35 pengirim tersebut memancarkan tegangan bolak-balik AC sebuah nilai
frekuensi yang tetap kepada penerima. Tetapi nilai frekuensi yang dikirimkan bisa berubah-ubah tergantung kombinasi komponen LC yang dipakai.
2.8.2 Perancangan Receiver
Perancangan receiver yang dibuat oleh Muhamad Atar yaitu dengan perancangan receiver penerima gelombang elektromagnetik. Pada dasarnya perancangan
receiver gelombang elektromagnetik yang dibuat penulis ini masih sama dengan perancangan receiver pada rancangan receiver
wireless power transfer
generasi sebelumnya. Rangkaian penerima hanya terdiri dari rangkaian LC yang bertugas
menangkap induksi elektromagnetik yang dikeluarkan transmitter dengan semaksimal mungkin dan merubahnya menjadi arus DC. Bisa kita lihat dari
skematik dibawah.
BRIDGE DIODA VOLT
REG BEBAN
DC LC
CIRCUIT ANTENNA
Gambar 2.20 Blok diagram receiver Bridge Diode digunakan karena tidak memungkinkan menghubungkan langsung
supply alternating current yang dihasilkan dari antena dengan beban Listrik AC yang beredar dipasaran yang biasanya dibuat compatible dengan frekuensi yang
36 dihasilkan dari supply listrik PLN perusahaan Listrik Negara, yaitu sebesar 50
Hz.
Gambar 2.21 Rangkaian receiver Perancangan rangkaian penerima receiver yang dibuat oleh Ichsan Jotaro
Kartasasmita hanya digunakan sebagai indikator dalam pengukurannya, dia mencoba mengkupas sedikit tentang mekanisme kerja dari perancangan receiver
ini. Berikut rangkaian receiver dibawah bisa dilihat.
Gambar 2.22 Rangkaian Receiver Pada rangkaian receiver yang dibuat, rangkaian receiver berfungsi sebagai
penangkap frekuensi dari transmitter berupa gelombang elektromagnetik yang bekerja secara resonansi. Dengan kata lain, jika rangkaian transmitter belum
mencapai nilai frekuensi yang tepat, maka rangkaian penerima tidak akan bekerja.
37 Namun jika frekuensi sudah mencapai nilai yang seharusnya, maka akan langsung
terlihat pada beban bahwa rangkaian penerima bekerja dengan baik dan dalam hal ini faktor komponen LC mempengaruhi.
Gambar 2.23 Sketsa Receiver Dalam sistem perancangan alat, Ichsan Jotaro Kartasasmita juga membuat
perancangan gabungan seperti perancangan alat pengatur frekuensi, output yang diharapkan supaya mendapatkan nilai frekuensi yang sama atau mirip antara
modul frekuensi eksternal rangkaian transmitter pada loop pengirim, lalu nilai daya input yang dihasilkan relatif kecil. Dalam hal ini beban yang digunakan
adalah lampu LED, jadi jika lampu LED menyala sangat terang berarti rangkaian bekerja dengan baik. Tujuan utama dari perancangan alat ini adalah agar user
dapat melakukan tuningtracking frekuensi untuk mendapatkan daya input seminimal mungkin, karena setiap nilai frekuensi berbeda yang dimasukkan selalu
menghasilkan tegangan Vrms arus yang berbeda- beda mulai dari kestabilannya, durasi kerjanya dan tingkat konsumsi daya pemakaian dari
rangkaian transmitternya.
38 Dalam hal ini faktor komponen LC ikut mempengaruhi. Selain itu, tujuan dari
tuningtracking alat pengatur frekuensi ini adalah untuk meningkatkan penghematan daya dari sisi jarak, karena dengan tuningtracking frekuensi inikita
dapat mengefektifkan kemampuan alat tanpa harus memindahkan rangkaian receiver untuk mendapatkan daya yang optimal. Jika pada rangkaian wireless
power transfer WPT sebelumnya untuk mendapatkan daya yang optimal jarak antara rangkaian pemancar dan rangkaian penerima harus berdekatan, namun kini
jarak sudah bisa dibuat tetap dan yang perlu diubah-ubah hanya nilai frekuensinya saja. Karena besarnya nilai frekuensi mempengaruhi jarak, semakin besar nilai
frekuensi maka transfer energi yang dilakukan dapat semakin jauh dan juga sebaliknya. Gambar di bawah menunjukkan bahwa frekuensi yang digunakan
dalam percobaan ini jauh dari radius berbahaya WPC Qi.
Gambar 2.24 Diagram spektrum non ionisasi ionisasi Lalu dengan
device
yang sudah disebutkan di atas, cara kerja dari plant perancangan sistem gabungan ini dimulai dari
modul keypad
yang berperan menjadi input. Dalam hal ini input berfungsi sebagai pembuat nilai frekuensi yang
random bisa direset dan diset kembali sesuai kebutuhan user, tetapi frekuensi
39 maksimal hanya mencapai 10MHz kali ini. Kemudian dari modul keypad, nilai
frekuensi yang sudah diupdate diteruskan kepada mikrokontroller. Disana hasil input diolah dan diproses untuk diteruskan kepada LCD dan modul frekuensi
eksternal, dimana LCD akan memperlihatkan nilai frekuensi yang baru dimasukkan dan yang sudah diupdate. Lalu setelah modul frekuensi ektsernal
menerima nilai frekuensi dan perintah dari mikrokontroller, maka frekuensi yang telah diupdate tersebut akan dialirkan menuju rangkaian transmitter berupa
gelombang. Berikut ini adalah plant keseluruhan dari alat pengatur frekuensi:
Mikrokontroller
Modul Frekuensi
Eksternal
Rangkaian Transmitter
Rangkaian Receiver
Modul keypad
LCD
Gambar 2.26 Diagram blok alat pengatur frekuensi Dan pada rangkaian transmitter, gelombang frekuensi yang diterima akan
pancarkan melalui loop pengirim. Setelah itu, gelombang frekuensi yang dipancarkan loop pengirim akan ditangkap loop penerima dan jika memang
frekuensinya sudah sesuai, maka akan terjadi resonansi antara rangkaian transmitter rangkaian receiver yang transfer energinya tidak memboroskan
konsumsi daya sumber. Dalam hal ini dikatakan tidak umum karena biasanya
40 untuk transfer daya nirkabel hanya diperlukan rangkaian transmitter dan rangkaian
receiver saja. Namun dari hasil percobaan, alat yang sudah dirancang kali ini bekerja dengan sangat baik.
2.9 Pengujian Data Transfer Energi tanpa kabel