Rancang Bangun Pendeteksi Kecepatan Angin 4 Level Berbasis At89s52

(1)

RANCANG BANGUN PENDETEKSI KECEPATAN ANGIN

4 LEVEL BERBASIS AT89S52

TUGAS AKHIR

LIONNA SILALAHI

052408042

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI D-3

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

RANCANG BANGUN PENDETEKSI KECEPATAN ANGIN

4 LEVEL BERBASIS AT89S52

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

LIONNA SILALAHI

052408042

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

PERSETUJUAN

Judul : RANCANG BANGUN PENDETEKSI

KECEPATAN ANGIN 4 LEVEL BERBASIS AT89S52

Kategori : LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama : LIONNA SILALAHI

Nomor Induk Mahasiswa : 052408042

Program studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui :

Ketua Program Studi Pembimbing

D3 Fisika Instrumentasi

Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc Drs. Aditia Warman, Msi


(4)

PERNYATAAN

RANCANG BANGUN PENDETEKSI KECEPATAN ANGIN 4 LEVEL BERBASIS AT89S52

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Juli 2007

Lionna Silalahi 052408042


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Kasih dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Aditia Warman, Msi. , selaku dosen pembimbing pada penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, yang telah memberikan panduan dan perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan laporan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada ketua jurusan program studi D3 Fisika Instrumentasi , Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc dan Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, semua dosen pengajar dan staf pegawai di Departemen Fisika FMIPA USU. Akhirnya tidak terlupakan kepada orang tua tercinta (V.Silalahi(+)/Herlina Manurung), Abang, Kakak, Terutama B’ Decenny yang telah memberikan dukungan berupa material yang diperlukan. Pada Personil kelompok AGAPE (K’ Rika, Ruth, Netty, Nury), Serta, Esna, B’ Juanto dan B’ Vincent, yang telah memberikan semangat dan doa pada penulis, dan rekan-rekan Fisika instrumentasi stambuk 2005. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Tuhan memberkati


(6)

ABSTRAK

Rancang bangun pendeteksi level kecepatan angin bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatn angin. Pada prinsipnya alat ini menggunakan motor induksi sebagai sensor untuk menangkap sinyal perputaran cup penangkap angin. Keluaran dari motor induksi yang berupa tegangan akan diubah ADC menjadi data digital sehinggga mikrokontroller AT89S52 dapat membacanya dan menampilkannya pada display. Pada kajian ini level kecepatan angin yang dapat ditampilkan pada display tidak dikalibrasikan dengan data yang sebenarnya sesuai ketentuan internasional. Tetapi level hanya dikelompokkan berdasarkan pengukuran secara kasar dan dikelompokkan dalam 4 level.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 2

1.3Maksud dan Tujuan 2

1.4Batasan Masalah 3

1.5Teknik Pengumpulan Data 3

1.6Sistematika Penulisan 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 6

2.1 Perangkat Keras 6

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S52 6

2.1.2 Kontruksi Mikrokontroler AT89S52 8

2.1.3 Motor Induksi 12

2.1.4 Seven Segmen 13

2.1.5 Analog to Digital Converter (ADC 0804) 16

2.2 Perangkat Lunak 17

2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51 17

2.2.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 22

2.2.3 Software Downloader 23

BAB 3 PERANCANGAN ALAT 24

3.1 Diagram Blok 24

3.2 Perancangan Power Supply (PSA) 25

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 26

3.4 Rangkaian ADC 27

3.5 Rangkaian Display Seven Segmen 29

3.6 Flowchart 30


(8)

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supply (PSA) 32 4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 33

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen 35

4.4 Pengujian Rangkaian ADC 37

4.5 Program Rancang Bangun Alat Pendeteksi Level Kecepatan Angin 38

4.6 Data Pengujian Alat 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 42

Daftar Pustaka 43


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S52 9

Gambar 2.2 Susunan Seven Segmen 13

Gambar 2.3 Konfigurasi Seven Segmen Tipe Common Anoda 14 Gambar 2.4 Konfigurasi Seven Segmen Tipe Common Katoda 15

Gambar 2.5 Tampilan IC ADC 0804 16

Gambar 2.6 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 22

Gambar 2.7 ISP-Flash Programmer 3.0a 23

Gambar 3.1 Diagram Blok 24

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply (PSA) 25

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 26

Gambar 3.4 Rangkaian ADC 28

Gambar 3.5 Rangkaian Display Seven Segmen 29

Gambar 3.6 Flowchart 30

Gambar 4.1 Rangkaian Power Supply (PSA) 32

Gambar 4.2 Kombinasi Rangkaian Mikrokontroler, ADC, dan Display Seven


(10)

ABSTRAK

Rancang bangun pendeteksi level kecepatan angin bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatn angin. Pada prinsipnya alat ini menggunakan motor induksi sebagai sensor untuk menangkap sinyal perputaran cup penangkap angin. Keluaran dari motor induksi yang berupa tegangan akan diubah ADC menjadi data digital sehinggga mikrokontroller AT89S52 dapat membacanya dan menampilkannya pada display. Pada kajian ini level kecepatan angin yang dapat ditampilkan pada display tidak dikalibrasikan dengan data yang sebenarnya sesuai ketentuan internasional. Tetapi level hanya dikelompokkan berdasarkan pengukuran secara kasar dan dikelompokkan dalam 4 level.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengukuran merupakan hal yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Pengukuran-pengukuran tersebut antara lain : pengukuran jarak dari satu tempat ke tempat lain, pengukuran waktu dari satu kejadian ke kejadian yang lainnya, pengukuran temperatur/ suhu suatu daerah dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, khususnya di bidang elektronika analog dan digital menyebabkan mulai tersingkirnya penggunaan alat-alat analog. Selama ini pengukuran kecepatan angin yang dipakai oleh pihak BMG masih mengunakan peralatan analog sudah tentu hal ini masih menggunakan teknologi lama dan belum modern. Tidak ada salahnya apabila kita menggunakan peralatan digital dalam mendeteksi level kecepatan angin.

Umumnya, untuk melakukan pengukuran dibutuhkan sebuah instrumen. Sebuah instrumen dapat berupa sebuah alat yang konstruksinya sederhana dan relatif tidak rumit seperti halnya sebuah alat ukur dasar. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, tuntutan akan kebutuhan instrumen-instrumen yang lebih terpercaya dan


(12)

lebih teliti semakin meningkat yang kemudian menghasilkan perkembangan-perkembangan baru dalam perencanaan dan pemakaian.

Proyek untuk membuat alat pendeteksi level kecepatan angin ini tidak membutuhkan banyak komponen sehingga mudah dibuat dan tidak membutuhkan biaya yang banyak tetapi menghasilkan kepekaan yang baik. Pendeteksi level kecepatan angin di dalam proyek ini tidaklah dititikberatkan pada ketelitian pengukuran tetapi pada tingkatan kecepatan angin yang berhembus.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba merakit suatu alat yang dapat mendeteksi level kecepatan angin. Alat ini akan membagi tingkatan kecepatan angin dalam empat tingkatan yaitu kecil, sedang, agak tinggi,dan tinggi.

Pada alat ini digunakan perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh motor induksi sebagai sensor kecepatan putaran rotor. Perbedaan tegangan inilah yan nantinya akan di ubah oleh ADC menjadi data-data digital. Mikrokontroller AT89S52 digunakan sebagai otak dari seluruh sistem dan mengolah data yang dihasilkan oleh sensor menampilkan hasilnya pada display.


(13)

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang suatu alat yang dapat mendeteksi level kecepatan angin.

2. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengolah data yang diberikan oleh sensor.

3. Memanfaatkan motor induksi sebagai alat untuk mendeteksi perbedaan kecepatan angin.

1.4Batasan Masalah

Mengacu pada hal di atas, penulis akan merakit alat pendeteksi level kecepatan angin berbasis mikrokontroler AT89S52, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S52.

2. Untuk dapat membedakan kecepatan angin digunakan perbedaan induksi magnet yang dihasilkan motor induksi.

3. Alat ini hanya mendeteksi level kecepatan angin dan membaginya dalam empat tingkatan yaitu kecil, sedang , agak tinggi, dan tinggi.

4. Kecepatan angin yang dideteksi tidak dikalibrasikan dengan data sebenarnya yang sesuai dengan ketentuan internasional.


(14)

1.5Teknik Pengumpulan Data

1. Dilakukan pengumpulan teori yang berkaitan dengan proyek ini dari buku-buku perpustakaan dan internet.

2. Dilakukan perancangan dan perakitan proyek. 3. Dilakukan pengujian sistem dan kinerja rangkaian.

1.6Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung itu antara lain tentang komponen-komponen pendukung yang digunakan dalam alat.

BAB 3. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan


(15)

diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S52.

BAB 4. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(16)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1PERANGKAT KERAS

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan


(17)

jika dikumpulkan dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah. Sistem tiket ini ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan computer PC yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang bersangkutan.

Selain sistem tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau ynag dikenal dengan system telemetri. Misalnya pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman jika dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data sekaligus sistem pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti system komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada system computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program


(18)

control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

2.1.2 Kontruksi AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S52 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only

Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai

dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam. Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.


(19)

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S52 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer. Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S52 mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).


(20)

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S52

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S52 :

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.


(21)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)


(22)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)


(23)

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.1.3 Motor Induksi

Pada alat pendeteksi level kecepatan angin ini memanfaatkan motor induksi sebagai sensor gerak. Dimana perputaran motor ditimbulkan karena adanya medan magnet yang dihasilkan dalam kumparan statornya dan rotor mendapat arus yang terinduksi sebagai akibat adanya medan putar yang dihasilkan oleh arus Rotor tadi. Medan putar pada stator akan memotong konduktor-konduktor pada rotor sehingga terjadi arus. Arus ini menyebabkan adanya medan magnet pada rotor dan rotorpun akan turut berputar mengikuti medan putar stator.

Pada alat pendeteksi level kecepatan angin ini memanfaatkan kebalikan dari prinsip kerja motor induksi tersebut. Dimana pada alat ini, cup terhubung ke motor induksi. Cup yang berputar akan menyebabkan motor induksi juga akan berputar. Putaran motor induksi tersebut akan menghasilkan arus/tegangan. Tegangangan inilah yang akan diubah oleh ADC untuk dikirim ke mikrokontroler. Semakin kencang putaran yang terjadi pada motor induksi maka tegangan yang dihasilkan juga akan semakin besar.


(24)

2.1.4 Seven Segmen

Seven segmen merupakan komponen elektronika yang banyak digunakan untuk menampilkan angka. Seven segmen ini sebenarnya merupakan LED yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola tertentu, dimana jika LED –LED tersebut dinyalakan dengan kombinasi tertentu, maka akan terbentuk suatu angka tertentu. Seven segmen mempunyai 7 buah segmen ditambah 1 segmen yang berfungsi sebagai desimal point. Gambar susunan dari seven segmen ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Susunan Seven Segmen

Segmen yang atas disebut segmen a, segmen sebelah kanan atas disebut segmen b, dan seterusnya sesuai gambar di atas. Dp merupakan singkatan dari desimal point.

Seven segmen ada 2 tipe, yaitu common anoda dan common katoda. Pada seven segmen tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari masing-masing


(25)

LED berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.3 konfigurasi seven segmen tipe common anoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen, maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a akan dinyalakan, maka katoda pada segmen a harus diberi tegangan 0 volt atau logika low, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen lainnya.

Pada seven segmen tipe common katoda, kaoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu kemudian dihubungkan ke ground dan anoda dari masing-masing LED berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini


(26)

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen, maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika segmen a akan dinyalakan, maka anoda pada segmen a harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen lainnya.

2.1.5 Analog to Digital Converter (ADC 0804)

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital.

Gambar 2.5 Tampilan IC ADC 0804

ADC yang digunakan adalah ADC 0804. ADC ini akan mengubah tegangan yang merupakan keluaran dari sensor (motor induksi) menjadi 8 bit data biner. Data


(27)

keluaran dari ADC 0804 ini akan dikirim ke mikrokontroler dan diolah untuk kemudian ditampilkan pada seven segmen.

2.2PERANGKAT LUNAK

2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S52 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung :

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung :


(28)

... ... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol.

Contoh :

MOV R0,#80h Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop ...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL


(29)

Contoh :

...

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

...

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

Contoh :

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

... RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh :

Loop:


(30)

... JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1).

Contoh :

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0).

Contoh :

Loop:

JNB P1.0,Loop ...


(31)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu.

Contoh :

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop ...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1.

Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

DEC R0 R0 = R0 – 1 ...


(32)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1.

Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

INC R0 R0 = R0 + 1 ...


(33)

2.2.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di bawah ini.

Gambar 2.6. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.


(34)

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.

2.2.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.7. ISP- Flash Programmer 3.0a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroller.


(35)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Rangkaian

uC AT89S51 DISPLAY

ADC Motor Induksi

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian

Pada alat pendeteksi level kecepatan angin terdapat empat blok rangkaian utama yaitu sensor, rangkaian pengondisi sinyal, ADC, mikrokontroller AT89S52 dan rangkaian display.

Sensor (motor induksi) berfungsi untuk menangkap sinyal dari perputaran cup penangkap angin kemudian output sensor masuk ke rangkaian pengkondisi sinyal


(36)

untuk dikuatkan. Hasil penguatan dari sensor yang berupa frekwensi kemudian masuk ke ADC untuk diubah kembali menjadi data-data digital. Data-data digital inilah yang nantinya akan di olah dan dibandingkan oleh mikrokontroller dan ditampilkan hasilnya pada display seven segment.

3.2 Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke ADC. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan


(37)

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:


(38)

Gambar.3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S52

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S8253 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S8253 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mntrigger transistor. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground


(39)

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay

3.4Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh motor induksi menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh motor induksi.Dengan demikian proses pengukuran dan pengaturan tingkat kecepatan angin dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini:


(40)

Input ADC dihubungkan ke positif motor induksi, sehingga setiap perubahan tegangan pada motor induksi akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.

Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt.

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh mikrokontoler

3.5 Rangkaian Display Seven Segmen

Untuk menampilkan nilai level kecepatan angin yang dideteksi oleh motor induksi diperlukan suatu rangkaian display yang dapat menampilkan nilai level tersebut Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan nilai level terlihat pada ganbar berikut:


(41)

Gambar 3.5 Rangkaian Display Seven Segmen

Display ini menggunakan 1 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF 4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S52.

P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S52. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda yang berfungsi untuk menurunkan tegangan supply untuk seven segment. Satu buah dioda dapat menurunkan tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan yang dapat diturunkannya adalah 1,8 volt. Tegangan ini diturunkan


(42)

agar umur seven segment lebih tahan lama dan karena tegangan maksimum seven

segment adalah 3,7 volt

3.6 Flowchart START Data= sedang Data=kecil Data= Agak tinggi Data= tinggi Tampil level 1

Pada display

Tampil level 2 Pada display

Tampil level 3 Pada display

Tampil level 4 Pada display tidak tidak tidak tidak ya ya ya ya


(43)

Program di awali dengan start, kemudian program akan mengecek data apakah sama dengan data kecil atau tidak, jika data sama dengan data kecil maka program akan menampilkan tampilan level rendah ( level 1 ) pada display. Jika data tidak sama dengan kecil maka program akan mengecek data apakah sama dengan data sedang atau tidak, jika data sama dengan data sedang maka program akan menampilkan tampilan level sedang ( level 2 ) pada display. Jika data tidak sama dengan data sedang, maka program akan mengecek data apakah sama dengan data agak tinggi atau tidak, jika data sama dengan data agak tinggi maka program akan menampilkan tampilan level tinggi ( level 3 ) pada display. Jika data tidak sama dengan data agak tinggi, maka program akan mengecek data apakah sama dengan data tinggi atau tidak, jika data sama dengan data tinggi maka program akan menampilkan tampilan level tinggi ( level 4 ) pada display. Dan jika tidak ada perbandingan data yang masuk maka program akan kembali ke routine awal ( kembali ke start ).


(44)

BAB 4

ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk menghidupkan ADC. Rangkaian tampak seperti gambar di bawah ini,

Gambar 4.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan


(45)

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke kipas yang butuh tegangan 12 volt.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S52

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S52. Programnya adalah sebagai berikut:

Loop:

Setb P0.0 Acall tunda Clr P0.0 Acall tunda Sjmp Loop Tunda:


(46)

Mov r7,#255 Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$ Djnz r7,tnd Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu = 12 1

12 MHz = mikrodetik.

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd


(47)

Tunda:

mov r7,#255 2

Tnd: mov r6,#255 2

djnz r6,$ 55 x 2 = 510 x 255 = 130.054 = 130.058 = 130.059 μd

djnz r7,loop3 2

djnz r2,loop8 2

ret 130.059 μdetik atau 0,130059

detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S52, kemudian mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik.

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana semen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi logika 1.


(48)

Gambar 4.2 Kombinasi Rangkaian Mikrokontroler, ADC dan Display Seven Segmen

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

2 18H

3 88H

4 0C4H

5 82H

6 02H

7 0E8H

8 0h

9 80H


(49)

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

bil0 equ 20h bil1 equ 0ech bil2 equ 18h bil3 equ 88h bil4 equ 0c4h bil5 equ 82h bil6 equ 02h bil7 equ 0e8h bil8 equ 0h bil9 equ 80h Loop:

mov sbuf,#bil0 Jnb ti,$

Clr ti sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan untuk menampilkan 4 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan mengirimkan ke 4 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut :

Loop: mov sbuf,#bil1 Jnb ti,$ Clr ti mov sbuf,#bil2 Jnb ti,$


(50)

Clr ti

mov sbuf,#bil3 Jnb ti,$

Clr ti

Mov sbuf,#bil4 Jnb ti,$

Clr ti sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 pada seven segmen.

4.4 Pengujian Rangkaian ADC

Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler. Selanjutnya rangkaian mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian display seven segmen. Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan pada display seven segmen. Program yang diisikan ke mikrokontroler adalah sebagai berikut :

mov a,p2 mov b,#100 div ab mov 70h,a


(51)

mov a,b mov b,#10 div ab mov 71h,a mov 72h,b

Dengan program di atas, maka akan tampil nilai level yang dideteksi oleh ADC. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik

4.5 Program Rancang Bangun Pendeteksi Level Kecepatan Angin

bil0 equ 20h ;tampil angka 0 bil1 equ 0ech ;tampil angka 1 bil2 equ 18h ;tampil angka 2 bil3 equ 88h ;tampil angka 3 bil4 equ 0c4h ;tampil angka 4 paling_utama:

clr p3.7 ; cek busy ADC acall tadc

setb p3.7 utama:

jb p3.7,$ ; ambil data interrupt acall tadc mov a,p0 mov 62h,a mov b,#100 div ab mov 72h,a mov a,b mov b,#10 div ab mov 71h,a


(52)

mov 70h,b mov r0,72h acall nol

mov 75h,r1 ;75h nilai ratusan des acall kirim_disp acall tunda mov a,62h cjne a,#0h,level0 call nol sjmp utama level0: cjne a,#80h,level1 call nol sjmp utama level1: cjne a,#40h,level11 call satu sjmp utama level11: cjne a,#0c0h,level2 call satu sjmp utama level2: cjne a,#20h,level21 call dua sjmp utama level21: cjne a,#0a0h,level3 call dua sjmp utama level3: cjne a,#60h,level31 call tiga sjmp utama level31: cjne a,#0e0h,level4 call tiga sjmp utama level4: cjne a,#81h,level41 call empat sjmp utama


(53)

level41: cjne a,#0deh,tetap call empat sjmp paling_utama tetap: call empat sjmp utama kirim_disp: nol: mov sbuf,#bil0 jnb ti,$ clr ti ret satu: mov sbuf,#bil1 jnb ti,$ clr ti ret dua: mov sbuf,#bil2 jnb ti,$ clr ti ret tiga: mov sbuf,#bil3 jnb ti,$ clr ti ret empat: mov sbuf,#bil4 jnb ti,$ clr ti ret tunda: mov r7,#100 tnd: mov r6,#100 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret


(54)

tadc:

mov r7,#100 adc: mov r6,#100 djnz r6,$ djnz r7,adc ret

end

4.6 Data Pengujian Alat

Level 1

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,1 0,3 01000000 11000000 40h c0h 1 1 Level 2

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,4 0,6 00100000 10100000 20h a0h 2 2 Level 3

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,8 1,1 01100000 11100000 60h e0h 3 3 Level 4


(55)

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display 1,3

1,5

10000001 11011110

81h deh

4 4

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. ADC 0804 pada rancangan ini digunakan untuk mengubah masukan analog (frekuensi) dari keluaran sensor (motor induksi).

2. Sensor (motor induksi) berfungsi untuk menangkap sinyal dari perputaran cup penangkap angin.

3. Mikrokontroler yang digunakan sebagai otak kerja sistem adalah mikrokontroler AT89S52 yaitu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM).

4. Pendeteksi level kecepatan angin tersebut belum dititik beratkan pada ketelitian pengukuran tetapi hanya pada tingkatan kecepatan angin yang berhembus ini disebabkan keterbatasan alat yang dipakai


(56)

5.2 Saran

1. Agar dilakukan peningkatan kemampuan alat ini sehingga semakin cerdas dengan mengkombinasikan dengan komponen lain sehingga hasil yang diperoleh lebih teliti.

2. Agar alat ini dimodifikasi lebih sempurna sehingga memiliki lebih banyak fungsi.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gava Media.

Brey, Barry B. 2005. Mikroprosesor Intel : Arsitektur, Pemrograman, dan Antarmuka

8086/8088, 80186/80188, 80286, 80386, 80486, Pentium, Pentium Pro Prosesor, Pentium II, Pentium III, Pentium 4. Jilid 1. Edisi keenam.

Yogyakarta : ANDI.

Ibrahim, KF. 1996. Teknik Digital. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.

Samuel, H dan Tirtamihardja. 1996. Elektronika Digital. Cetakan 1. Yogyakarta: ANDI.


(58)

LAMPIRAN A: RANGKAIAN ALAT PENDETEKSI LEVEL KECEPATAN ANGIN BERBASIS AT89S52


(1)

level41: cjne a,#0deh,tetap call empat sjmp paling_utama tetap: call empat sjmp utama kirim_disp: nol: mov sbuf,#bil0 jnb ti,$ clr ti ret satu: mov sbuf,#bil1 jnb ti,$ clr ti ret dua: mov sbuf,#bil2 jnb ti,$ clr ti ret tiga: mov sbuf,#bil3 jnb ti,$ clr ti ret empat: mov sbuf,#bil4 jnb ti,$ clr ti ret tunda: mov r7,#100 tnd: mov r6,#100 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret


(2)

tadc:

mov r7,#100 adc: mov r6,#100 djnz r6,$ djnz r7,adc ret

end

4.6 Data Pengujian Alat

Level 1

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,1 0,3 01000000 11000000 40h c0h 1 1 Level 2

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,4 0,6 00100000 10100000 20h a0h 2 2 Level 3

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display

0,8 1,1 01100000 11100000 60h e0h 3 3 Level 4


(3)

Tegangan (Volt) Biner Heksadesimal Display 1,3

1,5

10000001 11011110

81h deh

4 4

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. ADC 0804 pada rancangan ini digunakan untuk mengubah masukan analog (frekuensi) dari keluaran sensor (motor induksi).

2. Sensor (motor induksi) berfungsi untuk menangkap sinyal dari perputaran cup penangkap angin.

3. Mikrokontroler yang digunakan sebagai otak kerja sistem adalah mikrokontroler AT89S52 yaitu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM).

4. Pendeteksi level kecepatan angin tersebut belum dititik beratkan pada ketelitian pengukuran tetapi hanya pada tingkatan kecepatan angin yang berhembus ini disebabkan keterbatasan alat yang dipakai


(4)

5.2 Saran

1. Agar dilakukan peningkatan kemampuan alat ini sehingga semakin cerdas dengan mengkombinasikan dengan komponen lain sehingga hasil yang diperoleh lebih teliti.

2. Agar alat ini dimodifikasi lebih sempurna sehingga memiliki lebih banyak fungsi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gava Media.

Brey, Barry B. 2005. Mikroprosesor Intel : Arsitektur, Pemrograman, dan Antarmuka 8086/8088, 80186/80188, 80286, 80386, 80486, Pentium, Pentium Pro Prosesor, Pentium II, Pentium III, Pentium 4. Jilid 1. Edisi keenam. Yogyakarta : ANDI.

Ibrahim, KF. 1996. Teknik Digital. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.

Samuel, H dan Tirtamihardja. 1996. Elektronika Digital. Cetakan 1. Yogyakarta: ANDI.


(6)

LAMPIRAN A: RANGKAIAN ALAT PENDETEKSI LEVEL KECEPATAN ANGIN BERBASIS AT89S52