Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Drift Gillnet Experimental Fishing di Perairan Kab. Bengkalis, Riau

PENGARUH HANGING RATIO TERHADAP SELEKTIVITAS
DRIFT GILLNET: EXPERIMENTAL FISHING
DI PERAIRAN KAB. BENGKALIS, RIAU

OLEH :

PARENG RENGI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

PARENG RENGI. Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Dr$
Gillnet: Experimental Fishing di Perairan Kab. Bengkalis, Riau. Dibimbing oleh
M. FED1 A. SONDITA dan DANIEL R MONINTJA.
Penelitian penangkapan ikan (experimentalJishing)dilakukan untuk mengkaji
pengaruh hanging ratio jairng insang hanyut terhadap parameter hasil tangkapan
(jumlah hasil tangkapan, ukuran ikan) dan selekhvitas jaring insang hanyut terhadap
ikan parang-parang (Chirocentrus dorab) dan tenggiri (Scornberomorus spp.). Enam

tingkat hanging ratio yang dijadikan perlakuan adalah 45%, 50%, 55%, 60%, 65%
dan 70%. Kurva selebvtitas setiap jaring insang hanyut dibuat dengan pendekatan
yang mempertimbangkan peluang lolosnya kepala ikan melewati mata jaring (PI) dan
peluang tertahannya tubuh ikan oleh mata jaring (Pz). Sidk ragam menunjukkan
bahwa hanging ratio berpengaruh nyata terhadap jumlah dan berat total ikan yang
tertangkap per setting ( a = 0,05). Keragaman hasil tangkapan (kisaran ukuran ikan:
panjang cagak FL, berat, lingkar tubuh G) semakin menurun dengan meningkatnya
hanging ratio. Berdasarkan data ikan parang-parang d m ikan tenggiri yang
tertangkap, ha1 tersebut diduga berkaitan erat dengan morfologi ikan (compressed
atau tidak). Pengaruh hanging ratio terhadap keragaman ukuran ikan tampak lebh
jelas pada ikan yang memiliki penampang melintang sangat compressed (misalnya
ikan parang-parang). Hal ini selanjutnya memberikan konsekuensi terhadap kurva
selektivitas yang diukur berdasarkan perbedaan FL5o antar kaki k ~ kin~clanakanan.
Jaring insang hanyut yang memilki hanging ratio kecil cenderung memiliki
perbedaan FL5o yang lebih besar.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:


PENGARUH HANGING RATIO TERHADAP SELEKTIVITAS DRIFT
GZLLNET : EXPERIMENTAL FISHING Dl PERAIRAN KABUPATEN

BENGKALIS, RIAU.
adalah benar merupakan hail karya Saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan secara jelas clan dapat diperiksa
kebenarannya.

f)mMaret 2002

PENGARUH HANGING RATIO TERHADAP SELEKTMTAS
DRIFT GZLLNET: EXPERIMENTAL FISHING
DI PERAIRAN KAB. BENGKALIS, RIAU

PARENG RENGI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan


PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI KELAUTAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Drift Gillnet

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi

Experimental Fishing di Perairan Kab. Bengkalis, Riau
: Pareng Rengi
: 99587
: Teknologi Kelautan

Menyetujui,


1. Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintia
Anggota

Mengetahui,

Tanggal Lulus: 22 Maret 2002

RIWAYAT HIDUP

-

Penulis dilahukan di Pusaran-Enok, Riau pada tanggal
- -

17 September 1972 dari ayah H. Ambo Lerang dan ibu

r

--

I

bib

Nur Malaka. Penulis merupakan anak kedua dan empat
bersaudara. Pendidikan dasar sampal Sekolah Menengah

Umum Pertama di selesatkan di Pengalihan-Enok tahun
1986-1989, dan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas

di selesaikan d~Tembilahan tahun 1992. Penulis memperoleh gelar Sarjana penkanan
dalam bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 1997 dari Universitas
Riau. Pada periode tahm 1994-1995 penuhs aktif di Laboratorium Fakultas
Perikanan Universitas Riau sebagai asisten Phytoplankton. Pada periode tahun 19961999 penulis bekej a di NotarisPPAT Tajib Raharjo, SH.
Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi staf pengajar di Universitas Riau,
Fakultas Penkanan. Tahun 1999, penulis mendapat kesempatan melanjutkan

pendidikan ke Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Teknologi Kelautan melalui bantuan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS). Selma
m e n m t i kuliah mendapat dua kali penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dan
Direktur Pascasarjana pada semester pertama dan semester kedua. Penulis meraih
gelar Magister Sains pada tanggal 22 Maret 2002.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang dibenkan kepada kita semua sebagai makhluknya dimuka

bumi ini, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipihb dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2001 adalah : Pengaruh Hanging Ratio
Terhadap Selehvitas Drifi Gillnet : Experimental Fishing di Perairan Kabupaten
Bengkalis, Riau.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc

dan Bapak Prof. Dr. Daniel R. Monintja selaku komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan saran. Disamping itu, penghargaan penulis
sampiukan kepada Bapak Ir. Maruli Silegar, M.Si, Kepala Co-fish proyek dan staf,

Bapak Rusli dan ABK, Bapak Ir. Suharyanto, M.Si serta Bapak Budi Nugraha, S.Pi,
yang telah membantu dalam experimental jishing bak sarana maupun saran.
Ungkapan tenma kasih juga disampaikan kepada ayahanda, ibunda, isteri serta
seluruh keluarga, atas segala do'a dan kasih sayangnya.

Akhir kata penuhs ucapkan puji syukur kehahat Allah SWT, atas rahmat,
karunia dan izin-Nya tesis ini dapat terselesakan. Penulis sadari tulisan ini masih
perlu perbiukan namun semoga tulisan ini dapat memberi manfaat.

Bogor, Maret 2002

Pareng Rengi

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR GAMBAR ...................................................................

X


1. PENDAKULUAN ...................................................................
1.1 Latar belakang .......................................................................
.................................................................
1.2 Perumusan masalah
. . ....................................................................
1.3 Tujuan penellban
1.4 Hipotesis .............................................................................
..
1.5 Manfaat penellban ..................................................................

1
2
3
3
4

2 . TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
2.1 Mesh size driji gillnet ...........................................................
2.2 Hanging ratio drlft gillnet ......................................................
2.3 Selektivitas drift gillnet ........................................................

2.4 Waktu penangkapan ............................................................

1

5
6

8
11
12

3 . METODE PENELITIAN ..........................................................
3.1 Tempat dan waktu penelitian .................................................
. .
3.2 Kerangka pennklran .............................................................
3.3 Bahan dan alat ..................................................................
3.4 Pengumpulan data ..............................................................
3.5 Pencatatan data ..................................................................
3.6 Analisis data .....................................................................
3.6.1 Metode analisis untuk mengetahui pengaruh hanging ratio ter

hadap jurnlah hasil tangkapan ...........................................
3.6.2 Metode analisis untuk mengetahui pengaruh hanging ratio ter
hadap komposisi cara tertangkapnya ikan .............................
3.6.3Metode untuk membuat kurva selektivitas ...........................
4 . HASIL PENELlTIAN...............................................................
4.1umum .............................................................................
4.2 Pengaruh hanging ratio terhadap hasil tangkapan jaring insang hanyut.
4.3 Komposisi ikan menurut cara tertangkapnya ..............................
4.4 Ukuran ikan yang tertangkap .................................................
4.5 Kurva selektivitas jaring insang hanyut (drift gillnet) .....................
4.6 Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan hasil tangkapan .................

37
37
38
45
46
51

63


5 . PEMBAHASAN .....................................................................

66

6 . KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................

72

LAMPIRAN

75

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Rangkuman proses penelitian yang d~lakukandi perairan Bengkalis

17

2. Spesifikasijaring insang hanyut yang di pakai dalam penelitian ....

19

3. Spesifikasi jaring per kebat ..............................................

24

4. Berbagai warna penandaan tali ris atas untuk setiap nilai hanging
ratio ..........................................................................

26

tangkapan berdasarkan hanging ratio sebagai data
sidik ragam ..................................................................

29

6. Jumlah hasil tangkapan berdasarkan hanging ratio dan cara
tertangkap nya k a n untuk data frekuensi harapan .....................

30

7. Komposisi jenis dan jumlah ikan hasil tangkapan experimental
fishing .........................................................................

37

8. Jumlah ikan parang-parang (Chitocentnrs dorab) yang tertangkap
(ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
cara tertangkapnya .........................................................

39

9. Jumlah ikan tenggiri (Scomberomorus spp) yang tertangkap
(ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
cara tertangkapnya .........................................................

39

10. Total berat ikan parang-parang ((,'hitocentrus dorat)yang tertangkap
(ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
cara tertangkapnya .........................................................

40

1I . Total bera ikan tenggiri (Scomberomorus spp) yang tertangkap
(ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
cara tertangkapnya .........................................................

40

12. Sidk ragam jumlah ikan parang-parang yang tertangkap per setling
(ekor) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio ......................

43

13. Sidik ragam total berat ikan parang-parang yang tertangkap per
setting (gram)untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio ..............

43

5 . Jurnlah hasil

14. Sidik ragam jumlah ikan tenggiri yang tertangkap per setting
(ekor) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio ......................
15. Sidik ragam total berat ikan tenggiri yang tertangkap per setting
(gram) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio ......................

16. Uji Tukey untuk membandmgkan jumlah ikan parang-parang (ekor)
yang tertangkap per setting di antara 6 jenis jaring insang hanyut
yang berbeda Nlai hanging ratio ..........................................
17. Uji Tukey untuk membandingkan total berat ikan parang-parang
(ekor) yang tertangkap per setting di antara 6 jenis jaring insang
hanyut yang berbeda nilai hanging ratio .................................

18. Uji Tukey untuk membandingkan jumlah ikan tenggiri (ekor) yang
tertangkap per setting di antara 6 jenis jaring insang hanyut yang
berbeda nilai hanging ratio ................................................

19. Uji Tukey untuk membandingkan total berat ikan tenggiri (ekor)
yang tertangkap per setiing di antara 6 jenis jaring insang hanyut
yang berbeda nilai hanging ratio .........................................
20. Jumlah ikan parang-parang yang teramati setiap kelompok cara
tertangkap dan jumlah harapan masing-masing ........................
21. Jumlah ikan tenggiri yang teramati setiap kelompok cara tertangkap
dan jumlah harapan masing-masing ......................................

22. Kisaran dan rata-rata panjang cagak (FL, cm), berat (gram), keliling
tubuh pada bagian belakang tutup insang (GO,cm), keliling tubuh
maksimum ( G , cm) dan keliling tubuh tempat terjerat (GN,
cm)
ikan parang-parang yang tertangkap oleh enam jenis jaring insang..
23. Kisaran dan rata-rata panjang cagak (FL, cm), berat (gram), keliling
tubuh pada bagian belakang tutup insang (GO,cm), keliling tubuh
maksimum ( G , cm) dan keliling tub& tempat terjerat (GN,cm)
ikan tenggiri yang tertangkap oleh keenam jenis jaring insang .......
24. Nilai rata-rata minimum dan maksimum dari ratio keliling
maksimum badan lkan dengan kelihng mata jaring ( W p ) hasil
tangkapan ikan parang-parang oleh 6 Nlai hanging ratio menurut
cara tertangkap snagged (S), gilled (G), wedged ( W )dan entangled
(E) ............................................

25. Nilai rata-rata minimum dan maksimum dari ratio keliling
maksimum badan ikan dengan keliling mata jaring (GdVlp) hasil
tangkapan ikan tenggiri oleh 6 nilai hanging ratio menurut cara
tertangkap snagged (S), gilled (G), wedged (W)dan entangled (E)..

51

26. Hasil perhitungan parameter-parameter h a selektivitas Matsuoka
hasil tangkapan ikan parang-parang oleh beberapa nilai hanging ratio
experimental drift gillnet .........................................................

53

27. Hasil perhitungan parameter-parameter kurva selektivitas Matsuoka
hasil tangkapan ikan tenggiri oleh beberapa nilai hanging ratio
experimental drift gillnet .........................................................

53

28. Panjang selektivitas (FL5o) ikan parang-parang pada jaring insang
hanyut dengan hanging ratio H50, H55, H60 dan H65.. ...............

63

29. Panjang selektivitas (FLso) ikan tenggiri pada jaring insang hanyut
dengan hanging ratio H50, H55, H60 dan H65 .........................

63

30. Nilai tingkat kematangan gonad ikan parmg-parang yang tertangkap
oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut .................

64

3 1. Nilai tingkat kematangan gonad ikan tenggiri yang tertangkap oleh
keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut .......................

65

DAFTAR GAMBAR

1. Skema posisi ruaya vertikal harian ikan pelagis ........................

14

2. Diagram kerangka pemikiran penelitian yang dilakukan di
perairan Bengkalis, Riau ...................................................

16

3 . Desain Experimental drift gillnet .........................................

20

4. Konstruksi Expen'metal drift gillnet ......................................

21

5. Konstruksi satu unit drlftgillnet dari bentangan tertata 1 ke
bentangan tertata 2 ..........................................................

22

6. Pembagian tata ruang kapal perikanan drift gillnet ....................

23

7. Rataan jumlah ikan dan total berat ikan per setting ikan
parang-parang ...............................................................

41

8. Rataan jumlah ikan dan total berat ikan per setling ikan tenggiri ....

41

9. Distribusi fiekuansi panjang cagak (FL) ikan parang-parang yang

tertangkap oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut ...

47

10. Distribusi frekuansi panjang cagak (FL) ikan tenggiri yang
tertangkap oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut ...

48

11. Hubungan antara panjang cagak (FL) dengan girth operculum (GO)
clan maximum body girth (GM)ikan parang-parang ....................

50

12. Hubungan antara panjang cagak (FL) dengan girth operculum (GO)
dan maximum body girth (GM)ikan tenggiri .............................

50

13. Kurva selektivitasjaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang
A. Peluang 1olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar &lam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=Plxfi), kurva selehvitas
jaring H50 pa& ikan parang-parang (P50) ..............................

54

13. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang
B. Peluang lolosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (F'=P1*2), klwa selektivitas
jaring H55 pada ikan parang-parang (P55). ..............................
13. Kurva selektivitasjaring insang hanyut terhadap lkan parang-parang
C. Peluang 1olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxF'2), klwa selektivitas
jaring H60 pada ikan parang-parang (P60)...............................

13. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang
D. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring(P~),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PIxPz), kurva selektivitas
jaring H65 pada ikan parang-parang (P65). ..............................
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap kan tenggm.
A. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz),peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (FPIXPZ),klwa selehvitas
jaring H50 pada ikan tenggm (P50).......................................

14. Kurva selehvitas jaring insang hanyut terhadap kan tenggiri.
B. Peluang 1olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxF'2), kurva selektivitas
jaring H55 pada ikan tenggm (P55).......................................
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tenggiri.
C. Peluang 1olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxPz), kurva selektivitas
jaring H60 pada ikan tenggii (P60).......................................
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tenggm.
D. Peluang 1olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI),
peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif
tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=plxF'~), kurva selektivitas
jaring H65 pada ikan tenggm (P65).......................................
15. Perbandingan kurva selektivitasterhadap lkan parang-parang antara
jenis jaring (H50, H55, H60 dan H65) ...................................
16. Perbandmgan kurva selehvitas terhadap ikan tenggiri antara jenis
jaring (H50, H55, H60 dan H65) .........................................

DAFTAR LAMPIRAN

experimental driji gillnet ...... . .. .. . .. . ... . . . ..

76

2. Jenis-jenis lkan yang tertangkap selama penelitian . . . . . . . . . . . . . .......

77

3. Photo rangkaian di lokasi penelitian dan experimentaljshing ......

79

4. Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H50, terhadap ikan parang-parang ...... . . . . . . ......... . .. .. . .....

82

5 . Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H55, terhadap ikan parang-parang ... ... ...... ... ... ......... . . . .

84

6. Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H60, terhadapikan parang-parang .. . ... . . . . .. . . . ... .. .... . . . . . . ..

86

7. Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H65, terhadapikan parang-parang ...... . . . . . . . . . ...... ... .. . . . . ..

88

1. Peta lokasi @tian

8. Perhitungan untuk membuat kurva selehvitas dengan hanging
ratio H50, terhadap ikan tenggiri ...... . . . . . . . .................... .. . ... 89
9. Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H55, terhadap ikan tenggxi ... ... .. . . .. ......... . .... . . . . . . . ... ...

91

10. Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H60, terhadap ikan tenggiri ... . .. . . . ............ . .... . .. . .. . ... . . .

93

11. Perhitungan nntuk membuat kurva selektivitas dengan hanging
ratio H65, terhadap ikan tenggiri . . . ......... ... ... ... ...... . . . . . . . . . ...

95

12. Hasil tangkapan ikan parang-parang selama experimentalfishing..

97

13. Hasil tangkapan ikan tenggiri selama experimentalfishing . ....... .

1 12

14. Penjelasan istilah asing yang digunakan dalam laporan .. . . . . . . . . . . .

16

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Visi pembangunan pertanian 2020 adalah perikanan moderen yang
berbudaya industri dan berbasis pedesaan. Perikanan moderen tersebut berbentuk
indushi pemanfaatan sumber daya ikan yang produktif, efesiensi clan menghasilkan
produk-produk yang sesuai dengan permintaan pasar secara berkelanjutan dan
dilaksanakan oleh nelayan dan pengusaha yang profesional. Mereka menggunakan
ilmu pengetahuan sebagai landasan dalam mengambil suatu keputusan dan teknologi
sebagai insbumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya perairan (Kasryno, 1998).
Sampai akhir tahun 2000, Kabupaten Bengkahs merupakan penghasil ikan
nomor dua di Propinsi Riau. Pada tahun 2000 kegiatan penangkapan ikan di laut
mencapai 86.701,6 ton (Dinas Perikanan Propinsi Riau, 2001). Kegiatan tersebut
sebagian besar terkonsentrasi di perairan Selat Malaka, sekitar 47% produksi
perikanan di Kabupaten Bengkalis berasal clan perairan Selat Malaka. Kegiatan
perikanan laut tersebut melibatkan 9.526 rumah tangga penkanan (Dinas Perikanan
Kabupaten Bengkalis, 2001).
Di perairan Bengkalis, jumlah unit penangkapan ikan dengan jaring insang
hanyut atau driji gillnet terus mengalami peningkatan. Jaring insang hanyut adalah
alat tangkap yang paling banyak digunakan, yang dioperasikan nelayan di perairan
Bengkalis namun dengan sejumlab keragaman, misalnya dalam ha1 bahan, ukuran
mata jaring dan hanging ratio.

Dalam upaya mewujudkan perikanan yang

memberikan keuntungan pada nelayan dengan didukung oleh sumberdaya ikan yang
lestari. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempenganh keberhasilan operasi
penangkapan perlu dilakukan.
Seperti diketahui, gillnet adalah salah satu alat tangkap umum, sederhana,
pasif dan selektif. Alat tangkap ini merupakan lembaran jaring berbentuk empat
persegi panjang dan perlengkapannya dengan satuan biasa disebut pis. Besarnya
mata jaring dapat disesuakan dengan ukuran ikan target. Hal ini m e m u n ~ a n
gillnet direkomendash sebagai alat tangkap perikanan.

Selektivitas gillnet diyakini sangat tergantung pada ukuran mata jaring.
Selektivitas gillnet yang dioperasikan oleh nelayan Bengkalis belum diketahui. Oleh
karema itu penelitian terhadap ha1 tersebut perlu dilakukan. Selain itu ada faktorfaktor lain yang diduga dapat mempengaruhi selektivitas tersebut, yaitu hanging
ratio. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan selektivitas gillnet untuk

berbagai tingkatan hanging ratio.

1.2. Perumusan masalah
Belum adanya acuan tentang hanging ratio yang optimal untuk jaring insang
di perairan Bengkalis melatarbelakangi peneltian ini. Beberapa parameter desain
jaring insang selain ukuran mata jaring yang menentukan selektivitas adalah hanging
ratio, visihiliias benang jaring (menyangkut bahan dan tebal benang), bentuk badan

dan h g k a h laku ikan tujuan tangkap (Hamley, 1975). Hanging ratio dan bentuk
badan ikan berpengaruh terhadap proses cara tertangkapnya, nilai hanging ratio yang
makin kecil berkecendrungan untuk memuntal. Penelitian selektivitas dr$ gillnet

yang terdahulu (Suharyanto, 1998 dan Manoppo, 1999), pada umumnya berkisar
pada pengkajian pengaruh ukuran mata jaring terhadap selektivitas drlfr gillnet.
Mereka menyarankan bahwa p e n g a d untuk hanging ratio dan distribusi pemberat
pada drzj gillnet agar diteliti karena diduga dapat mempengaruhi selekhvitas.
Secara teoritis, drift gillnet ditentukan keefektifan oleh bentuk mata jaring.
Bentuk mata jaring ini ditentukan oleh hanging ratio; semakin rendah hanging ratio,
maka peluang ikan terpuntal semakin tinggi (Panjaitan, 1976). Pada jaring dengan
hanging ratio besar, mata jaring semakin lebar sehingga tubuh jaring lebih tegang dan

menyebabkan memantdnya ikan yang menabrak tubuh jaring (Luthfiansyah, 1984).
Berdasarkan dari uraian di atas penelitian ini akan mengkaji pengaruh nilai
hanging ratio yang terbaik untuk gillnet yang digunakan oleh nelayan Bengkalis.

1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan:
(1) Mengetahui pengaruh hanging ratio terhadap hasil tangkapan ikan, yaitu jumlah
hasil tangkapan (ekor), berat dan panjang work length), serta cara ikan
tertangkap oleh gillnet (snagged, gilled, wedged, dan entangled).
( 2 ) Membuat kurva selektivitas drijl gillnet untuk beberapa tingkat hanging ratio.

1.4. Hipotesis
Berdasarkan perurnusan masalah dan kerangka pemikiran serta dtdukung
oleh tinjauan pustaka yang ada dengan itu penulis membuat beberapa hipotesis
sebagai berikut:

(1)

Hanging ratio berpengaruh terhadap jumlah dan berat hasil tangkapan drift
gillnet.

(2) Hanging ratio akan menyebabkan perubahan komposisi cara tertangkapnya
ikan pada drijt gillnet.

(3) Hanging ratio berpengaruh terhadap selektivitast dr$ gillnet terhadap panjang
cagak optimum (lXopt)
dan keragaman hasil tangkapan.

1.5. Manfaat penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menyumbangkan lnfonnasi
pada usaha perikanan tangkap, khususnya yang berkaitan dengan hanging ratio

dalam perancangan kontruksi jaring insang hanyut yang akan digunakan di perairan
Bengkalis. Sehingga nantinya didapatkan nilai selektivitas drift gillnet yang optimal

untuk penangkapan ikan yang dominan di daerah tersebut.

2. TINJAUAN 'PUSTAKA

Ada beberapa alasan mengapa gillnet banyak digunakan oleh nelayan. Alat
ini hanya membutuhkan permodalan yang relatif kecil, dapat dioperasikan dengan
menggunakan kapal yang kecil (Nomura and Yamazaki, 1977; Hela and Laevastu,
1970).
Alat ini perlu diteliti dalam rangka pengembangan penkanan rakyat terutama
di daerah yang sudah tinggi tingkat pemanfaatannya, karena gillnet bersifat selektif
(Karlsen, 1982b; Nomura and Yamazaki, 1977; Hela and Laevastu, 1970). Hal ini
diperkuat pula oleh Pristas and Trent (1977) bahwa gtllnet bersifat selekM pada jenis
dan ukuran ikan tertentu.
Menurut Losanes et al. (1990) selektivitas adalah pemyataan kuantitatifdari
seleksi ukuran. Seleksi ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan tertangkap jaring
atau proses yang menyebabkan peluang tertangkapnya menjadi bewariasi, sesuai
dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan ikan, bagian yang terjerat dan ukuran
mata jaring. Selektivitas alat tangkap adalah kemampuan alat tangkap untuk
menangkap ikan terhadap spesies dan ukuran tertentu dari suatu populasi.
Selektivitas gillnet menurut Chopin (1993) adalah kemampuan dm alat
untuk menangkap suatu jenis dan ukuran tertentu, sedangkan Gulland (1983)
menyatakan bahwa selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk
meloloskan ikan. Pada prinsipnya pendapat kedua orang tersebut adalah sama.
Sejumlah faktor yang dapat mempenganh efisiensi penangkapan dengan
grllnet, antara lain adalah bahan jaring, kekuatan dari benang itu sendui, ketegangan

rentang tubuh jaring (webing), ukuran mata jaring, waktu operasi penangkapan,
warna jaring dan kemampuan ikan untuk melihat jaring (Nomura and Yamazaki,
1977; Ayodhya, 1981).

2.1. Mesh size drift gillnet

Menurut Nielsen and Lampton (1983), ikan yang terlalu kecil maupun
terlalu besar mermliki peluang tertangkap yang lebih rendah dibanding dengan ikan
yang berukuran optimum karena ikan yang terlalu kecil dapat berenang 1010s
sedangkan lkan yang terlalu besar tidak dapat masuk ke mata jaring. Selanjutnya
Fridman (1986) mengatakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan dengan jaring
bergantung pada perbandingan antara ukuran mata jaring dengan ukuran ikan yang
akan ditangkap (secara terjerat); bubungan antara ukuran mata jaring dengan ukuran

ikan tersebut linier.
Menurut Trent and Pristas (1977) pengetahuan tentang selehvitas ini dapat
dijadikan dasar pembuatan rekomendasi yang bertujuan memaksimalkan ukuran mata
jaring (untuk meningkatkan efisiensi penangkapan) atau meminimalkan ukuran mata
jaring (untuk melindungi ikan kecil) pada ukuran dan jenis tertentu. Nielsen and
Lampton (1983) juga menjelaskan, bahwa dengan ukuran mata jaring yang lebih
besar juga berarti lebih ejsien karena dapat memilih ikan yang lebih besar.
Menurut Sparre and Venema (1998) tidak semua selang panjang (selang
umur) dari ikan dieksploitasi secara penuh. Beberapa alat termasuk jaring insang
selektif bagi suatu kisaran panjang tertentu saja.

Tertangkapnya ikan oleh gillnet bukan hanya karena ukuran tubuhnya, tetapi
juga oleh anggota tubuhnya. Jenis ikan tanpa gig dan bagian tubuh menonjol,
umumnya ikan tertangkap dengan cara masuk ke dalam lubang mata jaring.
Sebaliknya, jenis-jenis ikan yang bergigi dan mempunyai bagian tubuh menonjol,
seperti lele laut, sembilang, umumnya lebih sering tertangkap secara terbelit
(entangled)pada siriplduri dada dan ekor dari pada tejerat (gilled).
Menurnt Karlsen (1982a), ukuran mata jaring pada mata jaring yang
berbentuk segi empat, didehsikan sebagai jarak antara simpul yang berlawanan,
dalam keadaan stretch, sedangkan ukuran lubang mata jaring yang diukur tampa
simpul disebut lumen size. Menurut Nielsen and Lampton (1983), tipe kurva
selehvitas jaring insang adalah seperti bentuk genta dengan dua sisi dan maksimum
menurun sampai titik no1 pada sumbu X. Selanjutnya ditambahkan bahwa secara

umum ukuran selektivitas ialah:
( 1 ) Girth optimum = 1,25 kali keliling jaring;
(2) Panjang ikan

=

20% lebih panjang atau lebih pendek dari pada panjang

optimum yang sering tertangkap.
Empat cara tertangkapnya ikan dengan gillnet (Baranov yang diacu dalam
Sparre et al., 1989), ~ a i t ugilled (tejerat pada insang), wedged (terjerat pada bagian
badan depan sirip punggunj, snagged (terjerat pada bagian mulut) dan entangled
(terbelit jaring). Menurut ~ o u n s e f eand
~ Everhart (1953), cara pengoperasiannya
gillnet digolongkan kedalam entangong net yang terdin dari gillnet dan trammel net.
Mereka membedakan gillnet menjadi

(1) drrfr gillnet (pengoperasiannya dibiarkan hanyut m e n m t i arus dan
gelombang);
(2) stake gillnet ( dipasang memakai tonggak-tonggak kayu di perairan dangkal);
( 3 ) diver gillnet (dibiarkan hanyut di atas dasar perairan, umumnya untuk

menangkap ikan salmon);
(4) sink gillnet (dipasang menetap dengan jangkar);

(5) circle gillnet (dioperasikan dengan melingkari gerombolan ikan).
Gillnet dipasang melmtang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang
ikan dan diharapkan ikan-ikan akan menabrak jaring serta tejerat (gilled) disekitar
insang pada mata jaring

atau terpnntal (entangled) pada tub& jaring. Aktivitas

penangkapan dengan gillnet sangat penting dan sudah meluas di seluruh dunia
(Frecket, 1964) dan e f e h f digunakan di perairan tropis (Kristjonson, 1964).

2.2. Hanging ratio drift gillnet
Menurut Ayodhyoa (1981), shortening adalah beda panjang antara tubuh
jaring pada saat teregang sempurna dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada tali
pelampung ataupun tali pemberat dan dinyatakan dalam persen. Nilai shortening
jaring dapat dhtung sebagai berikut :

dimana: S

= shortening

LO = panjang jaring sebelum ditata
LI

= panjang jaring

setelah ditata

Hangrng ratio adalah perbandingan panjang jrning setelah ditata dengan

panjang jaring sebelum ditata atau perbandmgan antara panjang tali ris atas dengan
panjang jaring dalam keadaan stretch (Nielsen and Lampton, 1983). Rumus untuk itu
adalah:

Hal ini berarti bahwa hanging ratio (H) = Lo - S. Ilustrasi hanging ratio dapat
dilihat pada Garnbar 4. Umumnya hanging ratio untuk jaring insang adalah 40%60%.

Hanging ratio berkaitan erat dengan bentuk pembukaan mata jaring ke

samping (Karlsen, 1982a). Hal ini berarti bahwa semakm besar hanging ratio
tersebut, maka mata jaring semakm terbuka ke samping. Lebih jauh dikatakannya
bahwa pembukaan mata jaring pada jaring insang dapat dicari dengan rumus:
M,

= M,.H

dimana: Mr.

= pembukaan mata jaring ke

M,

= ukuran mata jaring

H

= hanging

samping

ratio

Menurut Brandt (1984), proses terjerat dan terpuntal adalah dua prinsip
yang berbeda dalam penangkapan ikan, meski keduanya dapat terjadi pada satu alat
tangkap yang sama. Salah satu faktor yang mempengaruhl gillnet bersifat menjerat
atau membelit dermluan adalah karena kekenduran tubuh jaring di dalam air yang
disebabkan oleb pemendekan jaring yang terpasang pada tali ris (shortening). Lebih
jauh Fridman (1986) mengatakan bahwa shortening untuk jaring insang perrnukaan

berkisar antara 30%-50% (hanging ratio 50%70%), sedangkan pada jaring dasar
umumnya berkisar antara 30%70% (hanging ratio 30%70%). Hal ini berarti bahwa
jaring gillnet yang ditujukan untuk menangkap udang ataupun kepiting dengan cara
terpuntal tidak dapat disebut menangkap dengan cara menjerat (gilIed). Hal ini karena
jaring

tersebut dibuat dengan shortening yang besar, yang dimaksudkan untuk

menambah daya puntal.
Semakin rendah hanging ratio, maka hasil tangkapan yang terpuntalpun
&an lebih banyak (Panjaitan, 1976). Sebaliknya pada jaring dengan hanging ratio
besar, regangan akan menjadi lebii tinggi, sehingga tubuh jaring lebih tegang.
Semakin tegangnya jaring yang hanging ratio-nya besar demikian maka ha1 tersebut
akan menyebabkan memantulnya ikan yang menabrak tubuh jaring (Luthfiansyah,
1984).
Sifat lain dari gillnet adalah bahwa alat tersebut bersifat pasif (Olsen, 1982a;
Nomufa and Yamazala, 1977; Chopin, 1993; dan Gunarso, 1985) sehingga
tertangkapnya lkan lebih banyak ditentukan oleb gerak renang schooling ikan yang
mengarah pada jaring, yang memungkmkan mereka terjerat. Oleh karena itu faktorfaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan alat tangkap
pasif ini hams diperhatikan yang antara lain mencakup metode penangkapan,
modifikasi konshuksi, bahan, wama jaring, ukuran mata jaring, hanging ratio dan
waktu penangkapan. Semua itu hamslah sesuai dengan sifat ikan yang akan
ditangkap. Berdasarkan hal-hal tersebut &atas penulis melakukan penelitian
mengenai hubungan untuk beberapa tingkat hanging ratio terhadap selektivitas alat
dilihat dari jurnlah, cara tertangkap dan jenis ikan yang tertangkap.

2.3. Selektivitas drift gillnet

Selektivitas ukuran adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan
memilihimenangkap ataupun meloloskan ikan dengan ukuran tertentu (Losanes et al.,
1990; dan Chopin, 1993). Kemampuan tersebut berkenaan dengan mengtundarnya
ikan dari jaring yang merupakan proses penentuan pcluang tertangkapnya ikan.

Peluang ini bervariasi menurut karakteristik ikan seperti bentuk badan, bagian yang
terjerat ukuran kuantitaM kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap
sepesies dan ukuran tertentu.
Seleksi ukuran tejadi jika keliling badan ikan bagian operculum (tutup
insang) lebih kecil dari keliling mata jaring sebalknya jika bagian operculum sangat
besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil dibandingkan dengan keliling
mata jaring ikan kemungkmm tidak tertangkap (Matsuoka, 1995). Namun seleksi
tersebut dipengaruhi oleh elongation benang jaring dan deformasi bentuk badan ikan
s e h g g a ikan yang tertangkap relatif lebih besar dari yang telah diperkirakan.
Beberapa parameter desain jaring insang selain ukuran mata jaring yang
menentukan selektivitm adalah hanging ratio, elongation, visibilitas benang jaring
(menyangkut bahan dan tebal benang), bentuk badan dan tingkah laku ikan tujuan
tangkap (Hamley, 1975). Hanging ratio dan bentuk badan ikan berpengaruh terhadap
proses cara tertangkapnya, nilai hanging ratio yang makin kecil b e r k e c e n h g a n
untuk memuntal. Kemuluran benang jaring yang meningkat memberi peluang
terhadap ukuran ikan yang lebih besar untuk tertangkap. Visibilitas dan tingkah laku
berhubungan dengan kemampuan ~kan untuk menghmdari jaring. I/isibilitas
tergantung antara lain oleh ukuran benang dan mata jaring dan reaksi ikan terhadap
jaring sesuai dengan perkembangannya. Faktor selain ukuran mata jaring dan hanging

ratio khususnya yang mempengaruhi efesiensi jaring adalah tinggi kurva selektivitas
(Brandt, 1975), dan sekaligus berpengaruh terhadap bentuk dan modus k

~

selektivitas.
Penelitian selektivitas jaring insang pada umumnya berdasarkan rumusan
Baranov yang menyatakan bahwa ikan tertangkap jika terjerat disekitar tutup insang
dan kurva selektivitas untuk ukuran mata jaring berbeda mempunyai bentuk sebangun
(Harnley, 1975). Selanjutnya Sparre and Venema (1998) memodelkan probabilitas
tertangkapnya ikan tergantung panjang optimum ikan tertangkap pada b a n mata
jaring tertentu dan hanging ratio. Sedangkan ilmuwan Jepang menggunakan
pengukuran keliling badan ikan, kemudian juga diper!imbangkan kelenturan badan
ikan dan kemuluran mata jaring sehubungan dengan penentuan kurva selektivitas.
Salah satu metode yang dikembangkan kemudian adalah metode Matsuoka (1995)
yang mengembangkan metode Kawamura (1972) dengan model probabilitas
berdasarkan variasi keliling badan ikan.
Diantara ikan dengan panjang dan spesies yang sarna, keliling badan dapat
bervariasi karena faktor-faktor: jenis kelamin, tingkat kematangan gonad dan jumlah
makanan (Harnley, 1975). Di antara ikan-ikan yang mempunyai keliling badan yang
sama, ikan yang lebih panjang memiliki kemampuan berenang lebih capat sehingga
dapat menembus mata jaring lebih dalam.

2.4. Waktu penangkapan.
Jaring insang hanyut (drrft gillnet) dalam klasifikasinya, termasuk jaring
permukaan (surfkce gillnet) (Nomura and Yamazala, 1977). Hal ini berarti bahwa
jenis jaring ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan permukaan @elagic$sh).

~

a

Dikemukakan oleh Olsen (1982b), bahwa jenis jaring ini, hanyut bebas dipermukaan
ataupun pada lapisan air tengah, tanpa adanya jangkar yang menghujam di dasar
perairan, namun dihubungkan dengan tali ke perahu.
Waktu penangkapan hams sesuai dengan saat waktu ikan-ikan tersebut bisa
ditangkap. Hal ini berhubungan erat dengan saat-saat berlangsungnya migrasi vertikal
harian dm ikan tersebut (Nomura, 1981). Berkaitan dengan ha1 ini, He (1993)
mengemukakan bahwa untuk menangkap ikan tertentu dengan ukuran tertentu,
nelayan perlu menggunakan alat tangkap tertentu pa& lokasi dan waktu tertentu.
Sehubungan dengan migrasi vertkal harian ikan pelagis, terdapat
kecendrungan bahwa ikan-ikan pelagis pada waktu siang hari akan berada pada
kedalaman tertentu, sedangkan pada waktu malam hari ikan-ikan tersebut akan berada
di dekat permukaan air secara menyebar. Ikan-ikan pelagis ini pada waktu sore hari

ummmya mulai naik ke permukaan dan pada waktu pagi hari mereka mulai turun

dari permukaan (Hela and Laevastu, 1970; Connanghey and Zottoli, 1983; Amin dan
Nugroho, 1988; Freon, Gerlotto and Misund, 1993).
Lebih lanjut dlketengahkan oleh Nybakken (1992) bahwa migrasi vemkal
harian ini ada hubungannya dengan gerakan plankton. Zooplankton umumnya
mengadakan migrasi vertikal harian pula. Siang hari mereka akan bergerak ke
kedalaman tertentu, Sedangkan pada malam hari mereka justru bergerak ke
permukaan. Rangsangan utama yang menyebabkan dimulainya gerakan migrasi
vertikal harian zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon fototaksis
negatf

bagi zooplankton. Hal ini menyebabkan mereka bergerak menjauhi

permukaan laut bila intensitas cahaya & permukaan semalun h a t . Lebih lanjut
NybaMten (1992) menyatakan bahwa pada sore hari, saat suhu air masih hangat, dan

pagi hari, pada saat suhu air menjauhi permukaan laut hingga mempertahankan posisi
kedalaman tertentu. Selanjutnya, ketika intensitas cahaya matahari pada sore hari
mulai menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah permukaan laut dan akan tinggal
di pemukaan sampai fajar tiba. Hal ini temyata akan dikuti oleh pergerakan ikan
pelagis sebagai pemakanplankton (Hela and Laevastu, 1970 seperti pada Gambar 1).

pagi
hari

sore
hari permukaan

12.00

siang h&

* ***
* * *
* * * *
* *
*
Ket : *

* *
* *

*

*
*

*

*

*

*

*

*

*

= ikan

Gambar 1. Skema posisi ruaya vertikal harian ikan pelagis (Hela and Laevastu,
1970).
Operasi jaring insang muftifilamen pada saat suasana gelap berkaitan dengan
daya tampak jaring oleh mata ikan. Menurut Pilgrim (1982) efisiensi jaring insang
sangat dipengaruhi oleh daya tampak. Hal ini tergantung dari wama dan terangnya
jaring, kecerahan perairan, intensitas cahaya dan kedalaman perairan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pada perikanan jaring insang, tingkat kekeruhan berkorelasi positif
terhadap hasil tangkap. Semakm cerah perairan, mata lkan akan semakm mudah
mendeteksi adanya jaring sehingga ikan akan berusaha menghmdarinya. Seperti kita
ketahui, daya tampak benda gelap di dalam air lebih kecil dari pada benda terang,
selain itu, wama benda yang mirip wama lingkungan lebih efektif daripada wama
yang kontras terhadap latar belakangnya.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di perairan Kabupaten Bengkalis, Propinsi
Riau dan Selat Malaka, selama 6 bulan, yaitu dari bulan Maret 2001 hingga bulan
September 2001. Kegiatan experimental jishing dengan jaring insang hanyut
dilakukan pada bulan Mei 2001. Persiapan yang dilakukan meliputi pengamatan
komponen jaring insang hanyut dan penelusuran data sekunder didapatkan di Dinas
Perikanan Riau dan instansi yang terkait.

'

3.2. Kerangka pemikiran
Definisi hanging ratio menurut Ayodhya (1981); Nielsen and Lampton
(1983) adalah perbandmgan antara panjang tali ris atas dibagi dengan panjang dalam
keadaan teregang sempurna (stretch). Hanging ratio berkaitan erat dengan
pembentukan mata jaring ke samping, ha1 ini berarti bahwa semalan besar hanging
ratio tersebut, maka mata jaring semakin terbuka ke samping. Sehubungan dengan

prinsip dasar dari hanging ratio tersebut maka erat hubungannya dengan hasil
tangkapan yang akan d~peroleh baik berupa jumlah (ekor),

berat (kg) dimana

semakin tinggi nilai hanging ratio maka jumlah hasil tangkapan bisa meningkat atau

turun dan cara tertangkapnya ikan dimana dengan meningkmya nilai hanging ratio
maka ikan yang tertangkap secara entangled (E) akan menurun begitupula jenis ikan

yang tertangkap juga akan menunm jenisnya. Kesemua dari pernyataan

tersebut

akan mempengardn kurva selektivitas yang akan terbentuk. Untuk itu peneliti
membuat diagram kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 2.

00 0 0 0 0
45% 50% 55%

1

60%

65%

70%

1

v
Ukuran ikan has11
tangkapan (cm)

Has11tangkapan
Jumlah (ekor),
berat (gram)

*

Kurva Selektivltas
menurut Matsuoka

-

Cara
tertangkapnya
~kan(SGW&E)

4

Gambar 2. Diagram kerangka pemkuan penelitian yang di lakukan.
Penulis juga membuat rangkuman proses penelitian untuk mempennudah
dalam mengambil langkah-langkah dalam penelitian, dimana dalam rangkuman
proses penelitian termuat beberapa tujuan penelitian, metode yang digunakan
dilapangan, desain dari pada experimental fishing yang akan dilaksanakan, data-data

yang dikumpulkan untuk keperluan analisis data dan analisis data yang digunakan
untuk membantu dalarn menjawab dari pada tujuan penelitian tersebut,(lihat Tabel 1).
Tabel 1. Rangkuman proses penelitian yang dilakukan.
Tujuan

Metode

Pengaruh hang
Experimental
ing ratio terhadap fishing
jumlah hasil tang
kapan
Exper~mmral
Kornposisi hasil
menurut cara
tertangkap

1

Desain

Rancangan Acak
Lengkap
Menentukan dua
arah hanging ratio
dancara tertangkap
Ulangan pengo
perasian

Data yaug di
kumpulkan
Jenis, jumlah
dan berat ikan

Jumlah ikan me
nurut cara
tertang kapnya
berdasarkan
hanging ratio
Fork length ,
TL, berat, cara
ter tangkap ikan,
GM Go dan GN

Analisis data

Uji keragaman
Sidig ragam
Uii bandine
Ckey
Histogram
Perhandingan
Frekuensi harapan

-

(X2)
Kuwa selekti vitas
berdasarkan
Masuoka Grafik,
menentukan FL,,,

3.3. Bahan dan Alat
3.3.1. Experimental drift gillnet.
Jaring insang yang digunakan dalam experimentaljshing ini sebanyak 12
kebat (1 kebat

=

2 pieces) yang terdiri dari (1) kondisi bahan dan alat yang sama

kecuali hanging ratio 45 %, 50%, 55%, 60%, 65% dan 70% (H45,H50, H55, H60,

H65 dan H70) masing-masing sebanyak dua kebat dengan ukuran mata jaring adalah
8,75 cm (nilai nominal mata jaring adalah 3,5") sama dengan yang digunakan
nelayan di lokasi penelitian; (2) panjang dan tinggi setiap jaring sama, yaitu 70 m dan

9,4 m agar upaya penangkapan sama. Mesh opening (M,) dari jaring tersebut secara
acak diukur dengan verner calliper. Bahan jaring yang digunakan polyamid PA

(nylon mult$lament) dl18 dengan jumlah mata jaring setiap panjang dan lebar
berbeda-beda sesuai dengan nilai hanging ratio lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 2. Setiap kebat dipasang tali ris atas yang terdiri dari 2 utas tali polyethylene/PE
diameter 6 mm yang berlawanan pintalan dan tali pelampung dengan ukuran dan
bahan yang sama dan satu unit jaring di pasang 3 buah pelampung tanda dan 36 buah
pelampung besar dari bahan polyvinylchlorid/PVC (pelampung sintetis) panjang 2 1,5
cm dan keliling 97 cm dengan berat 90 gr sedangkan dibawah bagian jaring utama
terdapat selvedge dari bahan saran (Polyvinylidene chloride, PVD) sebagai pemberat
pengganti dari batu alam dengan jumlah mata jaring 17 mata arah lebar dan panjang
sesuai dengan jumlah mata jaring utarna. Lebih lanjut deskripsi dan spesifikasi drifr

gillnet disajikan pada Tabel 3, disain drij gillnet yang digunakan dalam penelitian
digambarkan dalam Gambar 3,4, dan 5.
Kedalaman jaring insang terpasang sangat erat kaitannya dengan hanging

ratio yang diterapkan pada jaring insang tersebut, untuk menentukan luas areal jaring
insang yang terpasang kita harus mengetahui hanging ratio, jumlah mata jaring arah
vertikal dan horizontal, ukuran mata jaring. Untuk itu disajikan beberapa formula
untuk mencari kedalaman dan panjang jaring serta luas permukaan webbing sebagai
berikut:

s

=

I

- H,

untuk mengetahui nilai shortening;

L, = 2bp(l- s ) ,untuk mengetahui panjang jaring arah horizontal;
d = 2bq=,

untuk mengetahui panjang jaring arah vertikal;

4.= 4bzpq(1- s

) m , untuk mengetahui luas permukaan webbing;

dimana : L, = panjang jaring arah horizontal;

d

= panjang jaring

p

= jumlah

arah vertikal (tinggi jaring);

mata jaring arah horizontal;

q = jumlah mata jaring arah vertikal (tinggi jaring);

H

= Hanging ratio;

s

= shorteming;

b

=

panjang bar dalam mata jaring.

Tabel 2. Spesifikasi experimental dr~jigillnet per kebat.

Keterangan: *

=

Tinggi dan panjang setelah ditarnbah mata jaring agar panjangnya
menjadi 70 m dan tingginya menjadi 9,4 m.

3.3.2. Peralatan lain
Pengoperasian jaring dilakukan dengan menggunakan Kapal Motor milk
nelayan jaring insang hanyut yang terbuat dari kayu dengan ukuran panjang 15,O m
(LOA), lebar 2,O m (B) dalam 1,3 m (D) dengan tenaga pengerak 16 PK seperti
ditunjukkan pada Gambar 6.
Panjang hasil tangkapan diukur dengan menggunakan penggaris plastik
sepanjang 1 m dengan akurasi 1 mm sedangkan beratnya ditimbang dengan
timbangan duduk 5 kg dengan akurasi 100 gr sedangkan kelilmg badan m a k s i m
dan keliling tutup insang (sampai belakang) diukur dengan cara melmgkarkan benang
nilon (polyamida) disekeliling tutup insang kemudian diukur dengan penggaris yang
akurasinya 1 mm. Alat-alat lain yang diperlukan seperti kantong plasbk (glangsing)
ukuran 25 kg, termometer suhu udara (satuan derajat Celcius), stop watch, kompas,
GPS, jam tangan, tali pengukur kedalaman perairan, Buku Pedoman Pengenalan
Sumberdaya Perikanan Laut, jenis-jenis ikan ekonomis penting (Ditjen. Perikanan,
1990) dan alat tulis serta yang lainnya yang dlanggap perlu.

Drift Gillnet
Tenggiri dan Parang-parang
Malacca Strait
m y - 3

HR

- 65

O
"/