FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

MENGESAHKAN

1.

2.

Tim Penguji
Ketua

: Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt.

..................

Sekretaris

: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

..................

Penguji Utama


: Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si.

..................

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
NIP 19610904 198703 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 23 April 2013

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

Bapak, Ibu dan Keluarga,
yang telah membesarkanku.

Rekan-rekan mahasiswa,
yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi.


serta

Almamater tercinta

Judul Skripsi

: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LUAS
PENGUNGKAPAN
CORPORATE
GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN
PERUSAHAAN
PERBANKAN
YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa

: Andi Susetianto


Nomor Pokok Mahasiswa : 0811031020
Jurusan

: Akuntansi

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt.
NIP 19730723 199903 1 002

Basuki Wibowo, S.E., Akt.
NIP 19560410 199003 1 001

2. Ketua Jurusan


Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
NIP 19560620 198603 1 003

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan
sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain apabila di
kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima
hukuman sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandarlampung, 24 April 2013
Penulis

Andi Susetianto

MOTTO

“...maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu, jika kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Anbiya’ayat

7).
Dan Tuhan-Mu berfirman, “Berdoalah kepadaKu niscaya
akan Kuperkenankan bagimu”.... (Q.S. Al-Mu’min ayat
60).

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gula Putih Mataram pada tanggal 20 November 1989,
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suwarno dan Ibu
Suryati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Gula Putih
Mataram tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDS GPM, PT GPM
pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP GPM pada tahun
2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Sugar Group pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unila melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2012, penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Argomulyo, Kecamatan Banjit,
Way Kanan.


SANWACANA

Bismillah.
Alhamdulillah, atas kemudahan yang diberikan kepada saya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


2.

Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Terima kasih atas semua
bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan.

3.

Bapak Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt. dan Bapak Basuki Wibowo,
S.E., Akt. selaku pembimbing utama dan pendamping, yang telah

memberikan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, saran, kritik,
semangat serta dukungannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4.

Ibu Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. selaku penguji utama. Terima kasih atas
kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5.


Bapak Drs.Hi. A.Zubaidi Indra, S.E., M.M., CPA. selaku pembimbing
akademik yang telah membantu dalam perihal akademik.

6.

Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Terima kasih untuk semua ilmu, wawasan, serta pelajaran yang telah
diberikan selama ini.

7.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, terutama jurusan Akuntansi; Pak Sobari, Mbak Sri, Mas Leman,
Mas Yono dan Mas Yana. Terima kasih atas semua bantuannya.

8.

Bapak dan Ibuku yang ikut mendoakan, memberikan dorongan, semangat
serta memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar.


9.

Rekan-rekan mahasiswa Akuntansi: Meipasari, Niar, Agnes, Rima, Fatimah,
Rina, Yunita, Dwi, Alma, Eren, Feri, Rivan, Wendra, Didik, Umar, Benawa,
A’an.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, semangat dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga
keberadaan skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi maupun
literatur bagi penulisan karya-karya ilmiah berikutnya.

Bandarlampung, April 2013
Penulis

Andi Susetianto

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Peran manajemen diharapkan dapat bekerja memenuhi permintaan
prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal
(Wolfhensohn, 1999). Salah satu cara untuk mengurangi konflik antara agen dan
prinsipal ini adalah dengan pengungkapan informasi oleh manajemen (agen),
dimana sejalan dengan berkembangnya isu mengenai corporate governance yang
di dalamnya terdapat prinsip transparansi dan akuntabilitas, akan meningkatkan
perhatian terhadap masalah pengungkapan pada aspek corporate governance
suatu perusahaan. Di Indonesia isu mengenai corporate governance muncul
setelah terjadinya krisis multidimensi pada pertengahan tahun 1997. Krisis ini
dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika yang kemudian
menghancurkan sendi-sendi perekonomian, salah satunya pada sektor perbankan.
Menurut hasil penelitian dan laporan dari Asia Development Bank, krisis yang
terjadi di Indonesia dan runtuhnya perusahaan-perusahaan besar di dunia adalah
disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan Good Corporate governance. Hasil
penelitian Political and Economic Risk (PERC) tahun 1999 menyatakan indeks
transparansi bisnis menunjukkan bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif
tidak transparan.


Awal tahun 1997 - 2000 merupakan kehancuran dunia perbankan di
Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi dan puluhan lagi dimerger akibat terus
menerus menderita kerugian, baik bank milik pemerintah maupun milik swasta
nasional. Kehancuran dunia perbankan Indonesia adalah akibat salah dalam
pengelolaannya. Hancurnya dunia perbankan tersebut merupakan pelajaran
berharga bagi para banker di Indonesia.
Salah kelola bank yang berdampak pada terpuruknya perekonomian
nasional tersebut memberikan suatu kesadaran akan pentingnya tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance). Belum diterapkannya good
corporate governance disinyalir menjadi faktor utama berkepanjangannya krisis
yang terjadi di Indonesia (Tangkilisan, 2003).
Konsep

good

corporate

governance

sebagai

model

pengelolaan

perusahaan yang bersifat modern diyakini mampu membawa perubahan
pengelolaan bank menjadi lebih baik dalam menghadapi tantangan masa kini dan
masa depan yang diwarnai ketatnya persaingan antar bank dalam merebut
kepercayaan nasabah dan pengembangan usaha bank. Meskipun tidak menyebut
tentang tata kelola atau good corporate governance, pentingnya pengelolaan
perbankan secara baik agar bank menjadi industri yang sehat telah diatur dalam
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Penjelasan Umumnya dinyatakan
bahwa “…terhadap lembaga perbankan perlu senantiasa terdapat pembinaan dan
pengawasan yang efektif dengan didasari oleh landasan gerak.”
Dalam aktivitas bisnis di Indonesia, istilah prinsip Good Corporate
Governance (tata kelola perusahaan yang baik) relatif baru dikenal sejak satu

dekade terakhir, bahkan dalam perundang-undangan tentang badan usaha atau
perusahaan, seperti Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar
Modal, istilah Good Corporate Governance belum dikenal sama sekali,
sedangkan dalam aktivitas bisnis di Eropa dan Amerika Serikat, istilah ini sudah
lama dikenal (Emirzon, 2007).
Raffles menyatakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mulai
menjadi perdebatan dan perbincangan hangat sejak terjadi kasus jatuhnya
perusahaan besar dunia, seperti Enron dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH
Insurance dan One-tel di Australia pada permulaan abad ke-21, serta Parmalat di
Italia pada awal dekade 2000-an. Sejak kejadian yang sangat fantastis dalam dunia
bisnis ini membuka mata semua kalangan pebisnis dan pemerintahan betapa
pentingnya penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan bisnis.
Lebih lanjut, dikemukakan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan para
regulator pemerintah dan analisis para pakar manajemen dapat disimpulkan
penyebab utama jatuhnya perusahaan-perusahaan besar itu adalah karena
lemahnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, di samping itu
makin terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen perusahaan.
Kelemahan prinsip Good Corporate Governance itu antara lain ditandai oleh tiga
macam hal, yaitu:
1. lemahnya peranan the Board of directors dalam mengendalikan
pengelolaan perusahaan; Board of directors kurang aktif dalam
menganalisis strategi bisnis perusahaan,

2. semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan hutang
perusahaan

dan

mengambil

keputusan-keputusan

penting

yang

bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan dan
3. tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan
perkembangan bisnis dan keuangan oleh Board of directors kepada
pemegang saham dan kreditur.
Pengungkapan corporate governance yang ada di dalam laporan tahunan
perusahaan dibutuhkan oleh pihak-pihak di luar perusahaan yang memiliki
kepentingan di perusahaan tersebut. Penelitian Cadburry dalam Bhuiyan dan
Biswas (2007) menyatakan bahwa pengungkapan corporate governance penting
untuk dilakukan. Dengan adanya pengungkapan corporate governance yang
akurat, tepat waktu, dan terbuka, maka akan menambah nilai bagi stakeholder.
Sebaliknya, tanpa adanya pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat
waktu, dan terbuka, para stakeholder tidak dapat mengetahui bahwa kegiatan
pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen benar-benar untuk
kepentingan mereka.
Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas akan dapat
menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, meningkatkan akurasi ekspetasi
pasar dan dapat menarik perhatian penganalisis (Lang and Lundolm dalam Ainun
Na’im dan Fu’ad Rakhman, 2000). Sebaliknya, kebijakan pengungkapan dengan
kualitas informasi yang lebih rendah akan mengakibatkan perilaku yang oportunis
dalam pasar modal (Forker dalam Na’im dan Rakhman, 2000).
Luas pengungkapan pelaksanaan corporate governance dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Penelitian Labelle dalam Kusumawati (2007) menunjukkan

bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan corporate
governance yaitu faktor karakteristik spesifik perusahaan dan faktor corporate
governance itu sendiri. Karakteristik perusahaan di antaranya meliputi ukuran
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban, jumlah aset perusahaan, tingkat
likuiditas perusahaan, tipe industri, status perusahaan, dan lain sebagainya.
Karakteristik spesifik perusahaan dapat digunakan sebagai informasi oleh
investor untuk menilai tata kelola sebuah perusahaan. Sehingga karakteristik
spesifik perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi manajemen untuk
menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk menentukan luas
pengungkapan corporate governance diperlukan analisis karakteristik spesifik
perusahaan untuk dapat mengetahui lebih besar biaya atau manfaat yang diperoleh
dari pengungkapan tersebut (Suripto, 1999). Dalam penelitian ini, karakteristik
spesifik perusahaan akan diperoleh dari laporan tahunan yang diterbitkan setiap
perusahaan.
Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh hasil yang beragam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance.
Sebagai contoh, penelitian Hikmah dkk. (2011) yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance pada perusahaan
perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang
digunakan ukuran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi,
profitabilitas, dan ukuran dewan komisaris. Hasil dari penelitiannya yaitu ukuran
perusahaan, umur listing perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Sedangkan
kepemilikan dispersi dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas

pengungkapan corporate governance. Penelitian Rini (2010) dengan judul
penelitian analisis luas pengungkapan corporate governance dalam laporan
tahunan perusahaan publik di Indonesia. Variabel independen yang digunakan
besaran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi, perusahaan
multinasional, dan ukuran dewan komisaris. Hasil dari penelitiannya hanya
besaran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan
corporate governance. Penelitan Almilia dan Retrinasari (2007) menggunakan
variabel independen rasio likuiditas, rasio leverage, rasio net profit margin, besar
perusahaan, dan status perusahaan. Hasil dari penelitiannya adalah rasio likuiditas,
rasio leverage, besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas
pengungkapan wajib. Tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap luas
pengungkapan sukarela. Rasio likuiditas, besar perusahaan, dan status perusahaan
berpengaruh terhadap luas kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
Penulis

sebelumnya telah menggunakan

pengungkapan

corporate

governance.

beberapa variable faktor luas
Akan

tetapi,

mereka

tidak

mengelompokkan variabel tersebut ke dalam karakteristik spesifik perusahaan.
Dalam analisis penulis, secara garis besar faktor-faktor luas pengungkapan
corporate governance dalam penelitian sebelumnya dikelompokkan menjadi dua
yaitu berdasarkan karakteristik perusahaan dan berdasarkan kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, penulis ingin menguji bagaimana pengaruh faktor-faktor luas
pengungkapan corporate governance berdasarkan kelompoknya masing-masing.
Menurut Wallace et al. (1994),” ... Karakteristik berkaitan dengan kinerja
(performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profit)....” Karakteristik

yang tidak berkaitan dengan kinerja diantaranya: ukuran perusahaan, ukuran
dewan komisaris, tingkat leverage, umur listing perusahaan, proporsi pemegang
saham, status perusahaan, dan karakteristik perusahaan lainnya. Penulis juga
menambahkan faktor luas pengungkapan corporate governance lain yang juga
mempengaruhi luas pengungkapan dalam penelitian ini. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate
governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan karakteristik spesifik perusahaan
terhadap luas pengungkapan corporate governance perusahaan
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan karakteristik perusahaan berkaitan
dengan kinerja perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate
governance perusahaan

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate
governance .

2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap luas pengungkapan corporate
governance .
3. Pengaruh umur listing perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate
governance .
4. Pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan corporate governance
.
5. Pengaruh likuiditas terhadap luas pengungkapan corporate governance .

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate
governance dan juga memberikan referensi serta kontribusi penelitian
empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.
b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
bagaimana perlakuan luas pengungkapan corporate governance di
perusahaan perbankan. Selama ini penelitian terdahulu banyak
membahas tentang topik di atas pada perusahaan manufaktur. Akan
tetapi, penelitian pada perusahaan perbankan masih sedikit.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada investor sebagai
bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam mengambil keputusan untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan melihat pada tata kelola perusahaan tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan
informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam
pengambilan keputusan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,
pengungkapan

dalam

laporan

tahunan

juga

digunakan

sebagai

bentuk

akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan kepada
investor sebagai pemilik saham perusahaan. Kusumawati (2007) menyatakan
bahwa dalam studi-studi yang telah dilakukan selama ini, pengungkapan laporan
tahunan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jenis pengungkapan umum dan
pengungkapan tertentu. Pengungkapan umum berupa pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang
diharuskan oleh peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah peraturan yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, sedangkan pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.
Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal telah mengatur bentuk dan isi
laporan tahunan yang wajib diungkapkan melalui Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan peraturan X.K.6 No. KEP134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau
perusahaan publik. Kebijakan baru ini berlaku untuk penyusunan laporan tahunan

untuk tahun buku yang berakhir pada atau setelah 31 Desember 2006. Dalam
ketentuan umum bentuk dan isi laporan tahunan disebutkan bahwa: “Laporan
tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris,
laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata
kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan
keuangan yang telah diaudit.” Hal itu menunjukkan bahwa setiap perusahaan di
Indonesia wajib membuat laporan tahunan perusahaan yang terdiri dari:
a. ikhtisar data keuangan penting
b. laporan dewan komisaris
c. laporan dewan direksi
d. profil perusahaan
e. analisis dan pembahasan manajemen
f. tata kelola perusahaan
g. tanggung jawab direksi atas laporan keuangan dan
h. laporan keuangan yang telah diaudit

2.2. Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan
Karim et al. dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) berpendapat bahwa
laporan tahunan harus dipertimbangkan sebagai sumber informasi paling penting
mengenai perusahaan. Laporan tahunan berisi tentang berbagai macam informasi
mengenai perusahaan termasuk praktik good corporate governance . Dalam
Pedoman Umum Good Corporate governance Indonesia bab VII mengenai
pernyataan tentang penerapan pedoman good corporate governance dalam prinsip
dasarnya dinyatakan bahwa: “Setiap perusahaan harus membuat pernyataan

tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan Pedoman Good
Corporate governance ini dalam laporan tahunannya.”
Corporate governance merupakan suatu konsep tata kelola perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan
kinerja manajemen dan menjamin pertanggungjawaban manajemen kepada pihakpihak yang berkepentingan (Rini, 2010). Komite Nasional Kebijakan Governance
dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006
mengidentifikasikan asas-asas yang menjadi penerapan corporate governance
yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, serta kewajaran
dan kesetaraan. Terdapat tiga dokumen yang dimiliki industri perbankan yang
dapat dijadikan acuan dalam penerapan GCG (Good Corporate Governance) bagi
bank umum di industri perbankan Indonesia, yaitu Enhancing Corporate
Governance for Banking Organization (yang diterbitkan Basel Committee tahun
2006) yang bersifat imperatif (memaksa) secara moral karena Bank Indonesia
adalah salah satu bank sentral yang tergabung di dalamnya, Pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia yang diterbitkan KNKCG (Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance) pada tahun 2004 bersifat tidak
mengikat dan tidak imperatif namun bermanfaat untuk dijadikan acuan sukarela
karena sifatnya yang lebih komprehensif, dan Peraturan Bank Indonesia tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum (Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006) yang bersifat mengikat secara hukum (Abdullah,
2010).
Item-item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini berupa item
yang diwajibkan dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor KEP/134/BL/2006 Peraturan X.K.6. Selain item yang
diwajibkan oleh BAPEPAM, penelitian ini juga menggunakan item-item yang
diperoleh dari Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti pada
penelitian Rini (2010). Peneliti juga menambahkan rincian pengungkapan dari
Peraturan Bank Indonesia 2006 dan pedoman tata kelola perusahaan perbankan
Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance tahun 2004.
Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut, diperoleh sebanyak enam belas
point item pengungkapan yang terdiri dari pemegang saham; dewan komisaris;
dewan direksi; komite audit; komite nominasi dan remunerasi; komite manajemen
risiko; komite-komite lain yang dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan;
pelaksanaan

pengawasan

dan

pengendalian

internal;

manajemen

risiko

perusahaan; perkara penting yang dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan
direksi dan anggota dewan komisaris; akses informasi dan data perusahaan; etika
perusahaan; tanggung jawab sosial; pernyataan penerapan good corporate
governance; dan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan
good corporate governance. Enam belas point item ini yang akan digunakan
untuk melihat sejauh mana perusahaan telah mengungkapkan informasi mengenai
corporate governance.

2.3. Karakteristik Spesifik Perusahaan
Karakteristik spesifik perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi luas
pengungkapan corporate governance. Karakteristik spesifik perusahaan dapat
dikelompokkan berdasar karakteristik perusahaan dan berdasar kinerja.

a. Karakteristik perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan
untuk menilai perusahaan. Karakteristik perusahaan akan menentukan
sejauh mana pengungkapan dilakukan. Sehingga dapat diketahui lebih
besar biaya atau manfaat dari pengungkapan tersebut. Menurut Suripto
(1999), karakteristik perusahaan bertitik tolak dari pemikiran sejauh mana
luas pengungkapan tergantung pada perbandingan antara biaya dan
manfaat pengungkapan tersebut dan perbandingan biaya dan manfaat
tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu
dari perusahaan yang bersangkutan.
b. Kinerja perusahaan
Kinerja merupakan kemampuan untuk mencapai hasil tertentu dengan
metode tertentu dengan hasil pencapaian yang berbeda dari waktu ke
waktu. Kinerja perusahaan diartikan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan tujuan perusahaan yaitu laba melalui cara dan strategi
perusahaan. Kinerja perusahaan erat kaitannnya dengan kondisi keuangan
perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio
keuangan.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate
Governance
2.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan dengan
struktur kepemilikannya. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi secara sukarela lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Terdapat

beberapa argumen yang dapat menjelaskan mengapa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan.
Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang
besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi
untuk keperluan internal. Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh
keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi tambahan secara
sukarela yang memadai dalam laporan tahunannya, misalnya kemudahan untuk
memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal.
Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar
modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga
perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi
yang memadai. Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan mempunyai
dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil (Tristanti, 2012).
2.4.2. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
yang dimiliki oleh perusahaan, terdiri dari komisaris utama, komisaris
independen, dan komisaris. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris,
termasuk komisaris utama adalah setara. Pada teori agensi, dewan komisaris
dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan tindakan manajer karena
perilaku oportunisnya (Jensen dan Mecking, 1976). Dewan komisaris sebagai
organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
dan memberi nasihat kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan good corporate governance (KNKG, 2006). Akan tetapi, dewan

komisaris tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan
operasional.
2.4.3. Umur Listing Perusahaan
Umur listing perusahaan merupakan lamanya perusahaan beroperasi
menjadi perusahaan publik (Bhuiyan dan Biswas, 2007). Perusahaan dengan umur
yang lebih lama akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan laporan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih
mengetahui kebutuhan penggunanya dan informasi yang lebih detail mengenai
perusahaan yang harus dibuka kepada pihak-pihak di luar manajemen yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
2.4.4. Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan atau kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Muhamad et al. (2009) dalam
Pramono (2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi
lebih cenderung mengungkap lebih banyak informasi. Informasi ini berguna bagi
posisi perusahaan. Meningkatnya profitabilitas disebabkan oleh meningkatnya
sumber pendanaan dan kapasitas perusahaan. Meningkatnya sumber pendanaan
dikarenakan meningkatnya jumlah pemangku kepentingan seperti investor, yang
percaya pada manajemen perusahaan sebagai pihak yang mengungkap informasi
perusahaan khususnya mengenai corporate governance sebagai rasa tanggung
jawab atas penggunaan dana pemangku kepentingan oleh perusahaan. Menurut
Aljifri dan Hussainey (2007) profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap praktik pengungkapan dalam laporan tahunan.

2.4.5. Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Bank dikatakan likuid jika mampu
memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka
pendek. Kreditur jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek. Kreditur ini lebih tertarik pada aliran kas
dan manajemen modal kerja dibandingkan dengan besar laba akuntansi yang
dilaporkan perusahaan (Tristanti, 2012). Tingkat likuiditas yang tinggi akan
menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.

2.5. Pengembangan Hipotesis
2.5.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Governance
Dalam teori keagenan, dijelaskan bahwa perusahaan besar merupakan
entitas yang banyak diperhatikan oleh pasar maupun publik secara umum
(Marwata, 2001). Sebagai wujud akuntabilitas manajemen kepada publik, maka
perusahaan

besar

akan

mengungkapkan

informasi

yang

lebih

banyak

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ini sejalan dengan pendapat Jensen dan
Meckling (1976) yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi yang lebih banyak dalam rangka mengurangi biaya keagenan. Dalam
penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan asset perusahaan. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
corporate governance .

2.5.2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Governance
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa dewan komisaris
dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan tindakan manajemen karena
perilaku oportunitisnya. Coller dan Gregory (dalam Sembiring, 2005) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin
mudah untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja manajer secara efektif. Oleh
karena itu, pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen juga akan semakin
besar. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arifin (dalam Sembiring, 2005) yang
menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan. Hasil penelitian Hikmah dkk. (2011) pun juga menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
corporate governance

dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
corporate governance .
2.5.3. Pengaruh Umur Listing Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Governance
Yularto dan Chariri (2003) berpendapat bahwa umur perusahaan
berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Perusahaan yang sudah berdiri
lebih lama diasumsikan telah memiliki banyak stakeholders. Hal ini menyebabkan
perusahaan mengungkapkan informasi seluas-luasnya sebagai wujud dari
tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders. Di sisi lain, stakeholders juga
menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara detail agar dapat

digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan sebenarnya. Berdasarkan uraian
di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3: Umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
corporate governance .
2.5.4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Luas Pengungkapan Corporate
Governance
Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Muhamad et al. (2009) dalam Pramono (2011) menyatakan bahwa
perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih cenderung mengungkap lebih
banyak informasi. Informasi ini berguna bagi posisi perusahaan. Meningkatnya
profitabilitas disebabkan oleh meningkatnya sumber pendanaan dan kapasitas
perusahaan. Meningkatnya sumber pendanaan dikarenakan meningkatnya jumlah
pemangku kepentingan seperti investor, yang percaya pada manajemen
perusahaan sebagai pihak yang mengungkap informasi perusahaan khususnya
mengenai corporate governance sebagai rasa tanggung jawab manajemen atas
penggunaan dana pemangku kepentingan oleh perusahaan. Menurut Aljifri dan
Hussainey (2007) profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
praktik pengungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan analisis dan temuan di
atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H4: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate
governance .
2.5.5. Pengaruh Likuiditas terhadap Luas Pengungkapan Corporate
Governance
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo

dan Juliati, 2002). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung melakukan
pengungkapan informasi secara sukarela yang lebih luas kepada pihak luar karena
ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989) dalam (Fitriani,
2001). Perusahaan yang likuiditasnya baik cenderung lebih siap mengungkapkan
informasi lebih banyak. Hal itu berdasarkan pada perusahaan yang likuiditasnya
tinggi berarti kondisi keuangannya juga baik, sehingga jika informasi itu diketahui
oleh publik maka akan menunjukkan kinerja perusahaan yang juga baik.
Berdasarkan analisis dan temuan di atas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H5: Likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate
governance .

2.6. Model Penelitian
Penelitian ini menguji apakah terdapat hubungan pengaruh ukuran
perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur listing perusahaan, profitabilitas, dan
likuiditas terhadap luas pengungkapan corporate governance pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kerangka penelitian yang
menunjukkan hubungan antara variabel penelitian dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut:

Karakteristik perusahaan
Ukuran perusahaan
Ukuran dewan
komisaris
Umur listing
Karakter terkait kinerja

Index pengungkapan
corporate governance
(IPCG)

profitabilitas
likuiditas

Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan
yang sahamnya terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2009 - 2011.
Peneliti hanya membatasi penelitian ini pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di
perbankan adalah sebagai berikut:
1. Bank tidak dapat beroperasi sampai saat ini tanpa ada peran serta
pemerintah dan masyarakat. Dampak dari aktivitas bank yang memiliki
pengaruh besar terhadap masyarakat merupakan tantangan tersendiri bagi
bank. (Gooneratne and Hoque, 2012, p. 2)
2. Bank perniagaan di Indonesia relatif sejenis dalam strategi persaingan di
pasar dengan beragam produk layanan untuk berbagai kelompok
pelanggan (Yunus, Yuliansyah et al., 2012)
3. Industri perbankan Indonesia (terkait dalam hal pekerjaan) memiliki karir
yang relatif stabil dan terstruktur (Yuliansyah et al., 2012, p. 90)
4. Semua industri perbankan Indonesia (yang diawasi oleh Bank Indonesia)
diminta melaporkan informasi keuangan sesuai dengan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (Yuliansyah et al., 2012, p. 90)

5. Sektor ini sangat erat kaitannya dengan corporate governance karena
adanya regulasi dari BAPEPAM tentang penyampaian laporan tahunan
yang memuat laporan tata kelola perusahaan sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia No. 8/14/2006 serta surat edaran Bank Indonesia No.
9/12/DPNP perihal pelaksanaan good corporate governance bagi bank
umum, bank diwajibkan untuk menyajikan informasi kepada stakeholder
tentang pelaksanaan good corporate governance dan kesimpulan umum
hasil self assesment pelaksanaan good corporate governance, sehingga
pengungkapan corporate governance menjadi sngat penting (Hikmah
dkk., 2011)
6. Industri

perbankan

adalah

industri

berbasis

kepercayaan.

Untuk

meningkatkan kepercayaan investor tentunya bank perlu meningkatkan
transparansi dan akuntabilitasnya salah satunya dengan pengungkapan
corporate governance (Hikmah dkk., 2011)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
berupa laporan tahunan perusahaan publik tahun 2009 - 2011. Sumber data yang
digunakan merupakan publikasi laporan tahunan dan laporan keuangan masingmasing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang diperoleh di
alamat situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan
alamat website masing-masing perusahaan perbankan.
Penelitian ini menggunakan metode content analysis untuk menentukan
jumlah pengungkapan corporate governance pada perusahaan yang diteliti.
Content analysis dilakukan dengan membaca laporan tahunan setiap perusahaan
sampel dengan memberi kode informasi yang terkandung di dalamnya. Teknik

pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2009 - 2011.
2. Perusahaan yang secara berturut-turut menyediakan laporan
tahunan dan laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia per
31 Desember periode tahun 2009 - 2011.
3. Data yang tersedia adalah lengkap, yaitu data yang diperlukan
untuk mendeteksi pengungkapan corporate governance.
Selama periode tahun 2009 - 2011 terdapat 31 perusahaan yang terdaftar
sebagai emiten di BEI, namun selama periode tahun tersebut terdapat empat
perusahaan yang tidak menyertakan laporan tahunannya secara lengkap yaitu
BSIM (Bank Sinarmas Tbk.), BNLI (Bank Permata Tbk.), BJBR (Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.), dan BJTM (Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk.). Maka, sampel dalam penelitian ini
diperoleh 27 perusahaan.

Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kode
AGRO
BABP
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNI
BBNP
BBRI
BCIC

Nama Bank
Bank Agroniaga Tbk.
Bank ICB Bumiputera Tbk.
Bank Capital Indonesia Tbk.
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
Bank Central Asia Tbk.
Bank Bukopin Tbk.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Mutiara Tbk.

11
BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk.
12
BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk.
13
BKSW Bank QNB Kesawan Tbk.
14
BMRI Bank Mandiri (Persero)Tbk.
15
BNBA Bank Bumi Arta Tbk.
16
BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
17
BNII
Bank Internasional Indonesia Tbk.
18
BSWD Bank Of Indonesia Tbk.
19
BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
20
BVIC
Bank Victoria Internasional Tbk.
21
INPC
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
22
MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk.
23
MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk.
24
MEGA Bank Mega Tbk.
25
NISP
Bank OCBC NISP Tbk.
26
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
27
SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
Sumber : www.idx.co.id, diolah oleh penulis (2012)
3.2. Operasional Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Independen
Faktor-faktor luas pengungkapan yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan
yaitu
a) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total
asset perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Total aset
perusahaan kemudian diubah dalam bentuk natural log agar data yang
didapat tidak terlalu besar.
Ukuran perusahaan = Ln total asset
b) Ukuran Dewan Komisaris

Pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini yaitu jumlah
anggota dewan komisaris dalam perusahaan, yang terdiri dari komisaris
utama, komisaris independen, dan komisaris.

c) Umur Listing Perusahaan
Umur listing menggambarkan lamanya perusahaan berdiri dalam
menjalankan operasinya. Variabel ini diukur menggunakan umur
perusahaan yang merupakan selisih tahun sampel (tahun pada laporan
tahunan perusahaan) dengan tahun first issue (tahun perusahaan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia). (Bhuiyan dan Biswas, 2007).
Umur listing = jumlah tahun sejak perusahaan didirikan
Faktor-faktor luas pengungkapan

yang berkaitan dengan kinerja

perusahaan yaitu
d) Profitabilitas
Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan mengguanakan
net interest

margin (NIM). Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah

pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan aktiva produktif yang
dimiliki bank. Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan
bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat
produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih
yang diperoleh. Semakin tinggi rasio semakin meningkat pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen

bank telah dianggap bekerja dengan baik yang mengindikasikan
kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Perhitungan

profitabilitas

dalam

penelitian

ini

adalah

dengan

menggunakan net interest margin (NIM) yaitu dengan membagi
pendapatan bersih dengan total asset.

NIM = pendapatan bunga-biaya bunga
total asset
e) Likuiditas
Perhitungan likuiditas yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LDR
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dalam
pelaporan tahunan bank, alat ukur likuiditas yang dipakai adalah loan to
deposit ratio. LDR membandingkan seberapa besar bank menyalurkan
dana yang didapat dari pihak ketiga untuk operasional jangka panjangnya.
Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank,
karena penempatan kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang
sewaktu-waktu dapat ditarik. LDR yang besarnya lebih dari 115 % akan
membahayakan kondisi likuiditas bank.
Perhitungan likuiditas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR) yaitu dengan membagi

kompisisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2008).
LDR =

total kredit

x 100%

total deposit + modal

3.2.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan corporate
governance pada laporan tahunan perusahaan. Sebuah indeks pengungkapan
dibentuk sebagai standar untuk mengukur tingkat pengungkapan corporate
governance pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penentuan indeks pengungkapan ini berdasarkan pada informasi

yang

diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan mereka untuk
stakeholders. Variabel dependen diwakili dengan tingkat pengungkapan dalam
laporan tahunan pada perusahaan. Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa
banyak item pengungkapan yang diungkap perusahaan.
Metode yang digunakan untuk membuat indeks pengungkapan corporate
governance

adalah

mengaplikasikan

indeks

tidak

tertimbang

dengan

menggunakan nilai dikotomis, yaitu nilai 1 untuk item yang diungkapkan dan nilai
0 untuk item yang tidak diungkapkan. Item-item pengungkapan yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dalam peraturan X.K.6. Nomor:
KEP/134/BL/2006 dan Pedoman Umum Good Corporate governance Indonesia

yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti
pada penelitian Rini (2010) serta Peraturan Bank Indonesia 2006 dan Pedoman
Tata Kelola Perusahaan Perbankan Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan
Corporate governance tahun 2004. Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut,
diperoleh sebanyak enam belas point item pengungkapan yang terdiri dari
pemegang saham; dewan komisaris; dewan direksi; komite audit; komite
nominasi dan remunerasi; komite manajemen risiko; komite-komite lain yang
dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan; pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian internal; manajemen risiko perusahaan; perkara penting yang
dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris;
akses informasi dan data perusahaan; etika perusahaan; tanggung jawab sosial;
pernyataan penerapan good corporate governance; dan informasi penting lainnya
yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance .
Berdasarkan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007), indeks pengungkapan
corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung
manggunakan rumus sebagai berikut:

IPCG =

Total skor item yang diungkapkan perusahaan
Skor maksimum yang seharusnya diungkap perusahaan

3.3. Teknik Analisis Data
3.3.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel
dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal,
minimal, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian.

3.3.2. Uji Regresi
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mencari
adanya hubungan antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel
dependen. Pengujian ini untuk mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen. Arah yang ditunjukan oleh tanda
positif atau negatif pada koefisien regresi, sedangkan intensitasnya ditunjukan
oleh besarnya koefisien regresi. Secara matematis model persamaan regresi
dirumuskan sebagai berikut:
IPCG = a + b1aset + b2kom + b3umur + b4profit + b5liquid + e
IPCG = indeks pengungkapan corporate governance
Aset = ukuran perusahaan
Kom = ukuran dewan komisaris
Umur = umur listing perusahaan
Profit = profitabilitas
Liquid = likuiditas
a = konstanta
e = standar error

3.3.3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum suatu model regresi linier digunakan, pengujian asumsi klasik
perlu dilakukan supaya terpenuhinya asumsi-asumsi yang mendasari model
regresi linear sehingga tidak terjadi kebiasan pada hasil pendugaan. Model regresi
juga dilakukan uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) untuk memastikan

tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak
terdapat autokorelasi (Ghazali, 2007). Sehingga, model regresinya akan dapat
dijadikan alat estimasi yang tidak bias karena telah memenuhi persyaratan
unbiased linear estimator dan memiliki varian minimum. Oleh karena itu uji
asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Normalitas data diuji dengan menggunakan
kolmogorov-smirnov dengan level of significant 5%. Jika nilai p-value
lebih besar dari 5% maka Ho diterima karena data berdistribusi normal,
begitu juga sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value
kurang dari 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti data residual
terdistribusi tidak normal.
2. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk melihat apakah ada
kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari variance inflation
factor multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10,
jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas,
yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas.
3. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan

situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola
gambar scatterplot model. Menurut Ghazali (2006) dasar analisis
heteroskedastisitas : a. jika ada pola tertentu, seperti titik-tititk yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, b.
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4. Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dikatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya.

3.3.4. Uji Hipotesis
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan jika nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.
1. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai
adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dalam kenyataan
nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, namun menurut Gujarati (2003) jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif

maka nilai adjusted R2

dianggap bernilai nol. Sehingga jika nilai adjusted R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
2. Uji kofisien regresi
Untuk mengetahui pengaruh dari signifikasi dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen perlu dilakukan uji parsial. Pengujian
hipotesi

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 32 87

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 17 63

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN

0 2 84

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2012

0 3 83

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN

0 2 70

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2008-2010).

0 1 15

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2008-2010).

0 1 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2008-2010).

1 3 20