Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN
BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN
SIKAP IBU RUMAH TANGGA
(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,
KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Terpaan Pesan
Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus:
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor,

Agustus 2007

Kusumajanti
NRP P 054030151

ABSTRAK

KUSUMAJANTI. Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya
Baru, Kota Depok) Dibimbing oleh BASITA GINTING SUGIHEN dan
HADIYANTO.
Penelitian ini tentang Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga bertujuan untuk mendeskripsikan:
(1) tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan
karakteristik responden, (2) sikap pencegahan bahaya demam berdarah
berdasarkan karakteristik responden, (3) hubungan antara terpaan pesan

pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2006. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu rumah tangga dengan jumlah 5412 orang. Proses pengambilan
sampel menggunakan cluster sampling dan penentuan jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh hasil sebanyak 98 orang. Data
dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment. Pesan pencegahan
bahaya demam brdarah lebih mudah menerpa ibu-ibu rumah tangga di kelompok
usia 20-24 tahun, dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak bekerja. Sikap
pencegahan bahaya demam berdarah dapat terbentuk dengan baik pada kelompok
usia 25-29 tahun, dengan latar belakang pendidikan SMA dan tidak bekerja. Hasil
uji korelasi ditemukan bahwa: (1) tingkat keterdedahan ibu rumah tangga terhadap
pesan pencegahan bahaya demam berdarah melalui televisi r sebesar 0,778,
melalui kelompok Posyandu r sebesar 0,608, dan melalui tetangga r sebesar
0,554, (2) hubungan positif antara terpaan pesan dengan sikap ibu rumah tangga
ditemukan bahwa r sebesar 0,777, (3) hubungan antara terpaan pesan dan sikap
ibu rumah tangga berdasarkan karakteristik usia, yang paling tinggi keeratan
korelasinya berada di kelompok usia kurang dari 20 tahun yaitu r sebesar 0,902
dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) sedangkan berdasarkan karakteristik
pendidikan yang paling tinggi keeratan korelasinya berada kelompok SD yaitu r

sebesar 0,910 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) dan korelasi terpaan
pesan dengan sikap yang paling tinggi keeratan korelasinya berasa di kelompok
guru/dosen iatu r sebesar 0,880 dengan taraf signifikansi 0,05 (nyata). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pesan-pesan yang bersifat himbauan seperti pesan
pencegahan bahaya demam berdarah dalam penyampaiannya kepada khalayak
sasaran harus memperhatikan aspek usia, pendidikan, dan pekerjaan khalayak
sasaran. Khalayak sasaran dapat mengerti dan memahami isi pesan dengan baik
jika tingkat frekwensi dan intensitas menerima pesannya tinggi sehingga dapat
membentuk sikap sesuai dengan isi pesan.

Kata kunci: terpaan pesan, sikap.

@ Hak Cipta milik IPB, 2007
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau peninjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepntingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN
BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN
SIKAP IBU RUMAH TANGGA
(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,
KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007


Judul Penelitian

: Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga
(Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

Nama

: Kusumajanti

NRP

: P 054030151

Program Studi

: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Basita Ginting Sugihen, MA
Ketua

Ir.Hadiyanto, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir.Sumardjo, MS

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS


Tanggal Ujian: 25 April 2007

Tanggal Lulus: 29 Agustus 2007

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1971 dari ayah H. Aris
Suwarto dan ibu Hj. Tuti Juswiati. Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh
bersaudara.
Tahun 1995 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember dan pada tahun 1999 lulus program Magister Manajemen
Universitas Trisakti. Tahun 2003 penulis menempuh kuliah di Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Beasiswa Pascasarjana diperoleh dai Dirjen Pendidikan Tinggi.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di FISIP UPN “Veteran” Jakarta
terhitung sejak tahun 1997. Disamping sebagai staf pengajar, penulis juga
menduduki jabatan sebagai Kabag. Humas UPN “Veteran” Jakarta.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema penelitian ini adalah terpaan

pesan, dengan judul penelitian Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya
Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru, Depok).
Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
pada Dr. Ir. Basita Ginting, MA dan Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing.
Terima kasih juga penulis ucapkan pada Tri Budi Subiakto, SE atas segala
pengertian dan dukungnnya, dan yang telah banyak memberi saran dan pada Drs.
Marzono Basuki, M.Si, Renny Husniati, SE, MM yang sangat banyak memberi
bantuan juga dukungan tanpa henti serta Ir. Budiman Djoko Said, MM yang telah
memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Penghargaan juga penulis sampaikan untuk Teh Hetty, Mbak Yuyun,
Bang Heru yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan pada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta atas segala do’a
dan kasih sayang serta pengertiannya selama ini.
Penulis berharap tesis ini bermanfaat, dapat dijadikan bahan informasi dan
pengetahuan bagi siapa saja yang berkaitan dan tertarik dengan materi
komunikasi.

Bogor,


Juli 2007
Kusumajanti

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................

Halaman
x

DAFTAR TABEL ...........................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................


xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................
Rumusan Masalah ................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................

1
3
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi .......................
Komunikasi Publik ...............................................................
Komunikasi Antarpribadi .....................................................
Komunikasi Kelompok ........................................................
Komunikasi Massa ...............................................................
Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat ....................

Model Komunikasi ...............................................................
Terpaan Pesan ......................................................................
Pesan tentang Pencegahan Bahaya Demam Berdarah .........
Sikap .....................................................................................

6
12
13
18
20
21
28
30
31
33

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
Kerangka Pemikiran .............................................................
Hipotesa ...............................................................................

36
37

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
Populasi dan Sampel .............................................................
Desain Penelitian ...................................................................
Data dan Instrumentasi ..........................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran ...................................
Analisa Data ..........................................................................

38
38
39
39
42
44

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karaktristik Responden .........................................................
Frekwensi Peubah Terpaan Pesan .........................................
Peubah Terpaan Pesan Berdasarkan Karaktristik Responden
Peubah Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ...........

47
49
51
53

Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ..................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Karakteristik Responden .......................................................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pendidikan .............................................................................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pekerjaan ...............................................................................

55
62
63
66
68

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...............................................................................
Saran ......................................................................................

70
71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

72

LAMPIRAN .....................................................................................

75

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN
BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN
SIKAP IBU RUMAH TANGGA
(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,
KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Terpaan Pesan
Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus:
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor,

Agustus 2007

Kusumajanti
NRP P 054030151

ABSTRAK

KUSUMAJANTI. Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya
Baru, Kota Depok) Dibimbing oleh BASITA GINTING SUGIHEN dan
HADIYANTO.
Penelitian ini tentang Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga bertujuan untuk mendeskripsikan:
(1) tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan
karakteristik responden, (2) sikap pencegahan bahaya demam berdarah
berdasarkan karakteristik responden, (3) hubungan antara terpaan pesan
pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2006. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu rumah tangga dengan jumlah 5412 orang. Proses pengambilan
sampel menggunakan cluster sampling dan penentuan jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh hasil sebanyak 98 orang. Data
dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment. Pesan pencegahan
bahaya demam brdarah lebih mudah menerpa ibu-ibu rumah tangga di kelompok
usia 20-24 tahun, dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak bekerja. Sikap
pencegahan bahaya demam berdarah dapat terbentuk dengan baik pada kelompok
usia 25-29 tahun, dengan latar belakang pendidikan SMA dan tidak bekerja. Hasil
uji korelasi ditemukan bahwa: (1) tingkat keterdedahan ibu rumah tangga terhadap
pesan pencegahan bahaya demam berdarah melalui televisi r sebesar 0,778,
melalui kelompok Posyandu r sebesar 0,608, dan melalui tetangga r sebesar
0,554, (2) hubungan positif antara terpaan pesan dengan sikap ibu rumah tangga
ditemukan bahwa r sebesar 0,777, (3) hubungan antara terpaan pesan dan sikap
ibu rumah tangga berdasarkan karakteristik usia, yang paling tinggi keeratan
korelasinya berada di kelompok usia kurang dari 20 tahun yaitu r sebesar 0,902
dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) sedangkan berdasarkan karakteristik
pendidikan yang paling tinggi keeratan korelasinya berada kelompok SD yaitu r
sebesar 0,910 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) dan korelasi terpaan
pesan dengan sikap yang paling tinggi keeratan korelasinya berasa di kelompok
guru/dosen iatu r sebesar 0,880 dengan taraf signifikansi 0,05 (nyata). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pesan-pesan yang bersifat himbauan seperti pesan
pencegahan bahaya demam berdarah dalam penyampaiannya kepada khalayak
sasaran harus memperhatikan aspek usia, pendidikan, dan pekerjaan khalayak
sasaran. Khalayak sasaran dapat mengerti dan memahami isi pesan dengan baik
jika tingkat frekwensi dan intensitas menerima pesannya tinggi sehingga dapat
membentuk sikap sesuai dengan isi pesan.

Kata kunci: terpaan pesan, sikap.

@ Hak Cipta milik IPB, 2007
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau peninjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepntingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN
BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN
SIKAP IBU RUMAH TANGGA
(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,
KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Penelitian

: Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam
Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga
(Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

Nama

: Kusumajanti

NRP

: P 054030151

Program Studi

: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Basita Ginting Sugihen, MA
Ketua

Ir.Hadiyanto, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir.Sumardjo, MS

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 25 April 2007

Tanggal Lulus: 29 Agustus 2007

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1971 dari ayah H. Aris
Suwarto dan ibu Hj. Tuti Juswiati. Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh
bersaudara.
Tahun 1995 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember dan pada tahun 1999 lulus program Magister Manajemen
Universitas Trisakti. Tahun 2003 penulis menempuh kuliah di Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Beasiswa Pascasarjana diperoleh dai Dirjen Pendidikan Tinggi.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di FISIP UPN “Veteran” Jakarta
terhitung sejak tahun 1997. Disamping sebagai staf pengajar, penulis juga
menduduki jabatan sebagai Kabag. Humas UPN “Veteran” Jakarta.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema penelitian ini adalah terpaan
pesan, dengan judul penelitian Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya
Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru, Depok).
Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
pada Dr. Ir. Basita Ginting, MA dan Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing.
Terima kasih juga penulis ucapkan pada Tri Budi Subiakto, SE atas segala
pengertian dan dukungnnya, dan yang telah banyak memberi saran dan pada Drs.
Marzono Basuki, M.Si, Renny Husniati, SE, MM yang sangat banyak memberi
bantuan juga dukungan tanpa henti serta Ir. Budiman Djoko Said, MM yang telah
memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Penghargaan juga penulis sampaikan untuk Teh Hetty, Mbak Yuyun,
Bang Heru yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan pada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta atas segala do’a
dan kasih sayang serta pengertiannya selama ini.
Penulis berharap tesis ini bermanfaat, dapat dijadikan bahan informasi dan
pengetahuan bagi siapa saja yang berkaitan dan tertarik dengan materi
komunikasi.

Bogor,

Juli 2007
Kusumajanti

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................

Halaman
x

DAFTAR TABEL ...........................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................
Rumusan Masalah ................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................

1
3
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi .......................
Komunikasi Publik ...............................................................
Komunikasi Antarpribadi .....................................................
Komunikasi Kelompok ........................................................
Komunikasi Massa ...............................................................
Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat ....................
Model Komunikasi ...............................................................
Terpaan Pesan ......................................................................
Pesan tentang Pencegahan Bahaya Demam Berdarah .........
Sikap .....................................................................................

6
12
13
18
20
21
28
30
31
33

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
Kerangka Pemikiran .............................................................
Hipotesa ...............................................................................

36
37

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
Populasi dan Sampel .............................................................
Desain Penelitian ...................................................................
Data dan Instrumentasi ..........................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran ...................................
Analisa Data ..........................................................................

38
38
39
39
42
44

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karaktristik Responden .........................................................
Frekwensi Peubah Terpaan Pesan .........................................
Peubah Terpaan Pesan Berdasarkan Karaktristik Responden
Peubah Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ...........

47
49
51
53

Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ..................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Karakteristik Responden .......................................................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pendidikan .............................................................................
Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pekerjaan ...............................................................................

55
62
63
66
68

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...............................................................................
Saran ......................................................................................

70
71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

72

LAMPIRAN .....................................................................................

75

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Kategori yang Digunakan dengan Pendekatan Situasional....

8

2

Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi...............

45

3

Frekwensi Berdasarkan Karakteristik Responden .................

47

4

Kategorisasi Terpaan Pesan Melalui Televisi, Kelompok
Posyandu, dan Tetangga ........................................................

49

Kategorisasi Terpaan Pesan Berdasarkan Karaktristik
Responden .............................................................................

51

6

Kategorisasi Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ...

53

7

Korelasi Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap .....................

55

8

Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Karakteristik Responden .......................................................

62

5

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Model Hubungan Lima Tahap ..............................................

15

2

Proses Komunikasi Dalam Masyarakat .................................

21

3

Penyampaian Pesan Persuasif ...............................................

28

4

Skema Konsep dari Sikap .....................................................

35

5

Model Penelitian Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap...

36

6

Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap .......................

56

7

Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Televisi Dengan
Sikap ......................................................................................

57

Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Kelompok Posyandu
Dengan Sikap .........................................................................

58

Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Tetangga Dengan
Sikap ......................................................................................

59

Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Usia ........................................................................................

64

Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pendidikan...............................................................................

66

Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pekerjaan...................................................................................

69

8

9

10

11

12

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Data Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Rangkapan
Jaya Baru, Kota Depok ..........................................................

75

2

Kuesioner Penelitian .............................................................

77

3

Uji Reliabilitas dan Validitas ................................................

83

4

Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Usia ................

89

5

Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Pendidikan .....

90

6

Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Pekerjaan ........

91

7

Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Usia ..............................

92

8

Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Pendidikan ....................

93

9

Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Pekerjaan ......................

94

10

Analisa Inferensial .................................................................

95

11

Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap .............................

103

12

Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Televisi Dengan Sikap..

104

13

Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Kelompok Posyandu
Dengan Sikap.........................................................................

105

14

Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Tetangga Dengan Sikap

106

15

Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia

107

16

Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pendidikan .............................................................................

108

Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan
Pekerjaan ...............................................................................

109

17

Halaman
18

Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ............

110

19

Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap
Berdasarkan Usia ...................................................................

111

Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap
Berdasarkan Pendidikan ........................................................

113

Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap
Berdasarkan Pekerjaan ..........................................................

115

20

21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia menyimpan sejuta
keindahan alam dengan tingkat kelembaban udara yang cukup tinggi yang
menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti nyamuk Aedes Aegypti dan
jenis lainnya. Musim panas/kemarau dan musim hujan yang datang bergantian
menjadi salah satu penyebab suburnya perkembangbiakan nyamuk terutama pada
musim hujan.
Nyamuk bagi masyarakat Indonesia adalah serangga yang selalu ada
dalam kehidupan sehari-hari. Gigitan nyamuk yang dapat menimbulkan rasa gatal
mendorong manusia untuk memberantas nyamuk dewasa dan menghindarkan diri
dari gigitannya. Manusia biasanya melakukan upaya pemberantasan nyamuk
seperti melakukan penyemprotan dengan obat nyamuk maupun

dengan obat

nyamuk bakar, bahkan ada upaya dari masyarakat khususnya produsen obat
dengan menciptakan obat penolak nyamuk dalam bentuk cair yang dapat
dioleskan ke tangan dan kaki. Upaya pemberantasan nyamuk oleh masyarakat
seharusnya tidak hanya pada nyamuk dewasa saja tetapi juga pada jentik-jentik
nyamuk.
Jentik-jentik nyamuk yang berkembang biak secara subur di sekeliling
rumah merupakan salah satu akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan dan sanitasi. Banyak dari masyarakat yang tidak
menyadari bahwa kaleng-kaleng bekas, ban bekas, vas bunga, talang air yang
tidak berfungsi dengan baik, tempat penampungan air di lemari pendingin (kulkas
dan dispenser) dapat menjadi tempat berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk.
Dampak berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk menjadi nyamuk
dewasa terutama nyamuk jenis Aedes-aegypti menyebabkan berjangkitnya
penyakit demam berdarah, yang menjadi salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit demam berdarah, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk
penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di
seluruh Indonesia. Penyakit menular demam berdarah sejak lima dasawarsa

terakhir ini telah menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di daerah
tropis.
Hingga 2 Maret 2006, menurut Departemen Kesehatan angka kasus
demam berdarah secara nasional mencapai 10.135 penderita dalam kurun waktu
dua bulan terakhir. Dari total jumlah kasus yang ada, 88 korban diantaranya
meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan medis. Kasus demam
berdarah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun
2004, dari Januari hingga Mei, kejadian luar biasa (KLB) nasional terjadi di 16
provinsi, diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam, dan seluruh provinsi di Pulau
Jawa, terjadi 59.000 kasus dan 689 orang meninggal.
Sementara sepanjang tahun 2005, terjadi kejadian luar biasa (KLB)
demam berdarah dengan pola berbeda dibandingkan dengan tahun 2004, yakni
terjadi tiga puncak peningkatan kasus di bulan Januari sampai Maret, Agustus dan
Desember. Peningkatan kasus ini terjadi di sepuluh provinsi, antara lain DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, bali, dan Sulawesi Selatan.
Berjangkitnya virus demam berdarah sangat dipengaruhi oleh iklim dan
kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32 derajat Celcius), sementara
kelembaban tinggi, nyamuk Aedes mampu bertahan hidup dalam jangka waktu
lama. Demam berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk (Aedes-aegypti) yang
berkembang biak didalam genangan air jernih di dalam maupun di sekitar rumah,
bukan di got/comberan. Membunuh nyamuknya saja belumlah cukup selama
jentik-jentiknya masih dibiarkan Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus demam berdarah sangat bermacam-macam, yaitu: pemukiman
yang padat, urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, tidak adanya
kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan peningkatan sarana
transportasi.
Pemerintah berusaha untuk menyampaikan pesan tentang pemberantasan
sarang nyamuk guna mencegah perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk terutama
nyamuk penyebab demam berdarah (Aedes Aegypti). Kampanye penanggulangan
wabah demam berdarah sebagai salah satu usaha untuk penanggulangan penyakit
demam berdarah telah banyak direkomendasikan dan dilakukan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat. Media yang dapat dipergunakan untuk kampanye

penanggulangan wabah demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) meliputi media cetak dan elektronika. Kampanye ini dilakukan secara terus
menerus dalam upaya untuk mengingatkan masyarakat dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan bahaya demam berdarah sehingga dapat merubah
perilaku

masyarakat menjadi peduli terhadap usaha pembarantasan sarang

nyamuk. Hal ini dikarenakan kasus yang sama selalu terjadi setiap tahunnya
terutama pada musim penghujan.
Pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh pemerintah dalam upaya
pemberantasan jentik nyamuk dan nyamuk dewasa adalah melalui 3 M (menguras,
menutup, dan mengubur), pemberian bubuk abate, pengasapan, serta cara lainnya.
Himbauan pemerintah dilakukan melalui semua saluran komunikasi agar dapat
menggerakkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk secara bersamasama.
Departemen Kesehatan terus meningkatkan upaya pencegahan terjadinya
wabah demam berdarah. Salah satunya, kegiatan pemantauan kasus demam
berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di setiap daerah, terutama
wilayah endemis demam berdarah. Akan tetapi kegiatan ini terhambat oleh
kurangnya jumlah petugas dibandingkan dengan pertambahan kasus demam
berdarah. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk akan
sangat membantu untuk menurunkan angka kasus demam berdarah. Program
pemberantasan sarang nyamuk dapat menjadi salah satu pekerjaan rutin yang
dilakukan oleh setiap keluarga.

Rumusan Masalah
Kasus demam berdarah selalu berulang di Indonesia setiap tahunnya.
Masyarakat perlu selalu diingatkan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan
pencegahannya. Pemanfaatan media yang tepat dapat memudahkan penyampaian
pesan tentang demam berdarah kepada masyarakat.
Himbauan pemerintah berisi pesan tentang bahaya demam berdarah dan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berusaha disampaikan oleh pemerintah
melalui berbagai macam format dan saluran komunikasi. Format pesan untuk
media cetak seperti folder, poster, iklan layanan masyarakat di surat kabar

biasanya lebih mengarah pada sajian yang informatif dan ajakan untuk melakukan
pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan penyebaran kasus
demam berdarah. Format pesan untuk media elektronika biasanya lebih singkat
dibandingkan untuk media cetak dengan menampilkan tokoh/artis yang sudah
dikenal oleh masyarakat dengan baik sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri
dalam penyampaian pesan. Sedangkan format pesan untuk saluran komunikasi
interpersonal dan kelompok biasanya dikemas dengan gaya yang informal. Hal
tersebut disebabkan proses penyampaian pesan banyak disampaikan dari mulut ke
mulut.
Pelaksanaan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dilaksanakan
secara massal dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Hasil pelaksanaan
kampanye tidak seluruhnya berhasil karena masih ada saja daerah yang terjangkit
kasus demam berdarah dengan angka korban yang cukup tinggi. Daerah-daerah
yang melaksanakan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dengan baik
memiliki kasus demam berdarah yang lebih rendah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka timbul beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Berapa besar tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah
berdasarkan karakteristik responden?
2. Berapa besar nilai sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan
karakteristik responden?
3. Bagaimanakah hubungan antara terpaan pesan tentang pencegahan bahaya
demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka
tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari saluran komunikasi yang sesuai
dengan karakteristik responden dalam menyampaikan pesan yang bersifat
himbauan seperti pesan bahaya demam berdarah dan pemberantasan sarang

nyamuk. Tujuan umum ini dapat dicapai melalui beberapa tujuan khusus sebagai
berikut:
1. mendeskripsikan tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah
berdasarkan karakteristik responden;
2. mendeskripsikan sikap pencegahan bahaya demam berdarah

berdasarkan

karakteristik responden
3. menguji dan mendeskripsikan hubungan antara terpaan pesan tentang
pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang jenis dan
saluran komunikasi yang paling efektif dapat dipergunakan dalam rangka
menyampaikan pesan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan
pemberantasan sarang nyamuk.
2. bahan masukan bagi peneliti komunikasi lebih lanjut yang berkaitan dengan
penelitian terpaan pesan terhadap perubahan sikap masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi
Komunikasi adalah suatu topik yang sangat sering dibicarakan, bukan
hanya di kalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam,
sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki banyak arti yang berlainan. Kata
komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris menurut Echols dan

Shadily (1995) berarti hubungan, kabar. De Vito (1997) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks
tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan
umpan balik. Terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang
terlibat dalam komunikasi, yatiu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan di
sini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukkan
(display)

atau yang lazim disebut pesan nonverbal. Meskipun komunikasi

menyangkut perilaku manusia, tidak semua perilaku manusia itu adalah
komunikasi.
Komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan
seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang
lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja
(intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya
untuk melakukan sesuatu. Lasswell menggambarkan komunikasi dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Berdasarkan definisi Lasswell dapat diturunkan lima komponen atau
unsur penting dalam komunikasi yang hrus diperhatikan. Kelima unsur tersebut
adalah pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana
pesan tersebut dikirimkan (communication channel), penerima pesan (receiver),
dan umpan balik (feedback).
Pertama, pengirim pesan atau sumber (sender) adalah pihak yang
berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi
seorang individu, kelompok, organisasi, atau bahkan suatu negara. Kedua, pesan,
yatiu hal-hal yang dikomunikasikan oleh sumber kepada si penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan
bentuk atau organisaasi pesan. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana
yang digunakan sumebr untuk menyampaikan pesannya kepada si penerima
pesan. Saluran dapat merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada

penerima, yaitu saluran verbal dan non verbal. Saluran juga merujuk pada cara
penyajian pesan yaitu tatap muka langsung ataupun lewat media. Pemilihan
saluran bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima
pesan yang dihadapi. Keempat, penerima (receiver), yakni orang yang menerima
pesan dari sumber. Dalam proses komunikasi si penerima pesan bedasarkan
pengalaman masa lalu, pengetahuan, rujukan nilai, persepsi, pola pikir dan
perasaan akan menafsirkan seperangkat simbol baik verbal maupun non vebal
menjadi gagasan yang dapat dipahami oleh si penerima pean. Kelima, efek, yaitu
hal yang terjadi pada si penerima pesan setelh ia menerima pesan tersebut,
misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, dan sebagainya.
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa sosial,
melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini
berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari:
pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan,
warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang
tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti: sikap,
kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga, aspek
sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya; dan
keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan kemampuan berdasarkan
konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam
komunikasi,

sehingga

terbentuklah

komunikasi

intrapribadi,

komunikasi

antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik (pidato),
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Salah satu pendekatan situasional
yang dikemukakan oleh Miller kemudian dikutip oleh Mulyana (2001) seperti
terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional
Kategori

Komunikasi Massa

Jumlah
komunikator

Derajat kedekatan
fisik

Saluran indrawi
yang tersedia

Kesegeraan
umpan balik

Banyak

Rendah

Minimal

Paling Tertunda

Komunikasi organisasi
Komunikasi publik
Komunikasi kelompok
Komunikasi antarpribadi
Komunikasi intrapribadi

Satu

Tinggi

Maksimal

Paling segera

Sebagaimana tampak pada Tabel 1, jumlah komunikator otomatis mempengaruhi
dimensi-dimensi lain transaksi komunikasi. Ketika melihat acara bincang-bincang
yang kerap disaksikan di layar televisi, kita menyaksikan dua tingkat komunikasi:
komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa.
Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui
sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan
penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan
biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikasi
antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung
dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum
saluran indrawi, dan memungkinkan umpan balik segera. Tentu saja pandangan
situasional terhadap konteks-konteks komunikasi tersebut adalah penyederhanaan
dan terkesan statis. Dalam kenyataannya, komunikasi begitu dinamis; begitu
banyak variasi komuniksi yang dapat kita temukan dengan nuansa yang
berlainan.
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berinteraksi dengan manusia
lain. Cara yang dipergunakan adalah dengan berkomunikasi baik secara verbal
maupun non verbal. Mulyana (2003) membahas tentang fungsi komunikasi
berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh Gorden sebagai berikut:
(1) komunikasi sosial, (2) komunikasi ekspresif, (3) komunikasi ritual, dan (4)
komunikasi instrumental.
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kerja sama

dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok masyarakat, perguruan tinggi,
RT, RW, desa, kota, dan Negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan
bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan
“tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan
sosial. Komunikasi lah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun
yang dihadapi. Komuniksi pula yang memungkinkannya mempelajari dan
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik.
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif
yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan

(emosi)

kita.

Perasaan-perasaan

tersebut

terutama

dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat
kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual,
yang biasanya dlakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antopolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan,
ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, ulang tahun perkawinan, hingga
upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau
menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau
agama mereka.
Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan
terdalam seseorang. Sebagai respon kita terhadap (lambang) cinta, keluarga,
Negara dan agama – untuk menyebut beberapa hal saja yang terpenting dalam
kehidupan kita—mungkin tidak kita sadari. Respons manusia dalam menanggapi
lambing-lambang ini tidak jarang bersifat ekstrem dan tidak masuk akal bagi

kebanyakan orang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi
komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai
pengabdian kepada kelompok. Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendiri yang
terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya,
perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita
sendiri, yang bersifat “abadi”, dan bahwa kita diakui dan diterima dalam
kelompok kita.
Fungsi keempat dari komunikasi adalah komunikasi instrumental.
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku
atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka
kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi
yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung
muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak
untuk diketahui.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan
dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.
Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita
gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi
keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka
panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk mperoleh pujian, menumbuhkan
kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan
politik, yang antara lain dapat diperoleh lewat pengelolaan kesan (impression
management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti bicara sopan,
mengobaral janji, mengenakan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya
untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun
keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai

pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan
jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier.
Prinsip/hukum dasar yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi agar
efektif menurut Stephen Covey yang disadur oleh Sentoso (2003) adalah REACH
(Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Hukum pertama dalam
berkomunikasi adalah respect, yang merupakan sikap hormat dan sikap
menghargai terhadap lawan bicara. Setiap individu harus memiliki sikap (attitude)
menghormati dan menghargai lawan bicara karena pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan
untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Rasa empati akan membuat kita mampu menyampaikan pesan (message) dengan
cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya
pesan akan dapat tesampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima. Emapati bias juga berarti kemampuan untuk mendengarkan dan
bersikap perspeptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik dengan
siakp yang positif. Esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi
satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan.
Hukum ketiga adalah audible, yang maknanya dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Kunci utama untuk dapat menerapkan hokum ini dalam
mengirimkan pesan adalah: pesan yang mudah dimengerti, fokus pada informasi
yang penting, menggunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan
tersebut, memperhatikan fasilitas yang ada dan lingkungan disekitar kita,
antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul, selalu mempersiapkan
rencana atau pesan cadangan (back up).
Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang disampaikan (clarity).
Pesan yang ingin disampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat
tergantung pada kualitas suara dan bahasa yang dipergunakan. Penggunaan bahasa
yang tidak dimengerti akan membuat isi pesan tidak dapat mencapai tujuannya.

Seringkali orang menganggap clarity bukan hal yang penting sehingga tidak
menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan.
Beberapa cara untuk mempersiapkan pesan agar jelas yaitu: menentukan tujuan
yang jelas, meluangkan waktu untuk mengorganisasikan ide pesan, memenuhi
tuntutan kebutuhan format bahasa yang dipergunakan, membuat pesan dengan
jelas, tepat dan meyakinkan, pesan yang disampaikan harus fleksibel.
Hukum kelima dalam komunikasi adalah sikap rendah hati (humble).
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama

untuk

membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati.
Kerendahan hati juga dapat berarti tidak sombong dan menganggap penting diri
kita pada saat berbicara.Justru dengan kerendahan hati inilah kita dapat
menangkap perhatian dan respon yang positif dari si penerima pesan.

Komunikasi Publik
Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara
seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah,
kuliah umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih
sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena
komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan
kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan
sering merupakan publik penting yang menentukan efektivitas pesan, selain
keahlian dan kejujuran yang dimiliki pembicara. Tidak seperti komunikasi
antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak
(pendengar) dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik yang mereka
berikan terbatas, terutama umpan balik bersifat verbal. Umpan balik nonverbal
lebih jelas diberikan orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah
yang paling jelas terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik bersifat
serempak, seperti tertawa atau tepuk tangan. Ciri-ciri komunikasi publik adalah:
terjadi di tempat umum (publik), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah
(masjid, gereja) atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang;
merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa

relatif informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberpa orang ditunjuk
untuk menjalan