
Menurut Winarno (1993), tingkat ekonomi (pendapatan) yang rendah
dapat mempengaruhi pola makan. Pada tingkat pendapatan yang rendah, sebagian
besar pengeluaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan
berorientasi pada jenis pangan karbohidrat. Hal ini disebabkan makanan yang
mengandung banyak karbohidrat lebih murah dibandingkan dengan makanan
sumber zat besi, sehingga kebutuhan zat besi akan sulit terpenuhi, dan dapat
berdampak pada terjadinya Anemia Gizi Besi.
Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu penyebab Anemia Gizi
Besi adalah adanya zat penghambat absorpsi. Menurut Almatsier (2001), terdapat
beberapa makanan yang mengandung zat penghambat absorpsi besi diantaranya
adalah beberapa jenis sayuran yang mengandung asam oksalat, beberapa jenis
serealia dan protein kedelai yang mengandung asam fitat, serta teh dan kopi yang
mengandung tanin. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum
teh atau kopi pada waktu makan.

Selain itu, kalsium dosis tinggi berupa

suplemen juga dapat menghambat absopsi besi.
Dalam kaitannya dengan mekanisme absorpsi, dikenal ada dua macam
besi dalam makanan, yaitu besi heme dan besi non heme. Besi heme diambil oleh
sel mukosa dan dipecah di dalam sel oleh suatu enzim pembelah heme. Adapun
besi non heme mungkin diambil dalam bentuk ion oleh penerima pada sel mukosa
usus atau oleh pengangkut protein yang berada di permukaan luminal sel.
Absorpsi besi non heme sangat dipengaruhi oleh status gizi serta oleh berbagai
faktor makanan. Sedangkan absorpsi besi heme tidak dipengaruhi status gizi
serta tidak dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang mempengaruhi absorpsi besi
non heme (Hallberg 1988).
Dampak Anemia Gizi Besi
Dampak yang ditimbulkan akibat Anemia Gizi Besi sangat kompleks.
Menurut Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada menurunnya
kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan
kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja
pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada

wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan
dan kelahiran.

Akibat lainnya dari Anemia Gizi Besi adalah gangguan

pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racun dari
logam- logam berat.
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.

Respon

kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel
tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA.
Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase
ribonukleotide yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu, sel
darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam
keadaan tubuh kekurangan besi.

Enzim lain yang berperan dalam sistem

kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase juga akan terganggu fungsinya akibat
defisiensi besi (Almatsier 2001).
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Anemia Gizi Besi erat
kaitannya dengan penurunan kemampuan motorik (dampak fisik). Dilihat dari
dampak fisik, Anemia Gizi Besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat
lelah terjadi karena pada penderita Anemia Gizi Besi pengolahan (metabolisme)
energi oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana
oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah
(hemoglobin). Untuk menyesuaikan dengan berkurangnya jatah oksigen, maka
otot membatasi produksi energi. Akibatnya, mereka yang menderita Anemia Gizi
Besi akan cepat lelah bila bekerja karena cepat kehabisan energi (Soekirman
2000).
Cepatnya rasa lelah yang dialami oleh para pekerja yang menderita
Anemia Gizi Besi akan menurunkan produktivitas kerja.

Menurunnya

produktivitas kerja, selain disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah, juga
disebabkan oleh berkurangnya enzim-enzim mengandung besi, dimana besi
sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi tersebut
(Almatsier 2001).

Studi mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta,
Tangerang, Jambi dan Kudus, membuktikan bahwa anemia dapat menurunkan
produktivitas kerja. Dilaporkan bahwa anemia menurunkan produktivitas 5-10
persen dan kapasitas kerjanya 6.5 jam per minggu (Anonim 2005). Padahal,
produktivitas kerja ini sangat penting peranannya dalam menentukan nilai
pendapatan per kapita (Ravianto 1985).
Selain menurunkan produktivitas kerja yang umumnya terjadi pada
penderita usia dewasa, Anemia Gizi Besi juga mengakibatkan dampak negatif
terhadap anak usia sekolah. Anak usia sekolah yang menderita Anemia Gizi Besi
akan mengalami penurunan kemampuan kognitif, penurunan kemampuan belajar,
dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar.

Menurut Lozzoff dan

Youdim (1988) diacu dalam Almatsier (2001), menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara defisiensi besi dengan fungsi otak.
Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak