PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI MAHASISWA YANG TINGGAL DIPONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI MAHASISWA YANG TINGGAL DIPONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh KUMALATUS SADEA

20120310109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh KUMALATUS SADEA

20120310109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI MAHASISWA YANG TINGGAL DIPONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Disusun oleh Kumalatus Sadea

20120310109

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr.Budi Pratiti, Sp.Kj Dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp.Kj NIP : 195707031990032001 NIP : 196912122006042011

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes NIK: 19711028199709173027


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah, menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, makan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta,

Yang membuat pernyataan, Tanda tangan


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmaniroohim

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulilah rabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal di pondokan (kos) dan yang tinggal dengan orang tua pada mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan ketulusan hati dan rasa syukur yang mendalam, perkenankan penulis pada kesempatan ini menghaturkan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. dr.Ardi pramono, Sp.A, M.kes, elaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas MuhammadiyahYogyakarta.

2. dr.Budi Pratiti, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang dengan sepenuh hati dan kesabaranya mengarahkan, membimbing penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ayahanda H.Ghufron Rifa’I dan ibunda Dra.Ninik Justiani,S.SOS.MM , kakak-kakakku Amelia Yustika,S.E, Pipiet Shanis,S.E,dan Bella Chyntiara,S.E yang selalu menasihati,mengingatkan memberikan motivasi dan dukungannya.

4. IPTU Angga Perdana Brahmada,S.Ik dan teman-teman sekelompok KTI Nedya Ulfadhina,Ray Ramadhan, M.Yassin terimakasih sudah berjuang sama-sama di akhir pendidikan.

5. Teman-teman pendidikan kedokteran UMY yang sudah bersedia menjadi responden dalam mengisi kuesioner KTI saya.


(6)

v

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb Yogyakarta,


(7)

vi DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR………..ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

Bab II ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Depresi ... 7

1. Pengertian Depresi ... 7

2. Etiologi Depresi ... 8

3. Gejala dan Tanda Depresi ... 11

4. Klasifikasi Depresi ... 12

5. Terapi ... 14

B. Remaja ... 15

1. Pengertian Remaja ... 15

2. Ciri-ciri Remaja ... 16


(8)

vii

C. Kerangka Teori ... 25

D. Kerangka Konsep ... 26

E. Hipotesis ... 26

BAB III ... 27

METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Cara Pengambilan Data ... 31

H. Analisis Data ... 33

BAB IV ... 34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 37

BAB V ... 41

KESIMPULAN & SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

Daftar Pustaka ... 43


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian penelitian……… 6 Tabel 2. Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia(th)………. 35 Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin……… 35 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Tinggal

& Tingkat Depresi……… 36


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Teori………...25


(11)

x

DAFTAR SINGKATAN

FK Fakultas Kedokteran SMA Sekolah Menengah Atas


(12)

xi INTISARI

Latar Belakang : Depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga mengakibatkan hilangnya kegairahan hidup. Masa remaja merupakan periode kehidupan yang berat bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.Depresi dan gangguan psikologi yang lain lebih banyak terdapat pada remaja. Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dikos dan yang tinggal dengan orang tua.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Cross Sectional

dengan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakart sebanyak 100 orang.Dalam penelitian ini digunakan tempat tinggal untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi.Kuesioner yang digunakan adalah BDI&Crosstabs.Setelah didapatkan data masing-masing variabel,kemudian dilakukan uji analitik dengan Chi-Square.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik nilai P=0,085 untuk perbedaan tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal.Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya depresi antar mahasiswa yang tinggal dikos dengan yang tinggal dengan orangtua (P=0,005). Kata kunci : depresi, rumah pondokan, mahasiswa kedokteran


(13)

xii ABSTRACT

Background : Depression is a kind of disturb in memory which has marked by deeply sadness and continually so it can make someone lost a passion to life. Teenage is heavy life period than the other age group. Depression and the other kind of psychology damage is always happened to teenager than adult.

Objective : To know a difference depression level student who living at kos with student who living at home.

Method : This study was Cross Sectional research using research subject namely 100 student of Medical Univercity of Muhammadiyah.This research used living stay and student report to know a difference level of depression.The questionnaire used BDI (Beck depression Inventory) and Crosstabs.After each variable data gained, then statistically test was conducted using Chi-Square

Result and conclusion : The obtained research result using analytical test of P value=0,085 for difference level based at home.This research conclusion was no defference and correlation between living stay with depression level (P>0,005). Keywords : depression, medical student, boarding house.


(14)

(15)

xi INTISARI

Latar Belakang : Depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga mengakibatkan hilangnya kegairahan hidup. Masa remaja merupakan periode kehidupan yang berat bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.Depresi dan gangguan psikologi yang lain lebih banyak terdapat pada remaja. Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dikos dan yang tinggal dengan orang tua.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Cross Sectional

dengan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakart sebanyak 100 orang.Dalam penelitian ini digunakan tempat tinggal untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi.Kuesioner yang digunakan adalah BDI&Crosstabs.Setelah didapatkan data masing-masing variabel,kemudian dilakukan uji analitik dengan Chi-Square.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik nilai P=0,085 untuk perbedaan tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal.Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya depresi antar mahasiswa yang tinggal dikos dengan yang tinggal dengan orangtua (P=0,005). Kata kunci : depresi, rumah pondokan, mahasiswa kedokteran


(16)

xii ABSTRACT

Background : Depression is a kind of disturb in memory which has marked by deeply sadness and continually so it can make someone lost a passion to life. Teenage is heavy life period than the other age group. Depression and the other kind of psychology damage is always happened to teenager than adult.

Objective : To know a difference depression level student who living at kos with student who living at home.

Method : This study was Cross Sectional research using research subject namely 100 student of Medical Univercity of Muhammadiyah.This research used living stay and student report to know a difference level of depression.The questionnaire used BDI (Beck depression Inventory) and Crosstabs.After each variable data gained, then statistically test was conducted using Chi-Square

Result and conclusion : The obtained research result using analytical test of P value=0,085 for difference level based at home.This research conclusion was no defference and correlation between living stay with depression level (P>0,005). Keywords : depression, medical student, boarding house.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi diartikan sebagai sebuah kondisi batin yang tertekan dalam dalam waktu panjang (stress berkelanjutan) dan mengakibatkan hilangnya harapan hidup, makna hidup, motivasi berprestasi, dan kepercayaan diri

(losing mood and confidence), tentu saja sebab-sebabnya banyak. Realitas kehidupan ini terkadang lebih kejam dari kekejaman yang sanggup kita bayangkan. (Ubaydillah,2006)

Secara garis besar kita mengatakan bahwa depresi bisa terjadi di “stimulasi” oleh keadaan eksternal yang berubah kearah yang lebih buruk dan itu diluar control kita. Perlu digaris bawahi disini, bahwa kondisi emosi-psikologis masing-masing orang turut menentukan apakah sesuatu itu dapat menyebabkan depresi, sejauh mana tingkat depresinya serta seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi masalah (hingga sampai tidak depresi), atau seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi masalahnya hingga sampai tidak depresi, atau seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi depresinya. (Ubaydillah, 2006)

Dari survey terbaru didapatkan bahwa depresi memiliki prevalensi paling tinggi (hamper 17%) dibandingkan gangguan jiwa lainnya (Sadock & Sadock,2007). Menurut WHO 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat (Depkes,


(18)

2009). Prevalensi selama kehidupan, pada perempuan mencapai 10-25% dan laki-laki 5-12% (Amir, 2007).

Berperasangka baik atau sering kita sebut dengan istilah khusnozhon

adalah suatu kajian aqida akhlak Islam yang selalu dianjurkan bahkan diwajibkan kepada kita sebagai seorang muslim sebagaimana firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.”[Q.S Al-Hujurat: 12]

Berperasangka baik bertitik berat pada hati dan pikiran kita, memerlukan kesabaran dan keimanan yang baik. Seseorang yang ditimpa musibah, sedang berada dalam kesedihan atau sebagainya yang bersifat melukai hatinya sering kali mencari kambing hitam dari semua masalah yang dialaminya.

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga mengakibatkan hilangnya gairah hidup. Tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Salah satu bentuk stress yang dapat menimbulkan gangguan jiwa kecuali kecemasan (ansietas) adalah depresi. (Dadang Hawari, 1990)

Gangguan depresi memiliki gejala-gejala utama baik pada derajat ringan, sedang, maupun berat yaitu : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menunjukkan meningkatnya


(19)

3

keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas serta kreativitas. (Rusdi Musllim, 2003)

Masa remaja merupakan salah satu tahap kehidupan yang besifat transisi, sebuah tahap perkembangan yang menuntut banyak perhatian. Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan pendekatan baik berupa segi psikologis maupun segi sosial. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh pengetahuan tentang persoalanyang dihadapi para remaja. Semakin kita mengenal segala sesuatu tentang remaja, maka akan mempermudah bagi kita dalam merespon apa yang terjadi pada remaja. Selanjutnya kita mampu menyusun suatu penatalaksanaan yang tepat dalam memberikan pertolongan pada remaja yang mengalami gangguan psikologis.

Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa masa remaja merupakan periode kehidupan yang berat bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Depresi dan gangguan psikologis yang lain lebih banyak terdapat pada remaja. (Martinah, 1985)

Depresi biasanya terjadi saat stres yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi berkorelasi dengan kejadian dramatis yang menimpa seseorang, misalnya kematian seseorang yang sangat dicintai atau kehilangan pekerjaan yang sangat dibanggakan. Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun didunia ini. (Pradipta Sarastika, 2014 ).

Dalam hal ini rasa kehilangan obyek yang dicintainya adalah orangtua remaja itu sendiri.Hal ini biasa terjadi pada remaja-remaja yang diharuskan untuk melanjutkan pendidikan didaerah lain. Jika hal itu terjadi pada saat


(20)

remaja tersebut ingin meneruskan pendidikannya diperguruan tinggi, kemungkinan terjadinya depresi mungkin tidak terlalu besar, mengingat biasanya remaja yang sudah lulus SMA merasa dirinya sudah dewasa, jadi mampu hidup sendiri, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi derpesi pada remaja tersebut. Tapi lain halnya jika yang mengalami itu adalah remaja tanggung atau biasa disebut remaja yang masih mengalami masa-masa pubertas, dalam hal ini remaja yang baru lulus SMP atau sekolah tingkat pertama. Bagi remaja seperti ini berpisah dengan orang tua adalah salah satu hal yang terberat yang harus mereka hadapi sendiri. Dan keadaan ini bisa berefek pada efektivitas belajar-mengajar mereka.

Bagi mereka yang biasa mendapat dukungan dari orangtua secara langsung, namun sekarang mereka harus menghadapinya sendirian, bagi remaja seusian mereka hal tersebut terasa memberatkan. Namun ada juga remaja yang merasa dengan tidak tinggal bersama orang tua adalah salah satu bentuk dari kebebasan yang selama ini diinginkan oleh remaja tersebut. Hal ini memberikan pandangan berbeda yang nantinya juga dapat berimbas pada proses hasil belajar dan mengajar yang akan mereka tempuh nantinya. B. Perumusan masalah.

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

Apakah ada perbedaan tingkat depresi mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah semester VI yang tinggal bersama orang tua dengan yang tinggal di kos.


(21)

5

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dikos dengan yang tinggal dengan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan masukan tambahan dalam memahami dan mengetahui tentang adanya hubungan tingkat depresi seorang remaja yang tinggal dikosan dengan tinggal bersama orang tua.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat melatih penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh dan untuk menambah pengalaman tentang penelitian di lapangan secara nyata.


(22)

E. Keaslian Penelitian.

Penelitian tentang kecemasan telah banyak dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Keaslian penelitian

Nama Judul Tahun Persamaan Perbedaan Sumber Debby agnurulintan suhito Hubungan kepercayaan diri (self confidence) dengan depresi pada mahasiswa FK UMY tingkat III

2012 Menggunaka n kuesioner BDI (Beck Depresion Inventory) Analisa dengan menggunaka n teknik Mann Whitney U-test http://jo urnal.un air.ac.id/ Ida etrawati angraini Hubungan kepercayaan diri (self confidence) dengan depresi pada mahasiswa FK UMY tingkat III

2006 Desain penelitian Cross Sectional Random sampling Analisa dengan Chi Square Perpus-takaan FK UGM Seftiana saftari Hubungan antara sikap over protektif orangtua dengan tingkat depresi pada remaja SMA7

2009 Menggunaka n kuesioner T-MAS Analisa dengan uji Wilcoxon Perpus-takaan FK UMY

Penelitian tentang perbedaan tingkat depresi siswa yang tinggal di asrama dengan yang tinggal dengan orang tua sendiri tersebut belum pernah dilakukan.


(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan bentuk keadaan psikotik yang termasuk dalam gangguan afektif berat (PPDGJ III 64) yang memiliki gejala utama : afek depresi,kehilangan minat dan kegembiraan,dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktifitas serta gejala lainnya harga diri dan kepercayaan berkurang,nafsu makan berkurang,dan tidur terganggu.

Sedangkan menurut ilmuan yang bernama Rice, P.L (1992) dalam Sabilla (2010), menurutnya depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depressi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas.

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam sabilla (2010), depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,


(24)

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).

Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas. 2. Etiologi depresi

Secara umum depresi dibagi menjadi dua yaitu depresi dengan endogen dan depresi eksogen atau reaktif. Disebut endogen karena kausanya ada didalam tubuh manusia itu sendiri, atau berhubungan dengan


(25)

9

factor internal manusia. Sedangkan depresi eksogen atau reaktif karena kausanya berhubungan dengan factor luar atau lingkungan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap etiologi depresi, khusunya pada anak dan remaja adalah :

a. faktor biologis

Meskipun penyebab depresi secara pasti tidak dapat ditentukan, pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan 2) Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.

Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang,dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormontestosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah


(26)

secara cepat sejak awalpubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

b. Faktor sosial

Dilaporkan bahwa orangtua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orangtua, jumlah sanak saudara, status social keluarga, perpisahan orangtua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan psikologi anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Levitan et al (1998) dan weiss et all (1999) melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat penganiayaan fisik atu seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. faktor non-genetik seperti fisik maupun lingkungan merupakan pencetus kemungkinan terjadinya depresi pada anak dengan riwayat genetic.

c. Faktor neurotransmitter

Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme gangguan alam perasaan terfokus pada; terganggunya regulator sistem monoamin neurotransmite, termasuk neropinefrin dan serotonin (5-hidroxytriptamine). Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang


(27)

11

terjadi erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergik-asetilkolin yang ditandai dengan meningkatnya kolnergik, sementara dopamine secara fungsional menurun. ( Resus VI, 1995)

3. Gejala dan tanda depresi.

Perlu ditekankan bahwa dalam psikiatri dan dalam ilmu kedokteran secara umum terdapat perbedaan formal antara gejala dan tanda. Gejala merupakan pengalaman sedangkan tanda merupakan indikasi objektif. Dalam praktek, kadang-kadang perbedaan antara gejala dan tanda itu tidak jelas, terutama dalam kasus masalah-masalah emosional. Akibatnya perbedaan tersebut secara khusus tidak ditekankan. Namun demikian, penting sekali mempunyai latar belakang pengetahuan mengenai perbedaan diantara keduanya.

Menurut dr. Rebecca Fox-Spencer & Profesor Allan Young, gejala dan tanda depresi adalah :

a) Dipenuhi oleh pikiran negatif, khususnya pada pagi hari. b) Merasa memiliki masa depan suram. c) Merasa tidak tenang dan mudah terganggu. d) Tidur tidak tenang, terlalu sering bermimpi. e) Kelelahan. f) Pola makan tidak normal yang mengarah ke bertambah atau berkurangnya berat badan. g) Menjadi sangat perasa dan sering menangis. h) Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengingat sesuatu. i) Motivasi rendah. j) Hilangnya keinginan melakukan hal yang biasanya disukai. k) Rasa bersalah dan tidak berharga. l) Gelisah gejala jiwa dan fisik sebagai antisipasi terhadap bahaya yang nyata atau hanya dalam bayangan. m)


(28)

Merasa tidak mampu atau tidak berdaya. n) Merasa suasana hati tidak akan pulih kembali. o) Rasa sakit dan nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas. p) Rasa ingin mencelakakan diri sendir, rasa ingin atau berusaha bunuh diri.

Penderita depresi biasanya menunjukkan disforia atau anhedonia, yaitu kehingan perhatian atau kehilangan rasa senang dalam hal-hal yang secara normal menyenangkan. Suasana hatinya sedih, susah, murung, cemas, atau tertekan, sehingga kehilangan minat atau gairah dalam berbagai aktivitas.Pikiran mengenai dirinya, keadanya masa kini ataupun keadaan masa depan sering bersifat negatife.

4. Klasifikasi depresi

Klasifikasi gangguan depresi sangat bervariasi. Dahl dan Brent ( 1996 ) membagi gangguan depresi dalam 3 kategori, yaitu :

a. Gangguan depresi berat (Mayor depressive disorder) Perasaan sedih selama 2minggu, jemu, atau lekas marah (irritable) disertai 4gejala lain menurut criteria DSM-IV.

b. Gangguan distimik (Dysthymic disorder) suatu bentuk depresi yang lebih kronis (paling tidak 1 tahun) tanpa ada bukti suatu episode depresi berat. Dahulu disebut depresi neurosis. (3) Gangguan afektif bipolar atau siklotimik (Bipolar affective illness or cyclothymic disorder).

Beberapa gejala dari depresi adalah, konsentrasi dan perhatian berkurang,harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa


(29)

13

bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan terganggu.

Adapun tahap-tahap atau episode depresi adalah :

a. Episode depresi ringan : sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa ddilakukan.

b. Episode-episode depresi sedang : sekurang-kurangnya harus ada 2 dariu 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan, ditambah sekurang-kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4 ) dari gejala lainya, lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

c. Episode depresi berat : semua gejala depresi utama harus ada. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episodik depresi berat harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beromset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnostik dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.


(30)

5. Terapi

Perawatan di rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan indikasi, misalnya penderita cenderung mau bunuh diri, atau adanya penyalahgunaan atau ketergantungan obat. Pada umunya, penderita berhasil ditangani dengan rawat jalan. Sekali diagnosis depresi berat ditegakkan pada anak dan keluarganya, terrmasuk kombinasi terapi individual, terapi keluarga, serta konsultasi dengan pihak sekolah (Kaplan, 1997)

Tujuan dari terapi yang ingin dicapai adalah menghilangkan atau mengkoreksi penyakitt yang mendasari timbulnya sindrom depresi (faktor penyebab), mengurangi faktor-faktor yang dapat mencetuskan sindrom depresi yang menyebabkan penderitaan (faktor klinis), serta mengembalikan pasien secepat mungkin kedalam kehidupan yang biasa dijalani (faktor rehabilitasi). Tujuan tersebut akan tercapai bila ada landasan yang baik antara dokter dan pasien (Doctor-Patient Relationship). Dengan prinsip umum, tujuan dan pendekatan tersebut diatas, untuk sindrom depresi dapat dirumuskan 4jenis terapi yang harus dilaksanakan bersama dan terpadu secara proporsional.

a. Pendekatan psikoterapik ( Muslim, 1992 dan humris, 1995 )

Pendekatan psikotherapik, untuk menciptakan hubungan kerja sama yang baik antara dokter-pasien dan timbulnya motivasi pasien untuk berpartisipasi aktif dalam proses penyembuhan (Therapheutic Situation).


(31)

15

b. Farmakotherapi

Therapi obat antidepresan untuk mengendalikan/supresi gejala-gejala sindrom depresi sehingga memungkinkan penderita berpartisipasi dalam therapi khusus yang berupaya menanggulangi penyakit yang mendasari timbulnya sindrom depresi ( Menkes, 1992 )

c. Terapi Simptomatik (Muslim, 1992 dan Budiman, 1995)

Terapi simptomatik, untuk ,mengurangi penderitaan pasaien dari berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidupnya dan memutus rantai (cicious circle) yang menghambat proses penyembuhan.

B. Remaja

1. Pengertian

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow

atau to grow maturity(Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, sepertiDeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent ) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17


(32)

tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990). Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan perkembangan psikoseksual,dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

2. Ciri-Ciri Remaja

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usiaremaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

a. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun

1) Masa Pra Pubertas usia 12-13 tahun, peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas, cirinya:Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi dan anak mulai bersikap kritis.

2) Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal, cirinya :Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu/plin-plan, suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.


(33)

17

3) Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen, cirinya:Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belumtercapai sepenuhnya, proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.

b. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun

Merupakan masa akhir remaja, beberapa sifat penting pada masa ini adalah: Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis, mulai menyadari akan realitas, sikapnya mulai jelas tentang hidup, mulai nampak bakat dan minatnya.

3. Perkembangan Fisik Remaja

Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja. Pakaian yang dimilikinya seringkali menjadi cepat tidak muat dan harus membeli lagi. Terkadang remaja dikejutkan dengan perasaan bahwa tangan dan kakinya terlalu panjang sehingga tidak seimbang dengan besar tubuhnya. Pada remaja putri ada perasaan seolah bahwa tanpa dibayangkan sebelumnya kini buah dadanya membesar. Oleh karena itu, seringkali gerak-gerik remaja menjadi canggung dan tidak bebas.

Pada remaja pria, pertumbuhan jakun menyebabkan suara remaja menjadi parau atau membesaruntuk beberapa waktu. Pertumbuhan kelenjar yang mencapai kematangan mulai berproduksi menghasilkan hormon. Akibatnya, remaja mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya.Ketertarikannya yang disebabkan oleh berkembangnya hormon menyebabkan remaja priamengalami mimpi basah. Pada remaja putri,


(34)

perkembangan hormon menyebabkan mereka mulaimengalami menstruasi yang seringkali pada pertama kali mengalaminya, menimbulkankegelisahan.Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang.Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut, yaitu :

a. Demensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan 2) Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan,kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone sedangkan pada anak lelaki

Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-CellStimulating Hormone (ICSH)merangsang. pertumbuhan testosterone Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,


(35)

19

sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang,dll.

Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormontestosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

b. Demensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pan dangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasiformal (period of formaloperations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa


(36)

depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

c. Demensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot


(37)

21

Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap peraturan atau otoritas yang


(38)

selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remajatersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadiberbahayajika lingkungan baru memberi jawaban yang tidak


(39)

23

diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. d. Demensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan


(40)

dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik.

Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab.Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru, berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.


(41)

25

C. Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka Teori Faktor Biologis

a. Hormon b. Genetik

c. Neurotransmiter

Faktor Sosial

a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan Kampus c. Lingkungan Tempat

Tinggal

Instrumen

Beck Depression Inventory (BDI)


(42)

D. Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka konsep

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : terdapat perbedaan tingkat depresi mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015 yang tinggal dipondokan (kos) dan yang tinggal dengan orangtua (keluarga).

skrining mahasiswa depresi

depresi Tidak

depresi


(43)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional. Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012 yang perkirakan mencapai 250 mahasiswa.

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Suharsimi A, 1998).“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi (Sugiyono, 1997). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi (Sugiyono, 1997).


(44)

Kriteria Inklusi :

1. Mahasiswa program study pendidikan dokter yang tinggal di kos selama masa perkuliahan (semester VI)

2. Mahasiswa program study pendidikan dokter yang tinggal dengan orangtua selama masa perkuliahan (semester VI)

3. Mahasiswa usia 20-22 tahun

Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dan sampel yang diambil sebanyak 100 kuesioner.

Kriteria eksklusi :

Mahasiswa yang tidak tinggal dikos atau tinggal dengan orangtua.

Rumus untuk mencari jumlah subjek menggunakan Independent sample t-test. Digunakan untuk membandingkan mean dari dua sampel yang berbeda (independent). Prinsipnya mengetahui apakah ada mean antara dua populasi, dengan membandingkan dua mean sampel-nya, sebagai berikut:

n1 = n2 = (Zα √ √ ) 2 ( P1 . P2 ) 2

n1 = n2 = (1,96 √ 0,84 √ ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,96 . 0,7 + 0,84√ ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,96 . 0,7 + 0,84 . 0,7 ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,372 + 0,588 ) 2 = ( 1,96 ) 2 = 3,8 = 95 (0,4 . 0,6) 2 (0,4 . 0,6) 2 0,04


(45)

29

Karena hasil yang di dapat 95 maka jumlah sample minimal yang harus di dapatkan dalam satu perlakuan 95 subjek.

Subyek yang diteliti adalah mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran UMY, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Mahasiswa program studi pendidikan dokter yang tinggal di pondokan (kos) selama perkuliahan (semester VI).

b) Mahasiswa program studi pendidikan dokter yang tinggal dengan orang tua selama perkuliahan (semester VI).

c) Bersedia menjadi subyek penelitian.

d) Pengambilan sampel dilakukan secara random (Random Sampling) dan sampel yang diambil sebanyak 100 sampel.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : lokasi penelitian ini berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Waktu penelitian : Pengambilan data akan dilaksanakan selama bulan September 2015.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel terikat : Mahasiswa yang tinggal dikos dan yang tinggal dengan orang tua.


(46)

E. Definisi Operasional 1. Depresi

Depresi adalah keadaan alam perasaan yang terganggu dan mengakibatkan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan dalam penelitian ini tingkat depresi dinilai dengan instrumen

BDI (Beck Depression Inventory).

2. Remaja

Remaja adalah individu yang sedang dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa ini kedudukan anak seakan-akan tidak menentu.

F. Instrumen Peneletian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu depresi dan kualitas hidup aspek social. Menurut Arikunto (2010), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau tentang hal-hal yang ia ketahui. Bentuk kuesioner bervariasi sesuai dengan tujuan dan apa yang digali melalui kuesioner tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan bagi tercapainya tujuan penelitian ini, digunakan alat ukur, Instrumen Depression yaitu alat ukur depresi diadaptasi dan diterjemahkan dari Beck Depression Inventory (BDI) yang terdiri dari 21 pernyatan masing-masing menggambarkan manifestasi depresi yang spesifik dari 4 pernyataan yang menggambarkan tingkat intensitas gejala.Kriteria yang dipakai adalah diagnose pskiatri.


(47)

31

Cara pengukuran alat ini yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item pertanyaan yang diajukan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia disetiap item pertanyaan yang sesuai dengan individu tersebut.Masing-masing gejala memiliki tingkat intensitas sebagai berikut :

A=0 : tidak ada gejala B=1 : ada gejala ringan C=2 : ada gejala sedang D=3 : ada gejala berat

Penilaian atau penskoran jawaban dari responden dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh responden.Total jumlah nilai yang diperoleh oleh responden akan menunjukkan tingkat depresi yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.Nilai total berkisar dari 0-63.Indikasinya adalah :

1. Jumlah nilai 0-13 : minimal/normal 2. Jumlah nilai 14-19 : depresi ringan 3. Jumlah nilai 20-28 : depresi sedang 4. Jumlah nilai 29-63 : depresi berat G. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah menggunakan angket atau kuesioner. Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan,


(48)

informasi, jawaban, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan :

1. Memberikan kuisioner : Kuisioner dibagikan kepada masing-masing anak yang menjadi subyek penelitian pada awal penelitian.

2. Meminta pada subyek penelitian untuk mengisi kuisioner : dengan cara memberikan terlebih dahulu mengenai kuisioner yang harus diisi. Tidak lupa juga untuk mengingatkan subyek penelitian supaya mengisi kuisioner tersebut dengan ikhlas,jujur,dan bersungguh-sungguh.

3. Pengumpulan data kuisioner : data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer.Data primer diperoleh pengisian kuesioner yang telah dibagikan.Responden yang memenuhi syarat dan menyatakan bersedia diberi lembar kuesioner kemudian ditunggu beberapa saat,setelah selesai dikumpulkan kembali kepada peneliti.Kemudian diteliti kembali apakah kuesioner telah terisi dengan baik.

4. Pengolahan data : setelah data yang berupa kuesioner terkumpul,dilakukan perhitungan jumlah skor yang didapat pada anak yang mengisi kuesioner tersebut.Dan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang ada.Setelah itu peneliti mengadakan observasi terhadap tingkat depresi mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Muhammadiyah.

5. Penyusunan akhir : setelah data sudah selesai diolah,disusun laporan hasil penelitian dan pembahasannya,setelah itu laporan tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk direvisi jika ada yang perlu diperbaiki.


(49)

33

H. Analisis Data

Data yang memenuhi kriteria akan dianalisis menggunakan uji analisis data yaitu Chi square yang digunakan untuk mengetahui signifikansi P<0,005. Data tersebut akan disajikan dalam bentuk table frekuensi kejadian berdasarkan variabel-variabel yang ada.


(50)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di universitas muhammadiyah yogyakarta. Responden yang kami gunakan adalah mahasiswa kedokteran semester VI angkatan 2012/2013 sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan. Pada penelitian ini dari 100 kuisioner yang dibagikan kepada subyek, kuisioner yang kembali sebanyak 100 lembar kuisioner. Sebanyak 100 kuisioner yang kembali dinyatakan layak dan memenuhi syarat sebagai sample dalam penelitian ini,sehinggan disini terdapat sebanyak 100 responden,yang terdiri dari mahasiswa yang tinggal dengan orangtua sebanyak 14 (14%) dan yang tinggal dikos 86 (86%).

Dari 100 sample mahasiswa kedokteran yang ada di universitas muhammadiyah Yogyakarta ini diperoleh hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


(51)

35

1. Usia

Berdasarkan umur, pembagian frekuensi nya sebagai berikut : Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia(th)

Variabel Jumlah Persentase (%) Total Persentase (%)

19tahun 2 3 5%

20tahun 11 17 28%

21tahun 17 18 35%

22tahun 16 11 27%

23tahun 2 3 5%

Laki-laki 48 48% 100%

perempuan 52 52% 100%

Dari tabel 1. dapat disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa yang berumur 19tahun ada sebanyak 5 orang (5%) , yang berusia 20tahun ada 28 orang (28%) , yang berusia 21 ada 35 orang (35%) , yang berusia 22 tahun ada 27 orang (27%) , dan yang berusia 23 tahun ada sebanyak 5 orang (5%). Berdasarkan hasil diatas didapatkan prosentase terbesar adalah 52% pada jenis kelamin laki-laki dan 48% pada jenis kelamin perempuan.

2. Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Frekuensi Persen (%)

Valid Laki-laki 48 48%

Perempuan 52 52%


(52)

Dari tabel 2.dapat disimpulkan bahwa terdapat sebanyak 48 orang (48%) mahasiswa laki-laki dan sebanyak 52 0rang (52%) mahasiswa perempuan sehingga total terdapat 100 mahasiswa (100%).

3. Tempat Tinggal & Tingkat Depresi

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Tinggal & Tingkat Depresi

Dari tabel.3 dapat disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa yang tinggal dikos lebih banyak dibandingkan dengan yang tinggal dengan orangtua, yaitu sebanyak 86 responden (86%) , dan dari 86 responden (86%) ini terdapat 67 responden (77,9%) yang tidak mengalami depresi (normal), 8 responden (9,3%) mengalami depresi ringan, 7 responden (8,1%) mengalami depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami depresi berat. Sedangkan yang tinggal bersama dengan orangtua hanya sebanyak 14 responden (14%) dan dari 14 responden (14%) ini terdapat 11 responden (78,6%) yang tidak mengalami depresi (normal), 1 responden

BDI (Beck Depression Inventory) Total Normal Depresi

ringan

Depresi Sedang

Depresi berat Tinggal

dengan orangtua

11 1 1 1 14

Persentase (%)

78,6% 7,1% 7,1% 7,1% 100%

Tinggal dikos 67 8 7 4 86

Persentase (%)

77,9% 9,3% 8,1% 4,7% 100%

Total 78 9 8 5 100

Persentase (%)


(53)

37

(7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1 responden (7,1%) mengalami depresi berat.

4. Analisis Data

Table 5. Analisis Data

Value df Asymp. Sig

Pearson Chi-Square

.228 3 .973

Tabel 5 merupakan table analisis data menggunakan Chi-Square tests , pada analisis Chi-Square yang digunakan untuk melihat hasil signifikansi ( asymp.Sig) didapatkan hasil P = 0,973 yang berarti tidak ada perbedaan antara tempat tinggal dengan depresi.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dikosan dengan mahasiswa yang tinggal dengan orangtua.Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang berjumlah 21 pertanyaan yang berasal dari Beck Depression Inventorry (BDI). Penulis memilih menggunakan responden mahasiswa kedokteran angkatan 2012 universitas muhammadiyah Yogyakarta karena beberapa alasan, salah satunya adalah penyesuaian diri yang mempengaruhi tingkat depresi mahasiswa tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Zaenuddin (2002) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu.Dikarenakan masalah


(54)

penyesuaian ini lah peneliti menguunakan mahasiswa sebagai sample, terlebih untuk membandingkan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orangtua dengan yang tinggal dikos.

Pada table 3.Tempat tinggal & tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal, dari hasil yang didapat jumlah mahasiswa yang termasuk dalam klasifikasi depresi terbanyak adalah mahasiswa yang tinggal dikos dengan jumlah dari 86 responden (86%) ini terdapat 67 responden (77,9%) yang tidak mengalami depresi (normal), 8 responden (9,3%) mengalami depresi ringan, 7 responden (8,1%) mengalami depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami depresi berat. Sedangkan yang tinggal bersama dengan orangtua hanya sebanyak 14 responden (14%) dan dari 14 responden (14%) ini terdapat 11 responden (78,6%) yang tidak mengalami depresi (normal), 1 responden (7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1 responden (7,1%) mengalami depresi berat.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji analitik Chi-Square Test yang digunakan untuk mengetahui perbedaan 2 variable yang bertingkat, dan didapatkan hasil signifikansi (P) 0,973 yang berarti tidak terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna pada seorang mahasiswa baik yang tinggal bersama dengan orangtua maupun yang tinggal di kos. Jadi baik siswa tersebut tinggal dengan orangtua ataupun dikos bukanlah sebagai penyebab utama siswa tersebut menjadi depresi. Pada tabel terlihat bahwa siswa yang tinggal dikos kebanyakan adalah mahasiswa yang terklarifikasi depresi dibandingkan yang tinggal dengan orangtua. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor


(55)

39

salah satunya adalah tingkat penyesuaian diri yang belum terasah, beban moral atau mental dikarenakan masih belum terbiasa jauh dengan orang tua, dan juga kemungkinan ketatnya persaingan antara mahasiswa dalam belajar karena perbedaan sistem pendidikan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi seorang siswa dalam bentuk stresor kehidupan (kantor statistik Yogyakarta, 1983 Cit Purbokawatijo, 1970) yang mengakibatkan timbulnya depresi (Setyonegoro, 1984)

Pada tabel 5. Analisis data yang dilakukan menggunakan Chi-Square

test yang digunakan untuk melihat tingkat signifikansi (asymp.Sig). Dimana P=P value , bila P < 0,05 maka H1 diterima. Jika H1 diterima maka artinya ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian kali ini didapatkan hasil nya adalah P=0,973 yang artinya H1 ditolak karena lebih dari 0,05 , yang artinya pada penelitian ini tidak terdapat adanya hubungan antara tempat tinggal dengan depresi.

Depresi yang dialami oleh mahasiswa akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, karena depresi akan cenderung mengikut sertakan berbagai gejala klinis yang sangat mengganggu dalam aktivitas individu tersebut khususnya pada mahasiswa karena akan mengganggu konsentrasi dalam proses perkuliahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yul, Iskandar (1994) bahwa salah satu gejala klinis depresi adalah gangguan konsentrasi, sehingga individu tersebut sulit memusatkan dan mencerna suatu tulisan/bacaan, sukar menangkap hal yang baru dipelajari dan terjadinya penurunan daya inga, hal ini didukung pula oleh pendapat Nurdin, J.D, (1990)


(56)

bahwa depresi pada keadaan ringan mungkin berupa gejala kehilangan minat dan perhatian pada tugas, pekerjaan, pelajaran sehingga prestasi menurun


(57)

41 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari distribusi frekuensi yang ada, siswa yang tinggal dikos memiliki jumlah terbanyak yang termasuk klasifikasi depresi sebanyak 67 responden (77,9%) yang tidak mengalami depresi (normal), 8 responden (9,3%) mengalami depresi ringan, 7 responden (8,1%) mengalami depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami depresi berat. Sedangkan yang tinggal dengan orang tua yang termasuk klasifikasi depresi ), 1 responden (7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1 responden (7,1%) mengalami depresi berat.

2. Dari 100 responden yang ada sebanyak 16 responden (16%) termasuk klasifikasi depresi dan 84 responden (84%) tidak mengalami depresi. 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada seorang mahasiswa

tersebut, baik yang tinggan dikos maupun yang tinggan dengan orang tua, dengan nilai signifikansi (P) 0,973 atau P>0,005.

4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan tempat tinggal. B. Saran

1. Perlu adanya dukungan dari keluarga dalam bentuk perhatian dan kasih sayang, sebagai salah satu cara pencegahan seseorang terkena depresi. 2. Perlu adanya konsultasi dan bimbingan terhadap mahasiswa yang termasuk


(58)

41 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari distribusi frekuensi yang ada, siswa yang tinggal dikos memiliki jumlah terbanyak yang termasuk klasifikasi depresi sebanyak 67 responden (77,9%) yang tidak mengalami depresi (normal), 8 responden (9,3%) mengalami depresi ringan, 7 responden (8,1%) mengalami depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami depresi berat. Sedangkan yang tinggal dengan orang tua yang termasuk klasifikasi depresi ), 1 responden (7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1 responden (7,1%) mengalami depresi berat.

2. Dari 100 responden yang ada sebanyak 16 responden (16%) termasuk klasifikasi depresi dan 84 responden (84%) tidak mengalami depresi. 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada seorang mahasiswa

tersebut, baik yang tinggan dikos maupun yang tinggan dengan orang tua, dengan nilai signifikansi (P) 0,973 atau P>0,005.

4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan tempat tinggal. B. Saran

1. Perlu adanya dukungan dari keluarga dalam bentuk perhatian dan kasih sayang, sebagai salah satu cara pencegahan seseorang terkena depresi. 2. Perlu adanya konsultasi dan bimbingan terhadap mahasiswa yang termasuk


(59)

42

depresi pada seseorang, agar tidak terjadi hal-hal yang bisa membahayakan jiwa mereka sendiri.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tinggal dikos. Dengan jumlah, tekhnik dan hasil yang lebih maksimal dan akurat.


(60)

43

DAFTAR PUSTAKA

Alfian F (2014) Depresi Pada Remaja. Diakses 24 Februari 2015, dari http://www.slideshare.net/alfian_firdaus/depresi-remaja

Chie R (2013) Depresi: Pengertian, Penyebab, dan Gejalanya. Diakses 24 Februari 2015, dari http://chieraeray.blogspot.com/2012/08/depresi-pengertian-penyebab-dan.html

Dr.Rebecca Fox-Spencer & Prof.Allan Y (2010) Mengenali, Mengatasi, dan Mengatisipasi Depresi. (dr.Winardini, Trans.). Jakarta: Kompas Gramedia.(Buku asli diterbitkan 2005)

Gail W. Stuart, PhD, RN, CS, FAAN (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa, 5th ed.(Ramona P.Kapoh, S.Kp dan Egi Komara Y, S.Kp,Trans.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli diterbitkan 2002)

Kaplan, H.I., Sadock, B.J, (2010) Sinopsis Psikiatri, Jilid 2 (Dr. Widjaja Kusuma, Trans.). Ciputat - Tanggerang: Binarupa Aksara. (Buku asli diterbitkan 1991)

Muslim, R. (2013) Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

Muslim, R. 2003. Diagnosis gangguan jiwa, Rujukan ringkas dari PPDGJ III. Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoatmodjo,S. (2010) Metododologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono (2003) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Sugiyono (2014) Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

UMP pdf (2012) Bab II, Tinjauan Pustaka Depresi, Diakses 25 Februari 2015, dari http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf

USU pdf (2014) Bab II, Tinjauan Pustaka Depresi. Diakses 25 Februari 2015, dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33890/4/Chapter%20II.pd f


(61)

44

Yunan K (2009) Asuhan Keperawatan Depresi Pada Anak (Childhood

Depression), Diakses 24 Februari 2015, dari

http://kayunanan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-depresi-pada-anak.html

Dadang Hawari (2001). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Eko Budiarto (2002) Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fitria,L (2007). Kecemasan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Dalam Mengerjakan Skripsi. Skripsi tidak diterbitkan

Gail W. Stuart. (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa, 5th ed.(Ramona P.Kapoh, S.Kp dan Egi Komara Y, S.Kp,Trans.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli diterbitkan 2002)

Hanna Djumhana Bustaman (2001). Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hurlock,E.B.(1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, 5th ed.Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J, (2010) Sinopsis Psikiatri, Jilid 2 (Dr. Widjaja Kusuma, Trans.). Ciputat - Tanggerang: Binarupa Aksara. (Buku asli diterbitkan 1991)

Khoiril (2014) Pengertian Remaja. Diakses 10 April 2015, dari https://www.academia.edu/5080143/Pengertian_Remaja

Lilly H. Setiono (2002) Beberapa permasalah remaja. Diakses 10 April 2015, dari http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/beberapa-permasalahan-remaja

Mappiare, Andi. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Muslim, R. (2013) Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(62)

Musfir (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Nuramin Saleh (2013) Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli. Diakses 24 Februari 2015, dari http://nuraminsaleh.blogspot.com/2013/01/pengertian-kecemasan-menurut-para-ahli.html

Referensi Kesehatan (2008) Psikologi dan Jiwa, Kecemasan. Diakses 25 Februari 2015, darihttps://creasoft.wordpress.com/2008/04/16/kecemasan/

Rmomandhon MK (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Savitri (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Soekidjo Notoatmodjo (2010) Metododologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono (2003) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Sugiyono (2014) Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Unimus pdf (2014) BAB II, Kecemasan. Diakses 26 Februari 2015, dari http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7780

Aldo26 (2014) Terapi 2 : Terapi Farmakologi. Diakses 25 Februari 2015, dari https://aldobendul.wordpress.com/2014/04/07/terapi-2-terapi-farmakologi/ Arikunto, Suharsimi (2006) Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Asdie, A.H. (1988) Stress, Kecemasan dan Penyakit Psikomatik. Yogyakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Chynthia N (2013) Tingkat Kecemasan Pada Santri Pondok Pesantren. Diakses 5 Maret 2015, dari http://ejournal.umm.ac.id

Amir, N. 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: BP FK UI. pp: 5, 23, 29, 30

Baihaqi, MIF., Sunardi, Akhlan, R. N. R., dan Heryati, E. (2005). Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan. Bandung: Refika Aditama

Beck, A. T., Steer, R. A., Ranieri, W. 1996. “Comparison of Beck Depression Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients”, Journal of Personality


(1)

9 terdapat adanya hubungan antara tempat tinggal dengan depresi.

Depresi yang dialami oleh mahasiswa akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, karena depresi akan cenderung mengikut sertakan berbagai gejala klinis yang sangat mengganggu dalam aktivitas individu tersebut khususnya pada mahasiswa karena akan mengganggu konsentrasi dalam proses perkuliahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yul, Iskandar (1994) bahwa salah satu gejala klinis depresi adalah gangguan konsentrasi, sehingga individu tersebut sulit memusatkan dan mencerna suatu tulisan/bacaan, sukar menangkap hal yang baru dipelajari dan terjadinya penurunan daya inga, hal ini

didukung pula oleh pendapat Nurdin, J.D, (1990) bahwa depresi pada keadaan ringan mungkin berupa gejala kehilangan minat dan perhatian pada tugas, pekerjaan, pelajaran sehingga prestasi menurun

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari distribusi frekuensi yang

ada, siswa yang tinggal dikos memiliki jumlah terbanyak yang termasuk klasifikasi depresi sebanyak 67 responden (77,9%) yang tidak mengalami depresi (normal), 8 responden (9,3%) mengalami depresi ringan, 7 responden (8,1%) mengalami


(2)

10 depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami depresi berat. Sedangkan yang tinggal dengan orang tua yang termasuk klasifikasi depresi ), 1 responden (7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1 responden (7,1%) mengalami depresi berat.

2. Dari 100 responden yang ada sebanyak 16 responden (16%) termasuk klasifikasi depresi dan 84 responden (84%) tidak mengalami depresi.

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada seorang mahasiswa tersebut, baik yang tinggan dikos maupun yang tinggan dengan orang

tua, dengan nilai signifikansi (P) 0,973 atau P>0,005. 4. Tidak terdapat hubungan

antara tingkat depresi dengan tempat tinggal.

Saran

1. Perlu adanya dukungan dari keluarga dalam bentuk perhatian dan kasih sayang, sebagai salah satu cara pencegahan seseorang terkena depresi.

2.Perlu adanya konsultasi dan bimbingan terhadap mahasiswa yang termasuk klasifikasi depresi, dan pengetahuan terhadap gejala-gejala terjadinya depresi pada seseorang, agar tidak terjadi hal-hal yang bisa membahayakan jiwa mereka sendiri.


(3)

11 3.Perlu adanya penelitian lebih

lanjut tentang perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tinggal dikos. Dengan jumlah, tekhnik dan hasil yang lebih maksimal dan akurat.

Daftar Pustaka

Alfian F (2014) Depresi Pada Remaja. Diakses 24 Februari

2015, dari

http://www.slideshare.net/alfi an_firdaus/depresi-remaja Chie R (2013) Depresi:Pengertian,

Penyebab, dan Gejalanya.

Diakses 24 Februari 2015, dari

http://chieraeray.blogspot.co

m/2012/08/depresi- pengertian-penyebab-dan.html

Dr.Rebecca Fox-Spencer & Prof.Allan Y (2010)

Mengenali, Mengatasi, dan

Mengatisipasi Depresi.

(dr.Winardini, Trans.).

Jakarta: Kompas

Gramedia.(Buku asli diterbitkan 2005)

Gail W. Stuart, PhD, RN, CS, FAAN (2007) Buku Saku

Keperawatan Jiwa, 5th

ed.(Ramona P.Kapoh, S.Kp dan Egi Komara Y, S.Kp,Trans.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli diterbitkan 2002)

Kaplan, H.I., Sadock, B.J, (2010)

Sinopsis Psikiatri, Jilid 2 (Dr. Widjaja Kusuma, Trans.). Ciputat - Tanggerang: Binarupa Aksara. (Buku asli diterbitkan 1991)

Muslim, R. (2013) Diagnosis

Gangguan Jiwa, Rujukan

Ringkas dari PPDGJ III.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

Muslim, R. 2003. Diagnosis

gangguan jiwa, Rujukan

ringkas dari PPDGJ III. Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001).

Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. Notoatmodjo,S. (2010)

Metododologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono (2003) Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Pusat

Bahasa Depdiknas.

Sugiyono (2014) Statistika untuk

penelitian. Bandung:


(4)

12 UMP pdf (2012) Bab II, Tinjauan

Pustaka Depresi, Diakses 25 Februari 2015, dari http://digilib.ump.ac.id/files/d

isk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf USU pdf (2014) Bab II, Tinjauan

Pustaka Depresi. Diakses 25 Februari 2015, dari http://repository.usu.ac.id/bits tream/123456789/33890/4/C hapter%20II.pdf

Yunan K (2009) Asuhan Keperawatan Depresi Pada

Anak (Childhood

Depression), Diakses 24

Februari 2015, dari http://kayunanan.blogspot.co

m/2009/06/asuhan- keperawatan-depresi-pada-anak.html

Dadang Hawari (2001). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Eko Budiarto (2002) Biostatistika

untuk Kedokteran dan

Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fitria,L (2007). Kecemasan Pada

Mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Dalam

Mengerjakan Skripsi. Skripsi tidak diterbitkan

Gail W. Stuart.(2007) Buku Saku

Keperawatan Jiwa, 5th

ed.(Ramona P.Kapoh, S.Kp dan Egi Komara Y,

S.Kp,Trans.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli diterbitkan 2002)

Hanna Djumhana Bustaman (2001).

Integrasi Psikologi dengan

Islam: Menuju Psikologi

Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hurlock,E.B.(1993). Psikologi

Perkembangan: Suatu

pendekatan sepanjang

rentang kehidupan, 5th

ed.Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J, (2010)

Sinopsis Psikiatri, Jilid 2 (Dr. Widjaja Kusuma, Trans.). Ciputat - Tanggerang: Binarupa Aksara. (Buku asli diterbitkan 1991)

Khoiril (2014) Pengertian Remaja. Diakses 10 April 2015, dari https://www.academia.edu/50 80143/Pengertian_Remaja Lilly H. Setiono (2002) Beberapa

permasalah remaja. Diakses 10 April 2015, dari

http://www.e-psikologi.com/artikel/individ ual/beberapa-permasalahan-remaja

Mappiare, Andi. (1983). Psikologi

Orang Dewasa. Surabaya: Usaha

Nasional.

Muslim, R. (2013) Diagnosis

Gangguan Jiwa, Rujukan

Ringkas dari PPDGJ III.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.


(5)

13 Monks,F.J., Knoers,A.M.P &

Hadinoto S.R. (2001).

Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. Musfir (2014) Manajemen Pikiran

Untuk Mengatasi Stres,

Depresi, Kemarahan &

Kecemasan. Yogyakarta:

Araska Publisher.

Nuramin Saleh (2013) Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli. Diakses 24 Februari

2015, dari

http://nuraminsaleh.blogspot. com/2013/01/pengertian- kecemasan-menurut-para-ahli.html

Referensi Kesehatan (2008)

Psikologi dan Jiwa,

Kecemasan. Diakses 25

Februari 2015,

darihttps://creasoft.wordpress .com/2008/04/16/kecemasan/ Rmomandhon MK (2014)

Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan.

Yogyakarta: Araska Publisher.

Savitri (2014) Manajemen Pikiran

Untuk Mengatasi Stres,

Depresi, Kemarahan &

Kecemasan. Yogyakarta:

Araska Publisher.

Soekidjo Notoatmodjo (2010)

Metododologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono (2003) Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Pusat

Bahasa Depdiknas.

Sugiyono (2014) Statistika untuk

penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Unimus pdf (2014) BAB II,

Kecemasan. Diakses 26

Februari 2015, dari http://digilib.unimus.ac.id/do wnload.php?id=7780

Aldo26 (2014) Terapi 2 : Terapi

Farmakologi. Diakses 25

Februari 2015, dari https://aldobendul.wordpress. com/2014/04/07/terapi-2-terapi-farmakologi/

Arikunto, Suharsimi (2006)

Metodelogi penelitian.

Yogyakarta: Bina Aksara. Asdie, A.H. (1988) Stress,

Kecemasan dan Penyakit

Psikomatik. Yogyakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Chynthia N (2013) Tingkat

Kecemasan Pada Santri Pondok Pesantren. Diakses 5 Maret 2015, dari http://ejournal.umm.ac.id Amir, N. 2005.Depresi: Aspek

Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: BP FK UI. pp: 5, 23, 29, 30

Baihaqi, MIF., Sunardi, Akhlan, R. N. R., dan Heryati, E. (2005). Psikiatri: Konsep Dasar dan


(6)

14 Gangguan-gangguan.

Bandung: Refika Aditama Beck, A. T., Steer, R. A., Ranieri, W.

1996. “Comparison of Beck Depression

Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients”,

Journal of Personality Asessment. 67 (3); 588-97 Fatimah, E. (2008). Psikologi

Perkembangan: Peserta

Didik. Bandung: Pustaka

Setia.

Gaztambide-Fernández, R. (2009).

The Best of the Best:

Becoming Elite at American Boarding School. Cambridge, MA: Harvard University Press

Gunarsa, Singgih D., 2000.Psikologi

Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. pp: 16,17,57,58 Hawari, D. W, (1990), Stress dan

Depresi : Pengenalan dan

Penanganan. Simposium

Stress dan Depresi, Padang Kardis, S. (2003). Buku Diktat

Psikiatri PPDGJ III dan Psikiatri Klinis Jilid II. Jember: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jember

Kusumintardjo. (1992), Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah,

Jilid II. Malang : Proyek OPF IKIP Malang

Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2009.Kaplan & Sadock’s

Comprehensive Textbookof

Psychiatry. Lippincott

Williams & Wilkins. pp: 1047-1049

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial ,Individu, dan

Teori-Teori Psikologi Sosial.

Jakarta: Balai Pustaka. p: 305 Semium, Y. (2006). Kesehatan

Mental 3. Yogyakarta:

Kanisius

Soetjiningsih (Ed.). (2007). Buku

Ajar: Tumbuh Kembang

Remaja Dan

Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto.

Sumiati, Dinarti, Nurhaeni, H., dan Aryani, R. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja danKonseling. Jakarta: Trans Info Media (TIM).

Warkitri, Chasiyah dan Mardiyati, S. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: UNS Press. pp: 44-57

Wicaksono, I. (2008). Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. [serial

online]. http:

books.google.co.id/books?isb n=9792120750 [10 April 2015]


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

0 7 8

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN YANG TINGGAL DI PANTI SOSIAL

0 3 70

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

6 55 69

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA YANG TINGGAL DI LINGKUNGAN KOS.

0 2 7

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA.

0 1 5

INSOMNIA PADA MAHASISWA Insomnia pada Mahasiswa yang Tinggal di Kos.

0 2 14

PENDAHULUAN Insomnia pada Mahasiswa yang Tinggal di Kos.

1 4 6

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG BERASAL DARI IPA DENGAN MAHASISWA YANG BERASAL DARI Perbedaan Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Yang Berasal Dari IPA Dengan Mahasiswa Yang Berasal Dari IPS Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah S

0 1 14

PERBEDAAN RELIGIUSITAS PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PESMA KH MAS MANSUR DAN DI KOS UMUM Perbedaan Religiusitas Pada Mahasiswa Yang Tinggal Di PESMA KH Mas Mansur Dan Di Kos Umum.

0 0 18

Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak Usia Remaja yang Tinggal Bersama Orangtua dengan yang Tinggal di Kos. - UMG REPOSITORY

0 0 31