Agroforest sebagai teknologi tradisional untuk pengelolaan daerah penyangga taman nasional lore lindu : Suatu pendekatan valuasi ekosistem

AGROFOREST SEBAGAI TEKNOLOGI TRADISIONAL
UNTUK PENGELOLAAN DAERM PENYANGGA
TAMAN NASIONAL LORE L D U : Suatu Pendekatan
VaIuasi Ekosistem

SEKOLAE PASCASARJANA
INSTITUT PERTANUN BOGOR
2004

Agroforest m e r u p h teknologi tradisional yang memiliki ekosistem yang
kompleks. Kondisi inilah yang menjadih agroforest merupakan teknologi yang
secara teori akan sustainable dalam pengelolam daerah penyangga T m m
Nasional Lore Lindu. Taman Nasional Lore Lindu bingga kini belum merniliki
daerah penyangga sehingga sangat riskan terfiadap t e h m aktivitas masyarakat
ymg b
d di sekitarnya Oleh sebab itu penelitian ini W j u o r n untuk
mengetahui nilai ekonomi total y m g dimiliki oleh agroforest agar dapat
ditawarkan sebagai tehologi pengelolaan daerah penyangga Taman Nasional
Lore Lindu (TNLL) agar pernasalahan ekologi dan ekonomi kawasan daer&
penyangga dapat menjadi lebih stabil.
Penelitian ini dildi Kecamatan Palob yang terletak di bagian Utara

TNLL. Terdapat 22 buah desa di K m t a n Palolo. Populasi desa tersebut
dikelompokkan ke dalarn dua strata yaitu desa yang berbatasan TNLL (S+) dan
desa yang tidak berbatasan (S-).Meldui Alokasi Neymann, dengan meng@an
rasio jumlah kepala keluarga dengan luas hutan desa sebagai variable, maka
diperoleh ukuran contoh s e b 6 desa,tiga desa berbatasan (Sintuwu, Bahagia,
dan Ampera) dan tiga desa yang tidak berbatawi (Berdikari, Bahagia, dan
Ampera). Setiap desa ditarik contob 30 responden seas acak sehingga total
responden adalah 180 orang. Nilai ekonomi yang diukur adalah nilai ekonomi
tidak langsung, nilai pilihan, dan d a i keberadaan Variabel sosial ekonomi yang
mempengetruhi persepsi dan apresiasi responden dalm proses valuasi juga
ditanyakan dengan menggunakan kusioner (umur, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, nilai kebutuhan, nilai kebun lainnya, lama bermukim). Secara garis
besar valuasi ekonomi menggunakan pendekatan harga, berbasis ongkos, dan
kontingensi. Di =ping survai vduasi ekonomi, inventarisasi juga dilakukan
terhadap 1 ha amforest dan 1 ha hutan alam yang terdekat ke agoforest. Data
yang dikumpulkan d i d i s i s dengan menggunakan analisis regresi kuadrat
terkecil (sederhana d m berganda) serta analisis regresi logistik.
T d p a t dua kmkter objektif agroforest sebagai &but y ang bepngaruh
dalam proses valuasi. Pertama dalah sejarah dan proses terbentuknya dan
sbuktur tegakanuya. Pengkajian s e j d menghasib bahwa agroforest yang

berada di sekitar TNLL bemama pampa dimana proses pembentukannya
"mengadopsi" dua asal usul a g r o f o d tradisional dunia, yaitu perladangan
berpindah-pindah dan simulasi ek&stem hutaa Kedua adalah stmktur. Analisis
struktur yang menggunakan metode Ogawa rnenghdkm tujuh stratum pada
agroforest dan enam pada hutan i h n B e r h k a n uji F terhadap j d a h strata
dipemleh nilai P sebesar 0,692 (a= 0,005), yang b e d stratifikasi kedua tegakan
Alah sama. Adisis Nilai Indeks Penting (IW) serta Koefisien Kesamaan (?X)
serta analisis keragaman spesies juga dilakukan terhadap data plot.
Analisis terhadap persepsi melalui pendekatan subjektivitas diperoleh
48,4% responden yang memiliki persepsi positif (baik dan sangat baik) terhadap
agroforest pampa. Variabel yang berpengaruh positif terhadap persepsi ini adalah
umur dan pendidikan sedangkan jumlah keluarga berpengaruh negatif, artinya
semakin banyak angota keluarga maka persepsi terhadap agroforest pampa
cenderung tidak baik.

Nilai ekonomi total agoforest pampa sebesar Rp165.838.496 per hektar
per tahun yang terdiri atas nilai langsung Rp23-645.663 per hektar per t a h q nilai
tidak langsung ICp141.213.333, nilai pilihan Rp382.500 per hektar pertahun, d m
nihi kebedaan Rp597.000 per hektar per tahun Analisis regresi menunjukkan
pemngkatan lama bermukh dan nilai kebutuhau responden berpengaruh positif

terhadap n i k langsuag agroforest pampa, dan lama pendidikan memperlihatkan
pengaruh yang sebaliknya. Andisis regresi juga memperlihatkan bahwa
penhgkatan jumlah phon per hektar rnenhgkatkan nilai kayu agroforest pampa
m a linier dan mempengaruhi niIai bukan kayu secara tidak linier, dimana nilai
ekonorni bukan kayu mehgkat hingga jumlah pohon per h e w sebanyak 65
pohon.
Hubungan antara kompatibilitas tegakan agroforest pada tingkat elms size
dengan nilai ekonomi Iangsung memperlihatkan kuma yang tidak Iinier, dimana
pada tingkat kompatibilitas rendah (I) merniliki nilai ekonomi yang tertinggi,
kemudian memperlihatkan kecendenmgan penurunan nilai ekonorni pada tingkat
kompatibilitas sedang (2 dan 3) kemudian nilai ekonomi mengalami peningka'hn
kembali pada kondisi kompatibilitas tinggi (4). Kurva kompatibilitas ini
menjelaskan konsep keseirnbangan ekoIogi-ekonomi pada agroforest pampa.
Kurva tersebut juga menunjukkan bahwa agroforest-pampa merupakan tipe
agroforestri terpadu dimana komponen pohon dan bukan phon memiliki peranan
ekologi dan ekonorni yang sama d a m sistem agroforest tersebut.
AnaIisis Net Present Value (NPV) tefhadap pengembangan agroforest
-pa
dengan jangka waktu proyek selama 10 tahun dengan tingkat suku bunga
12% menghasilkan hTV sebesar Rp750.163.858,70 d m surplus konsumen

sebesar Rp741.705.858,70.
Mempertimbangkan aspek ekologi d m ekonomi di atas, khususnya
keseirnbangan keduanya dalam skala tegakan atau kebun atau rumah tangga
memberikan alasan yang kuat bahwa agroforest pampa merupakan teknologi yang
menjanjikan untuk pengelolaan daerab penyangga Taman Nasional Lore Lindu.
Terlebih la@, menggunakan agroforest pampa dalam pengelolaan daerah
penyangga juga berarti m e l e budaya IokaI. Hal ini penting mengingat
Taman Nasional Lore Lindu memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat
rekreasi, ekowisata, sebagai fasilitas penelitian dan pendidha

Kata kunci: Agroforest pampa, valzmi ekonomi, Taman Nasional Lore Lindmc,
daerah penyangga, nilai ebnomi, hcamatan Palolo, kompatib ilitas.

ABSTRACT
Agroforest is a kind of traditional technology which has a complex
ecosystem. This condition makes the agroforest a potential technology which is
theoretically sustainable for buffer zone management of Lore Lindu National Park
(LLNP) in Central. Sulawesi. Until now the Lore L i d u National Park has no
possessed buffer zone yet. Consequently,the park is more and more susceptible to
pressure from activity of people in surrounding areas. On that account, this

research is aimed to know the total economic values of agroforest. Such
information of economic values is necessary for buffer zone management of Lore
Lindu National Park.
The research was conducted in Palolo Sub-District which is situated in
the North part of LLNP. The Sub-District consists of 22 villages which constitute
the research population. This village population was systematically divided into
two groups or strata The first group (S+) are those villages which bordering
directly with the Park, whereas the second group are those which are not (S-).
Through Neymann Allocation, by using ratio of number of households and village
forest area as variables, it was obtained that 6 villages constitute the sample size,
and comprise three S+ villages (Sintuwu, Tongoa, Sigimpu) and three S- villages
(Berdikari, Bahagia, and Ampera). The research has chosen randody 30
respondents from each village sample. Therefore there were totally 180
respondents. The economic value measured was total economic values which
comprise direct economic value, indirect economic value, option value, and
existence value. Sociceanomic variables influencing the perception and
appreciation of respondents (ages, period of education, number of family member,
value of daily needs, other garden value, and duration of living in the village)
were collected by using questioners. Economic valuation, in general, has used
market price approach, costs based approach, and contingency approach. Beside

valuation survey, the research also has conducted an inventory of one hectare plot
for each agroforest and its neighbor natural forest. A1 data collected were
analyzed by wing Least Square Regression Analysis (simple and multiple
regressions) and Logistic Regression Analysis.
There are two objective characteristics of agroforest which serve as
anributes affecting the course of valuation. The first is the establishment process
and history of agroforest, whereas the second is its stand structure. The £ k t
objective characteristic revealed that the name of existing agroforest is pampa.
Afteward, it is called Agroforest Pampa. Based this agroforest referring to its
establishment process "adopted" two originals of on the development process,
agroforest pampa adopts the style of two origins of world traditional agroforestry,
namely shifting cultivation and forest ecosystem simulation. From stand s t n u a m
view of point, after conducting structure d y s i s by using Ogawa method, the
research revealed that agroforest stand possessed seven strata whereas the
neighboring natural forest possessed six strata Statistical F test of stratum data
give P value equal to 0,692 (a= 0,005). It implies there is no difference between
agroforest stratification and natural forest one. Analysis of I
W(Important Value
Index) and also Similarity Coefficient and Evenness Indices are also conducted.
Analysis on perception through subjectivity approach shows that

48,4% of respondents have positive perception ( gmd and very good) to

agroforest pampa. Variables which have positive effect to this perception are
education and age, while size of family have negative effect, which implies that
the larger the number of family member, the worse is the perception bmrd
agroforest pampa.
Total Economic Value of agroforest pampa is Rp165.838.496 per
hectare per year which comprises direct value of Rp23.645.663 per hectare per
year, indirect value of Rp14 1.21 3.333 per hectare per year, option d u e of Rp
382.500 per hectare per year, and existence vdue of Rp597.000 per hectare per
year. Regression d y s i s shows that the variables of living duration and value of
daily needs have positive effect toward direct vdue of agroforest pampa, while
other variables: value of other garden, size of family member, and educational
period show influence which is on the contrary. The Analyses also show that the
larger the number of trees per hectare in the pampa, the greater is the value of
woody component of agroforest pampa. The increase of this number of trees per
hectare will dso increase the economic value of non timber products of agroforest
pampa, until the number of trees reaches 65 trees per hectare.
The relation between compatibility degrees of agroforest pampa at size
class level with direct econornic value shows a non linear curve. The curve depicts

highest economic value owned by part of the curve with low compatibility
(compatibility I). The economic vdue tends to decrease in the medium degree of
compatibilities (compatibilities 2 and 3). And it tends to increase through the
highest compatibility (compatibility 4). This curve of compatibility has a good
explanation about an economic ecological equilibrium of agroforest pampa It also
showed that agroforest pampa is an integrated agroforestry type where both tree
component and non tree component has same role in ecological and economical
process of agroforest pampa system.
Net Present Value (NPV) of agroforest pampa development was
calculated by using 10 years project life and 12% discount rate. The analysis
yields Rp750.163.858,70 of NPV, and consumer surplus equal to Rp
741.705.858,70.

Considering economic and ecological aspects explained h e ,
especially the equilibrium of those aspects in stand or farm or household level
gives a real mason that agroforest pampa is a promising technology to h applied
in the buffer zones management at the Lore Lindu National Park. Furthermore,
using agroforest pampa as a technology for the buffer zones management will
give other benefits such as supporting the sustainability of local culture. It is
important because of its in line with some function of the Lore Lindu National

Park, especially as research site, emtourism site, and education facility.

Keywords: Agrofresf pampa, economic valuation, The Lore L i n h National Park,
Bufer Zones, Economic value, Palolo sub-diswict, compatibility.

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertadatangmdi bawah ink

Nama
N~P

: Syukur Umar
: PI46 000 10

Menyatakan dengan s e h - W y a bahwa segala pernyatam d a m diserhsi
saya yang berjudul:
AGROFOREST SEBAGAI TEKNOLOGI TRADISIONAL WNTUK
PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL LORE
LMDU: Suatu Pendekatan Valuasi Ekosistem


Merupakan gagasan atau hasil penelitian yang telah sap lakukan sendiri dalam
rangka Program Pendidikan S3 saya pada Sekolah Pascassrja Institut Pertanian
Bogor, dengan pembimbiian Kornisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukanxlya Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data clan informasi yang digunakm telah dinyaakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2004

Svukur Umar
PI46 000 10

Judul Disertasi

: Agroforw t Sebagai Teknologi Tradisional Untuk

Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional Lore
Lindu: Suatu Pendekatan Valuasi E W i t e m
: Syukur Umar


Nama
NRP
~ r o i m nStudi
l

:
:

P14600010
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

enyetujui,

Prof. Dr. Ir. D u d u n ~Darusmrmn, MA
Ketus

/
Prof. Dr. ir. Cecep Kusmaua, MS
Anggota

Anggota

Mengetahui,

ekolah Pascasarjana

Tanggal Ujian: 16 September 20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Polewali, Kabupaten Polmas, Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 27 November 1965 sebagai anak sulung dari pasangan Umar
Nomba dm St. Aminah Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi amu-Ilmu
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin sejak 1984 dan lulus pada
tahun 1989. Tahun 1995 hingga 1997 menempuh pendidikan magister dengan

spesialisasi menejernen agroforestri pada Universitas Paris 12, Perancis.

Sejak I990 hingga sekarang sebagai staf &sen di Universitas Tadulako
Palu, Provinsi Sulawesi Tengalq dan selama rentmg waktu 1991 dan 1994
sebagai menejer kehutanan pada perusahaan HPH PT.Sinar kaili. Selama bekeja
di pemahaan W H tersebut banyak pengalaman praktis kehutanan yang

mempermatang ilmu kehutanan ymg diperoleh selama di Unhas.
Sejak tahun 2000 mengikuti Program Pasca Sarjana Jnstitut Pertanian
Bogor. Spesialisasi keilmuan yang digeluti adalah valuasi ekonomi ekosistem
(agroforest). Spesidisasi keilmuan hi dipermatang selama penelitian disertasi
yang juga mrmpakan salah satu bagian dari proyek keqasama penelitian tentang
Stability of forest margins in Indonesia antma dua universitas di Jennan
(Gottingen University dan Kassel University) dengan dua universitas di Indonesia
(Fnstitut Permian Bogor dan Universitas Tadulako).

Selama menjadi rnahasiswa pascasarjana IPBi, sempat sebagai pengums

Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB periode 2001; dan juga pengurus inti
Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Asal Sulawesi Tengah di Bogor periode
2003-2004.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis &pat merampungkan
tulisan ini berupa Disertasi sebagai sywat untuk meraih gelar Doktor dari Sekolah
P-ana,

Tnstitut Pertanian Bogor. Berkah Hahi itulah yang juga merupakan

penyegar yang menumbuhkembangkan niat yang suci, bahwa: menjadi hamba

yang berpendidikan merupakan amanah yang harus diemban dengan baik.

Kekrhasilan dalam menyelesaikan Disertasi 3ni dan meraih gelar Doktor
tidak terlepas atas bimbingan para tim komisi pembimbing. Oleh sebab itu
smoga Allah SWT

ksenantiasa membalas budi baik yang

saya rasakan

selama ini. Saya akan berusaha untuk m e n ~ m b ~ m b a n g k ailmu
n pengetahum

yang telah saya peroleh seIama ini untuk mewujudkan suatu masyarakat rnadani.

Dorongm moril yang tak ternilai yang telah diberikan oleh ayah dm ibu
saya, serta istri dan anak-anak saya bagaikan siraman cahaya m e n t i pagi yang

selalu menyejukkan dan menurnbuhkan semangat perjuangan untuk rneraih

kehidupan yang lebih layak di hadapan masyankat serta diberkahi oleh Allah

SWT.Mereka adalah keluarga saya yang akan senantiasa bersama-sama dengan
saya dan semoga Ilahi Robbi rnelimpahkan kasih sayangnya kepada kami.
-

Rekan-rekan yang saya tak dam sebutkan satu per satu: terirna kasih atas

kejasamanya selama ini. Selamat berjuang, semoga sukses.

Syukur Umar

..

Niiai Ekonomi Agroforest Pampa ............................... ..............
1. Proses Valuasi dan Persepsi terhadap Agroforest Pampa ...............
2. Nilai Ekonomi Total Agroforest Pampa ....................
.................
3 . Hubungan Kompatibilitas Tegakan dengan NiIai
Ekonomi ..............................................................................................
4 . Net Present Value ............................
......
..................................
Perspeiaif Agroforest dalam Pengelolaan Daerah Penyangga ....................
1.
Evoiusi Konsep Daerah Penyangga ..................................................
Kondisi Daerah Penyangga Taman Nasional Lore Lindu ................
2.
V KJBIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ................................................................................................
Saran ............................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................

Tabel IV-3
Tabel I V 4
Tabel IV-5

Tabel IV-10
Tabel IV-11
Tabel IV-12

Halaman
Penjabaran Nilai Ekonomi Total (TEV) hutan tropis ............... 26
Teknik valuasi berdasarkan komponen nilai hutan tropis ............. 30
Tiga kelompok variabel penelitian ...........................................
57
Komponen nilai dan metode penilaian yang digunakan ............... 5 8
Pmbedam antara pampa dan h e kopi dalam konteks
agroforestri tradisional pada msprakat Sulawesi Tengah .......... 77
Distribusi jenis dan jenis dominant berdasarh kelas tinggi pada
1 ha agroforest pampa ......,............................,........ ...,. .... ,,
86
J d a h strata pa& plot agroforest dan hutan alam ........... ...... 89
Jumlah pohon herdk e k diameter pada masing-masing 1
ha plot hutan alam dan agroforest pampa ..................................... 90
Mono@ vegetasi pada 1 ha plot agmfomt dan 1 ha plot hutan
darn ................................................................................ 92
Kondisi pernbukaan lahan selama lrrisis ekonomi di Indonesia ... 95
Hasil analisis regrai logistic l a g rnenggambarkan hubungan
antara persepsi dengan atribut responden ............................. 107
Anatomi nilai ekonomi total agroforest pampa ...................... 1 1 1
Hubungan fungional antar nilai langsung agroforest pampa
dengan lima variabel lainnya .................................. .........,... ....... 114
Kebutuhan dan nilai ekonomi d a b perspektif valuasi ebnomi 119
NFV dan surplus konsumen agroforest pampa
132
Perbandingan relatif antara zonasi formal-danzonasi tradisional
134

.

DAFTAR GAMBAR
Garnbar II- I
Garnbar 11-2
Garnbar 11-3
Gambar 11-4
Garnbar 111-1

Gambar 111-2
Garnbar 111-3
Gambar 111-3
Gambar 111-4

Gambar 111-5
Gambar IV-I
Gambar 1V-2
Gambar IV-3
Gambar IV-4

Gambar IV-5
Gambar IV-6
Gambar IV-7
Gambar IV-8

Gambar 1V-9
Gambar IV-1 0
Gambar IV-11
Gambar IV- 12

Garnbar IV- 13
Garnbar IV-14
Gambar IV-15
Gambar IV-16
Gambar IV- 17
Gambar IV- 1 8
Gambar IV- I9

Halaman
Suplai. demand. harga dan surplus konslmen .......................... 21
33
Posisi agroforest dalam sistem agroforestri terpadu pa&
............................................................................
dataran tinggi
Konsep kompatibilitas pada sistem model terintegmsi ............ 35
39
Trade off antar tiga tujuan utama pembangunan berkelanjutan
Letak agroforest pada sistem tata guna lahan di sekitar Taman
Nasional Lore Lindu ............................................................ 40
..
Dimensi pohtik agroforest ..................................
..... .42
Proses valuasi datam konsep nilai .......................
.......... 45
Posisi desa sample penelitian pada TNLL ........................ 52
Desain plot pengamatan vegetasi ................................... 54
Komponen dm proses d inamis penelitian ........................ 55
Rumah masyarakat peldang berpindah-pindah .................. 65
Tegakan aren di desa Bakubakulu ........................
.
............
72
Proses pembentukan agroforest pampa ...................
...... 75
Bone dan pampa pada Taman Nasional Lore Lindu di wilayah
Kecamatan Paiolo ...................................................................
76
Pampa yang terletak pada bzttas Taman Nasioml Lare Lindu
di Kecamatan Palo lo ..............................................................
79
80
Pampa pada peta agroforest khas Indonesia ..........................
Diagram hubungan jumlah dengan tinggi total pohon pada
masing-masing 1 hektar hutan dam (a dan b) dan agroforest
pampa(cdand) .............................
.
........... .................... 84
Hubungan diameter batang setinggi dada dengetn j umlah
pohon pada hutan alam (a) dan agroforest (b) .......................... 91
Proses aliran infomasi di dalam otak ......................
....... 99
Deskripsi persepsi responden terhdap agrofmst pampa ...... 101
102
Mengukur persepsi melalui metode proporsi sukjektif dan
objektif berimbang ....................................................................
Regression plot yang memperlihatkan hubungan lama
pendidikan dengan nilai langsung agroforest ........................... 113
Interaksi bioekonomi pada model output-output agroforestry .. 122
Kuwa yang menggambarkanhubungan nilai h y u (N-Kyu)
dan bukan kayu IN-bKyu) pada agroforest pampa ............... 124
Hubungan kompatibilitas tegakan dengan nilai ekonomi
langsung agroforest pampa .................................................
131
Dua sihiasi zona penyangga ........................................ 146
Hubungan antara berbagai pendebtan konservasi ................... 148
Posisi Zona Pemanfsatan Taman Nasional b r e Lindu ........... 150
Proses perurnusan lokasi daerah penyangga
151

.
.
.
.

Latar Belakang

Agrofores~ lckompleks (selanjutnya disebut agoforest) dan daerah
penyangga adalah dua istilab penting dalam pengelolaan taman nasional. Daerah

penyangga adalah kawasan yang terletak di luar tarnan nasional clan dimaksudkan
sebagai penyangga agar taman nasional tersebut tidak terganggu dan rusak oleh

aktivitas manusia yang bermukim di sekitarnya, dan juga manusia tersebut tidak
terganggu oleh binatang buas atau ganggum laimp dari taman nasional.
Agoforest dapat dipraktikkan oleh masyankat pada daerah penyangga &lam

rangka pengelolaan sumber daya lahan. Agrofomt merupakan istilah ilmiah )mng
dipopulerkan oleh ICRAF (International Centre for Research in Agroforestry)
bagi agroforestri kompleks Indonesia. Hubert de Foresta dm Michon (2000)
mengatakan bahwa kekompleksan agroforest didominasi oleh unsur pepohonan,

perdu, tanaman semusim danlatau rumput sehingga kenampakan ekosistemnya
menyerupai hutan alam primer atau sekunder.
Keserupaannya dengan hutan alam d m sifatnya yang tradisional

merupakan kekhasan agroforestri ini baik dilibat dari sudut pandang ekonomi,
ekologi dan sosial burlap. Masyarakat di sekitar Taman Nasional Lore Lindu
dibarapkan dapat menghasilkan produk kehutanan baik berupa kayu maupun

bukan kayu dari daerah penyangga yang menggunakm agroforest sebagai
teknologi pengelolaan lahamya dengan tetap menjaga spesies alarni (hutan).

Pohon yang tumbuh di lahan agroforest merupakm pepohonan hutan yang
seharusnya akan mempengaruhi nilai ekonomi dan ekologi tanaman bukan pohon
yang dikelola secara intensif pada lahan yang sama dadatau pada tapak yang

berbeda. Kemudian dari aspek sosial budaya, agroforest merupakan sarana
pengembangan budaya dan pengetahuan masyarakat lokal yang dihasilkan dari

pengalaman yang panjang yang kemudian disusun secara sisternatis menjadi suatu
pengetahuan tradisional pengelolaan lahan.

Agroforest pada daerah penyangga akan memberikan kontribusi
ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Konlibusi ekonomi dapat berupa
penclapatan finansial oleh pemilik serta terhadap pembangunan ekonomi daerah

dan nasional. Kontribusi ekologi berupa terbentuknya ekosistem buatan tetapi
menyerupai ekosistem dam yang kaya a h keragaman hayati serta perlindungan

terhadap ekosistem Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Sedangkan kontribusi
sosial budaya akan timbul karena agroforest sebenarnya merupakan manifestasi
kearifan masyarakat lokal.

Kontribusi tersebut di atas merupakan rnanifestasi dari hdungan nilai
ekonorni agroforest yang terdri atas nilai penggunaan langsung (direct me value),
nilai penggunaan tak langsung (indirect use value), nilai pilihan (opton value),
dan nilai keberadaan (existence value). Total nilai agroforest tersebut merupakan
potensi teknologi tradisional hi sebagai instrumen penting pada tahap
perencanaan untuk pengelolaan sistern zonasi TNU. Hal ini sangat penting

dengan mernpertimbangkan semakin sangat h t n y a tekanan aktivitas m

e

t

sekitar terhadap kawasan TNLL.

Balai TNLL (2001) melaporkan bahwa selama rentmg waktu 1998
hingga Maret 2001 telah terjadi pambahm kawasan TNLI, seluas 962,62 ha.

Pada laporan tersebut diinformasikan bahwa perambahan terIuas tejadi di
Kecamatan Pdolo, yaitu seluas 519,50 ha atau sebesar 54% bila dibandingkan

dengan kecamatan lainya : Kulawi (20,4%), Lore Utara (13,4%), Sigibiromaru
(12,2%), dan Lore Selatan (0%). Kerusakan TNLL ymg disebabkan oleh

pembahan bahkan sangat serius terjadi di sekitar Kecamatan Palolo sejak

pertengaban tahun 2001 dimana kurang lebib 1.030 kepala keluarga menduduki

kawasan Dongi-Dongi, bagian dari TNLL, dan Giperkirakan telah nlembabat

hutan seluas 2060 ha (Jane, 2002). Tekanan yang sangat besar terhadap wilayah

TNLL merupakan fW perlunya suatu kebijakan tentang daerah penyangga di
Kecamata Palolo.

Kemsakan TNLL tersebut di atas disebabkan oleh estimasi yang rendah
oleh masyarakat akan manfaat yang dapat diberikan oleh ekosistem TNI,L.
Rendahnya estimasi merupakan penyebab utama kegagalan &lam pengelolaan

dan perlindungan suatu barang atau jasa sehingga tidak dikelola secara lestari
(Lette dan de Boo, 2002). Total nilai ekonomi suatu barang dan jasa &pat

diperoleh dengan melaIcukan valuasi ekonomi (selanjutnya Mam disertasi ini

seriag juga disebut valuasi ekosistem) yang merupakan suatu alat analisis dalam
pengambilan keputusan yang bertujuan untuk membandingkan kelebihan
(advantages) dm kekurangan (disadvcuftc1ges) suatu skenario tertentu. Dengm
kata lain, valuasi ekosistem merupakan alat yang dapat memberikan informasi

yang wgat berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan pilihan dari
berbagai altematif yang munglun.

Pengelolaan daerah penyangga meidui sistem agroforest merupakan

rekomendasi yang baik. Kelebihafi yang dapat d i m oleh agroforest adalah
adanya interaksi ekonomi dm ekologi yang bukan hanya terjadi antara stratum

@ohon dau bukan pohon ), tetapi juga inmahi antar tap&. Sehingga aspek

sosial, ekonomi, dan ekologi merupakan unsu penting dalam pengelolaan
agroforestldaerah penyangga.
Aspek ekonomi, sosial, dan ekologi suatu daerah penpgga sangat
penting karma merupakan unsur-wur utarr~ dalam konsep pembmgunan

berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan bukan sekedar tujuan yang ingin

dicapai, tetapi Iebih dari itu ia akan menggambarkan suatu langkah-langkah bath)
yang akan menampakkan suatu proses partisipasi (Usha et al., 2000). Proses

partisipasi (peran sertaj dalam pengelolaan sumbcrdaya lahan merupakan ha1 yang
berimplikasi terhadap partisipasi masyarakat sekitar hutan dahm pengelolaan
TNLL. Terlebih dari itu, parcisipasi di sini juga berarti melibatkan berbagai atribut

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dalam pengelolaan hutan. Partisipasi juga
berarti melibatkan dukungan semua stakeholder atau para pihak sesuai dengan
peran dan kewajibm masing-masing, termasuk dukungan dari masyarakat

intemasional. Hal ini penting bila pembangunan kebutanan Indonesia ingin
bergeser menuju perbaikan ekonorni secara lestari dalam jangka panjang (m0,
2001).

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daerah
penyangga TNLL, agroforest dapat dikemas &lam program perbutanan sosial.
Perhutanan sosial (socialforesoy) akan dapat menjadi suatu model manajernen

agroforestldaerah penyangga yang menanpatkan masyarakat I okal sebagai
stakeholder terpenting. Perhutanan sosial, baik berbentuk hutan kernasyarakatan
(community forestry) ataupun hutan rakyat Varmf o r m f ~akan
)
berintikan sistem

agroforestri yaitu sistem yang memadukan produksi kayu dm bukan kayu dalam
suatu lahan (Nair, 1993), dm atau dalam suatu bentang landscape. Dengan

demikian perhutanan sosid merupakan m&l manajemen yang berbasiskan ilmu,
dimana praktik agroforestri akan dapat meningkatkan produksi lahan serta

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wna penyangga.
Praktik perhutanan sosial telah dilakukan secara tradisional di wilayah

Indonesia dalam bentuk Usaha Kehutanan M a s y k t parusman et al., 2001).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Usaha Kehutanan Masyankat

0telab

memperlihatkan Gngkat resiliensi yang tinggi terhadap terpaan krisis ekonomi

nasiond yang terjadi sejak pertengahm 1997. Pengalaman ini telah memkrikan

sumbangan pemjkiran yang berarti bagi pergeseran orientasi kebijakan ekonomi,
yaitu peningkatan peran usaha masyarakat yang lebih luas.

Strategi

pengembangan usaha rnasyarakat di masa yang akan datang dapat membuahkan

hasil yang lebih baik j
h strategi yang diterapkan berprinsip pada apa yang
dimiliki oleh masyarakat. Artinya bertumpu pada apa yang berkembang di
masyarakat dm bukan dengan cara mengintroduksi sesuatu ha1 yang baru yang

sesungguhnya tidak dikuasai, babkan tidak disukai oleh msymkat.
Metode valuasi yang memperhatikan aspek partisipatif merupakan suatu
pendekatan baru dalam penilaian sumkdaya hutan. Yang dimaksud partisipasi di

siai adalah melibatkan masyarakat lokal &dm kegiatan penilaian, yaitu
mencakup persiapan dan pelaksanaan penelitian. Melibahn masyarakat lokal
dalam pengumpulan data a k a menyebabkan masyardcat tersebut mengetahui
secara langsung persoalan-persoaim dan contoh-contoh baik yang terdapat dalam

masyarakat mereka sendiri. Metode partisipatif pada taraf ini merupakan

perlibatan stakeholder setempat (local on-si!e stahholders), yaitu penduduk desa
sampel. KemMpun partisipasi pada taraf ini h i f a t lokal sehingga responden

berada relatif dekat terhadap fmture yang dinihi, nilai kebemdaan (existence
value) dihampkan dapat diakses dan akan kdndak sebagai peluang yang kuat
(strong opportunity) bagi pengembangan agroforest dalarn wilayah d a d

penyangga TNLL. Nilai keberadaan merupakan peluang ymg kuat karena

wilayahnya menggambarkan proporsi masyarakat yang tidak mendapatkan benefit
dari agroforest baik secara langsung atau tidak iangsung, tetapi mengingmkan
agroforest tetap ada. Di samping itu, nilai kekradaan juga mempresentasikan

bagian yang beririsan anma domain ekonomi dengan domain politik. Dengan

demikian nilai eksistensi ini dapat sebagai instrumen yang sangat penting dalam
ha1 dukungan global terhadap agroforest.

Permasalahan Penelitian
Pada bagian Latar Belakang telah dijelaskan kondisi TNLL di Kecamatan

Palolo yang mendapatkan telcanan yang sangat serius dari rnasyarakat di
sekitarnya. Kondisi tersebut akm terus berlaagsung, bahkan akan meningkat

hantitasnya bila tidak segera difikirkaa dan diambil suatu lmgkah kebijakan
strategis tentang pengelolaan daemh pyangga yang dapat diterima oleh

masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan pibmtk Balai TNLL.
Hingga kini zonasi TNLIL masih dalam bentuk draft sehingga masih

&lam proses diskusi dan perbaikm Bahkan dalm draft zonasi klum
dicantumkan zona atau daerah penyangga sehingga sudah sangat sering

didiskusikan oleh btxbagai pihak Kesephtan tentang zona atau daerah
penyangga inilah yang juga turut menyebabkan keterlambatan rampungnya

perencanam pengelolaan TNLL (Wawancara langsung dengan Kepala Balai

Taman Nasional Lure Lindu, Ir. Amir Hamzah pada tanggal 12 September 2003).
Persoalan tentag rumitnya pemetaan daerah pen-

disebabkan oleh karma

zona ini berada di Iuar wilayah TNLL dimam pihak Tarnan Nasional tersebut
ti&

memiliki wewenang untuk melakukan pengelolaan kawasan (W awancara

dengan pihak TNC, The Nature Conservancy, pada tanggal 17 September 2003 -

Ir. Ismed, M.Sc- sebagai pelaksana proyek Management Plan Taman Nasional
Lore Lindu).

Pennasalahan utarna penelitian ini adalah bagamana pengelolaan zona
penyangga TNLL ymg bertujuan meningkatkan kuaiitas ekonomi clan ekologi

kawasm serta melibatkan peran ak-tif masyarakat. Dalm permasalahan
pengkajian akan mengandalkan model agroforest sebagai teknologi tradisional

pengelolaan daerah penyangga yang hemal dari masyardat setempat. Namun
demikian agar Icebijakan tentang agroforest khadap pengelolaan daerah
penyangga dapat dil-

dan diarnbil dengan tepat maka nilai ekonomi

agroforest merupakan sesuatu yang hams diketahui. Informasi tentang nilai

ekonomi akan membantu bagi pengambil kebijakm pengelolaan daerah
penyangga dalam kerangka pembangunan wilayah yang Welanjutan.

Dengan tidak diketahuinya nilai ekonomi total agroforest, maka
masyarakat akan cenderung mengkonversi sgmforest menjadi agroforestri

sederhana M a t a u perkebunan monokultur yang nota bene dapat menghasilkan
pendapatan yang lebih besar. Pengaruh pendapatan yang lebih besar inilah yang

telah mempengaruhi persepsi masyarakat tentang agroforest dan hutan (Taman
Nasional) kemudian pada g i l k y a dapat mempengaruhi budaya tradisional yang

masyarakat miliki sebagai cenninan "kedekatan" masyarakat dengan hutan yang

berada di sekitar mereka.

Persepsi merupakan salah satu tahap proses j a s t i h i dalarn penentuan
nilai (value) yang berada pada wilayah phisiologis manusia dimma panca indera

''mat$ sebagai sensor akan banyak berperan terhadap sikap objektifitas manusia
terhadap agroforest, Sifat objektif ini d i p e n g d oleh pengalman masyacakat

dalam berinteraksi dengan lingkungannya Pada domain persepsi ini pula, atribut
sosial ekonomi dan budaya yang melekat pada masyardat &an mempengaruhi
objektivitas masyarakat t e b d a p feature atau agroforest yang dinilai.

Pada proses jastifikasi secara subjektif yang terjadi pada domain
psikologis rnanusia,feature akan rnemperoleh nilai dimana atribut sosial ekonomi
masyarakat akan berpem hingga pada suatu sikap "keinginan untuk melakukan
korbanan" dalam bentuk "keinginan untuk membayar" mu "keinginan untuk
menerima" ditentukan oleh masyarakat.

Bedasarkan

merupakan spesi-i

penjelasan

di

atas,

pertmyaan-pertanyaan

berikut

permasalahan penelitian yang berperan sebagai tuntunan

penelitian.
1.

Bagaimana atribut-atribut sosial ekonomi masyarakat baperan terhadap
persqsi dan nilai ekonomi agroforest yang diablisasikan oleh masyarakat.

2.

Bagaimana masyardcat lokal mernbentuk agroforest sehingga agroforest

tersebut layak disebut sebagai suatu tekaologi yang arif.
Kdua point tersebut di atas melibatkan analisis sosid ekonomi budaya
dan ekologi terhadap agroforest. Analisis ekologi digunakan &lam "model

valuasi ekosistem" dengan tujuan melakukan segmentasi kompomn-komponen
feature sebagai basis bagi proses penilaian.

Analisis ekologi semakin penting untuk menjelaskan fenomena sosial
ekonomi agroforest dadatau hutan yang cenderung dianut oleh masyadat
dewasa ini. Penyerobotan hutan yang masih saja mar& harm dikendalikan

dengan memkrikan pemahaman barn tentang teknologi tradisional yang

sebenarnya mereka miliki. Oleh sebab itu berikut adalah analisis ekologi yang
berhubungan dengan masalah kompatibilitas tegakan agroforest yang lebih
terperinci dituaagkan dalam bentuk pertanpan-wyaan bedcut:
1.

Seberapa besar tingkat kompatibilitas tegakan agroforest dengan tegakan

hutan alam terdekat sebagai suatu pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan

istilah "kemiripan" yang banyak digunakan &lam literatur agroforestri.
2.

Bagaimam peranan indigenoars howledge yang dimiliki oleh masyarakat

dalarr. pengelolaan ekosistem agroforest. Belajar dari hutan dan pengalaman
sebari-hari dengan pola trial and error menghasilkan pengetahuan
tersendiri atau nilai-nilai baru bagi masyarakat ddam pengelolaan
agmforest secara turun temurun.

Tujuan Penelitian
Berdasotrkan hasil-Wil penelitian pendahuluan yang telah dilakukm

sejak akhir tahun 2000 di Kecamatan Palolo dan beberapa wilayah lainnya di

sekitar TNU serta mencemti pennasalahan utama serta point-point penting
yang telah dibahasa sebelumnya, maka dimmuskan tujuan penelitian sebagai
berikut:

Tujuan umum adalah mengetahui hubungan atau kcterkaitan mtara aspek
ekologi &ngan aspek ekonomi agroforest sebagai salah satu bentuk tata guna
lahan dalarn pengelolaan Daerah Penyaxlgga

m. Tujuan

umum ini

berhubungan dengan pennasalahan urnwn yang telah &balm di atas. Aspek
ekonomi dan aspek ekologi agrofcrest merupakan sum&

kajian konkrit

yang dikenal dengan nama valuasi ekonomi atau Uam konteks penelitian ini
disebut juga valuasi ekosistem.
Tujuan khusus yang terdiri atas beberapa hal, @tu
a. Mengetahui sejarah dan proses pembentukan agrofomt sebagai ulcuran

kualitatif dalam va1uasi ekosistem agrofo~est.Hal ini akan men;awab
pernasalahan tentang proses pembentukan agroforest serta pengungkapan
terhadap aspek sosiaf ekonomi agroforest. Hal ini juga merupakan sdah
satu kondisi

objektif agrofomt yang dipertimbangkan oleh masyardat

dalarn melakukan penilaian atau valuasi terha@ agroforest.

b. Mengetahui karakteristik ekologi tegakm agoforest. Permasdaban yang

akan dijawab oleh tujuan ini adalah &ahan

kekompleksan

ekosistem agroforest yang m k a n serupa dengm hutan alarn sehingga
ia memiliki kompetensi ekologis yang baik set@

khologi pengelolaan

daerah penpgga Taman Nasional Lore Lindu.

c. Mengetahui estimasi nilai ekonomi agroforest. Hal ini akan menjawab
kompetensi ekonomi agroforest sebagai teknologi daerah penyangga

sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik clan lestari. Bila
nilai ekonomi agroforest tidak diketahui rnaka akan tejadi kekeliruan

dalam pmgelolaan daerah penyangga yang menggunakan agrofomt
sebagai teknologi pengeiolaan l a h a ~ y a
d. Menjelaskan parameter sosial ekonomi yang berpmgaruh k b d a p nilai
ekonomi

agroforest.

Peranan

variabel

sosial

ekonomi

dalam

mempengaruhl nilai ekonomi yang diberikan oleh rnasyimht merupakan

faktor yang perlu dipertimbangkan untuk rnengetahui perilaku perubahan

nilai ekonomi agroforest yang mungkin dapat terjadi.

e. Mengetahui nilai ekonomi langsung agroforest berdasarkan kompatibilitas
tegakan pada tingkat resolusi size class. Tujuan inilah yang akan
menjawab konsep keseimbangan ekologi-ekonumi &lam konteks nilai
ekonomi langsung agroforest.

Manfaat Penelltian

Setelah mengetahui nilai ekonomi agroforest serta atribut yang melekat
padanya, maka infomasi tersebut akan memberikan beberapa manfaat berupa:

1.

Tersedianya informasi yang bemanfaat dalam penpunan strategi
pembangunan kehutanan terutama yang berfiubungan dengan upaya
perencanaa dan pengelolaan daerah penyangga TNLL di wilayah penelitian
maupun di wilayah lain dari TNLL.

2.

Memberikan informasi kepada para peneliti untuk rnelakuZran penelitianpenelitian lanjutan dengan prinsip bahwa penelitian adalah kontrol

pengelolaan agroforestldaerah penyangga TNLL.

3.

Memberikan wawasan baru bagi penyuluh dan fasilitator serta petani
sehingga mereka dapat lebih termotivasi dalam upaya pelestarian a g oforest

dalam pengelolaan daerah penyangga TNLL.

11. TINJAUAN PUSTAKA

Valuasi Ekonomi Agroforest: Suatu Analhis Ekonomi dan Ekologi
I . Definisi

Valuasi ekonomi terdiri atas dua kata, yaitu valuasi yang bemd dari kata
"valuatioia", dan ekonomi yang krasal dari kata "economics". Meyer et al.

(1947)

mengatakan bahwa ekonomi menjelaskan tentang transformasi

sumberdaya alam melalui penggunaan faditas fisik @hysical forces), energi

(stored energyl, dan kapasitas manusia, menjadi barang yang berguna bagi
manusia; serta cara mengangkut (to transport and to deliver) barang tersebut ke

konsumen. Baxter et al. (1977) mende~sikanekonomi sebagai ilmu tentang
perilaku sosid dan institusi yang menyangkut penggunaan sumberdaya yang
langka untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa untuk mencapai

kepuasan dan kehginan manusia Samuelson (1985) menulis: economics is the
study of how people and sociew to employ scarce resources that could have

alternuti~~e
uses in order to produce various commodities and to distribute them

for comumptiotx, now or in the future, umong various persons and groups in
society. Klemperer (I 996) mengatdm bahwa ekonomi akan menolong kita dalam

memilih cam ysng terbaik dalam rnenggumkm sumberdaya. Ekonomi a h
menjelaskan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan tentang alokasi

sumberdaya alam yang terbatas. Dmgan demikian paling tidak terdapat tiga ha1

yang h a m diperhatikan dalam ekonomi yaitu: jenis dan jurnlah barmg yang akan
diproduksi;

bagaimana

cara

mendistribusikannya (Johnson, 2000).

memproduksinya;

dan

bagaimana

Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dirnaksud
dengan ekonorni &lam konteks ini adalah perilaku manusia yang mencenninkan
cara-cara yang terbaik dalam rnenggunakan sumber daya hutan demi memenuhi
kepuasan manusia. "'Cara yang terbaik" dm ''manusia" merupakan dua istilah

yang sangat berhubungan erat dalam batasan ini. Cara yang terbaik merupakan
kearifan manusia untuk menggunakan potensi internal dan fssiIitas eksternal

daIam menggunakan sumberdaya hutan. Kata "manusiaCgberimplikasi terhadap
keberadaan manusia &lam dimensi ruang dm waktu sebagai pelaku ekonomi.
Dengan demikian kegiatan ekonomi manusia (cam terbaik) akan selalu

meningkatkan kesejahteraan rnanusia dalam dua dimensi tersebut.
VaIuasi berasal dari kata a'value" atau 'hiIai" yang b e r m h a perscpsi
manusia atau orang tertentu terhadap makna suatu objek dalam waktu clan tempat

tertentu. Dengan demikian agroforest clan hutan akan dapat memiIiki niIai yang

berbeda bagi individu atau kelompok masymkat ymg berbeda. Persepsi ini
sendiri merupakan ungkapan, pandangan, perspektif seseorang (individu) tentang

atau terhadap suatu benda sebagai hasil dari proses pernahaman melalui suatu
pemikiran. Dan di sini, harapan dm noma-norma yang dimiIiki oleh individu
atau keIompok masyardcat sangat berpengaruh,

Valuasi adalah prosedur yang diIakukan untuk menemukan nilai
(investor s' value) suatu sistem (Klemperer, 1 996). Nilai yang dimaksudh di sini

adalah nilai manfaat (benefit) suatu b m g yang dapat didmati oleh manusia
atau masyarakat. Adanya nilai y m g dimiliki oleh suatu barang (sumber daya dan

lingkungan) pa& giIirannya akan mengamhkm perilah individu, masyarakat
ataupun organisasi dalam suatu pengarnbiIan keputusan. Menemukan nilai suatu

barang atau jasa lingkungan merupakan tema utama d a m bidang ekonomi
lingkungan d m merupakan ha1 yang h i a l bagi pembangunan berkelanjutan.

Masalahnya adalah bahwa menilai suatu asset lingkuagan bukm sesuatu yang
mudah oleh karena banyak asset lingkungan yang ti& memiliki p a w sehingga
tidak mempunyai harga. Sebagai contoh adalah fungsi perlindungan (stoma

protecrion) hutan mangrove, atau diversitas biologi hutan tropis. Fungsi
lingkungan ini sangat dibutuhkan kebe-ya

oleh mmymkat tetapi karena

tidak memiliki pasar seperti yang dirniliki bamg lainnya, misdnya ikan dan kayu
bakar, maka terdapat kesulitan untuk metlentdm nilai fungsi lingkungan
tersebut.

Untuk melakukan penilaian terhdap barang dan jasa yang tidak memiliki
harga pasar, Bateman et aal. (2002) mengemukakan bahwa: Economic Valuation
refers to the assignment of m o n q value to non-markzted assets, goods and
services. where the money values have a particular and precise meaning. Non-

m a r k e d goods and sem'cm refer to those which may not be directly bought and
sold in the market place. Bila suatu barang danlatau jasa rnemberikm kontribusi
terhadap kesejahteman manusia maka dikatakm bahwa barang dan jasa tersebut

memiliki nilai ekonomi (economic value). Lette dan de Boo (2000)
mendefiaisikan nilai ekonomi sebagai nilai yang m e n g g m h h n ukuran moneter

. . valuasi ekonomi
sebagai hasil transaksi yang terjadi di pasar. Dengan dem&m
merupakan suatu kajian yang manwadan suatu tantangan yang menarik tentang
metode pengukuran sehingga nilai jasa atau barang yang ti&

memiliki harga

p a r dapat ditransformasi ke nilai moneter. Oleh sebab itu valuasi ekonomi juga

melibatkan analisis ekologi guna memahami semua komponen dan atributfeature
atau agroforest yang dinilai.

Skourtos et al. 42000) menggunakan analisis ekologi dalam model
valuasi ekosistem untuk menghitung nilai moneter kerusakan lahan basah di
daerah mediterane, Eropa Selatan. Tujuan a d i s i s ini adalah mengidentif b s i

nilai ekologi yang dimiliki setiiip elemen-elemen bentang alam di lahan basah
Kalloni. Model ini difohskan pada sensitivitas habitat alami terhadap gangguan

yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
r

Jones et al. (2000) yang membahas tentang Ecological Economics
m e n g g a m b h tip wilayah kualitas yang bert>eda dari suatu objek, yaitu
kualitas primer; kualitas sekunder; dm kualitas tersier. Kualitas primer

menyangkut kondisi fisik suatu objek yang akan menjelaskan tentang kondisi
morfologis seperti bentuk dan ukuran objek yang dimaksud. Kualitas primer suatu

objek, atau katakdah agroforest merupakan pendapat objektif seseorang
terhadap ekosistem agroforest, maka ha1 ini akan menpgkut l o h i dan luas

agroforest serta bentuk agroforest. Kualitas sekunder terkait erat dengan kualites

primer dan juga sangat tergmtung kepada pemikiran atau pengalaman penilai
(o hewer).

Kualitas sekunder berada pada wilayah fisiologis yang melibatkan

sensor manusia sehingga &pat menformulasikan suatu persepsi. Persepsi

merupakan penggabungan antara pendapat objektif dan pendapat subjektif yang
dimiliki seseorang t h d a p agroforest Nilai atau kualitas tersier mempakan suatu

apresiasi penilai terhadap agroforest dan tip ini bemda pada wilayah psikologis.
Sarwono (1999) mengemdcakan pengertian persepsi dari aspek psikologis,

yaitu sebagai suatu proses pcarian informasi untuk dipahmi. Proses untuk

memperoleh infomasi tersebut addah pengin-

sedan*

proses mtuk

memaharninya melibatkan fungsi kesadaran atau kcgnisi. Idris (2002)

oleh baa*

mengemukakan bahwa komponen kognisi dipen-

faktor, seperti

pengalaman, pendididcan, umur dan kebudayaan. k b i h lanjut Sudradjat dm

Yustina (2002) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses psikologis seseorang
yang diartikan sebagai: 1) Proses pengamatadpencarian, penerimaan dan
penafsiran sesuatu, 2 ) merupakan proses berpikir yang menuntut kemampuan otak

untuk &pat menafsirkan secara benar, 3). Hasil interpretasi seseorang terhadap
"sesuatu" yang diterima lewat panca-inderanya

d m dipenganh oleh latar

belakang pengalaman, peran, situasi serta hapan-harapannya.
Serupa dengan Sarwono, Barly (2002) menjelash bahwa persepsi adalah
proses penginderaan, penyusunan, dm penafsimn rangsangan suatu objek atau

peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat mengenali, memahami,

dan menilai makna rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya

dan lingkungan dirnana ia berada, sehingga ia &pat menentukan tindakmnya.

Idris (2002) mengemukakan bahwa, persepsi atau pernaknaan individu terhhp
suatu objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data
yang diperoleh mengenai suatu objek tertentu &an

mas& ke dalam kognisi

m e n g h t i organisasi kognitif yang sama; proses ini tidak b y a kkaitan dengan
'penglihatan' tetapi juga melalui semua in&ra manusia. Dalm konteks tersebut,

Sarwono (1 995) menganggap persepsi sebagai kumpulm penginderaan. Sebagai
ilustrasi kits melihat sebuah benda t&uat dari kayu dan berkaki empat; hmpulan

dari hasil penglihatan tersebut akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan

dengan pengalaman dan ingatan

lalu, dan diberi maha m
t
u sehingga

17

kita bisa mengenal, misdnya sebagai kursi. Mengingat bahwa mengenali objek
atau benda itu merupakan aktivitas mental maka biasa disebut sebagai aktivitas

kognisi. Dengan demikian dapat disirnpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses
untuk memahami sesuatu sebagai sistem yang menyeluruh.

Masulu~yacbjek persepsi sehlu melalui dua faktor, yaitu faktor struktural

dan faktor fungsional (Idris 2002). Faktor struktural berasal dari lingkungan yang

berbentuk rangsangan fisik dengan dampak terhadap sistem syaraf manusia secara
fisiologis, sedangkan falaor fungsional sangat ditentukan oleh kebutuhan, suasana
hati, pengalaman masa Ialu dm daya ingatnya. Searang individu akan menangkap
berbagai gejala atau rangsangan dari luar &ya

melalui indera yang dimilikinya

dan selanjutnya akan memberikan interpretasi terhadap rangsangan-rangsangan
tersebut. Hasil interpretasi h i akan menunjukkan bagaimam pengertian atau
pemahaman seseorang terfiadap lingkungannya. Proses diterimanya rangsangan

sarnpai rangsangan i tu disadari dan dimengerti disebut persepsi @&is2002).

Lebih lanjut Barly (2002) menjelaskan bahwa pmepsi antara satu orang

dengan orang lain tidak sefalu sama. Perbedam ini disebabkan oleh faktor
personal dan situasional. Faktor situasional terdiri dari faktor eksternal (penarik
perhatian) dan internal (penaruh prhatian). Ahpun faktor yang mempen-

"penaruh perhaW adalah faktor biologis sosio-psikologis. Sedangkan menurut
Sarwono (1 995; 1999), perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lain

disebabkan antara lain: 1) Perhatian [rangsangan yang ada di sekitar kita, tidak
kita tangkap secara sekaligus tetapi kita hanp memfokuskan p& satu atau dua
objek saja],