Perancangan Komik Prabu Siliwangi Sebagai Raja Pajajaran

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KOMIK PRABU SILIWANGI

SEBAGAI RAJA PAJAJARAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Muhammad Iqbal Ghazali 51907214

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran sendiri adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat pada masa pemerintahan Sri Baduga. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya (Yoseph Iskandar, 1997). Kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak.

Prabu Siliwangi sendiri bukan merupakan nama Raja Sunda, melainkan sebuah julukan. Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, sehingga juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Menurut Amir Sutaarga (seperti dikutip Ekadjati, 2005), berdasarkan pertimbangan peranan, hasil karya, silsilah, dan masa hidup Prabu Siliwangi, disimpulkan tokoh Prabu Siliwangi identik dengan tokoh Sri Baduga Maharaja.


(3)

2

Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja berhasil membawa Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya karena memiliki banyak hasil karya. Hasil karya yang dimaksud Amir Sutaarga antara lain adalah:

1. Mendirikan Pakuan Pajajaran sebagai ibukota Baru 2. Membuat keraton Sri Bima Untarayana Madura Suradipati 3. Membangun jalan ke pegunungan

4. Membangun telaga Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya

5. Menetapkan lokasi daerah keramat atau daerah keagamaan (kabuyutan, mandala) beserta aturan-aturan untuk melindunginya, dan

6. Menyelenggarakan pemungutan pajak dari pelbagai daerah bagi kepentingan penyelenggaraan pemerintah dan sebagai tanda kesetiaan dan persatuaan (Ekadjati, 2005).

Cerita Prabu Siliwangi sendiri banyak dikenal di Sunda melalui berbagai cerita, babad, sajak, bahasan, dan lain-lain yang diabadikan secara tertulis didalam naskah, buku, majalah, dan surat kabar. Penuturannya dilakukan baik di kalangan elit, rakyat biasa, orang kota maupun orang desa. Kalangan tertentu masyarakat Sunda hingga sekarang menganggap dan mempercayai bahwa Prabu Siliwangi secara rohaniah masih berada di lingkungan bekas wilayah Kerajaan Pajajaran, sehingga sewaktu-waktu bisa diundang melalui jasad seorang yang kemudian


(4)

3

berbicara dan berperilaku sebagai raja Pajajaran atau sewaktu-waktu ditempat tertentu memperlihatkan diri dalam waktu singkat berbentuk jasad manusia atau harimau. Namun ditengah pengakuan, penghormatan, dan kepercayaan orang Sunda terhadap kerajaan dan raja Pajajaran tidak diiringi dan diperkokoh dengan pengetahuan yang luas dan benar mengenai kebudayan dan sejarahnya. Hal ini ironisnya juga terjadi pada mereka yang mengaku dan diakui sebagai tokoh atau inohong Sunda serta memimpin organisasi kesundaan. Itulah yang menyebabkan banyak diantara mereka selalu mengkaitkan jiwa kesundaan dengan kebatinan dan dunia khayali, bukan berdasarkan kenyataan-kenyatan yang hidup pada masa lalu (kebudayaan dan sejarah).

Sebagian besar masyarakat Sunda yang menganal sosok Prabu Siliwangi dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan mereka yang mengenal Prabu Siliwangi dari lingkungan masyarakat tersebut, lebih menganal sosok beliau sebagai sosok Raja yang sakti, berbeda dengan orang-orang yang menganal Prabu Siliwangi dari buku, cerita novel atau bacaan-bacaan dan lainnya cenderung kurang percaya dengan cerita kesaktian beliau. Selain masalah kekuatan sakti yang dimiliki oleh Prabu Siliwangi, ternyata kalangan masyarakat Sunda masih banyak yang tidak mengenal tentang siapa itu sosok Prabu Siliwangi, walupun untuk mendapatkan informasi mengenai cerita Prabu Siliwangi tidak susah untuk didapatkan. Hal ini diakibatkan karena cerita tentang


(5)

4

Prabu Siliwangi kurang menarik karena sebagian dari remaja hanya mengenal Prabu Siliwangi dari pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah, dimana hanya membahas sedikit tentang Prabu Siliwangi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sebuah media yang menarik dalam menceritakan sejarah pada periode tersebut. Media yang tidak hanya mengajak untuk mengetahui sebatas sejarah tentang Prabu Siliwangi saja, namun dapat juga menghibur.

1.2 Identifikasi Masalah

- Sosok Prabu Siliwangi yang merupakan raja yang sukses dan sangat berperan dalam kemajuan kerajaan Pajajaran lebih sering dikaitkan dengan cerita-cerita yang kental dengan unsur mistik dan cenderung terlalu dilebih-lebihkan.

- Walaupun nama Prabu Siliwangi tidak asing di kalangan remaja Sunda namun pemahaman tentang Prabu Siliwangi masih kurang, hal tersebut karena sebagian besar remaja Sunda mengenal Prabu Siliwangi hanya dari lingkungan masyarakat.

- Kurangnya pengetahuan tentang sejarah kerajaan dan raja Pajajaran ironisnya terjadi juga terhadap mereka yang mengaku sebagai tokoh dan pemimpin organisasi kesundaan.


(6)

5

1.3 Fokus Permasalahan

Prabu Siliwangi bukanlah nama yang asing di kalangan masyarakat, bisa dikatakan semua masyarakat sunda menganal nama Prabu Siliwangi, namun tidak sedikit yang hanya mengenal Prabu Siliwangi hanya sebatas nama. Oleh karena itu fokus permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana cara menyampaikan cerita Prabu Siliwangi berdasarkan sejarah kepada remaja Sunda di Jawa barat.

1.4 Tujuan Perancangan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah:

- Membuat golongan remaja Sunda untuk lebih mengenal tentang sosok Prabu Siliwangi serta peranan beliau untuk kemajuan Kerajaan Pajajaran.

- Menginformasikan tokoh Prabu Siliwangi adalah Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata)


(7)

6

BAB II

PRABU SILIWANGI DAN MEDIA KOMIK

Prabu Siliwangi merupakan seorang raja dari kerajaan Pajajaran yang arif, bijaksana, dan berkarisma. Menurut Ekadjati (2005), “Prabu Siliwangi adalah tokoh yang dipercayai sebagai raja Padjajaran terbesar, terideal, dan terakhir. Dialah Raja Pajajaran yang dapat dipandang sebagai pahlawan kebudayaan Sunda: putera raja dari permaisuri, wajahnya tampan, dibesarkan didalam keraton, tetapi masa mudanya penuh cobaan dan keprihatinan.”

2.1 Kerajaan Sunda

Kerajaan Sunda (669 - 1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Saka Sunda (669 M). Pada saat itu raja yang memerintah adalah Sang Tarusbawa, tindakan pertama yang beliau lakukan adalah mengubah nama kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda, yaitu nama kota kelahirannya. Sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, menyatakan kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.


(8)

7

2.2 Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja yang beribukotakan Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Saléh Dana Sasmita (seperti dikutip Ekadjati, 2005) terdapat keebiasaan nama keraton dan nama ibukota dipakai juga untuk menamai kerajaan. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak.

2.3 Prabu Siliwangi

Sri Baduga Maharaja mengawali pemerintahan zaman Pajajaran, yang memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya. Selain sukses dalam keperintahan beliau juga merupakan sosok raja yang sangat dihormati dan dikagumi oleh rakyatnya.

Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika beliau menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda-Galuh dan dinobatkan dengar gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi


(9)

8

sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat.

Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya) alias Prabu Wangi (menurut pandangan para pujangga Sunda).

Menurut tradisi lama. orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:

2.3.1 Karya pemerintahan

Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja berhasil membawa Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya karena memiliki banyak hasil karya. Hasil karya yang dimaksud Amir Sutaarga antara lain adalah:


(10)

9

2. Membuat Keraton Sri Bima Untarayana Madura Suradipati 3. Membangun jalan ke pegunungan

4. Membangun telaga Sang Hiyang Talaga Rena Mahawijaya 5. Menetapkan lokasi daerah keramat atau daerah keagamaan

(kabuyutan, mandala) beserta aturan-aturan untuk melindunginya, dan

6. Menyelenggarakan pemungutan pajak dari pelbagai daerah bagi kepentingan penyelenggaraan pemerintahdan sebagai tanda kesetiaan dan persatuaan

7. Membuat parit Pertahanan sepanjang 3 km tebing Cisade, bekas tanah galian dibentuk benteng memanjang dibagian dalam.

8. Memperkeras jalan dengan batu-batuan tertentu. dari gerbang pakuan sampai keraton.

2.3.2 Bukti-bukti Keberadaan

Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.


(11)

10

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu. Ekadjati (2005) menjelaskan “Sampai sekarang telah ditemukan 24 buah prasasti yang berasal dari masa Kerajaan Sunda dan Galuh, terdiri atas 19 yang ditulis pada baru dan 6 yang ditulisa pada logam”. Adapun 19 prasasti batu yang dimaksud adalah:

- NYALINDUNG yang ditemukan di kampung Nyalindung Tengah, Bogor dan sekarang disimpan di museum Nasional di Jakarta dengan nomor investasi D.153.

- BATUTULIS hingga sekarang berada di Batutulis, kota Bogor, beraksara Sunda Kunadan berbahasa Sunda Kuna serta berangka tahun 1455 saka = 1533 Masehi.


(12)

11

Gambar 2.1 Prasasti Batutulis

Sumber : http://www.potlot-adventure.com/2008/12/29/sejarah-islam-nusantara-bertunas-di-panjalu/ (4 Maret 2011)

Isi Prasasti

Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, • diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana

di wastu diya wingaran Sri Baduga Maharaja ratu haji di pakwan Pajajaran seri sang ratu dewata

pun ya nu nyusuk na pakwan

diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang

ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi


(13)

12

Arti dalam bahasa Indonesia

• Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,

• dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.

• Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.

• Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.

• Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"

- SANGHIYANG TAPAK yang terdiri dari 2 prasasti, 4 buah batu, ditemukan di Cibadak dan bantarmuncang, Sukabumi, beraksara dan berbahasa Jawa Kuna serta berangka tahun 952 Saka= 1030 Masehi, sekarang disimpan di Museum Nasional dengan no. inv.D.73, D.96, D.97, dan D.98.


(14)

13

Gambar 2.2 Prasasti Sanghiyang Tapak.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Sanghyang_Tapak (4 Maret 2011)

- PASIR DATAR ditemukan diperkebunan Pasir Datar, Cisadane, Sukabumi, sekarang disimpan di musium Nasional.

- GALUH diperkirakan dari daerah Galuh, beraksara Sunda Kuna, berupa angka tahun mungkin 1400 saka = 1478 Masehi sekarang disimpan dimuseum nasional, no. inv. D.29.

- KAWALI terdiri dari 5 prasasti, untuk pertama kalinya prasasti di Tanah Sunda menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuna, berada di Astana Gedé, Kawali, Ciamis.


(15)

14

Gambar 2.3 Prasasti Kawali

Sumber: http://hurahura.wordpress.com/candi/ (4 Maret 2011)

- CIKAPUNDUNG ditemukan diperkebunan kina Cikapundung, bandung Utara, pada arca batu megalitik tipe Pajajaran, berupa angka tahun Saka 1363 = 1441 Masehi, disimpan di Musium nasional, no. inv. 479-484.

Gambar 2.4 Prasasti Cikapundung

sumber: http://lintasberita-ta.blogspot.com/2010/10/batu-prasasti-cikapundung.html (6 Maret 2011)


(16)

15

- RUMATAK (ditemukan di Geger Hanjuang, desa Rawagirang, Singaparna, Tasikmalaya, beraksara Jawa Kuna, berbahasa Sunda Kuna, berangka tahun 1033 atau 1333 saka = 1111 atau 1411 Masehi, sekarang disimpan di Museum Nasional, no. inv. D.26.

- CIKAJANG berada diperkebunan teh milik K.F.Holle di Cikajang, Garut, beraksara dan berbahasa Sunda Kuna.

- HULU DAYEUH ditemukan tahun 1991 di blok Huludayeuh, desa Cikalang, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, beraksara Jawa Kuna, berbahasa Sunda Kuna, samapai sekarang masih ada di lokasi situsnya.

Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksara dan berbahasa Sunda Kuno, tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang. Begitupun permukaan batu juga telah sangat rusak dan tulisannya banyak yang ikut aus sehingga sebagian besar isinya tidak dapat diketahui. Untuk Hasil sementara transkripsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(17)

16

…………..tra….na….

………..sri mahharaja ratu haji di pkwan sya sang ratu

dewata pun/ masa sya…….. ……..ngretakeun bumi ngaha…… …...lipukkeun/ bumi ngaha……

..ngarah sang di susuk/ lampu… …….i ngareubhkeun/ ikang….ka…

susi padakah. Ngalasan… na udugbasu. mipataka……. is/nikang kala pun….

Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan tentang Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang bertalian dengan usaha-usaha memakmurkan negerinya


(18)

17

- ULUBELU di Ulubelu, desa Rebangkubung, lampung, beraksara Sunda Kuna, disimpan di Museum nasional, no. inv. D.154.

- MANDIWUNA ditemukan di desa Cipadung, ciamis, beraksara dan berbahasa Jawa Kuna, sekarang disimpan di Museum Sri Baduga bandung.

6 Prasasti lempengan tembanga antara lain:

- KEBANTENAN terdiri dari 5 prasasti, dibeli oleh Raden Saleh dari penduduk desa Kebantenan, Bekasi, beraksara dan berbahasa Sunda Kuna, sekarang disimpan di Museum Nasional, no. inv. E.1-E.5.

- SAPADINGAN pada kohlok perunggu, beraksara dan berbahasa Jawa Kuna berangka tahun 1111 saka = 1189 Masehi, ditemukan di desa Sadapaingan, Kawali, Sekarang disimpan di Museum Nasional, no. inv. 970.

Peninggalan-peninggalan lainnya terdapat pula dalam bentuk benda bergerak dan tak bergerak, sebagian diantaranya disimpan di lembaga tempat penyimpanan koleksi benda budaya (museum nasional Jakarta, Museum Sri Baduga bandung, Museum Prabu


(19)

18

Geusan Ulun Sumedang, dll) dan sebagian masih berada di situs semula atau ditempat peninggalan itu ditemukan. Beberapa peninggalan berupa benda tak bergerak tersebut ialah:

- Situs Batutulis dan Pintu Gerbang Pakuan Pajajaran di kota Bogor (Danasasmita, 1979; Danasastika dkk., 1983).

- Situs Astana gede dan situs Karangkamulyan di Kabupaten Ciamis (Saptono, 1999)

- Situs Candi cangkung di kabupaten Garut.

- Situs Kampung Kuta di Cianjur

- Situs Bojongménjé di Kabupaten Bandung

2.4 Sejarah

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadarminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian sebagai berikut:

1. Sejarah berarti silsilah atau asal usul.

2. Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

3. Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.


(20)

19

Adapun beberapa pengertian sejarah menurut para ahli (seperti dikutip LKS Pelita, Kelas X semester I) yaitu:

• J.V. Bryce, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.

• W.H. Walsh, Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.

• Ibnu Khaldun (1332-1406), Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.

2.4.1 Sumber Cerita Sejarah Prabu Siliwangi

Penulisan kisah sejarah Prabu Siliwangi dalam perancangan komik ini berdasarkan buku tulisan Drs. Yoseph Iskandar yaitu Sejarah jawa barat dan Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda. Buku-buku tersebut ditulis berdasarkan Prasasti dan catatan sejarah Sunda secara rinci dan lengkap.

2.5 Persepsi Prabu Siliwangi di kalangan Remaja

Adapun persepsi remaja terhadap tokoh Prabu Siliwangi diperoleh dari hasil survei penelitian yang telah dilakukan terhadap 69 sampel


(21)

20

responden remaja Sunda di wilayah JL. Ir. H. Juanda, Bandung, diperoleh keterangan bahwa nama Prabu Siliwangi bukanlah nama yang asing di telinga mereka, namun kebanyakan dari responden mengenal Prabu Siliwangi hanya sebatas nama tanpa mengenal sejarah dan prestasi beliau dalam memajukan kerajaan pajajaran, sebagian lainnya mengenal tokoh Prabu Siliwangi sebagai tokoh legenda yang memiliki kekuatan sakti. Jadi perlu adanya media informasi untuk remaja seputar pengetahuan tentang Prabu Siliwangi.

.

Gambar 2.5 Pengetahuan tentang Prabu Siliwangi

Dari 69 responden yang menjawab sejauh mana pengetahuan tentang Prabu Siliwangi, dapat disimpulkan sebagian besar responden tidak asing dengan tokoh Prabu Siliwangi.

0%

40%

39% 21%

Sejauh mana mengetahui tentang

Prabu Siliwangi

Sangat Tahu Tahu Kurang tahu Tidak Tahu


(22)

21

Gambar 2.6 Kisah Prabu Siliwangi

Ada 2 persepsi kisah Prabu Siliwangi dari responden, yaitu Prabu Siliwangi sebagai tokoh sejarah dan Prabu Siliwangi sebagai tokoh legenda.

Gambar 2.7 Pengenalan Prabu Siliwangi 6%

44%

6% 44%

Kisah Prabu Siliwangi

Dongeng Sejarah Mitos Legenda

26%

13%

34% 27%

Mengenal melalui

Buku sejarah Lingkungan Keluarga Lingkungan Masyarakat Novel, artikel, dll


(23)

22

Gambar 2.8 Alasan mengenal Prabu Siliwangi

Gambar 2.9 Kekuatan sakti Prabu Siliwangi

Kebanyakan responden yang mengenal sosok Prabu Siliwangi dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat. Mereka yang mengenal Prabu Siliwangi dari lingkungan masyarakat, lebih mengenal sosok

37%

34% 29%

Mengenal Sosok Siliwangi karena

Kesaktian Kharisma Tokoh Nusantara

8%

40% 36%

16%

Kekuatan Sakti Prabu Siliwangi

Sangat Percaya Percaya kurang Percaya Tidak percaya


(24)

23

beliau sebagai sosok raja yang sakti, berbeda dengan responden yang mengenal Prabu Siliwangi dari buku, cerita novel atau bacaan-bacaan lainnya cenderung kurang percaya dengan cerita kesaktiannya dan cenderung mengenal karena kharisma.

Gambar 2.10 Minat tentang kisah Prabu Siliwangi

Gambar 2.11 Kemudahan sumber informasi 47%

53%

Minat tentang kisah Prabu Siliwangi

Menyenangkan Membosankan

8%

86% 6%

Kemudahan Sumber Informasi

Mudah Biasa saja Susah


(25)

24

Selain tentang kekuatan sakti yang dimiliki oleh Prabu Siliwangi, ternyata responden masih banyak yang kurang mengenal tentang sosok Prabu Siliwangi, walaupun untuk mendapatkan informasi tidak susah unduk didapatkan. Hal ini diakibatkan karena masyarakat Sunda sendiri mengganggap cerita tentang beliau membosankan karena sebagian dari mereka hanya mengenal Prabu Siliwangi dari pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah yang notabene hanya membahas sedikit tentang Prabu Siliwangi.

2.6 Komik

Scott McCloud (1993) menjelaskan “ko-mik. Kt. Benda. 1. Gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya” (h.9). Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Banyak jenis istilah komik yang mungkin pernah kita dengar, di Indonesia sendiri ada yang menyebutnya sebagai Cergam (Cerita bergambar), Gamcer (Gambar bercerita), dan dalam bidang akademik komik dikenal dengan istilah Sequential Art. Di negara Jepang komik dikenal sebagai Manga, dan lain halnya dengan di China disana dikenal dengan istilah Manhua, sedangkan di Korea orang-orang menyebutnya dengan Manhwa.


(26)

25

2.6.1 Jenis-jenis Komik

Dari jenisnya (Genre) kita dapat membedakan komik menjadi :

- Komik Superhero (Komik Pahlawan super)

- Komik Romance (Komik Romantis)

- Komik Adventure (Komik Petualangan)

- Komik Comedy (Komik Humor, jenaka)

- Komik Action (Komik Aksi)

- Komik Science Fiction (Komik Fiksi Ilmiah)

- Komik Cowboy

- Komik Horror

- Komik Criminal

- Komik Underground

- Komik Budaya

- Komik Cerita Detektif

2.6.2 Unsur-unsur komik :

Unsur-unsur atau biasa disebut juga sebagai anatomi komik yang biasa terdapat dalam sebuah komik, walaupun tidak semua unsur dibawah ini wajib ada pada setiap komik, diantaranya adalah:


(27)

26

a. Halaman Pembuka (Cover) / Sampul:

Gambar 2.12 SampulKomik Sumber: Dokumen Pribadi - Judul Seri

Nama Komik itu sendiri, bisa nama tokoh komik, cerita komik, ataupun lainnya. Seperti judul komik “GUNDALA”, mengambil dari nama tokoh utama komik itu, yaitu Gundala.

Gambar 2.13 Judul Seri Sumber: Dokumen Pribadi


(28)

27

- Judul Cerita

Judul yang menjadi inti cerita didalam komik itu, seperti komik Gundala “Lembah Dinosaurus”, biasanya terletak dibawah atau di tengah halaman pembuka (dibawah judul seri).

Gambar 2.14 Judul Cerita Sumber: Dokumen Pribadi - Credits

Keterangan tentang pengarang, penggambar, peninta, pengisi warna, dsb.

Gambar 2.15 Credits Sumber: Dokumen Pribadi - Indicia

Keterangan penerbit, waktu terbitan, pemegang hak cipta, dsb. Tetapi tidak semua komik mencantumkan indicia di setiap komiknya.

Gambar 2.16 Indicia Sumber: Dokumen Pribadi


(29)

28

b. Halaman isi :

Gambar 2.17 halaman Isi Sumber: Dokumen Pribadi - Panel tertutup

Garis batas komik bisa berupa bingkai ataupun garis tebal/tipis yang tertutup.

Gambar 2.18 Panel tertutup Sumber: Dokumen Pribadi


(30)

29

- Panel terbuka

Garis batas komik bisa berupa bingkai ataupun garis tebal/tipis yang terbuka.

Gambar 2.19 Panel terbuka Sumber: Dokumen Pribadi - Balon kata atau balon ucapan

Balon kata atau balon ucapan itu berbeda-beda bentuknya, tergantung jenis apa atau sifat ucapan/kalimat tersebut.

Gambar 2.20 Balon kata Sumber: Dokumen Pribadi


(31)

30

- Narasi

Biasanya menerangkan tentang waktu, tempat, kadang-kadang situasi.

Gambar 2.21 Narasi Sumber: Dokumen Pribadi - Efek suara (sound effect)

Huruf atau bunyi-bunyian yang setiap komikus mempunyai gaya sendiri dalam menampilkannya. Contoh efek suara : “ k boom”, “dor dor”, krak !”, “ciiit!”, dan sebagainya.

Gambar 2.22 Efek suara Sumber: Dokumen Pribadi - Gang

Jarak antar satu panel dengan panel berikutnya.

Gambar 2.23 Gang Sumber: Dokumen Pribadi


(32)

31

2.7 Segmentasi / Pengelompokan Pasar

Adapun segmentasi dari perancangan adalah

• Demografis:

- Jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

- Remaja Sunda (Usia 14 sampai 18 tahun) yang merupakan pelajar SMP dan SMA, karena merupakan generasi penerus bangsa yang mengerti tetang pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa, jadi mereka harus mengetahui dan mengenal tentang sejarah dan budaya sendiri sebelum mengenal dan mencintai Indonesia secara utuh.

• Geografis:

Masyarakat kota Jawa Barat yang hidup di Bandung, karena bandung sendiri masih termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran pada saat itu. Kisah Prabu Siliwangi sendiri juga merupakan kisah yang identik dengan budaya Sunda.

• Psikografis:

- Aktifitas atau gaya hidup remaja Sunda dalam keseharian pada umumnya adalah:

a) Seperti kebanyakan remaja umunya yaitu menuntut ilmu di sekolah. Kegiatan selepas sekolah biasanya diisi dengan


(33)

32

kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler sekolah ataupun khursus bimbingan belajar.

b) Senang berkumpul bersama teman-teman dalam komunitas yang dapat menyalurkan hobi mereka masing-masing, dan sebagian dari mereka beraktivitas hingga malam hari.

c) Cenderung tidak senang dikekang dan lebih senang hidup bebas atau mandiri.

- Perilaku

a) Apresiasi terhadap seni musik yang tingi.

b) Kreatif

c) Mudah terpengaruh dengan budaya luar

d) Banyak menghabiskan waktunya di rumah dan di luar rumah.

Adapun karakteristik remaja menuru Gunarsa (1989). adalah:

a) Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

b) Ketidakstabilan emosi.

c) Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.


(34)

33

e) Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.

f) Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

g) Senang bereksperimentasi.

h) Senang bereksplorasi.

i) Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

j) Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.


(35)

34 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Komunikasi

3.1.1. Pendekatan Visual

Dalam perancangan komik ini akan mengangkat Prabu Siliwangi sebagai seorang tokoh Sejarah Sunda, oleh karena itu objek-objek visual yang akan dimunculkan adalah visualisasi yang dapat menggambarkan kesan kuno atau jaman dahulu pada kerajaan Pajajaran, baik itu melalui pakaian dan warna yang digunakan. Untuk menampilkan kesan budaya kesundaan akan ditampilkan melalui properti, tekstur, dan bangunan.

3.1.2. Pendekatan verbal

Pendekatan verbal dalam perancangan komik ini akan menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan benar, dengan penyampaian yang ekpresif dan lebih cair agar mudah diterima oleh remaja.

3.1.3. Strategi Kreatif a. Gaya Ilustrasi

Ilustrasi atau gambar yang digunakan dalam media ini adalah ilustrasi-ilustrasi dengan gaya ilustrasi realis. Hal


(36)

35 tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana visual yang lebih hidup dan nyata.

b. Teknik Penceritaan

Penceritaan awal dalam komik akan berbentuk tulisan, dimana menceritakan tentang Sri Baduga Maharaja secara singkat. Penceritaan dalam komik sendiri akan berbentuk alur maju. Dalam cerita akan disisipkan peranan dan jasa Sri Baduga untuk kemajuan Pajajaran baik secara tertulis maupun melalui visualisasi. Di akhir cerita akan menceritakan kehidupan, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja secara tertulis.

c. Storyline

- Syarif Hidayat menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran

- diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran

- Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan


(37)

36 Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menghamba dan masuk Islam.

- Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (ayah Subanglarang).

- Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak.

- Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Alfonso d'Albuquerque di Malaka (ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai atau Samudra Pasai). Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.

- Kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa


(38)

37 mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.

- Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are true men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).

3.1.4 Strategi Media Media Utama

Menurut Gunarsa (1989) salah satu karakteristik remaja adalah “Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan”. Untuk mengkomukikasikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada remaja diperlukan sebuah media yang memberi mereka kebebasan menggambarkan atau mengimajinasikan informasi yang disampaikan. Komik merupakan media yang tempat sebagai perantaranya, karena dengan informasi berupa "text" serta gambar yang "statis", remaja lebih dirangsang daya


(39)

38 imaginasinya dan seolah diberi ruang yang lebar untuk bebas menginterpretasikan sendiri gerak, nuansa, detil, dan seterusnya. Disamping itu komik juga merupakan media yang baru dalam menceritakan kisah Prabu Siliwangi ini, karena media berupa buku novel dan film sudah pernah diangkat sebelumnya.

3.2 Konsep Visual

3.2.1 Format Desain

Format perancangan khususnya komik akan berbentuk portrait dan dicetak diatas media berukuran B5 (17.6cm x 25cm) full color, softcover. Buku dibuka dari kanan ke kiri layaknya buku kebanyakan pada umumnya

3.2.2 Layout

Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen visual yaitu gambar dan teks agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan pembaca dalam menerima informasi yang disajikan.

a. Panel

Panel yang digunakan dalam perancangan media komik ini adalah panel terbuka dan panel tertutup serta penggabungan antara panel terbuka dan tertutup.


(40)

39 b. Balon kata

Balon kata berbentuk sederhana, hanya lingkaran elips. balon kata untuk menunjukkan kesan emosi atau kemarahan akan berbentuk lingkaran elips juga, namun dengan distorsi di bagian

Gambar 3.24 Balon kata biasa Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3.25 Balon kata bersambung Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3..26 Balon kata ekspresi marah Sumber: Dokumen Pribadi


(41)

40 c. Narasi

Untuk narasi diletakkan sedikit menjorok ke luar dari panel-panel komik, bertujuan agar tidak memakan banyak ruang di dalam panel.

Gambar 3.27 Narasi Sumber: Dokumen Pribadi


(42)

41 d. Efek suara

Dalam komik ini tidak menggunakan efek suara, hal ini bertujuan agar pembaca lebih bebas mengimajinasikan situasi yang berada dalam gambar.

3.2.3 Warna

Konsep warna dengan unsur bayangan hitam yang mendominasi dalam komik bertujuan untuk memperkuat emosi karakter tokoh dan untuk memunculkan kesan klasik yang kuat.

Warna jingga dalam media ini menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dalam cerita terjadi pada masa akhir pemerintahan Sri Baduga:

a. Coklat

Coklat adalah warna yang mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berbau kebudayaan. Rempah-rempah, ukiran kayu yang cantik, kain batik yang klasik dengan perhiasan emas dan keindahan latar bangunan-bangunan tua adalah visualisasi lain dari warna ini.


(43)

42 Memiliki karakter yang mirip dengan merah tapi lebih feminim dan bersahabat. Warna yang melambangkan sosialisasi, penuh harapan dan percaya diri, membangkitkan semangat, vitalitas dan kreativitas. Dapat menimbulkan perasaan positif, senang, gembira dan optimis, penuh energi, bisa mengurangi depresi/perasaan tertekan. Bila berlebihan justru akan merangsang prilaku hiperaktif.

c. Hitam

Adalah warna yang kuat dan penuh percaya diri, penuh perlindungan, maskulin, elegan, dramatis, dan misterius.

Hitam punya reputasi buruk. Warna ini dipakai oleh para penjahat di komik atau film. Hitam juga melambangkan duka dan murung. Tapi, hitam juga punya sisi lain, misalnya saja untuk menyatakan sesuatu yang abadi, klasik, dan sebagai warna yang melangsingkan.

3.2.4 Tipografi

Tipografi merupakan hal yang sangat penting dalam penyampaian informasi, baik sebagai pelengkap suatu komunikasi visual, maupun sebagai unsur utama. Huruf


(44)

43 mempunyai peranan sangat penting dalam keberhasilan suatu bentuk seni komunikasi grafis.

a. Tipografi Judul

Untuk judul dari komik sendiri menggunakan aksara Sunda Kuna yang dibentuk menjadi sebuah huruf latin. Penggunaan aksara Sunda Kuna sendiri dikarenakan aksara ini berkembang di daerah Jawa Barat pada Abad XIV-XVIII yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuna. Aksara Sunda Kuna merupakan perkembangan dari Aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada Abad XVI.

Untuk huruf "S" didalam judul menggunakan bentuk kujang ciung bermata sembilan yang merupakan senjata Raja pada saat itu.

Gambar 3.28 Tipografi judul Sumber: Dokumen Pribadi


(45)

44 Luccida Calligraphy digunakan pada judul komik untuk

menggambarkan suatu hal yang klasik.

THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE

LAZY DOG,

the quick brown fox jumps over the lazy dog,

1234567890

b. Tipografi dialog dan narasi

Beberapa jenis huruf yang akan digunakan adalah

Huruf MV Boli digunakan pada balon kata. Jenis huruf ini merupakan jenis huruf yang tingkat keterbacaannya jelas sebagai balon kata.

THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE

LAZY DOG,

1234567890

Gambar 3.29 Tipografi dalam balon kata Sumber: Dokumen Pribadi


(46)

45 3.2.5 Ilustrasi

3.2.5.1 Studi Karakter 1. Prabu Siliwangi

Gambar 3.30 Karakter Sri Baduga Maharaja

Sumber: http://id.merbabu.com/candi/pura_prabu_Siliwangi.html (20 November 2010)

Nama : Sri Baduga Maharaja

Jenis kelamin : Laki-laki

Karakteristik : Berbadan tegap, kuat, umur 50-60 tahun Sifat

Deskripsi

: :

Bijak, demokratis, adil Raja Kerajaan

Pajajaran Properti

- Pakaian raja

- Mahkota Binokasih sanghyang Pake - Senjata Kujang ciung bermata sembilan


(47)

46 2. Tumenggung Jagabaya

Gambar 3.31 Karakter Tumenggung Jagabaya Sumber:

http://kaskusda.deviantart.com/favourites/?43373812#/d32sd5f (4 Januari 2011)

Nama : Tumenggung Jagabaya Jenis kelamin : Laki-laki

Karakteristik : Muda, umur 20-30 tahun

Sifat : Penuh semangat, memiliki harga diri tinggi Deskripsi : Pemimpin pasukan

Properti

- Pakaian Prajurit

- Iket barangbang semplak - Senjata Golok


(48)

47 3. Surawisesa

Gambar 3.32 Karakter Prabu Anom Surawisesa

sumber: http://onthespot7langka.blogspot.com/2011/07/7-jagoan-film-kolosal-indonesia-terbaik.html (6 Januari 2011)

Nama : Prabu Anom Surawisesa Jenis kelamin : Laki-laki

Karakteristik : Muda, bertenaga, berambisi, umur 20-30 tahun

Sifat : Penuh semangat, memiliki harga diri tinggi Deskripsi : Putra mahkota anak dari Sri Baduga

Maharaja. Properti

- Pakaian Putra mahkota


(49)

48 4. Ki Purwa Galih

Gambar 3.33 Karakter Ki Purwa Galih Sumber:

http://www.himalayanacademy.com/ssc/hawaii/monastic_life/ howto.html (20 Januari 2011)

Nama : Ki Purwa Galih Jenis kelamin : Laki-laki

Karakteristik : Tua, umur 60-70 tahun Sifat : Bijaksana

Deskripsi : Pendeta tertinggi Keraton Properti

- Pakaian pendeta hindu


(50)

49 5. Alfonso d’Albuquerque

Gambar 3.34 Karakter Alfonso d'Albuquerque Sumber:

http://okthaphiajourney.wordpress.com/2010/12/01/indonesia-tidak-pernah-dijajah-selama-kurang-lebih-katanya-350-tahun/

(20 Januari 2011)

Nama : Alfonso d’Albuquerque Jenis kelamin : Laki-laki

Karakteristik : Berbadan tinggi tegap, umur 30-40 tahun Sifat : Ambisius, cerdik

Deskripsi : Panglima perang Portugis Properti

- Pakaian Angkatan Laut - Senjata Pedang Eropa

3.2.5.2 Studi properti

Penggunaan properti atau aksesoris didalam komik berguna untuk memperkuat identitas dari karakter.


(51)

50 Mahkota

Mahkota Binokasih Sanghyang merupakan mahkota raja Pajajaran yang dibuat oleh Prabu Bunisora untuk digunakan oleh raja Pajajaran pertama, yaitu Sri Baduga Maharaja, kemudian secara turun temurun digunakan oleh raja seterusnya (hingga Prabu Geusan Ulun, Raja Sumedanglarang, sesudah Pajajaran hancur)

Gambar 3..35 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Sumber: http://kangjengpangeran.blog.com/2010/07/02/1323/

(6 Januari 2011)

Kujang

Pada zaman Kerajaan Pajajaran masih berdiri, senjata kujang hanya boleh dimiliki oleh orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu berdasarkan status sosialnya dalam masyarakat, seperti:


(52)

51 raja, Prabu Anom (putera mahkota), golongan pangiwa, golongan panengen, golongan agama, para puteri serta kaum wanita tertentu, dan para kokolot. Sedangkan bagi rakyat kebanyakan, hanya boleh mempergunakan senjata tradisional atau pakakas, seperti golok, congkrang, sunduk, dan kujang yang fungsinya hanya digunakan untuk bertani dan berladang.

Setiap orang atau golongan tersebut memiliki kujang yang jenis, bentuk dan bahannya tidak boleh sama. Misalnya, kujang ciung yang bermata sembilan buah hanya dimiliki oleh Raja, kujang ciung bermata tujuh buah hanya dimiliki oleh Mantri Dangka dan Prabu Anom, dan kujang ciung yang bermata lima buah hanya boleh dimiliki oleh Girang Seurat, Bupati Pamingkis dan Bupati Pakuan. Selain oleh ketiga golongan tersebut, kujang ciung juga dimiliki oleh para tokoh agama. Misalnya, kujang ciung bermata tujuh buah hanya dimiliki oleh para pandita atau ahli agama, kujang ciung bermata lima buah dimiliki oleh para Geurang Puun, kujang ciung bermata tiga buah dimiliki oleh para Guru Tangtu Agama, dan kujang ciung bermata satu buah dimiliki oleh Pangwereg Agama.


(53)

52 Gambar 3..36 Kujang

Sumber: http://www.pasundan.info/featured/kujang.html (12 Mei 2011)

Golok

Dalam lembar naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian terdapat kata " Ganggaman di sang Prabuma: pĕdang, abĕt, pamuk, golok, peso teundeut, kĕris. Raksasa pina[h]ka dewanya, ja paranti maehan sagala." yang artinya " Senjata sang Prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh.". Dari naskah tersebut bisa disimpulkan salah satu senjata yang digunakan untuk berperang saat itu adalah Golok.


(54)

53 Gambar 3.37 Golok

Sumber: http://chintya.100webspace.net/golok.html (12 Mei 2011)

Tombak

Tombak adalah senjata yang telah ada sejak masa purba kala dan banyak ditemukan di seluruh peradaban dunia, terutama karena kemudahan pembuatannya dan biaya pembuatannya yang mura. Tombak adalah senjata untuk berburu dan berperang, bagiannya terdiri dari tongkat sebagai pegangan dan mata atau kepala tombak yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain.


(55)

54 Gambar 3..38 Tombak

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?p=430114488 (12 Mei 2011)

Iket Sunda

Iket Sunda merupakan salah satu kelengkapan busana daerah Sunda yang digunakan pria sebagai penutup kepala. Iket Sunda dibuat dari kain batik yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi model-model yang khas sebagai tutup kepala daerah Sunda.

Teknik iket barangbang semplak lazim digunakan kusir dan jawara atau pendekar; koncer digunakan abdi dalem dan juragan; lohen digunakan pasangan pengantin; parekos digunakan pedagang dan petani; dan kuda mencar digunakan anak-anak


(56)

55 Gambar 3..39 Iket

Sumber:

http://bandung.detik.com/read/2010/06/27/094008/1387675/687/di sun-kenalkan-iket-kepala-sunda-untuk-kaum-muda (12 Mei 2011)

3.2.5.3 Studi Setting

Setting tempat dalam perancangan ini akan mengambil tempat di Jawa Barat pada awal abad ke-15, masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Bangunan pada masa tersebut masih terpengaruh gaya arsitektur bangunan Hindu dan daerah Jawa Barat sendiri banyak terdapat perbukitan.


(57)

56 Gambar 3..40 Studi lokasi

Sumber: http://alampriangan.wordpress.com/2011/04/19/keraton-cirebon/ (6 Januari 2011)

Gambar 3..41 Studi lokasi

Sumber: http://alampriangan.wordpress.com/2011/04/19/keraton-cirebon/ (6 Januari 2011)

Gambar 3..42 Studi lokasi

Sumber: http://ilmuperpus.wordpress.com/tag/tempoe-doeloe/ (6 Januari 2011)


(58)

57

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Pra Produksi

Sebelum memasuki pada tahap produksi pada media informasi, tahap yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah perancangan visualnya meliputi :

Sketsa

Pembuatan sketsa dan bentuk seperti apa yang akan dirancang, seperti tampilan visual pada media informasi misalnya dari segi tipografi, layout, warna, ilustrasi maupun format desain, secara manual yang kemudian diolah melalui teknis digital.

Pengolahan Gambar

Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar ilustrasi yang akan ditampilkan. Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan logo, headline, dan tagline dalam tampilan gambar informasi.

Penyelesaian Akhir

Setelah mendapatkan tampilan visual yang diinginkan, maka mulai dengan proses cetak.

4.2 Teknis Cetak

4.2.1 Komik (media utama)

Komik merupakan alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sebagai sebuah media, pesan yang disampaikan melalui


(59)

58

komik biasanya jelas, berurut, dan menyenangkan. Untuk itu, media komik berpotensi untuk menjadi sumber informasi dalam perancangan ini. Penggunaan Komik sebagai media utama ini karena:

• Komik adalah media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia

• Mudah dipahami.

• Gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua orang.

Gambar 4.43 Komik Sumber: Dokumen Pribadi


(60)

59

Gambar 4.44 Sampul Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.45 Halaman credits Sumber: Dokumen Pribadi


(61)

60

Gambar 4.46 Halaman isi Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.47 Halaman isi Sumber: Dokumen Pribadi Format Media

Full Color Softcover

• Ukuran: 17.6 cm x 25 cm (B5) • Teknis : Offset Separasi


(62)

61

4.2.2 Poster

Poster disini berfungsi sebagai penanda bahwa buku telah terbit. Visualisasi yang ditampilkan mengambil dari visualisasi pada bagian cover buku, dan salah satu halaman isi buku. Poster ini sendiri akan ditempatkan atau dipasang pada papan jenis-jenis buku yang baru diterbitkan, di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan agar dapat cepat tersampaikan kepada khalayak sasaran.

Gambar 4.48 Poster Sumber: Dokumen Pribadi

Media poster ini akan ditempatkan di tempat-tempat yang sering dilewati target,seperti daerah sekolah yaitu majalah dinding, tempat-tempat bimbingan belajar, restoran makanan siap saji.


(63)

62

Format Media

Ukuran 42cm x 60cm Teknis : Offset Separasi

4.2.3 Iklan Komik

Iklan komik biasanya terdapat pada akhir halaman setiap komik. Pemilihan media iklan komik agar lebih mudah menjangkau target audiance remaja terutama yang gemar membaca komik.

Gambar 4.49 Iklan komik Sumber: Dokumen Pribadi

Format Media

Ukuran 11.3 x 17.2cm Teknis : Offset


(64)

63

4.2.4 X-Banner

STANDING banner atau sebagian orang menyebutnya dengan X banner, kini menjadi pajangan yang lazim diberbagai tempat. Media promosi yang berbentuk X banner ini dapat diletakkan dimana saja dan dengan mudah dapat dipindahkan. Media promosi ini disebut dengan X banner karena penempatannya dilakukan pada penyangga yang membentuk huruf X. X banner dapat difungsikan sebagai media promosi dalam ruang maupun luar ruang.

Gambar 4.50 X-Banner Sumber: Dokumen Pribadi

Media X-baner ini akan ditempatkan di pintu masuk toko buku. Bertujuan memberikan informasi para pelanggan atau pembeli


(65)

64

sebelum memasuki toko buku tetang adanya buku terbitan baru Prabu Siliwangi: Langit Jingga Pajajaran.

Ukuran 60cm x 160cm Teknis : Digital Printing

4.2.5 Promotional Hanging

Media ini di pilih karena kenampakan yang baik, karena penempatan yang berada pada langit-langit toko maka dapat dilihat dari segala sudut arah tanpa harus takut tertutup dengan rak atau objek yang lain.

Gambar 4.51 Promotional hanging Sumber: Dokumen Pribadi

Format Media

Ukuran diameter: 26,5cm Teknis : Digital Printing


(66)

65

4.2.6 Gimmick

Pemberian gimick atau marchendise sebagai bonus buku pada target bertujuan untuk mengingatkan tentang produk media informasi komik yang dibuat.

1. Sticker

Pemberian sticker diharapkan ditempel pada laptop, komputer atau benda-benda yang erat hubungannya dengan target audiance.

Gambar 4.52 Sticker Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran 60cm x 160cm Teknis : Cuting

2. Gantungan Kunci

Pemberian gantungan kunci diharapkan sebagai media promosi yang selalu dibawa-bawa oleh target audiense.


(67)

66

Gambar 4.53 Gantungan kunci Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran 60cm x 160cm Teknis : Cutting Acrylic

3. Pembatas Buku

Pembatas buku diberikan secara cuma-cuma, dapat diambil di meja kasir atau stand display.


(68)

67

Gambar 4.54 Pembatas buku Sumber: Dokumen Pribadi Ukuran 60cm x 160cm


(69)

68 DAFTAR PUSTAKA

Anna, Lusia Kus, 2008 (9 Oktober). Psikologi dan Arti Warna. Tersedia di : http://nasional.kompas.com/read/2008/10/09/15551015/psikologi.dan. arti.warna

[5 April 2011]

Asura, E. Rokajat. 2009. Wangsit Siliwangi : Bara dibalik Terkoyaknya Raja Digdaya. Depok: Edelweiss,

Asura, E. Rokajat. 2009. Wangsit Siliwangi : Harimau Ditengah Bara. Depok: Edelweiss

Ekadjati, Edi S. 2005. Kebudayaan Sunda Zaman Padjajaran, Jilid 2. Jakarta: Pustaka Jaya

Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Iskandar, Yoseph(1997). Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa). Bandung: CV Geger Sunten

Kambali, Asep. 2007 (7 oktober). Membangkitkan GAIRAH BERSEJARAH. Tersedia di: http://asepkambali.multiply.com/journal

[2 April 2011]

McCloud, Scott. 2001. Understanding Comics. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia


(70)

69 Nandang. 2004. Senjata Tradisional Jawa Barat. Bandung: Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Osa, Amanokawa. 2006. Guide To Draw Manga, volume 2. Yogyakarta: CV Andi Offset

Smith, Kate. Color Meaning, Symbolism and Psychology. Tersedia di: http://www.sensationalcolor.com/color-meaning-symbolism-and-psychology/

[5 April 2011]

Suryalaga, Hidayat. (2002). Gapura Basa. Bandung: Geger Sunten.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Edisi 3, Balai Pustaka, 2003.


(71)

1 RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Iqbal Ghazali Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tgl lahir : Pejeruk, 8 Mei 1988 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Sekeloa Timur no. 138, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong. Blok 152b. RT 04 RW 02. bandung 40134

Telepon : 085722023111

Email : chipp_redEye@yahoo.com

Website/Blog : http://chippjourney.blogspot.com/

PENDIDIKAN FORMAL

1994 – 2000 SD Negeri 1 Pejeruk Ampenan 2000 – 2003 SLTP Negeri 6 Mataram

2003 – 2006 MAN 1 Mataram

2006 – 2010 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

PENDIDIKAN NON FORMAL

Peserta Seminar "1001 Inspiration Design Festival", Bandung (2007)

Peserta Workshop Roll Time "Pendekatan Dasar Kerja Tim", Bandung (2008) Kerja Praktek di CV. Destics (2010)

Panitia Workshop Funco "Indonesia Punya Cerita", Bandung (2010)

Panitia Seminar “ROAD TO SUCCESS OF A MOVIE MAKER”, Bandung (2011) Peserta rekor MURI "1001 Senyum untuk Pendidikan Indonesia", Bandung (2011)


(72)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayat-Nya penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir berjudul “Perancangan Komik Prabu Siliwangi Sebagai Raja Pajajaran” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Strata I pada Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapai. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat adanya bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan menyumbangkan pemikiran, doa, baik secara moral maupun materiil untuk kesempurnaan laporan dan tugas akhir ini..

Bandung,14 Juli 2011


(73)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Taufan Hidayatullah, M.Ds. selaku dosen pembimbing yang memberikan kepercayaaan tugas akhir kepada penulis, serta yang selalu memberikan pengarahan dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Gema Arifrahara, S.Sn dan Tiara Isfiaty, M.Sn selaku dosen penguji atas saran dan kritikan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahannya, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas terselesaikannya penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini.


(74)

iii

Semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Terakhir harapan penulis semoga tulisan laporan pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.


(75)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Fokus Permasalahan ... 4

1.4 Tujuan Perancangan ... 5

BAB II PRABU SILIWANGI DAN MEDIA KOMIK 2.1 Kerajaan Sunda ... 6

2.2 Kerajaan Pajajaran ... 7

2.3 Prabu Siliwangi ... 7

2.3.1 Karya pemerintahan ... 8

2.3.2 Bukti-bukti Keberadaan ... 9

2.4 Sejarah ... 18

2.4.1 Sumber Cerita Sejarah Prabu Siliwangi ... 19

2.5 Persepsi Prabu Siliwangi di kalangan remaja ... 19

2.6 Komik ... 24


(76)

v

2.6.2 Unsur-unsur komik ... 25

2.7 Segmentasi/ Pengelompokan pasar ... 31

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi ... 34

3.1.1 Pendekatan Visual ... 34

3.1.2 Pendekatan Verbal ... 34

3.1.3 Strategi Kreatif ... 34

3.1.4 Strategi media ... 37

3.2 Konsep Visual ... 38

3.2.1 Format Desain ... 38

3.2.2 Layout ... 38

3.2.3 Warna ... 41

3.2.4 Tipografi ... 42

3.2.5 Ilustrasi ... 45

3.2.5.1 Studi Karakter ... 45

3.2.5.2 Studi Properti ... 49

3.2.5.3 Studi Setting ... 55

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Pra Produksi ... 57

4.2 Teknis Cetak ... 57

4.2.1 Komik ... 57


(77)

vi

4.2.3 Iklan Komik ... 62

4.2.4 X-Banner ... 63

4.2.5 Promotional Hanging ... 64

4.2.6.Gimmick ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(78)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prasasti Batutulis ... 11

Gambar 2.2 Prasasti Sanghiyang Tapak ... 13

Gambar 2.3 Prasasti Kawali ... 14

Gambar 2.4 Prasasti Cikapundung ... 15

Gambar 2.5 Pengetahuan tentang Prabu Siliwangi ... 20

Gambar 2.6 Kisah Prabu Siliwangi ... 21

Gambar 2.7 Pengenalan Prabu Siliwangi ... 21

Gambar 2.8 Alasan mengenal Prabu Siliwangi ... 22

Gambar 2.9 Kekuatan sakti Prabu Siliwangi ... 22

Gambar 2.10 Minat tentang kisah Prabu Siliwangi ... 23

Gambar 2.11 Kemudahan sumber informasi ... 23

Gambar 2.12 Sampul Komik ... 26

Gambar 2.13 Judul Seri ... 26

Gambar 2.14 Judul Cerita ... 27

Gambar 2.15 Credits ... 27

Gambar 2.16 Indicia ... 27

Gambar 2.17 halaman Isi ... 28

Gambar 2.18 Panel tertutup ... 28

Gambar 2.19 Panel terbuka ... 29

Gambar 2.20 Balon kata ... 29


(79)

viii

Gambar 2.22 Efek suara ... 31

Gambar 2.23 Gang ... 30

Gambar 3.24 Balon kata biasa ... 39

Gambar 3.25 Balon kata bersambung ... 39

Gambar 3.26 Balon kata ekspresi marah ... 39

Gambar 3.27 Narasi ... 40

Gambar 3.28 Tipografi judul ... 43

Gambar 3.29 Tipografi dalam balon kata ... 44

Gambar 3.30 Karakter Sri Baduga Maharaja ... 45

Gambar 3.31 Karakter Tumenggung Jagabaya ... 46

Gambar 3.32 Karakter Prabu Anom Surawisesa ... 47

Gambar 3.33 Karakter Ki Purwa Galih ... 48

Gambar 3.34 Karakter Alfonso d'Albuquerque ... 49

Gambar 3.35 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 50

Gambar 3.36 Kujang ... 52

Gambar 3.37 Golok ... 53

Gambar 3.38 Tombak ... 54

Gambar 3.39 Iket ... 55

Gambar 3.40 Studi lokasi ... 56

Gambar 3.41 Studi lokasi ... 56

Gambar 3.42 Studi lokasi ... 56

Gambar 4.43 Komik ... 58

Gambar 4.44 Sampul ... 59


(80)

ix

Gambar 4.46 Halaman isi ... 60

Gambar 4.47 Halaman isi ... 60

Gambar 4.48 Poster ... 61

Gambar 4.49 Iklan komik ... 62

Gambar 4.50 X-Banner ... 63

Gambar 4.51 Promotional hanging ... 64

Gambar 4.52 Sticker ... 65

Gambar 4.53 Gantungan kunci ... 66


(1)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Fokus Permasalahan ... 4

1.4 Tujuan Perancangan ... 5

BAB II PRABU SILIWANGI DAN MEDIA KOMIK 2.1 Kerajaan Sunda ... 6

2.2 Kerajaan Pajajaran ... 7

2.3 Prabu Siliwangi ... 7

2.3.1 Karya pemerintahan ... 8

2.3.2 Bukti-bukti Keberadaan ... 9

2.4 Sejarah ... 18

2.4.1 Sumber Cerita Sejarah Prabu Siliwangi ... 19

2.5 Persepsi Prabu Siliwangi di kalangan remaja ... 19

2.6 Komik ... 24


(2)

v

2.6.2 Unsur-unsur komik ... 25

2.7 Segmentasi/ Pengelompokan pasar ... 31

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi ... 34

3.1.1 Pendekatan Visual ... 34

3.1.2 Pendekatan Verbal ... 34

3.1.3 Strategi Kreatif ... 34

3.1.4 Strategi media ... 37

3.2 Konsep Visual ... 38

3.2.1 Format Desain ... 38

3.2.2 Layout ... 38

3.2.3 Warna ... 41

3.2.4 Tipografi ... 42

3.2.5 Ilustrasi ... 45

3.2.5.1 Studi Karakter ... 45

3.2.5.2 Studi Properti ... 49

3.2.5.3 Studi Setting ... 55

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Pra Produksi ... 57

4.2 Teknis Cetak ... 57

4.2.1 Komik ... 57


(3)

vi

4.2.3 Iklan Komik ... 62

4.2.4 X-Banner ... 63

4.2.5 Promotional Hanging ... 64

4.2.6.Gimmick ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(4)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prasasti Batutulis ... 11

Gambar 2.2 Prasasti Sanghiyang Tapak ... 13

Gambar 2.3 Prasasti Kawali ... 14

Gambar 2.4 Prasasti Cikapundung ... 15

Gambar 2.5 Pengetahuan tentang Prabu Siliwangi ... 20

Gambar 2.6 Kisah Prabu Siliwangi ... 21

Gambar 2.7 Pengenalan Prabu Siliwangi ... 21

Gambar 2.8 Alasan mengenal Prabu Siliwangi ... 22

Gambar 2.9 Kekuatan sakti Prabu Siliwangi ... 22

Gambar 2.10 Minat tentang kisah Prabu Siliwangi ... 23

Gambar 2.11 Kemudahan sumber informasi ... 23

Gambar 2.12 Sampul Komik ... 26

Gambar 2.13 Judul Seri ... 26

Gambar 2.14 Judul Cerita ... 27

Gambar 2.15 Credits ... 27

Gambar 2.16 Indicia ... 27

Gambar 2.17 halaman Isi ... 28

Gambar 2.18 Panel tertutup ... 28

Gambar 2.19 Panel terbuka ... 29

Gambar 2.20 Balon kata ... 29


(5)

viii

Gambar 2.22 Efek suara ... 31

Gambar 2.23 Gang ... 30

Gambar 3.24 Balon kata biasa ... 39

Gambar 3.25 Balon kata bersambung ... 39

Gambar 3.26 Balon kata ekspresi marah ... 39

Gambar 3.27 Narasi ... 40

Gambar 3.28 Tipografi judul ... 43

Gambar 3.29 Tipografi dalam balon kata ... 44

Gambar 3.30 Karakter Sri Baduga Maharaja ... 45

Gambar 3.31 Karakter Tumenggung Jagabaya ... 46

Gambar 3.32 Karakter Prabu Anom Surawisesa ... 47

Gambar 3.33 Karakter Ki Purwa Galih ... 48

Gambar 3.34 Karakter Alfonso d'Albuquerque ... 49

Gambar 3.35 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 50

Gambar 3.36 Kujang ... 52

Gambar 3.37 Golok ... 53

Gambar 3.38 Tombak ... 54

Gambar 3.39 Iket ... 55

Gambar 3.40 Studi lokasi ... 56

Gambar 3.41 Studi lokasi ... 56

Gambar 3.42 Studi lokasi ... 56

Gambar 4.43 Komik ... 58

Gambar 4.44 Sampul ... 59


(6)

ix

Gambar 4.46 Halaman isi ... 60

Gambar 4.47 Halaman isi ... 60

Gambar 4.48 Poster ... 61

Gambar 4.49 Iklan komik ... 62

Gambar 4.50 X-Banner ... 63

Gambar 4.51 Promotional hanging ... 64

Gambar 4.52 Sticker ... 65

Gambar 4.53 Gantungan kunci ... 66