KONSISTENSI PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Cita Qurrotul Masthiyah 201210230311365

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Cita Qurrotul Masthiyah 201210230311365

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(3)

1. JudulSkripsi : Konsistensi Puasa Senin Kamis terhadap Perilaku Seksual Remaja 2. NamaPeneliti : Cita Qurrotul Masthiyah

3. NIM : 201210230311365

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 3 Januari – 14 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Februari 2016. Dewan Penguji

Ketua : Dra. Tri Dayakisni, M.Si Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

2. Hudaniah S.Psi, M.Si 3. Ni’matuzzahro S.Psi, M.Si

Penguji I Penguji II

Ni’matuzzahro S.Psi, M.Si Hudaniah S.Psi, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Dayakisni, M.Si Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

Malang, 25 Januari 2016 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iv

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Cita Qurrotul Masthiyah

NIM : 201210230311365

Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi

PerguruanTinggi : UniversitasMuhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

Konsistensi Puasa Senin dan Kamis terhadap Perilaku Seksual Remaja

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

Malang, 25 Januari 2016 Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,


(5)

v

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat penyelesaikan skripsi dengan judul “Konsistensi Puasa Senin dan Kamis terhadap Perilaku Seksual Remaja”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiya Malang dan Selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan dengan penuh kesabaran, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Zainul Anwar S.Psi.,M.Si selaku pembimbing II yang selama ini banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Siti Maimunah, S.Psi, M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi dukungan hingga selesainya skripsi ini.

4. Subjek penelitian yang bersedia meluangkan waktunya sehingga sangat membantu penelitian ini.

5. Teruntuk Ibu dan Ayah tercinta, rasanya tak cukup membalas semua cinta kalian, serta terimakasih atas doa, bimbingan dan kesabaran dalam mendidik dan memotivasi penululis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Untuk adekku Vila Dwi Citra Rahmi. Terimakasih atas kasih sayang, canda, dan semangat yang diberikan untuk penulis saat menyelesaikan skripsi ini. Sehingga termotivasi untuk menjadi kakak yang dibanggakan untuk keluarga.

7. Untuk sahabatku yang dengan sabarnya selalu memberikan semangat dan nasihat. Novia, Eva, Nino dan Agnes. Terimakasih untuk semua motivasi dan cerita indah persahabatan ini.

8. Untuk teman-teman Psikologi angkatan 2012, khususnya kelas G 2012 yang selama ini menjadi teman, sahabat, sekaligus keluarga dikampus putih ini.


(6)

vi

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan demi perbaikan karya skripsi ini. Harapan terbesar penulis dapat memberikan manfaat bagi meneliti khususnya, dan pembaca pada umumnya. Semoga sekripsi ini dapat bermanfaat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amiin.

Malang, 23 Januari 2016 Penulis


(7)

vii

HALAMAN JUDUL... II LEMBAR PENGESAHAN... III SURAT PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR...V DAFTAR ISI...VII DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN ... IX

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN... 2

TINJAUAN TEORI ... 5

METODE PENELITIAN... 10

A. Rancangan Penelitian ... 10

B. Subyek Penelitian... 10

C. Variabel dan Instrumen Penelitian ... 11

D. Prosedur Penelitian... 11

HASIL PENELITIAN... 11

DISKUSI ... 14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 15


(8)

viii

TABEL 1

Deskripsi Subjek Penelitian ...12 GAMBAR 1

Hasil Grafik Perilaku seksual...12 GAMBAR 2

Hasil Grafik Konsistensi Puasa Senin Kamis ...12 TABEL 3

Perhitungan Skala Konsistensi Puasa Senin Kamis dan Perilaku Seksual...13 TABEL 4


(9)

ix

LAMPIRAN 1

Blue Print Konsistensi Puasa Senin dan Kamis dan Perilaku Seksual...19 LAMPIRAN 2

Skala Konsistensi Puasa Senin dan Kamis dan Perilaku Seksual ...20 LAMPIRAN 3

Uji Regresi Linier Sederhana ...24 LAMPIRAN 4


(10)

1

Cita Qurrotul Masthiyah

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Cita.rahmi@yahoo.com

Perilaku seksual dikalangan remaja sudah sangat mengkhawatirkan. Dimana perkembangan hormon mulai meningkat dimasa remaja, berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hubungan seksual salah satunya berasal dari informasi yang menyebabkan arousal

sehingga dapat memicu hubungan seks diluar nikah, akibatnya banyak yang terkena penyakit penularan seksual HIV, Siphilis dan AIDS. Salah satu faktor yang dapat mengatasi perilaku seksual yang sudah marak pada remaja saat ini dapat diatasi dengan cara konsisten dalam melaksanakan puasa senin dan kamis. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 136 orang, mahasiswa yang berusia 18-21 tahun yang sedang berpacaran. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pengambilan subjek ini menggunakan purposive sampling dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasilnya penelitian menunjukkan nilai korelasi R=0,416 menunjukkan korelasi positif jadi semakin konsisten dalam menjalankan puasa senin kamis maka semakin tinggi perilaku seksual remaja dan nilai p= 0,000 dan nilai signifikansi 0,000<0,005 yang bermakna adanya pengaruh signifikan konsistensi puasa senin kamis terhadap perilaku seksual.

Kata kunci: Konsistensi puasa senin kamis, perilaku seksual

Sexual behavior among adolescent is very worrying. Where growth hormone started to increase in adolescents, the various factors that can influence the occurrence of sexual relations one of which is derived from information that causes arousal that can trigger sex outside of marriage, consequently the number of diseased sexual transmission of HIV, syphilis and AIDS. One factor that can cope with the sexual behavior of adolescents who are already rife in today’s youth this can be overcome by implementing consistent in fasting on Mondays and Thursdays. This study was conducted to determine the effect of fasting on Mondays and Thursdays consistency against teen sexual behavior. Subjects in this study amounted to 136 people, students aged 18-21 years who are dating. Research design used in this study is quantitative research making this subject using purposive sampling by using simple linear regression test. The results show the value of correlation R= 0.416 showed a positive correlation became more consistent in fasting on Mondays and Thursdays, the higher the sexual behavior of teenagers and p = 0.000 and 0.000 significance value <0.005 meaningful significant effect of fasting on Mondays and Thursdays consistency on sexual behavior.


(11)

Remaja merupakan masa transisi, masa terjadinya perubahan fisik, emosional dan sosial. Rentan waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun (remaja awal), 15-18 tahun (remaja pertengahan), 18-21 tahun (remaja akhir) (Desmita, 2013). Masa puber dikenal sebagai saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan perilaku. Menurut Archibald dkk (Santrock, 2007) perkembangan fisik dan hormonpun meningkat di masa remaja, faktor-faktor hormon yang sebagian dapat meningkatkan emosi negatif dan emosi yang berubah-ubah, yang merupakan karakteristik remaja. Emosi negatif apabila tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai macam perilaku yang tidak diinginkan seperti agresifitas dan keinginan yang besar tehadap perilaku seksualitas.

Masa remaja adalah masa dimana masa yang penuh gairah untuk memenuhi motif seksual di masa ini, bahkan tidak jarang sampai menimbulkan kegelisahan dan ketidak tenangan akibat adanya konflik batin untuk memenuhi motif tersebut (Najati, 2008). Sehingga hal ini mencakup kemampuan belajar untuk mengelola perasaan seksual (seperti ketertarikan seksual terhadap lawan jenisnya), mengembangkan bentuk intimasi yang baru, serta mempelajari untuk mengelola tingkah laku seksual agar terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan (Santrock, 2012).

Sering dengan perkembangan zaman, perubahan terjadi pada hampir di segala kehidupan. adanya berbagai macam perubahan dan penyimpangan pada norma adat, agama maupun hukum yang dilanggar, termasuk dalam masalah seks pada remaja saat ini. Hubungan seks tanpa didasari pernikahan yang sah sudah menjadi berita yang biasa saja, menyebabkan semakin maraknya remaja yang tidak menghiraukan dampak kedepannya. Dari hal ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis seperti kegelisahan akibat kehamilan yang diluar nikah, tidak adanya kedamaian hidup, stress, depresi dan lain sebagainya karena tidak ada status yang jelas dan nafkah lahir batin bagi remaja yang melakukan hubungan seks pranikah. Dalam hal ini menyebabkan resiko terkait permasalahan kesehatan serta resiko tertinggi aktifitas seksual yang tidak aman, termasuk infeksi yang menyerang sistem imun, dan lainnya yang terkait penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan (Kotchick, Beth. A., Shaffer, Anne & Forehand, Rex., 2001).

Dalam sebuah penelitian remaja Amerika yang hamil, melahirkan, aborsi, dan penyakit penularan seksual lebih tinggi dari pada negara berkembang lainnya. Faktor terkait kesuburan remaja, perilaku seksual seperti status sosial ekonomi, pendidikan orang tua, komunikasi dan pengaruh teman sebaya, harga diri, akses pendidikan, kesuksesan disekolah dan banyak lainnya. Dari hasil penelitian lainnya diketahui remaja SMA laki-laki, 73 persen dari kulit hitam, 58 persen hispanik dan 44 persen dari kulit putih telah melakukan hubungan seksual. Sedangkan diantara remaja SMA perempuan, 61 persen dari kulit hitam, 46 persen hispanik, dan 43 persen dari kulit putih melaporkan bahwa telah melakukan hubungan dan telah mengalami kenaikan di tahun 2007 (Schwarz, 2010). Sedangkan di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan angka kehamilan remaja meningkat setiap tahunnya, dan pihak Pengadilan Agama melansir, ratusan permintaan izin nikah dibawah umur hampir semuanya dalam kondisi sudah hamil. Berawal dari status pacaran kemudian mereka melakukan pendekatan kepada pasangannya dari sering menelfon, lalu melakukan pertemuan bersama biasanya di tempat kos, wisata, alun-alun ataupun cafe seperti bergandengan tangan, berciuman dan merangkul bahu ataupun pinggang/pinggul lawan jenisnya.

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010 menunjukkan, 51% remaja di Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi atau Jabotabek telah berhubungan seks pranikah ungkap kepala BKKBN Sugiri Syarief. Seks pranikah juga dilakukan remaja di


(12)

sejumlah wilayah lain di Indonesia. Di surabaya, misalnya, tercatat 54%. Sementara di Bandung 47% serta 52% di Medan. “Hasil penelitian di Yogyakarta dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37% mengalami kehamilan sebelum menikah,” ucap Sugiri (ANT, 2010)

Hasil penelitian Taufik (dalam Darmasih, 2009) mengenai perilaku seksual remaja SMU di Surakarta dengan sempel berjumlah 1.250 orang, berasal dari 10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki-laki dan 639 perempuan menyatakan bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir 10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau mastrubasi 4,23%, dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09%.

Perilaku seksual remaja mengakibatkat dampat negatif bagi kesehatan akibat seks dini cukup banyak. Seks dini dapat menyebabkan trauma seksual, meningkatkan kanker mulut rahim, infeksi menular seksual dan kehamilan remaja. Sejumlah cedera mungkin terjadi ketika organ seks tidak siap untuk melakukan seks karena belum mencapai kematangan. Beberapa jenis cedera ini berakibat jangka panjang, kanker mulut rahim diperkirakan berhubungan dengan seks pada usia dini dan dengan pasangan ganda (Hasan, 2008). Belum lagi resiko infeksi menular seksual seperti HIV, AIDS dan kehamilan dini yang dapat dihadapi. Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa selama tahun 2003 – 2007 remaja Amerika mengalami kenaikan resiko terkena penyakit clamydia diakibatkan melakukan hubungan seksual, pada remaja perempuan berkulit putih 14,5%, hispanic 5,3%, dan kulit hitam 14,5%. Sedangkan remaja laki-laki berkulit putih 5,4%, hispanic 0,5% dan berkulit hitam 7,9% (Schwarz, 2010).

Melakukan seksualitas adalah hal yang normal tetapi di katakan suatu normal dalam pandangan islam apabila dilakukan setelah pernikahan atau suatu ijab dan qobul. Dengan hal ini mereka dapat melakukan seksualitas yang halal antara suami dan istri bukan hanya untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan birahi. Di dalam sebuah pernikahan adanya pondasi untuk membangun hidup sehat secara psikis dan jasmani seperti membangun cinta kasih, komitmen, kedamaian, yang menyebabkan manusia menjadi aman dan tentram.Allah Ta’ala berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram bersamanya, dan dijadika-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS 30:31). Kesulitan yang paling banyak dihadapi oleh para pemuda yaitu ba’ah yang menjadi syarat dalam pernikahan, ba’ah yaitu mampu menafkahi lahir dan batin. Sedangkan menurut Ramadhan (2014) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, kembali diajukan oleh Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) ke Mahkamah Konstitusi. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan usia minimum perkawinan perempuan dari 16 tahun menjadi 18 tahun. Karena Undang-Undang yang sekarang ini dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam UU Perlindungan Anak, batas usia dewasa dinyatakan 18 tahun, sementara dalam Pasal 7 Ayat 1 UU Perkawinan, usia minimum perkawinan untuk perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun. “Dengan demikian, negara sama saja memperbolehkan anak menikah,” ungkap Ketua Dewan. Dari sisi psikologis, seorang remaja belum siap melahirkan dan mengasuh anak. Akibatnya, anak tidak mendapat perhatian sesuai kebutuhan. Selain itu, remaja yang menikah dengan orang dewasa juga rentan dieksploitasi. Sehingga apabila remaja belum sanggup untuk melakukan sebuah pernikahan hendaklah mengalihkan ke arah yang dapat mengurangi hasrat seksual ke arah yang lebih positif dan memperbanyak kegiatan seperti mengikuti ekstrakulikuler, belajar kelompok, beribadah seperti banyak berdzikir, sholat sunnah dan berpuasa.


(13)

Rasulullah SAW bersabda: Telah menganjurkan kepada kita terutama kepada para pemuda segera menikah bila ada kesanggupan dan bila belum hendaklah berpuasa (HR. Jama’ah dari Ibnu Mas’ud) (dalam Harahab, 2001). Puasa di bagi menjadi 2 yaitu puasa wajib yang sering dilakukan di bulan ramadhan dan yang kedua adalah puasa sunnah yang dilakukan di luar bulan ramadhan kecuali pada bulan haram maupun bulan yang dimakruhkan untuk berpuasa. Puasapun banyak sekali macamnya tetapi disini peneliti ingin meneliti tentang puasa senin kamis, karena puasa senin dan kamis ini dilakukan 1 minggu dua kali, berbeda dengan puasa-puasa yang sunnah yang dilakukan pada bulan tertentu saja, dengan melakukan puasa senin kamis ini remaja dapat mengontrol segala hawa nafsunya dalam seminggu, dapat menjadikan badan lebih sehat dan fit. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairahr.a., Rasulullah Saw. Bersabda, Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka diampunilah setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, selain seseorang yang antara dirinya dan saudarannya terdapat permusuhan. Untuk mereka dikatakan, “Lihatlahdua orang ini hingga mereka berbaikan (Qordhowi, 2009).” Dalam hal ini berpuasa dapat meninggalkan dan menahan diri dari nafsu negatif terutama perilaku seksual yang dilakukan tanpa adanya pernikahan yang halal (Qordhowi, 2009). Tujuan seorang mukmin berpuasa adalah untuk belajar dalam mengendalikan diri dari kegemaran dalam kesenangan di setiap harinya, melatih kedisiplinan, dan untuk meningkatkan kesadaran terhadap Tuhan. Dengan berpuasa seorang muslim melatih sikap empati terhadap orang miskin dan kelaparan, serta memperbaiki pribadi muslim yang lebih baik lagi. Puasa adalah proses kekuatan therapiutik yang bisa membantu seseorang meringankan kondisi kesehatan jasmani maupun rohani (S. Ahmad dkk, 2012). Melalui ibadah puasa Allah mendidik manusia untuk menjadi lebih baik lagi, disini orang yang berpuasa tidak hanya menahan haus dan lapar saja tetapi juga nafsu seksualnya. Dengan berpuasa remaja mampu mengontrol prilaku seksualnya seperti berpegangan tangan, mencium, bercumbu sampai tahap berhubungan seksual.

Dengan begitu manusia dapat memahami dan dapat mengontrol perilaku seksual yang sangat berbahaya di era sekarang ini, dengan adanya kontrol diri dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti hamil diluar nikah, aborsi dan terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya seperti HIV, AIDS dansiphilis.

Menurut Najati (2008) puasa akan menyebabkan kadar gizi yang dikonsumsi seseorang menjadi berkurang. Hal ini secara otomatis akan menyebabkan nafsu seksual melemah. Serta puasa dapat menjadi jembatan untuk memperbaiki diri dari hal-hal perbuatan yang dapat merugikan dirinya.

Menurut MD, Akuchekian., MS. Ebrahimi A. & MD, Alvandian, A (2004) dalam penelitiannya berjudulefek bulan ramadhan terhadap strategi kopingyang diujikan kepada 100 mahasiswa kesehatan yang menytakan bahwa penggunaan strategi koping sangat efektif, secara signifikan menurun setelah bulan ramadhan tanpa perubahan dalam penggunaan strategi lain. Dengan menggunakan anggan-angan dan strategi meditasi diri secara statistik lebih rendah setelah ramadhan dibandingkan dengan sebelum bulan ramadan yang menyatakan nilai sebelumnya. Pengaruh puasa sangat besar sekali, remaja yang berpuasa memiliki kesehatan mental yang baik, hati dan pikiran menjadi seimbang sehingga dapat mengontrol perilaku remaja yang dapat menjurumuskannya kepada perilaku yang tidak baik seperti narkoba, kekerasan, serta perilaku seksual. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amirfakhraei & Alinaghizadeh (2012) yang berjudul pengaruh berdoa dan berpuasa terhadap kesehatan mental mahasiswa yang menghadiri Cabang Bandar Abbas di Universitas Islam Azad Iran, subjek berjumlah 85 perempuan dan 155 laki-laki yang belum lulus, menunjukkan bahwa


(14)

sebagian besar yang melakukan puasa di bulan ramadhan, ataupun mereka yang melakukannya hanya untuk kesenangan saja, skor menunjukkan favorebel pada skala kesehatan mental. Sementara itu, sebagian besar berkurang bagi mereka yang tidak melakukan puasa ramadhan, akibat alasan medis maupun agama. Dan juga, seseorang yang selalu atau terkadang berdoa menunjukkan skor subscale yang tinggi pada kesehatan mental mereka.

Adapun menurut Verona (2011) tentang pengaruh penjelasan agama terhadap perilaku seksual remaja di Brazil. Menganggap bahwa pentingnya penerapan agama di Brazil yang dipengaruhi oleh fenomena demografi dan bentang darat. Topik ini berhak mendapatkan perhatian demokgrafi Brazil karena agama adalah agen sosialisasi yang utama pada remaja, dan aktivitas seksual adalah perilaku keseharian manusia sehingga sangat penting dalam penerapan agama didalamnya. Disini agama adalah agen utama dalam membentuk perilaku manusia menjadi lebih baik yang dapat mengontrol perilaku seksual yang sering dilakukan bagi kaum remaja Amerika ataupun negara maju lainnya yang berujung pada kekerasan seksual. Seperti dalam penelitian sebelumnya bahwa perempuan mendapatkan perlakuan yang kasar oleh patnernya dikarenakan tidak memakai kondom dan berujung pada kekerasan seperti pelecehan verbal, kekerasan emosi, ataupun kekerasan fisik. Dan pada saat membahas tentang kondom, mereka takut meminta patnernya menggunkan kondom sehingga merekapun berfikiran akan terkena virus HIV dan merasa terisolasi tetapi dari hal tersebut mereka tidak mendapat perlakuan yang kasar (Wingood & Diclemente, 1997).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh konsistensi puasa senin kamis terhadap perilaku seksual remaja? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsistensi puasa senin kamis terhadap perilaku seksual remaja. Manfaat penelitian ini, yaitu dapat memberikan kontribusi terhadap informasi baru kepada para pembaca maupun peneliti sehingga dapat memperluas wawasan khususnya pada bidang Psikologi dan bagi para remaja agar dapat mengetahui aspek-aspek apa saja yang menyebabkan terjadinya perilaku seksual dan diharapkan mampu mengurangi dan menghambat perilaku seksual remaja yang berlebihan. Remaja

Remaja, dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescereyang artinya “ tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya Monks dkk (Ali, M & Asrori, M, 2014). Para ahli membagi masa remaja awal (early adolescent, puberty) dan remaja akhir (late adolescent) yang mempunyai rentang waktu antara 11-13 sampai 14-15 tahun dan 14-16 sampai 18-20 tahun (Nurihsan A.J & Agustin, M, 2013).

Masa remaja, menurut Mappiare (Ali, M & Asrori, M, 2014), berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Sedangkan menurut Papalia, D. E (2014) masa remaja perkembangan transisi yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan berbagai bentuk dilatar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.


(15)

Perkembangan Fisik dan Psikomotor Remaja Awal

Pada perkembangan fisik dan psikomotor diremaja awal seperti laju perkembangan secara umum berlangsung sangat pesat, proporse ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang (termasuk otot dan tulang- belulang), munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita & mompi basah yang pertama kali pada pria), gerak-gerik tampak canggung dan kurang koordinasikan, aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobakan.

Perkembangan Fisik dan Psikomotor Remaja Akhir

Pada perkembangan fisik dan psikomotor diremaja akhir seperti laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat, proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa, siap berfungsi organ-organ reproduktif seperti pada orang-orang yang sudah dewasa, gerak-geriknya mulai mantap, jenis dan jmlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.

Perkembanga Sosial Remaja Awal

Pada perkembangan sosial diremaja awal yaitu diawali dengan kecenderungan ambivalensi, keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi, adanya ambivalensi antara keinginan bebas dan dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuannya.

Perkembangan Sosial Remaja Akhir

Pada perkembangan sosial diremaja akhir yaitu bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat), ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat, dan sebagainnya, sudah dapat memisahkan antara sistem nilai-nilai atau kaidah-kaidah normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.

Perilaku Seksual Pada Remaja

Menurut Bachtiar (Zainab, 2011) perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku, seperti bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu dan bersenggama

Sarwono (2013) perilaku seksual sebagai segala macam bentuk kegiatan yang dapat menyalurkan dorongan seksual seseorang, bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2002).

Menurut Simanjuntak (dalam Sari, 2013) bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah meliputi sebagai berikut : (1) Belum melakukan sesuatu, perilaku sebatas berpegangan tangan, berpergian bersama dan berpelukan, (2) Berciuman, sebagai tindakan saling menempelkan


(16)

bibir ke pipi/bibir ke bibir, (3) Bercumbu, tindakan saling meraba daerah sensitiv lawan jenis, (4) Bersenggama, tindakan bercumbu hingga melakukan hubungan intim.

Jadi perilaku seksual segala bentuk perilaku yang menimbulkan hasrat seks kesenangan pada organ seksual yang dilakukankepada lawan jenis maupun sesama jenis, seperti bergandengan tangan, berpelukan, bepergian bersama, berciuman, bercumbu dan bersenggama.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Menurut Sarwono (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksualitas pada remaja sebagai berikut, yaitu :

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

2. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menerapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan, larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan manstrubasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.

4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan ransangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (video cassete, fotokopi satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuannya.

5. Orang tua sendiri, baik karena ketidak tahuannnya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, masalah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini. 6. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang semakin

bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembang peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita semakin sejajar

Puasa

Puasa adalah ibadah yang berguna untuk mensucikan jiwa/rohaniah dengan jalan jasmaniah (Harahap, 2001). Sedangkan puasa menurut syara’ yang dituangkan dalam Al-Quran dan Hadist adalah menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang boleh, meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT (Qordhowi, 2009). adalah ibadah yang bertujuan untuk menyucikan jiwa, menghidupkan hati nurani, menghidupkan iman, dan mempersiapkan seseorang menjadi manusia yang bertakwa (Qordhowi, 2009). Jadi puasa adalah segala perbuatan yang dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah Swt dengan menahan diri dari perbuatan maksiat terhadap hawa nafsunya.


(17)

Macam-macam Puasa

Puasa dibagi menjadi 2 macam yaitu puasa wajib dan puasa sunnah, adapun puasa wajib (fardhu), yaitu ibadah yang harus dikerjakan oleh setiap mukalaf. Tidak boleh merasa enggan ataupun meninggalkannya karena hukumnya dosa bagi yang meninggalkannya, puasa wajib ini adalah puasa Ramadhan (Qordhowi, 2009).

Allah Swt. Berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah”(At-Taubah: 71) Adapun puasa sunnah adalah segala bentuk puasa yang dilakukan selain pada bulan yang diwajibkan, bulan haram maupun bulan yang dimakruhkan dalam berpuasa seperti puasa

Syawal, puasa senin kamis, puasaArafah(tanggal 9 bulandzulhijjah), puasaA’syura(tanggal 10 muharram), puasa 3 hari setiap bulanQomariyah(tanggal 13,14 dan 15), puasa Nabi Daud, puasa pada bulanSya’ban.

Konsistensi Puasa Senin dan Kamis

Menurut Ahmad (2007) puasa sunnah senin dan kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin dan kamis, waktunya pada tiap-tiap hari senin dan kamis.

Menurut Basyir (Zulkarnaen, 2014) tujuan puasa lebih kompleks yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek kejiwaan

Alquran menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah untuk menjadikan seseorang bertakwa. Takwa berarti menjaga diri dari yang dilarang seperti minum-minuman keras, makanan haram, zina dan lain-lain

b. Aspek kemasyarakatan

Orang yang merasa lapar pada waktu menjalankan puasa akan terketuk hati dan ingatannya kepada orang fakir miskin maksudnya adalah rasa empatinya ada untuk saling membantu satu sama lain.

c. Aspek jasmani

Bahwa puasa tidak hanya baik untuk kesehatan mental seperti melatih kita agar sabar dari menahan hawa nafsu, makan dan minum tetapi puasa sangat baik untuk kesehatan badan seperti sabda dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Abi Syikh Addalami dan Arrafi dari Abi Darda Rodhiallahu an huma.

“Allah SWT. Telah mewahyukan kepada Nabi Isa dalam kitab Injil, katakanlah kepada orang-orang Bani Israil bahwa siapa yang berpuasa karena mengharap ridho-Ku Aku akan karuniakan kesehatan badan dan memperbanyak pahala baginya (Harahap, 2001: 250).

Menurut Ubaedy & Ratriso (2005) istiqomah/konsisten adalah aktif/dinamis melakukan sesuatu secara terus menerus secara konsisten yang terus ditingkatkan. Seperti Firman Allah Swa : “sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami dialah Allah Swa, kemudian mereka tetap istiqomah/konsisten maka tidak ada kekhawatiran bagi mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-Ahqof 13-14).


(18)

Sedangkan menurut Abdullah Asy-Syua’ail (2009) istiqomah berarti mereka yang menjalankan ketaatan kepada-Nya dan konsisten dengan sunnah Nabi-Nya.

Adapun aspek konsisten puasa senin dan kamis menurut Zulkarnain (2014) : 1. Konsisten artinya menjalankan puasa senin kamis secara terus menerus (selama1tahun), 2. Menjalankan puasa senin kamis karena Allah ta’ala.

Keistimewaan Puasa Senin dan Kamis

Keistimewaan puasa senin kamis yang didapat dari puasa lainnya seperti dijamin masuk surga, terhindar dari siksa api neraka, menjadi syafa’at atau penolong pada hari kiamat, menjaga sikap istiqomah, mengendalikan nafsu seksual, membentengi dari sifat maksiat, mempercepat terkabulnya doa, menghapus dosa dari kesalahan masa lalu (El-Hamdi, 2010). Hikmah Puasa

Menurut Qordhowi (2009) hikmah puasa antara lain sebagai berikut :

1. Tazkiyah an-nafs (pembersih jiwa), dengan mematuhi perintahnya serta menjauhi larangannya, dengan menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan dari hal-hal yang telah lekat sebagai kebiasaan.

2. Puasa sebagai kesehatan badan

3. Puasa sebagai tarbiah bagi iradah (kemauan)

Bahwa puasa jihad bagi jiwa untuk memerangi hawa nafsu, serta kesabaran terhadap ketaatan ataupun kesabaran menghadapi maksiat.

4. Puasa sebagai penahan nafsu seksual

Sejumlah aliran psikologi menganggap bahwa nafsu seksual ini sebagai penggerak utama perilaku manusia. puasa berpengaruh berpengaruh mematahkan gelora syahwat ini.

5. Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah Swt.

Dengan berpuasa seseorang dapat merasakan nikmat kenyang dan nikmat pemenuhan dahaga.

6. Puasa sebagai hikmah sosial

Disini puasa melatih untuk dapat berempati terhadap derita orang-orang fakir.

7. Puasa sebagai gabungan, maksudanya bahwa puasa dapat mempersiapkan kepada derajat takwa dan naik kedudukan orang-orang yang bertakwa.

Pengaruh Konsistensi Puasa Senin dan Kamis terhadap Perilaku Seksual Remaja Pengaruhkonsistensi puasa senin kamis terhadap perilaku seksual remaja terletak pada kontrol diri remaja untuk mengendalikan dirinya dari dorongan-dorongan hati (nafsu) yang dapat menyebabkan perilaku seksual yang diluar batas agama Islam. Seperti yang dituangkan dalam Al-Qur’an dan Assunnah (dalam Qordhowi, 2009) bahwa puasa berarti meninggalkan dan kontrol diri. Kontrol diri (self control) adalah membimbing tingkah laku individu secara mandiri untuk menjadi lebih baik atau kearah yang positif. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik akan berdampak kepada jiwa dan perilaku yang sehat. Dan apabila seseorang tidak memiliki kontrol diri maka akan terjadi reaksi patologik (kelainan) sehingga membuat pikiran dan perasaan tertekan.

Menurut Sarwono (2013) bahwa yang menyebabkan perilaku seksual remaja melihat informasi yang menyebabkan Arousal (ransangan) seksual yang berasal dari media apapun


(19)

seperti: fotokopi satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain). Allah berfirman: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, seseungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (Qs. An-nuur: 30-31) Ayat diatas menegaskan bahwa dari pandangan mata dapat menyebabkan perilaku seksual.

Menurut El hamdi (2010) puasa senin kamis sangat membantu untuk mengendalikan dorongan seksual yang ada dalam tubuh. Karena dengan berpuasa dua hari setiap pekan, kita lebih mengendalikan hawa nafsu. Terutama hawa nafsu untuk menyalurkan hubungan seksual yang tidak halal.

Melalui ibadah puasa Allah mendidik manusia untuk menjadi lebih baik lagi, disini orang yang berpuasa tidak hanya menahan haus dan lapar saja tetapi juga nafsu seksualnya dengan berpuasa remaja mampu mengontrol prilaku seksualnya seperti berpegangan tangan, mencium, bercumbu sampai tahap berhubungan seksual. Nabi Saw bersabda : Telah menganjurkan kepada kita terutama kepada para pemuda segera menikah bila ada kesanggupan dan bila belum hendaklah berpuasa (HR. Jama’ah dari Ibnu Mas’ud) (Harahab, 2001).

Hipotesis

Adanya pengaruh konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual remaja. Semakin tinggi konsistensi remaja melakukan puasa senin dan kami, maka semakin rendah perilaku seksualnya.

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini menggunakan penelitian

eksplanatif prediktif karena ingin menguji fenomena konsisten berpuasa senin dan kamis ini dapat berakibat mengontrol perilaku seksualnya

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Muhammadiya Malang. Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, berumur 18-21 tahun belum menikah, berpacaran. Adapun jumlah subjek yang dijadikan peneliti berjumlah 136 subyek (Fraenkel, J. & Wallen, N, 1993). Alasan dipilih populasi tersebut karena diusia tersebut mulai berkembangnya dorongan seksual yang tinggi akibat hormon sehingga dapat memicu hubungan seks diluar nikah. Pengambilan subjek ini menggunakan teknik purposive Sampling yaitu teknik penentuan sample berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa saja yang pantas untuk dijadikan sample.


(20)

Variabel dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas yaitu konsistensi puasa senin dan kamis, dan variabel terikat yakni perilaku seksual.

Konsistensi puasa senin kamis adalah kebiasaan menjalankan puasa senin dan kamis secara rutin, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun hanya untuk Allah semata. Adapun aspek keistiqomahan/konsistensi puasa senin dan kamis yaitu : 1. Konsistensi artinya menjalankan puasa senin dan kamis secara terus menerus (selama 1 tahun), 2. Menjalankan puasa senin dan kamis karena Allah ta’ala. Sedangkan perilaku seksual adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atas dasar dorongan seksual yang dapat meningkatnya hasrat seksual seperti bergandengan tangan, berpelukan, bepergian bersama, berciuman, bercumbu dan bersenggama.

Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan skala. Dalam penelitian ini skala yang digunakan yaitu menggunakan skala Likert. Variabel konsistensi puasa senin kamis berdasarkan aspek keistiqomahan yang dikembangkan oleh zulkarnaen, 2014 kemudian diadaptasi oleh peneliti. Adapun aspek keistiqomahan/konsistensi yaitu : 1. Konsistensi artinya menjalankan puasa senin kamis secara terus menerus (selama 1 tahun), 2. Menjalankan puasa senin dan kamis karena Allah ta’ala. Reliabel Conbach Alpha dari alat ukur skala konsistensi puasa senin dan kamis diketahui 0,722 dan indeks validitas 0,323-0,509. Sedangkan untuk aspek perilaku seksual pranikah menggunakan adaptasi dari Sari (2013) dengan pernyataan sejumlah 54 Item yang terdiri dari 4 aspek disusun berdasarkan teori Simanjuntak (1984, dalam sari 2013) yaitu bergandengan tangan, berpelukan, bepergian bersama, berciuman, bercumbu dan bersenggama. Reliabel Conbach Alpha dari alat ukur skala Perilaku Seksual Remaja diketahui 0,9682 sedangkan indeks validitas 0,3190-0,8015. Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Skala konsistensi puasa senin dan kamis remaja, dan menentukan subjek yang akan dituju, meminta izin kepada setiap subjek dalam membantu pengisian skala ini, lalu mengatur jadawal pertemuan pada para remaja kemudian pembagian skala kepada para remaja. Adapun jumlah item skala konsistensi puasa senin dan kamis berjumlah 24 item, sedangkan jumlah item pada perilaku seksual berjumlah 40 item. Kemudian Pemberian penelian dari hasil skala yang telah diisi oleh para remaja dengan menggunaka program SPSS statistik yakni regresi linier sederhana (hanya menggunakan 2 variabel x dan y) dengan menggunakan Analisis regresi kemudian menjumlahkan skor yang dipilih subjek pada 64 item dari 2 skala yaitu konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual remaja, selanjutnya dibuat grafik pada 2 skala tersebut dimana fungsinya untuk melihat adanya pengaruh atau tidaknya remaja yang konsisten dalam menjalankan puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual.

HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh hasil yang akan di jelaskan dengan tabel-tabel berikut. Tabel yang pertama pada hasil penelitian ini merupakan karakteristik subjek yang diteliti yaitu Mahasiswa Universitas Muhammadiya Malang, remaja akhir dan berpacaran, maka diperoleh gambaran jenis kelamin dan usia sebagai berikut


(21)

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Jumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 53 39 %

Perempuan 83 61 %

Total 136 100 %

Usia

18 27 19, 9%

19 25 18, 4%

20 43 31, 6%

21 41 30, 1%

Total 136 100 %

Dari tabel 1. diketahui bahwa subjek pada penelitian ini berjumlah 136, terdiri dari 53 laki-laki dan 83 perempuan. Hal ini berarti bahwa jumlah subjek laki-laki-laki-laki dan perempuan tidak sama yaitu 39%:61%. Sedangkan untuk usia remaja akhir dimulai dari usia 18, 19, 20 dan 21 tahun. Yang usia 18 tahun terdiri dari 27 subjek, 19 tahun tediri dari 25 subjek, 20 tahun terdiri dari 43 subjek dan 21 tahun terdiri dari 41 subjek. Sehingga diperoleh presentase usia yang tidak sama 19,9 % untuk usia 18 tahun, 18,4% untuk usia 19 tahun, 31, 6% untuk usia 20 tahun dan 30,1% untuk usia 21 tahun.

Gambar 1. Hasil Grafik Perilaku Seksual Remaja

Dari hasil gambar pada perilaku seksual menunjukkan bahwa wanita memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Perempuan menunjukkan skor rata-rata (164,3) sedangkan untuk laki-laki skor rata-rata (143,8).

Gambar 2. Hasil Grafik Konsistensi Puasa Senin dan Kamis Remaja 130 140 150 160 170 PEREMPUAN LAKI-LAKI 164,3 143,8 70 70.571 71.572 laki-laki perempuan 70,8 71,6 Series1


(22)

Sedangkan dari hasil gambar konsistensi puasa senin dan kamis menunjukkan bahwa wanita memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Perempuan menunjukkan skor rata-rata (71,6) sedangkan untuk laki-laki skor rata-rata (70,8).

Sehingga dari tabel diatas menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin terhadap konsistensi puasa senin kamis, adanya hasil yang tidak konsisten. Perempuan lebih konsisten dalam menjalankan puasa senin kamis dari pada laki-laki dan perempuan juga lebih aktif secara seksual pula.

Tabel 3. Perhitungan Skala Konsistensi Puasa Senin Kamis dan Perilaku Seksual Kategori Konsisten

Puasa Senin Dan Kamis Interval Score F Presentase

Rendah 30-44,6 44 32,4%

Sedang 44,7-59,2 72 52,9 %

Tinggi 59,3-74 20 14,7%

Total 136 100 %

Kategori Perilaku

Seksual Interval Score F Presentase

Rendah 22-37,3 17 12,5%

Sedang 37,4-52,6 58 42,6 %

Tingggi 52,7-68 61 44, 9%

Total 136 100 %

Hasil data penelitian yang diperoleh, peneliti menentukan skor tertinggi, sedang dan rendah terlebih dahulu setelah diketahui kemudian menentukan kategori puasa senin dan kamis dan perilaku seksual lalu menentukan frekuensi kedua variabel diatas. Sehingga diketahui konsistensi puasa senin dan kamis dari 136 subjek (32,4%) memiliki tingkat konsistensi puasa senin dan kamis rendah, (52,9%) memiliki tingkat puasa senin dan kamis sedang, dan (14,7%) memiliki tingkat konsistensi puasa yang tinggi. Sedangkan untuk perilaku seksual dari 136 subjek (12,5%) memiliki tingkat perilaku seksual rendah, (42,6%) memiliki tingkat perilaku seksual sedang, dan (44,9%) memiliki tingkat perilaku seksual tinggi.

Tabel 4. Hasil Regresi Linier Sederhana

R Rsquere Unstandardized

Coefficients B Sig

Konsistensi Puasa Senin

Kamis 0,416a ,173

60, 527

0,000 Perilaku

Seksual 1,342

Nilai signifikansi pada tabel 4 menunjukkan nilai p= 0,000 dan nilai signifikansi 0,000<0,005 yang bermakna adanya pengaruh signifikan antara konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual. Karena nilai korelasi R=0,416 menunjukkan korelasi positif jadi semakin konsisten dalam menjalankan puasa senin dan kamis maka semakin tinggi perilaku seksual remaja.


(23)

Adapun angka koefisien deskriminasi (r2) 17,3%. Hal tersebut menunjukkan sumbangan

efektif konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual. Sedangkan 82,7% berasal dari faktor lainnya.

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa p=0,000 dan nilai signifikansi 0,000<0,005 yang bermakna adanya pengaruh konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual, dan hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima. Tetapi, nilai korelasi R=0,416 menunjukkan korelasi positif jadi semakin konsisten dalam menjalankan puasa senin dan kamis maka semakin tinggi perilaku seksual remaja.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsistensi puasa senin dan kamis, perilaku seksual remaja pun tetap sama. Sebaliknya Dalam hal ini, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berusia 18-21 tahun yang belum menikah dan berstatus memiliki pacar belum mampu mengontrol perilaku seksualnya walaupun konsisten dalam menjalankan puasa senin kamis.

Hasil penelitian ini bisa dijelaskan dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Chtourou (2013) dalam penelitiannya yang berjudul keterlibatan agama dan regulasi diri: Penjelasan pengaruh orang-orang islam dan perilaku selama ramadhan. keuntungan yang terkait dengan puasa ramadhan dapat meningkatkan self control selama bulan ramadhan dan dapat meningkatkan regulasi diri seseorang. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian menurut Chtourou dalam penelitian ini walaupun seseorang konsisten dalam menjalankan puasa sunnah senin dan kamis belum mampu mengontrol dirinya sepenuhnya dari hal-hal yang tidak diinginkan yang ada dalam ajaran islam seperti perilaku seks seperti berciuman, bercumbu dan bersenggama. Dari sini perlunya adanya keihklasan, sehingga perlunya keterlibatan agama dalam menjelaskan makna puasa agar dapat mengontrol perilaku seksualnya para remaja saat ini.

Dari hasil penelitian sebelumnya menurut Ismail (2009) mengenai faktor jenis kelamin terhadap religiulitas, menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten. Adanya perbedaan religiulitas antara laki-laki dan perempuan dan sebagian peneliti tidak menunjukkan adanya perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan juga menimbulkan perbedaan dalam berperilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian ini bahwa terdapat kesesuaian yaitu menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin terhadap konsistensi puasa senin dan kamis, adanya hasil yang tidak konsisten. Perempuan lebih konsisten dalam menjalankan puasa senin dan kamis dari pada laki-laki tetapi perempuan juga lebih aktif secara seksual pula.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, salah satunya adalah faktor religiulitas, yaitu pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap konsep-konsep religiulitas termasuk konsep pacaran. Religiulitas memberikan kerangka moral sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya Desmita (dalam Khoirunnisa, 2013). Religiulitas dapat menstabilkan tingkah laku, karena didalam religiulitas terdapat berbagai macam cara seseorang dapat menghindarkan dirinya dari perilaku yang menyimpang terutama perilaku seksual, seseorang dengan religiulitas semata-mata hanya untuk menyembah Allah, yang mana berhubungan dengan Allah semakin kokoh sehingga dari situ dapat mengontrol perilakunya.


(24)

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun remaja konsisten dalam menjalankan puasa senin dan kamis mereka tetap melakukan perilaku seksualnya karena kurangnya keseimbangan dengan faktor religiulitas remaja saat ini, seperti dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh ayat 208 yang berbunyi: “wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan adalah musuh besar bagi kalian. Karena pemahaman agama dalam hal berpacaran belum secara kaffah serta pengaruh masyarakat sekitar yang dianggap hal biasa dalam pacaran sehingga mereka tetap melakukan perilaku seksual meskipun mereka berpuasa.

Hasil temuan peneliti konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual remaja tidak selaras dengan penelitian Anna (2011) dan Mu’arifah dan Martaniah (2004) . Dari hasil penelitian sebelumnya menurut Anna (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh rutinitas puasa Senin dan Kamis terhadap pengendalian diri santriwati Pondok Pesantren Al-Manar Bener, Tengaran, Semarang. Subjek penelitian yang masih duduk di bangku MTS dan MA. Mereka para siswa MTS dan MA berpuasa senin kamis karena anjuran dari orang tua dan guru serta dengan tujuan yang berbeda-beda ada yang untuk mencari ilmu, mencari ridho Allah, memenuhi hajat dan mengendalikan hawa nafsu. akibat dari berbagai macam tujuan yang dilakukan setiap orang. Sehingga kontribusi konsistensi terhadap perilaku seksual angka koefisien deskriminasi (r2) 17,3%. Hal tersebut menunjukkan

sumbangan efektif konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual. Sedangkan 82,7% berasal dari faktor lainnya.

Dalam penelitian Mu’arifah dan Martaniah (2004) hubungan keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresifitas menunjukkan adanya hubungan negatif antara keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresifitas. Dalam penelitian ini seseorang dengan melaksanakan sholat dan puasa senin kamis secara seimbang maka akan dapat mengontrol perilakunya dengan sangat baik karena didalam sholat terdapat unsur pokok penjernihan hati, pikiran serta evaluasi terhadap perilaku. Sehingga dalam hal ini walaupun remaja secara konsisten dalam melaksanakan puasa senin dan kamis tetapi dalam hal beribadah terutama sholat yang dilakukannya kurangnya adanya penghayatan dan kekhusukan maka perilaku seksualpun tidak dapat terkontrol sepenuhnya.

.

Berdasarkan paparan diatas tidak adanya pengaruh konsistensi puasa senin dan kamis terhadap perilaku seksual remaja, dan hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya menurut Indayani (2008) dimana kematangan beragama yang dimiliki mahasiswa tidak menjadi ukuran bahwa mahasiswa akan memiliki perilaku yang baik dalam berpacaran, ada mahasiswa yang matang agamanya tetapi perilakunya cenderung tidak baik demikian juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kematangan beragama kemungkinan hanya merupakan ritual saja bukan nilai-nilai yang terhayati dalam dirinya yang merupakan energi yang membatasi mana perilaku yang diperbolehkan atau tidak.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsistensi puasa senin kamis adanya pengaruh signifikan terhadap perilaku seksual dengan nilai p=0,000. Nilai korelasi R=0,416 menunjukkan korelasi positif jadi semakin konsisten dalam menjalankan puasa senin kamis maka semakin tinggi perilaku seksual remaja. Hal ini juga berarti sumbangan efektif tapi positif terhadap variabel perilaku seksual sebesar 17,3%


(25)

sedangkan 82,7% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Implikasi dari penelitian ini yaitu konsistensi puasa senin kamis pada remaja, tidak selalu memberikan pengaruh. Sedangkan untuk peneliti yang akan meneliti tentang topik yang sama disarankan dapat menggunakan metode pengumpulan data maupun metode penelitian yang berbeda agar dapat memperkaya kajian-kajian tentang konsistensi puasa senin kamis, atau dapat menggunakan judul yang sama dengan sebjek yang berbeda.

REFERENSI

Abdullah A.H. (2009).Kiat cerdas meraih istiqomah(cetakan ke 4). Surabaya: Elba Ahmad, H. (2007).Meraih surga dengan berpuasa. Jakarta: Karya Media

Ali, M & Asrori M. (2014).Psikologi remaja perkembangan peserta didik(cet ke 9). Jakarta: Bumi Aksara

Al- Mujib. (2010). Al-Quran dan terjemahannya edisi asmaul husna dan doa (edisi.kedua). Bandung: Al-Mizan Publishing House

Amirfakhraei, A & Alinaghizadeh, A. (2012). The impact of praying and fasting on the mental health of students attending the bandar abbas branch of islamic azad university in iran in 2012. Life Science Journal,9,3. Accessed on Oktober 18, 2015 from http://www.lifesciencesite.com.

Anna F. D. (2011). Pengaruh rutinitas puasa senin kamis terhadap pengendalian diri

(skripsi). Fakultas Pendidikan Agama Islam (STAIN) Salatiga.

BKKBN 51 persen remaja Jabotabek tidak perawan. (26 November 2010). Liputan6 Tersedia: http://www.m.liputan6.com/news/read/308777/bkkbn-51-persen-remaja-tidak-perawan

Chandra, R.Y. (2014). Pengaruh sensation seeking terhadap perilaku seksual remaja

(skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Chtourou, H. (2013). Involvement in relegion and self-regulation: Explanations of muslim’s affects and behavior during ramadhan. USA : Omic Ebooks Group

Darmasih, R. (2009). Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja SMA di Surakarta. . Jurnal Psikologi. Di akses pada 18 Oktober 2015, dari http://www.eprints.ums.ac.id/5959/1/J410050007.pdf

Dariyo, A. (2004).Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Grasindo

Djubaedah, N. (2010). Perzinaan dalam peraturan perundang-undangan di indonesia ditinjau dari hukum islam(Edisi 1). Jakarta: Kencana.

Desmita. (2013).Psikologi perkembangan (cetakan ke 8). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Dewi, K. H. (2004). Hubungan frekuensi pelaksanaan shalat tahajud dengan pengendalian


(26)

El-Hamdi, U. (2010). Rahasia kedahsyatan puasa senin kamis (cet-1). Jakarta: Wahyu Media

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to design and evaluate research in education (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Harahab, S. (2001).Hikmah puasa(edisi 1). Jakarta: PT. Raja Grafindo

Hasan, A. B. P. (2008).Pengantar psikologi kesehatan islam. Jakarta: Rajawali Pers. Hurlock, E. B. (1991).Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Indayani, S. (2008).Kematangan beragama & perilaku seksual berpacaran pada mahasiswa

(Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Ismail, W. (2009). Analisis komperatif perbedaan tingkat religiulitas siswa di lembaga pendidikan pesantren, MAN, dan SMUN (Skripsi). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alamuddin Makasar.

Khoirunnisa, A. (2013). Hubungan religiulitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja diMAN 1 Samarinda(Skripsi). Ejournal Psikologi Fisip Unmul.

Kotchick, B. A., Shaffer, A., & Forehand, Rex. (2001). Adolescent sexual risk behavior: Multi- system perspective. Journal Clinical Psychology 21,04. 493-519. Accessed

on Oktober 15, 2015 from

http://www.Coombia.edu/cu/psychology/courses/3615/Reading/Kotchick_2001.pdf. Najati, M.U. (2008).The ultimate psychology. Bandung : Penerbit Pustaka Hidayah

Nurhayati. (2008). Hubungan tingkat regiusitas dengan perilaku seksual pada remaja SMU Adi Luhur Jakarta Timur, Jurnal Psikologi. Diakses pada 16 Oktober 2015, dari http://www.Repository.uinjkt.ac.id/space/bitstream/123456789/24506/1/Nurhayati-psi.

Nurihsan, A. J & Agustin, M. (2013). Dinamika perkembangan anak & remaja (edisi revisi cetakan ke-2). Bandung: Refika Aditama

MD, Akuchekian., MS. Ebrahimi A., MD, Alvandian, A. (2004). Effect of Holy Month of Ramadhan on Copping Strategy.Journal of Research in Medical Science 02, 65-68. Accesed on Oktober 13, 2015 from www.mui.ac.ir

Mu’arifah, A. & Martaniah, S. M. (2004). Hubungan keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresivitas(Skripsi). Fakultas Psikologi UAD dan UGM Papalia, D. E. (2014). Menyelami perkembangan manusia (edisi 12). Jakarta: Salemba

Humanika


(27)

Ramadhan, H. 2014. Revisi Undang-Undang Usia Perkawinan di Indonesia. (online). Tersedia http://www.jurnalperempuan.org/revisi-undang-undang-usia-perkawinan-di-indonesia.html

Sari, I. N. (2013). Hubungan antara kesadaran beragama dengan perilaku seksual remaja(Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sarwono, S.W. (2013).Psikologi remaja(Ed. Revisi). Jakarta: Rajawali Pers

Sarwono,S.W. (2002).Psikologi remaja(cetakan ke 6). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Santrock, J. W. (2012). Life span development : Perkembangan masa hidup (edisi ke

13).Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W.(2007). Remaja (edisi 11). Jakarta: Erlangga.

S. Ahmad., K. Goel dkk. (2012). Psyco-social behavior and healthy benefits of islamic fasting during the month of ramadhan. Journal Community Med Healthy 2,09. Accessed on Oktober 18, 2015 from http://dx.doi.org/10.4172/2161-0711.1000178 Schwarz, S. W. (2010, April). Adolescent reproductive and sexual health facts for policy

makers. Accesed on Oktober 20, 2015 from

http://ww.nccp.org/publications/pdf/text_931.

Ubaed, A & Ratriso, I. (2005).Refleksi kehidupan. Jakarta: Elex Media Komputindo

Verona, A. P. D. (2011). Explanation for religious influence on adolescent sexual behavior in Brazil: Direct and indirect effect. Journal Pshychology Online 28, 01. Accesed on Oktober 20, 2015 from, http://www.scielo.br/pdf/rbepop/v28n1/a10v28n1.pdf. Wingood, G. M & Diclemente R., P. (1997). The effects an abusive primary partner on the

condom use and sexual negotiation practices of African-american women. American Journal of Public Health 97,06,1016-1018. Accesed on Oktober 19, 2015 from, http://www.ncbi.nlm.nik.gov/pmc/articles/pmc1380941.

Zainab, S. (2011). Hubungan antara persepsi tentang syariat islam dengan perilaku seksual remaja akhir di Kota Banda Aceh (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Zulkarnaen, I. (2014). Hubungan antara konsistensi menjalankan puasa senin kamis dengan kematangan emosi remaja(Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.


(28)

Blue Print Konsistensi Puasa Senin dan Kamis No Aspek Konsistensi Puasa Senin

Kamis Favorabel Unfavorabel Jumlah

1 menjalankan puasa senin kamis secara terus menerus (selama 1 tahun)

1,6,9,11,12,17

,18 4,7,16,10,20 12

2 Menjalankan puasa senin kamis hanya semata-mata karena ridho Allah.

3,5,8,13,19,24 2,14,15,21,

22,23 12

Jumlah 24

Blue Print Skala Perilaku Seksual Pranikah No Aspek Perilaku Seksual

Pranikah Favorable Unfavorable Jumlah

1 Bergandengan tangan, berpelukan dan bepergian bepergian bersama

1,2,10,11,12,19,20,

21,27,28 3,15,42,43,48,52 16

2 Berciuman 5,35,

36 6,7,22,34 7

3 Bercumbu 8,9,13,14,23,24 17,18,29,30,31 11

4 Bersenggama 25,26,32,33,39,40,

44,45,50,51,54 37,8,41,46,47,53 17


(29)

LEMBAR SKALA Pengantar

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang akan mengadakan penelitian untuk memenuhi salah satu persyaratan wajib dalam menyelesaikan program sarjana. Oleh karena itu saya mengharap bantuan dari Saudara/i untuk membantu memberikan informasi sebagai data penelitian yang berbentuk mengisi skala.

Perlu diketahui bahwa dalam pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah dan tidak digunakan untuk maksud tertentu. Oleh karena itu, Saudara/i tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan informasi melalui jawaban atas pertanyaan yang disediakan. Jawablah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sebagai peneliti saya memegang etika peneliti guna menjamin kerahasiaan jawaban yang Saudara/i berikan. Atas partisipasinya dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk Mengerjakan

1. Isilah identitas Saudara/i terlebih dahulu

2. Kemudian jawablah pertanyaan dengan cara memberikan tanda (x) pada kolom alternatif jawaban, jawablah menurut Saudara/i tepat.

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tdk Setuju

3. Apabila anda ingin mengganti jawaban, maka berilah tanda (=) pada jawaban sebelumnya dan berilah tanda (x) pada jawaban yang baru.

4. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang salah dan benar

5. Jawablah semua pernyataan dalam angket ini tanpa ada yang terlewatkan

*Berilah jawaban sebenar-benarnya dan identitas Anda akan dilindungi (dirahasiakan) Identitas

Nama/inisial : ... Jenis Kelamin : L/P

Usia : ... tahun

Status : Mahasiswa Belum Menikah Berpacaran Tdk Berpacaran *berilah tanda (x) untuk mengisi kolom


(30)

Skala

No Konsistensi puasa senin kamis SS S TS STS

1 Selama 1 tahun terakhir ini saya menjalankan puasa senin kamis dengan rutin kecuali dalam keadaan sakit.

2 Saya menjalankan puasa senin kamis karena ingin diet 3 Saya menjalankan puasa senin kamis karena mencari ridho

Allah

4 Pada saat saya puasa senin kamis kalau ada teman mengajak makan saya menerimannya

5. Ketika melakukan puasa senin kamis, pikiran saya hanya tertuju kepada Allah

6 Walaupun saya sakit saya tetap menjalankan puasa senin kamis

7 Ketika saya menjalankan puasa senin kamis terkadang saya tidak bisa menahan diri saya untuk makan

8 Saya melakukan puasa senin kamis karena merupakan ibadah kepada Allah

9 Saya tetap menjalankan puasa senin kamis walaupun teman-teman menawarkan saya makan

10 Ketika saya puasa senin kamis, saya tidak bisa menahan untuk berbicara kasar

11 Ada atau tidaknya uang saya tetap menjalankan puasa senin kamis

12 Walaupun rasa malas menghinggapi, saya tetap menjalankan puasa senin kamis

13 Saya melakukan puasa senin kamis dalam rangka merealisasikan sunnah Rasulullah

14 Ketika saya melakukan puasa senin kamis, saya tidak bisa menahan untuk berbuat keji

15 Saya menjalankan puasa senin kamis karena terpaksa 16 Ketika saya tidak sahur maka saya tidak melakukan puasa

senin kamis

17 Sahur atau tidak sahur saya tetap melakukan puasa senin kamis

18 Saya merasa bahagia ketika menjalankan puasa senin kamis 19 Saya melakukan puasa senin kamis karena bentuk iman dan

takwa saya kepada Allah

20 Saya berpuasa senin kamis ketika saya tidak memiliki uang 21 Saya berpuasa senin kamis karena ingin disanjung oleh

teman

22 Saya melakukan puasa senin kamis agar menghindarkan diri saya dari sifat malas

23 Saya melakukan puasa senin kamis karena paksaan diri saya sendiri

24 Saya berpuasa senin kamis agar dimudahkan semua urusan oleh Allah


(31)

No Perilaku seksual SS S TS STS

1 Jika tangan saya dipegang pacar, saya senang dan tidak melarang

2 Saya marah bila pacar tidak memeluk saya ketika berjalan bersama

3 Berciuman dapat menyebabkan hubungan seks, sehingga saya berusaha untuk menghindarinya

5 Saya ingin mengungkapkan sayang saya pada pacar saya dengan ciuman dan cumbuan

6 Berciuman dengan lawan jenis hanya boleh dilakukan oleh suami dan istri

7 Saya akan memutuskan hubungan, kalau pacar saya meminta ciuman

8 Bercumbu yang saya lakukan dengan pacar merupakan bukti cinta saya pada pacar

9 Saya tahu bahwa bercumbu bisa berlanjut bersenggama, namun saya tetap melakukan

10 Saya membiarkan saja ketika pacar melakukan sentuhan-sentuhan didaerah sensitif

11 Saya tidak akan menolak untuk berpelukan dengan pacar saya

12 Saya suka jalan bersama dengan pacar saya

13 Saya merasa tenang, bila bercumbu dengan pacar saya

14 Bercumbu akan terpenuhi bila saya dan pacar saya sepakat melakukannya

15 Saya bisa menahan diri untuk tidak bergandengan tangan dengan pacar ketika berjalan bersama

17 Jika ada yang meminta saya berhubungan sek, saya akan merasa sangat marah dan tersinggung

18 Saya sendiri merasa malu bila teman atau orang lain tahu bahwa saya pernah bercumbu dengan pacar saya

19 Saya benci bila pacar saya tidak menggandeng tangan saya saat berjalan bersama

20 Saya tertarik untuk tidak selalu berpelukan setiap bertemu dengan pacar saya

21 Bersentuhan adalah hal yang wajar dilakukan ketika pacaran

22 Berciuman diharamkan oleh agama

23 Setahu saya, pacaran tanpa bercumbu terasa monoton

24 Saat ini, bercumbu dengan lawan jenis merupakan hal yang biasa

25 Bersenggama sangat mengasikkan, sehingga saya tertarik untuk melakukannya

26 Bila saya mengingat adegan blue film yang saya tonton, saya mencoba melakukan hubungan seksual dengan pacar saya

27 Menurut saya bersentuhan dengan lawan jenis sesekali perlu untuk menambah keakraban

28 Saya merasa bahagia jika bergandengan tangan dengan lwn J

29 Menurut saya, bergaul dengan lawan jenis adalah sarana untuk saling mengenal, bukan untuk mengumbar nafsu dengan bercumbu

30 Saya merasa tidak nyaman jika lawan jenis berusaha mencumbu saya


(32)

Pernyataan SS S TS STS 31 Saya merasa marah jika pacar berusaha mencumbu saya

32 Saya tetap melakukan hubungan seksual meskipun bisa menyebabkan kehamilan

33 Saya melakukan hubungan seksual dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan

34 Jika pacar mengajaksaya berciuman, saya akan marah

35 Jika ada lawan jenis yang mencium saya, saya akan merasa senang

36 Saya akan merasa kecewa jika pacar tidak mencium saya saat mengucapkan selamat ulang tahun

37 Saya berhasil berkata tidak pada pacar ketika dia mengajak saya untuk bercumbu

38 Saya bahagia jika pacaran tidak dibarengi dengan hubungan bersenggama

39 Melakukan hubungan seks pranikah boleh dilakukan selama tidak merugikan orang lain

40 Saya tidak bisa menahan nafsu atau gairah ketika pacar saya mulai mencumbu saya

41 Menurut saya, berhubungan seksual hanya boleh dilakukan oleh suami dan istri

42 Saya menolak melakukan berpelukan yang terlalu kuat dan lama dengan pacar karena dapat mengarah kepada hubungan seks

43 Saya merasa malu jika lawan jenis menggandeng tangan saya

44 Selama saling menyayangi hubungan seksual pranikah tidak perlu dihindari

45 Menurut saya jika sudah lama pacaran boleh saja berhubungan seksual

46 Saya merasa sedih jika ada teman yang bercerita bahwa dia pernah melakukan hubungan seksual

47 Saya tidak akan melakukan hubungan seks dengan siapapun sekalipun saya sangat mencintainya

48 Menurut saya, apapun alasannya bersentuhan dengan lawan jenis tidak sesuai dengan adat dan budaya kita

50 Saya akan bersedia melakukan hubungan seks asalkan benar-benar saling menyayangi

51 Saya suka melakukan mastrubasi jika pacar saya tidak melakukan hubungan intim

52 Jika ada lawan jenis yang memeluk saya, saya merasa dilecehkan

53 Saya beranggapan bahwa bersenggama boleh dilakukan bila seseorang sudah sah menikah menurut hukum agama


(33)

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1 puasab . Enter

a. Dependent Variable: perilakuseksual b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,416a ,173 ,167 20,771

a. Predictors: (Constant), puasa b. Dependent Variable: perilakuseksual

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 60,527 18,205 3,325 ,001

puasa 1,342 ,254 ,416 5,290 ,000

a. Dependent Variable: perilakuseksual

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 12072,432 1 12072,432 27,982 ,000b

Residual 57813,186 134 431,442

Total 69885,618 135

a. Dependent Variable: perilakuseksual b. Predictors: (Constant), puasa


(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

30


(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(1)

32


(2)

33


(3)

34


(4)

35


(5)

36


(6)

37


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KONTROL DIRI PADA REMAJA YANG MELAKSANAKAN PUASA SENIN KAMIS DENGAN YANG TIDAK PUASA

4 42 53

PERBEDAAN PROFIL LIPID (KOLESTROL TOTAL) PADA POPULASI ORANG YANG RUTIN PUASA SENIN-KAMIS DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN PUASA

0 10 58

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 68

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 8 5

DAMPAK PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA DI SMP TERPADU DARUR ROJA' SRENGAT BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PERBANDINGAN PENGARUH PUASA DAUD DAN PUASA SENIN-KAMIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA MENCIT

1 1 16

PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

0 0 9