Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Power Tiller Pada Pengolahan Tanah Di Desa Sibaganding Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

DI DESA SIBAGANDING KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

OLEH :

TORAEL F. L. TOBING

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR TRAKTOR

TANGAN POWER TILLER PADA PENGOLAHAN TANAH

DI DESA SIBAGANDING KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

OLEH :

TORAEL F. L. TOBING

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

(Taufik Rizaldi, STP., MP.)

Ketua Anggota

(Achwil Putra Munir, STP., M.Si.)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

TORAEL F L. TOBING: Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Power Tiller pada Pengolahan Tanah di Desa Sibaganding, Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan ACHWIL PUTRA MUNIR

Analisis bahan bakar traktor tangan meliputi kemampuan kerja traktor dalam pengolahan lahan dengan menggunakan implemen pendukung untuk mengukur pemakaian bahan bakar dan kapasitas kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung besarnya kebutuhan bahan bakar traktor tangan Power Tiller ISEKI KAI 711 di Desa Sibaganding Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu implemen (bajak singkal, glebek, dan garu) dan kecepatan (1 m/s, 1,2 m/s, dan 1,4 m/s) . dengan dua metode, yaitu metode balik rapat dan metode berkeliling. Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan bakar, dan kapasitas kerja traktor tangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan bakar, dan kapasitas kerja traktor tangan pada penggunaan masing-masing perlengkapan. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan gelebek dengan metode berkeliling. Dan hasil kapasitas kerja tertinggi diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan garu dengan metode balik rapat.

Kata kunci: Traktor, Metode balik rapat, Metode berkeliling

ABSTRACT

TORAEL F. L. TOBING: Fuel consumption analisis of Hand Tractor on preparing land at Desa Sibaganding Kabupaten North Tapanuli. Under the supervision of TAUFIK RIZALDI and ACHWIL PUTRA MUNIR.

The fuel consumption analisis of tractor is its ability to prepare land using implements to know the fuel usage and work capacity. The objective of this research was to know the fuel necessity of power tiller hand tractor on preparing land at Desa Sibaganding Kabupaten North Tapanuli. Factorial randomized block design was used in this research with two factors, i.e. implement (moldboard plow, pulverizer, and harrow) and velocity (1 m/s, 1,2 m/s, and 1,4 m/s) with two method are returned closing and circle methods. Parameters measured were fuel consumption and tractor work capacity.

The results showed that velocity had significantly affected the fuel consumption, and tractor work capacity if the implements were applied. The highest fuel consumption was found in the combination of velocity of 1,4 m/s and pulverizer with circle method. And the highest capacity was found in the combination of velocity of 1,4 m/s and harrow using returned closing method.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 November 1986 dari ayah R L. Tobing dan ibu Rini. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Sutomo I, Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikut i perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PT Bahari Dwikencana Lestari, Kuala Simpang, Nanggroe Aceh Darussalam.


(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Power Tiller pada Pengolahan Tanah di Desa Sibaganding Kabupaten Tapanuli Utara.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP dan Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Wis Sitompul dan Bapak Hasudungan Sinaga di Desa Sibaganding Kabupaten Tapanuli Utara, Penulis menyampaikan banyak terimakasih atas bantuannya selama penulis men, gumpulkan data.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, 24 Juni 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesa Penelitian... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor ... 3

Klasifikasi Traktor ... 3

Traktor Tangan... 5

Tanah dan Air ... 6

Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer ... 7

Kedalaman Olah Tanah... 8

Pola Pengolahan Tanah... 8

Bahan Bakar ... 10

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Parameter Penelitian ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Bakar... ... 22

Kapasitas Kerja ... 26

Konsumsi Bahan Bakar Sampai Siap Tanam...30

Kapasitas Kerja Sampai Siap Tanam...32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 34

Saran ... 38


(7)

1. Data pengamatan hasil penelitian dengan metode balik rapat... 21

2. Data pengamatan hasil penelitian dengan metode berkeliling... 21

3. Daftar sidik ragam konsumsi bahan bakar metode balik rapat... 23

4. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar dengan metode balik rapat... 23

5. Daftar sidik ragam konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling... 25

6. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling... 25

7. Daftar sidik ragam kapasitas kerja dengan metode balik rapat... 27

8. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas kerja dengan metode balik rapat... 27

9. Daftar sidik ragam kapasitas kerja dengan metode berkeliling... 29

10.Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas kerja dengan metode berkeliling... 29

11.Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode balik rapat... 30

12.Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode berkeliling... 31

13.Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam... 31

14.Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode balik rapat... 32

15.Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode berkeliling... 32


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1. Diagram alir penelitian ... 40

2. Gambar metode pengolahan tanah ... 41

3. Data spesifikasi traktor tangan ... 42

4. Data pengamatan konsumsi bahan bakar dengan metode balik rapat... 43

5. Hasil uji BNT konsumsi bahan bakar dengan metode balik rapat... 43

6. Data pengamatan konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling ... 44

7. Hasil uji BNT konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling ... 44

8. Data pengamatan kapasitas kerja dengan metode balik rapat ... 45

9. Hasil uji BNT kapasitas kerja dengan metode balik rapat ... 45

10. Data pengamatan kapasitas kerja dengan metode berkeliling ... 46

17.Hasil uji BNT konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling ... 46


(9)

TORAEL F L. TOBING: Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Power Tiller pada Pengolahan Tanah di Desa Sibaganding, Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan ACHWIL PUTRA MUNIR

Analisis bahan bakar traktor tangan meliputi kemampuan kerja traktor dalam pengolahan lahan dengan menggunakan implemen pendukung untuk mengukur pemakaian bahan bakar dan kapasitas kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung besarnya kebutuhan bahan bakar traktor tangan Power Tiller ISEKI KAI 711 di Desa Sibaganding Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu implemen (bajak singkal, glebek, dan garu) dan kecepatan (1 m/s, 1,2 m/s, dan 1,4 m/s) . dengan dua metode, yaitu metode balik rapat dan metode berkeliling. Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan bakar, dan kapasitas kerja traktor tangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan bakar, dan kapasitas kerja traktor tangan pada penggunaan masing-masing perlengkapan. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan gelebek dengan metode berkeliling. Dan hasil kapasitas kerja tertinggi diperoleh pada kombinasi kecepatan 1,4 m/s dan perlengkapan garu dengan metode balik rapat.

Kata kunci: Traktor, Metode balik rapat, Metode berkeliling

ABSTRACT

TORAEL F. L. TOBING: Fuel consumption analisis of Hand Tractor on preparing land at Desa Sibaganding Kabupaten North Tapanuli. Under the supervision of TAUFIK RIZALDI and ACHWIL PUTRA MUNIR.

The fuel consumption analisis of tractor is its ability to prepare land using implements to know the fuel usage and work capacity. The objective of this research was to know the fuel necessity of power tiller hand tractor on preparing land at Desa Sibaganding Kabupaten North Tapanuli. Factorial randomized block design was used in this research with two factors, i.e. implement (moldboard plow, pulverizer, and harrow) and velocity (1 m/s, 1,2 m/s, and 1,4 m/s) with two method are returned closing and circle methods. Parameters measured were fuel consumption and tractor work capacity.

The results showed that velocity had significantly affected the fuel consumption, and tractor work capacity if the implements were applied. The highest fuel consumption was found in the combination of velocity of 1,4 m/s and pulverizer with circle method. And the highest capacity was found in the combination of velocity of 1,4 m/s and harrow using returned closing method.


(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Traktor

Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insinyur Prancis memberikan sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insinyur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin,dkk, 1976).

Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama Fatemeta IPB (Daywin,dkk, 1976).

Klasifikasi traktor

Menurut Daywin dkk (1976) penggolongan traktor belum diperoleh keseragaman karena umumnya didasarkan menurut selera dan kepentingan masing-masing. Pada umumnya traktor digolongkan menurut daya yang tersedia pada motor penggerak traktor, maka klasifikasi traktor menjadi berkembang. Klasifikasi traktor yang digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat didasarkan pada :


(11)

1. Menurut besar tenaganya :

a.Traktor besar ( diatas 15 HP )

b.Traktor kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP ) 2. Menurut bahan bakar :

a.Traktor diesel b.Traktor kerosine

3. Menurut bentuk dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda: a.Traktor roda ban

- Traktor dengan roda satu - Traktor dengan roda dua - Traktor dengan roda tiga - Traktor dengan roda empat b.Traktor roda rantai

c.Traktor beroda kombinasi roda ban dan rantai. ( Yunus, 2004 ).

Menurut Hardjosentono dkk (2000) berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok :

1. Tipe unit (integral maunted tractor) adalah traktor roda dua yang peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi transmisi.

2. Tipe gusur (trailing type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.


(12)

3. Tipe kombinasi (combination type), traktor yang dapat dipakai secara tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotari tiller).

Traktor Tangan

Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah tanah. Namun sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna, karena dapat digunakan untuk tenaga penggerak implemen yang lain, seperti : pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain-lain.

Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Traktor tangan berbahan bakar Solar 2. Traktor tangan berbahan bakar bensin

3. Traktor tangan berbahan bakar minyak tanah (kerosin)

Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada juga yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Daya yang dihasilkan kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu silinder. Motor penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Traktor akan lebih berat ke depan apabila posisi motor digeser maju, begitu juga sebaliknya. Untuk menghidupkan motor diesel 5


(13)

digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter (ideelogi, 2010)

Tanah dan Air

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah (Yunus, 2004).

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pada saat kandungan air tanah relatif sedikit (pF 3,5) tahanan tanah meningkat, sehingga mengurangi daya penetrasi alat pengolahan tanah untuk menembus lapisan tanah serta memperbesar tenaga untuk menarik alat (Djoyowasito, 2002).

Tujuan Pengolahan Tanah

Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman yaitu memanfaatkan peralatan yang bekerja secara mekanis dan dengan kapasitas yang besar. Sedangkan pengolahan tanah pertama (primary tillage) adalah suatu tahap pengolahan tanah dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman dan membersihkan tumbuhan


(14)

pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong, dilonggarkan dan dibalik, alat yang digunakan adalah bajak piring atau bajak singkal (Yunus, 2004).

Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer

Peralatan yang digunakan traktor dalam mengolah tanah sangat beragam. Dalam pemilihan peralatan untuk pengolahan tanah harus diperhatikan hubungan karakteristik peralatan dengan tanah lahan yang akan diolah (Yunus, 2004).

Bajak singkal

Bajak singkal adalah alat pengolah tanah pertanian yang dihubungkan dengan traktor pertanian dan berfungsi untuk memotong dan membalikkan tanah, dimana sudut vertikal bajak menentukan kedalaman pembajakan dan jumlah mata bajak serta lebar mata bajak menentukan lebar kerja pembajakan (Hendriadi, 2002).

Bajak piring

Seperti halnya bajak singkal, bajak piring juga dipergunakan untuk mengolah tanah. Tanah/lahan yang umumnya menggunakan bajak piring adalah tanah plastis, berbatu, berakar alang-alang, keras, kasar dan lain-lain sebagainya (Yunus, 2004).

Bajak piring berbentuk piringan yaitu bulat dan cekung serupa dengan alat penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60-80 cm. Bajak jenis ini hanya untuk yang ditarik traktor besar roda empat. Jumlahnya antara dua sampai delapan bajak piring tergantung pada tenaga traktor (Pranoto, dkk, 1983).


(15)

Bajak rotari

Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4,5,6 inchi dan memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm.

(AKK, 1990)

Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyiapan lahan dengan mengolah tanah menggunakan traktor tangan dapat dilakukan dengan kedalaman olah kurang dari 20 cm untuk menghindari terkupasnya lapisan pirit. Pengolahan tanah dengan traktor tangan dapat menekan kebutuhan waktu kerja dari 142 jam/ha menjadi 17 jam/ha dengan hasil padi yang relatif sama (Rachman, 2000).

Pola Pengolahan Tanah

Cara pembajakan ada 2 cara, yaitu balik rapat dan berkeliling. Contoh cara pembajakan dengan sistem balik rapat :


(16)

1. Mula-mula buatlah “goresan” (jika tanahnya kering) pada kedua ujung petakan. Tetapi kalau tanahnya basah, hal ini kurang menguntungkan, karena dapat menyebabkan slip. Goresan ini dibuat dengan membajak tanah secara dangkal. 2. Langkah selanjutnya, mulailah membajak dari salah satu tepi petakan yang

meninggalkan garis selebar dua bajak. Hal ini berguna untuk jalannya traktor nanti bila akan menyelesaikan kepala bidang. Pembajakan cukup sekitar 12 cm. Ketika kembali pada alur kedua, setelah kembali dalam dangkalnya bajak. Bila tidak disetel kembali, bajakan akan semakin dalam, karena satu roda traktor sudah berada pada alur. Selesaikanlah pekerjaan pembajakan hingga benar-benar merapat pada pematang di sebelah lain.

3. Bila langkah kedua sudah selesai mulailah pekerjaan pembajakan pada salah satu kepala bidang ini, selesailah pekerjaan membajak dan pindahlah ke lain petak.

4. Ketika traktor menyeberangi petakan atau bagian sawah lainnya yang tidak sama tinggi, maka traktor harus dijalankan mundur bila tanahnya menurun, dan maju jika tanahnya menanjak. Tindakan ini dapat mencegah kecelakaan karena terbaliknya traktor.

Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah jarum jam.

1. Bajaklah tanah pada tepi petakan dan usahakan rapat sekali dengan pematang, tetapi lemparan lempengannya ke arah kiri atau ke kanan tengah petakan, Ini dilakukan hanya untuk satu kali putaran.

2. Pada putaran kedua, arah lemparan lempengannya ke arah kanan atau ke arah pematang. Pembajakan cara ini dilakukan sampai 4 kali putaran.


(17)

3. Bila sudah 4 kali putaran, cara berbeloknya biasa, tanpa berpusing seperti pada putaran pertama.

Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan alur terbuka / alur mati. Pada sistem keliling dari tengah petakan terjadi hal sebaliknya. Bila tanahnya cukup air, cara membajaknya lebih baik dari tengah. Bila airnya sedang-sedang saja, sistem membajak dari tepi petakan adalah yang lebih baik.

(Hardjosentono, dkk, 2000)

Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi di lapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efesiensi kerjanya.

Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan teus menerus tanpa pengangkatan alat. (Rizaldi, 2006)

Bahan Bakar

Berdasarkan sumbernya, secara garis besar, energi dapat dibedakan menjadi energi primer dan energi sekunder dan siap guna (end use). Energi primer meliputi energi kimia yang terdapat pada bahan bakar fosil, energi nuklir yang terdapat dalam inti radioaktif, energi geothermal yang terdapat dalam panas kerak bumi,


(18)

energi yang terjadi karena perputaran rotasi bumi, energi surya berupa sinar surya yang mengenai permukaan bumi.

Secara umum kebutuhan energi di dunia sampai saat ini masih tergantung pada sumber daya fosil, terutama minyak dan gas bumi, serta batu bara. Tingkat pertumbuhan manusia lebih tinggi dari laju perkembangannya. Sejak tahun 1980-an minyak menjadi sumber energi nomor satu, tetapi sejak tahun 1980 produksi minyak menurun karena banyaknya minat dan kebutuhan berbagai Negara, dengan demikian, kebutuhan tidak sesuai lagi dengan ketersediaanya. Hal ini mengakibatkan harga minyak bumi menjadi mahal.

(Sijabat, 2009)

Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar yang disingkat BBM, yang pertama harus diingat bahwa kerja optimal yang diperoleh seseorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah tergantung pada dua sifat utama BBM yaitu :

5. Dapat memberikan campuran bahan bakar udara dalam perbandingan yang benar yang biasanya diatur oleh kaburator dan injektor.

6. Dapat memberikan pembakaran secara normal pada saat yang tepat di dalam siklusnya.

Sehubungan dengan sifat utama yang harus dimiliki tersebut dapat diharapkan bahwa bahan bakar dapat memberikan keuntungan, yaitu :

a. Memberikan kemudahan menghidupkan mesin saat keadaan dingin

b. Memberikan kemudahan menghidupkan mesin kembali disaat mesin panas 11


(19)

c. Cepat dalam memanaskan mesin

d. Memberikan kecepatan dan akselerasi yang baik e. Memberikan penghematan bahan bakar yang baik

f. Tidak menimbulkan suara aneh atau getaran aneh yang berhubungan dengan kualitas pembakaran dari bahan bakar

g. Memenuhi batas-batas pencemaran udara yang ditentukan peraturan Negara (Sijabat, 2009)

Motor bensin 4 tak menggunakan bensin murni, sedangkan motor bensin dua tak menggunakan bensin campuran, yaitu bensin murni dicampur oli SAE 30 dengan perbandingan 20 : 1 atau 25 : 1 tergantung pada spesifikasi motor. Perbandingan tersebut adalah perbandingan volume, pemilihan bensin dan oli yang berkualitas baik sangat mempengaruhi usia motor (Hardjosentono,dkk, 2000)

Motor diesel menggunakan bahan bakar solar, pemilihan bahan bakar yang baik sangat perlu, karena dapat menghindari banyak kesulitan :

a. Menghidupkan motor

b. Kerusakan pada pompa injeksi c. Pengausan torak, ring torak, katup dll d. Pemeliharaan motor

Nilai cetan (Cetan Number) adalah nilai penambahan bahan bakar untuk motor diesel yang dinyatakan dengan angka, misalnya, nilai cetan traktor pertanian 40-45% (Hardjosentono, dkk, 2000)


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Traktor

Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insinyur Prancis memberikan sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insinyur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin,dkk, 1976).

Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama Fatemeta IPB (Daywin,dkk, 1976).

Klasifikasi traktor

Menurut Daywin dkk (1976) penggolongan traktor belum diperoleh keseragaman karena umumnya didasarkan menurut selera dan kepentingan masing-masing. Pada umumnya traktor digolongkan menurut daya yang tersedia pada motor penggerak traktor, maka klasifikasi traktor menjadi berkembang. Klasifikasi traktor yang digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat didasarkan pada :


(21)

1. Menurut besar tenaganya :

a.Traktor besar ( diatas 15 HP )

b.Traktor kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP ) 2. Menurut bahan bakar :

a.Traktor diesel b.Traktor kerosine

3. Menurut bentuk dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda: a.Traktor roda ban

- Traktor dengan roda satu - Traktor dengan roda dua - Traktor dengan roda tiga - Traktor dengan roda empat b.Traktor roda rantai

c.Traktor beroda kombinasi roda ban dan rantai. ( Yunus, 2004 ).

Menurut Hardjosentono dkk (2000) berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok :

1. Tipe unit (integral maunted tractor) adalah traktor roda dua yang peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi transmisi.

2. Tipe gusur (trailing type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.


(22)

3. Tipe kombinasi (combination type), traktor yang dapat dipakai secara tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotari tiller).

Traktor Tangan

Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah tanah. Namun sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna, karena dapat digunakan untuk tenaga penggerak implemen yang lain, seperti : pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain-lain.

Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Traktor tangan berbahan bakar Solar 2. Traktor tangan berbahan bakar bensin

3. Traktor tangan berbahan bakar minyak tanah (kerosin)

Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada juga yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Daya yang dihasilkan kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu silinder. Motor penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Traktor akan lebih berat ke depan apabila posisi motor digeser maju, begitu juga sebaliknya. Untuk menghidupkan motor diesel 5


(23)

digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter (ideelogi, 2010)

Tanah dan Air

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah (Yunus, 2004).

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pada saat kandungan air tanah relatif sedikit (pF 3,5) tahanan tanah meningkat, sehingga mengurangi daya penetrasi alat pengolahan tanah untuk menembus lapisan tanah serta memperbesar tenaga untuk menarik alat (Djoyowasito, 2002).

Tujuan Pengolahan Tanah

Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman yaitu memanfaatkan peralatan yang bekerja secara mekanis dan dengan kapasitas yang besar. Sedangkan pengolahan tanah pertama (primary tillage) adalah suatu tahap pengolahan tanah dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman dan membersihkan tumbuhan


(24)

pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong, dilonggarkan dan dibalik, alat yang digunakan adalah bajak piring atau bajak singkal (Yunus, 2004).

Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer

Peralatan yang digunakan traktor dalam mengolah tanah sangat beragam. Dalam pemilihan peralatan untuk pengolahan tanah harus diperhatikan hubungan karakteristik peralatan dengan tanah lahan yang akan diolah (Yunus, 2004).

Bajak singkal

Bajak singkal adalah alat pengolah tanah pertanian yang dihubungkan dengan traktor pertanian dan berfungsi untuk memotong dan membalikkan tanah, dimana sudut vertikal bajak menentukan kedalaman pembajakan dan jumlah mata bajak serta lebar mata bajak menentukan lebar kerja pembajakan (Hendriadi, 2002).

Bajak piring

Seperti halnya bajak singkal, bajak piring juga dipergunakan untuk mengolah tanah. Tanah/lahan yang umumnya menggunakan bajak piring adalah tanah plastis, berbatu, berakar alang-alang, keras, kasar dan lain-lain sebagainya (Yunus, 2004).

Bajak piring berbentuk piringan yaitu bulat dan cekung serupa dengan alat penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60-80 cm. Bajak jenis ini hanya untuk yang ditarik traktor besar roda empat. Jumlahnya antara dua sampai delapan bajak piring tergantung pada tenaga traktor (Pranoto, dkk, 1983).


(25)

Bajak rotari

Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4,5,6 inchi dan memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm.

(AKK, 1990)

Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyiapan lahan dengan mengolah tanah menggunakan traktor tangan dapat dilakukan dengan kedalaman olah kurang dari 20 cm untuk menghindari terkupasnya lapisan pirit. Pengolahan tanah dengan traktor tangan dapat menekan kebutuhan waktu kerja dari 142 jam/ha menjadi 17 jam/ha dengan hasil padi yang relatif sama (Rachman, 2000).

Pola Pengolahan Tanah

Cara pembajakan ada 2 cara, yaitu balik rapat dan berkeliling. Contoh cara pembajakan dengan sistem balik rapat :


(26)

1. Mula-mula buatlah “goresan” (jika tanahnya kering) pada kedua ujung petakan. Tetapi kalau tanahnya basah, hal ini kurang menguntungkan, karena dapat menyebabkan slip. Goresan ini dibuat dengan membajak tanah secara dangkal. 2. Langkah selanjutnya, mulailah membajak dari salah satu tepi petakan yang

meninggalkan garis selebar dua bajak. Hal ini berguna untuk jalannya traktor nanti bila akan menyelesaikan kepala bidang. Pembajakan cukup sekitar 12 cm. Ketika kembali pada alur kedua, setelah kembali dalam dangkalnya bajak. Bila tidak disetel kembali, bajakan akan semakin dalam, karena satu roda traktor sudah berada pada alur. Selesaikanlah pekerjaan pembajakan hingga benar-benar merapat pada pematang di sebelah lain.

3. Bila langkah kedua sudah selesai mulailah pekerjaan pembajakan pada salah satu kepala bidang ini, selesailah pekerjaan membajak dan pindahlah ke lain petak.

4. Ketika traktor menyeberangi petakan atau bagian sawah lainnya yang tidak sama tinggi, maka traktor harus dijalankan mundur bila tanahnya menurun, dan maju jika tanahnya menanjak. Tindakan ini dapat mencegah kecelakaan karena terbaliknya traktor.

Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah jarum jam.

1. Bajaklah tanah pada tepi petakan dan usahakan rapat sekali dengan pematang, tetapi lemparan lempengannya ke arah kiri atau ke kanan tengah petakan, Ini dilakukan hanya untuk satu kali putaran.

2. Pada putaran kedua, arah lemparan lempengannya ke arah kanan atau ke arah pematang. Pembajakan cara ini dilakukan sampai 4 kali putaran.


(27)

3. Bila sudah 4 kali putaran, cara berbeloknya biasa, tanpa berpusing seperti pada putaran pertama.

Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan alur terbuka / alur mati. Pada sistem keliling dari tengah petakan terjadi hal sebaliknya. Bila tanahnya cukup air, cara membajaknya lebih baik dari tengah. Bila airnya sedang-sedang saja, sistem membajak dari tepi petakan adalah yang lebih baik.

(Hardjosentono, dkk, 2000)

Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi di lapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efesiensi kerjanya.

Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan teus menerus tanpa pengangkatan alat. (Rizaldi, 2006)

Bahan Bakar

Berdasarkan sumbernya, secara garis besar, energi dapat dibedakan menjadi energi primer dan energi sekunder dan siap guna (end use). Energi primer meliputi energi kimia yang terdapat pada bahan bakar fosil, energi nuklir yang terdapat dalam inti radioaktif, energi geothermal yang terdapat dalam panas kerak bumi,


(28)

energi yang terjadi karena perputaran rotasi bumi, energi surya berupa sinar surya yang mengenai permukaan bumi.

Secara umum kebutuhan energi di dunia sampai saat ini masih tergantung pada sumber daya fosil, terutama minyak dan gas bumi, serta batu bara. Tingkat pertumbuhan manusia lebih tinggi dari laju perkembangannya. Sejak tahun 1980-an minyak menjadi sumber energi nomor satu, tetapi sejak tahun 1980 produksi minyak menurun karena banyaknya minat dan kebutuhan berbagai Negara, dengan demikian, kebutuhan tidak sesuai lagi dengan ketersediaanya. Hal ini mengakibatkan harga minyak bumi menjadi mahal.

(Sijabat, 2009)

Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar yang disingkat BBM, yang pertama harus diingat bahwa kerja optimal yang diperoleh seseorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah tergantung pada dua sifat utama BBM yaitu :

5. Dapat memberikan campuran bahan bakar udara dalam perbandingan yang benar yang biasanya diatur oleh kaburator dan injektor.

6. Dapat memberikan pembakaran secara normal pada saat yang tepat di dalam siklusnya.

Sehubungan dengan sifat utama yang harus dimiliki tersebut dapat diharapkan bahwa bahan bakar dapat memberikan keuntungan, yaitu :

a. Memberikan kemudahan menghidupkan mesin saat keadaan dingin

b. Memberikan kemudahan menghidupkan mesin kembali disaat mesin panas 11


(29)

c. Cepat dalam memanaskan mesin

d. Memberikan kecepatan dan akselerasi yang baik e. Memberikan penghematan bahan bakar yang baik

f. Tidak menimbulkan suara aneh atau getaran aneh yang berhubungan dengan kualitas pembakaran dari bahan bakar

g. Memenuhi batas-batas pencemaran udara yang ditentukan peraturan Negara (Sijabat, 2009)

Motor bensin 4 tak menggunakan bensin murni, sedangkan motor bensin dua tak menggunakan bensin campuran, yaitu bensin murni dicampur oli SAE 30 dengan perbandingan 20 : 1 atau 25 : 1 tergantung pada spesifikasi motor. Perbandingan tersebut adalah perbandingan volume, pemilihan bensin dan oli yang berkualitas baik sangat mempengaruhi usia motor (Hardjosentono,dkk, 2000)

Motor diesel menggunakan bahan bakar solar, pemilihan bahan bakar yang baik sangat perlu, karena dapat menghindari banyak kesulitan :

a. Menghidupkan motor

b. Kerusakan pada pompa injeksi c. Pengausan torak, ring torak, katup dll d. Pemeliharaan motor

Nilai cetan (Cetan Number) adalah nilai penambahan bahan bakar untuk motor diesel yang dinyatakan dengan angka, misalnya, nilai cetan traktor pertanian 40-45% (Hardjosentono, dkk, 2000)


(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sibaganding, Kabupaten Tapanuli Utara , mulai April 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan tanah dan minyak solar. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan Power Tiller merk Iseki KAI 711, stopwatch, meteran, bajak singkal, gelebek, garu, dan gelas ukur.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial pada lahan tanah dengan metode balik rapat dan berkeliling. Pengolahan tanah sampai siap tanam adalah 1 kali bajak, 1 kali gelebek, 1 kali garu.

Dimana :

-Faktor pertama adalah perlengkapan ;

P1 = bajak ; P2 = gelebek ; P3 = garu.

-Faktor kedua adalah kecepatan ;


(31)

Metode balik rapat

Faktor 1 : Perlengkapan P1 =Bajak

P2 = Glebek

P3 = Garu

Faktor 2 : Variasi kecepatan K1 = 1 m/s

K2 = 1,2 m/s

K3 = 1,4 m/s

Sehingga diperoleh 9 kombinasi, yaitu : P1K1 P2K1 P3K1

P1K2 P2K2 P3K2

P1K3 P2K3 P3K3

Maka diperoleh jumlah ulangan terhadap perlakuan adalah :

Tc (n-1) ≥ 15

9(n-1) ≥ 15

9n – 9 ≥ 15


(32)

Model analisa yang digunakan adalah sidik ragam dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij dimana :

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

µ = rata – rata umum

τi = efek perlakuan ke i

εij = galat percobaan pada perlakuan ke i dan ulangan ke j

Metode berkeliling

Faktor 1 : Perlengkapan dengan 3 taraf P1 =Bajak

P2 = Glebek

P3 = Garu

Faktor 2 : Variasi kecepatan dengan 3 taraf K1 = 1 m/s

K2 = 1,2 m/s

K3 = 1,4 m/s


(33)

Sehingga diperoleh 9 kombinasi, yaitu :

P1K1 P2K1 P3K1

P1K2 P2K2 P3K2

P1K3 P2K3 P3K3

Maka diperoleh jumlah ulangan terhadap perlakuan adalah :

Tc (n-1) ≥ 15

9(n-1) ≥ 15

9n – 9 ≥ 15

n ≥ 2,6 ≈ 3

Model analisa yang digunakan adalah sidik ragam dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij dimana :

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

µ = rata – rata umum

τi = efek perlakuan ke i


(34)

Berdasarkan data model matematik diatas diduga dengan nilai-nilai sampelnya sebagai berikut:

ij i ij

Y =µ +α +ε

.) (

..) . (

.. i ij i

ij Y Y Y Y Y

Y = + − + −

i ij i

ij Y..) (Y. Y..) (Y Y

(Y − = − + − )

Dengan derajat bebas (pu-1) =(p-1)+(pu-p) (pu-1)=(p-1)+p(u-1)

[

]

2

1 1 1 1 . ( ) .. . ( _ 2 ..) (

= = − = = u= − + −

j i ij i p i u j ij p i Y Y Y Y Y Y _ ..)] ( .) ..)( .. ( 2 ..) . [( ..)

( 2 2

1 1 2 1 1 Y Yij Y Y Y Y Y Y Y

Y i ij i

u j i p i u j ij p i − + − − + − = −

= = = =

Oleh karena ;

_ 0 ..) ( .) ..)( .. (

2YiY YijYi + YijY =

Maka : 2

1 1 2 1 1 2 1 1 .) ( ..) . ( ..) (

∑∑

= = − = = = − + = u=

j i ij p i u j i p i ij p i u j Y Y Y Y Y Y Jadi :

Jumlah kuadrat total (JKT) = 2

1

..) (

= u=

i j ij p i Y Y = pu (Y..) Y 2 u 1 j j 2 1 p 1 i

= =

Jumlah kuadrat perlakuan (JKP) = 2 1

1

..) . (Y Y

u j i p i

= = = pu (Y..) . Y u

1 p 2

1 i 2 1

= 17


(35)

Jumlah kuadrat galat (JKG) = 2 1 1 .) ( ..)

( ij i

u j ij p i Y Y Y

Y − − −

= = = JKT-JKP Kemudian kita buat daftar analisis ragam (sidik ragam)

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Perlakuan galat (p-1) p(u-1) JKP JKG JKP/(p-1)

JKG/(pu-p) JKG/(pu-p) JKP/(p-1)

total (pu-1) JKT

Hipotesisnya adalah :

i i p

o lawanH

H :µ1 =µ2 =µ 1:µ ≠µ untuk suatu i

Ho diterima jika FH < Fα(dbperlakuan;dbgalat)

Ho ditolak jika FH ≥ Fα(dbperlakuan;dbgalat)

Uji benda nyata terkecil (BNT) dengan rumus ;

Ulangan KTGalat t BNT dbGalat 2 ) ; 2 / 1 α α =

Ho ditolak jika (Yi.−Yi..) ≥nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01 Ho diterima jika − <

.)

. .

(Yi Yi nilai BNT α=0,05

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan tanah untuk kegiatan : 1. Pembajakan


(36)

- Menghidupkan mesin traktor.

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan kecepatan dan metode. 2. Pengglebekan

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan kecepatan dan metode. 3. Penggaruan

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan.

- Traktor mengolah lahan dengan kecepatan 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s. - Setelah selesai mengolah satu petakan, operator mematikan mesin


(37)

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki. - Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan kecepatan dan metode.

Parameter Penelitian Konsumsi bahan bakar

Konsumsi bahan bakar diperoleh dari pembagian jumlah volume penambahan bahan bakar minyak dibagikan dengan satuan waktu kerja atau dengan rumus :

Konsumsi bahan bakar =

kerja waktu

penambahan volume

( l/jam)

Hardjosentono (2000).

Kapasitas kerja

Kapasitas kerja diperoleh dari pembagian lama waktu kerja dengan satuan luas yang dikerjakan atau dengan rumus :

Kapasitas Kerja =

luas kerja waktu

(jam/ha)


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa uji berbagai kecepatan dengan dua macam metode pengolahan tanah pada masing-masing penggunaan perlengkapan memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar dan kapasitas kerja traktor pada pengolahan lahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian dengan metode balik rapat Perlakuan Parameter

KBB KK

Perlengkapan Kecepatan (l/jam) (jam/ha)

K1 0,600 6,073

P1 K2 0,709 5,787

K3 0,742 5,488

K1 0,613 5,430

P2 K2 0,685 5,391

K3 0,716 5,427

K1 0,567 5,118

P3 K2 0,617 4,796

K3 0,961 3,694

Tabel 2. Data pengamatan hasil penelitian dengan metode berkeliling Perlakuan Parameter

KBB KK

Perlengkapan Kecepatan (l/jam) (jam/ha)

K1 0,518 7,078

P1 K2 0,589 7,027

K3 0,632 6,997

K1 0,628 6,675

P2 K2 0,690 6,558

K3 0,770 6,341

K1 0,459 6,210

P3 K2 0,504 6,157


(39)

Keterangan :

P1 = Perlengkapan bajak K1 = Kecepatan 1 m/s

P2 = Perlengkapan gelebek K2 = Kecepatan 1,2 m/s

P3 = Perlengkapan garu K3 = Kecepatan 1,4 m/s

KBB = Konsumsi Bahan Bakar KK = Kapasitas Kerja

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan bakar tertinggi pada tiap perlengkapan diperoleh pada K3 atau kecepatan 1 m/s dan

terendah pada K1 atau kecepatan 1,4 m/s dan kapasitas kerja tertinggi pada tiap

perlengkapan diperoleh pada K1 atau kecepatan 1 m/s dan terendah pada K3 atau

kecepatan 1,4 m/s.

Konsumsi bahan bakar (l/jam) Metode balik rapat

JKT = ((0,539)2 + (0,623)2 + (0,639)2 + (0,773)2 + (0,683)2 + (0,671)2 + (0,773)2+

(0,714)2 + (0,740)2 + (0,587)2 + (0,627)2 + (0,624)2 + (0,643)2 + (0,706)2 +

(0,707)2 + (0,714)2 + (0,702)2 + (0,731)2 + (0,551)2 + (0,543)2 + (0,606)2 +

(0,625)2 + (0,636)2 + (0,589)2 + (0,720)2 + (0,729)2 + (0,717)2) -

27 2 (17,909)

= 11,999 – 11,879 = 0,120

JKP =

3 1

x ((1,800)2 + (2,127)2 + (2,226)2 + (1,838)2 + (2,056)2 + (2,147)2 +

(1,700)2 +(1,850)2 + (2,165)2) -

27 2 (17,909)

= 11,978 – 11,879

= 0,099


(40)

Tabel 3. Daftar sidik ragam konsumsi bahan bakar metode balik rapat

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 8 0,099 0,012 10,406

Galat 18 0,021 0,0012

Total 26 0,120

Oleh karena FH > F0,05(db=8:18) yaitu 10,406 > 2,51 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap konsumsi bahan bakar. Bila dibandingkan FH > F0,05(db=8:18) yaitu 10,406 > 3,71 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,01) terhadap konsumsi bahan bakar.

BNT0,05 = t0,025 ; 18 x

3 0012 , 0 2x

= 2,086 x 0,028 = 0,059

BNT0,01 = t0,05; 18 x

3 0012 , 0 2x

= 2,878 x 0,028 = 0,081

Tabel 4. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar dengan metode balik rapat

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan (m/s)

Konsumsi bahan bakar

(l/jam) F.05 F.01

Bajak 1 0,600 a A

1,2 0,709 b B

1,4 0,742 c C

Gelebek 1 0,613 a A

1,2 0,685 b B

1,4 0,716 c C

Garu 1 0,567 a A

1,2 0,617 b B

1,4 0,722 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %


(41)

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh sangat nyata. Pada penelitian ini konsumsi bahan bakar semakin besar saat kecepatan semakin besar. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,742 l/jam dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,567 l/jam. Menurut Pramuhadi (2004) penambahan tenaga traktor memerlukan pembakaran yang lebih besar sehingga konsumsi bahan bakar traktor semakin besar selain itu tahanan penetrasi tanah juga mempengaruhi konsumsi bahan bakar traktor. Pada penelitian ini tahanan penetrasi tanah pada pembajakan lebih besar dibanding gelebek dan garu sehingga konsumsi bahan bakar traktor lebih besar pada pembajakan.

Metode berkeliling

JKT = ((0,510)2 + (0,520)2 + (0,523)2 + (0,629)2 + (0,570)2 + (0,568)2 + (0,629)2 +

(0,631)2 + (0,637)2 + (0,627)2 + (0,623)2 + (0,633)2 + (0,687)2 + (0,705)2 +

(0,679)2 + (0,768)2 + (0,771)2 + (0,773)2 + (0,440)2 + (0,468)2 + (0,469)2 +

(0,494)2 + (0,505)2 + (0,513)2 + (0,541)2 + (0,535)2 + (0,534)2) -

27 2 (15,983)

= 9,700 – 9,461 = 0,239

JKP =

3 1

x ((1,553)2 + (1,768)2 + (1,897)2 + (1,883)2 + (2,071)2 + (2,311)2 +

(1,376)2 + (1,512)2 + (1,611)2) -

27 2 (15,983)

= 9,696 – 9,461 = 0,235


(42)

Tabel 5. Daftar sidik ragam konsumsi bahan bakar metode berkeliling

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 8 0,235 0,029 144,872

Galat 18 0,004 0,0002

Total 26 0,239

Oleh karena FH > F0,05(db=8:18) yaitu 144,872 > 2,51 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap konsumsi bahan bakar. Bila dibandingkan FH > F0,05(db=8:18) yaitu 144,872 > 3,71 maka H0 ditolak

jadi disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,01) terhadap konsumsi bahan bakar.

BNT0,05 = t0,025 ; 18 x

3 0,0002 2x

= 2,086 x 0,012 = 0,024

BNT0,01 = t0,05; 18 x

3 0,0002 2x

= 2,878 x 0,012 = 0,033

Tabel 6. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap konsumsi bahan bakar dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan (m/s)

Konsumsi bahan bakar

(l/jam) F.05 F.01

Bajak 1 0,518 a A

1,2 0,589 b B

1,4 0,632 c C

Gelebek 1 0,628 a A

1,2 0,690 b B

1,4 0,770 c C

Garu 1 0,459 a A

1,2 0,504 b B

1,4 0,537 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %


(43)

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh sangat nyata. Pada penelitian ini konsumsi bahan bakar semakin besar saat kecepatan semakin besar. Konsumsi bahan bakar tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,770 l/jam dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,459 l/jam. Konsumsi bahan bakar pada penggelebekan menjadi tinggi disebabkan pengulangan pada beberapa bagian lahan yang terjadi akibat hasil pengolahan tanah yang tidak merata. Menurut Hendriadi (2002) dari sifat fisik tanah, meningkatnya kadar bahan organik, kadar lengas dan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap mobilitas dan unjuk kerja alsintan pengolahan tanah.

Kapasitas kerja (jam/ha) Metode balik rapat

JKT = ((6,113)2 + (5,904)2 + (6,200)2 + (5,667)2 + (5,669)2 + (6,027)2 + (5,667)2 +

(5,333)2 + (5,464)2 + (5,456)2 + (5,649)2 + (5,184)2 + (5,233)2 + (5,509)2 +

(5,431)2 + (5,191)2 + (5,267)2 + (5,822)2 + (4,936)2 + (5,033)2 + (5,384)2 +

(4,464)2 + (5,002)2 + (4,920)2 + (4,447)2 + (4,416)2 + (4,442)2

)-27 2 (143,831)

= 772,877 – 766,200 = 6,677

JKP =

3 1

x ((18,218)2 + (17,362)2 + (16,464)2 + (16,289)2 + (16,173)2 + (16,280)2 +

(15,353)2 + (14,387)2 + (13,304)2) -

27 2 (143,831)

= 772,021 – 766,200 = 5,822


(44)

Tabel 7. Daftar sidik ragam kapasitas kerja metode balik rapat

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 8 5,822 0,728 15,320

Galat 18 0,855 0,048

Total 26 6,677

Oleh karena FH > F0,05(db=8:18) yaitu 15,320 > 2,51 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kapasitas kerja. Bila dibandingkan FH > F0,05(db=8:18) yaitu 15,320 > 3,71 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,01) terhadap kapasitas kerja.

BNT0,05 = t0,025 ; 18 x

3 0,048 2x

= 2,086 x 0,178 = 0,371

BNT0,01 = t0,05; 18 x

3 0,048 2x

= 2,878 x 0,178 = 0,512

Tabel 8. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas kerja dengan metode balik rapat

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan

(m/s) kapasitas kerja (jam/ha) F.05 F.01

Bajak 1 6,073 a A

1,2 5,787 b B

1,4 5,488 c C

Gelebek 1 5,430 a A

1,2 5,391 b B

1,4 5,427 c C

Garu 1 5,118 a A

1,2 4,796 b B

1,4 4,435 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %


(45)

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh sangat nyata. Pada penelitian ini kapasitas kerja semakin tinggi saat kecepatan semakin besar. Kapasitas kerja tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 4,435 jam/ha dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 6,073 jam/ha. Menurut Yunus (2004) jika kecepatan semakin besar maka kapasitas kerja pun akan semakin besar.

Metode berkeliling

JKT = ((7,133)2 + (6,940)2 + (7,160)2 + (6,964)2 + (7,004)2 + (7,111)2 + (6.964)2 +

(6,913)2 + (7,113)2 + (6,660)2 + (6,664)2 + (6,700)2 + (6,589)2 + (6,442)2 +

(6,642)2 + (6,442)2 + (6,344)2 + (6,236)2 + (6,193)2 + (6,224)2 + (6,213)2 +

(6,144)2 + (6,171)2 + (6,156)2 + (5,907)2 + (6,004)2 + (5,984)2

)-27 2 (177,022)

= 1164,866 – 1160,625 = 4,241

JKP =

3 1

x ((21,233)2 + (21,080)2 + (20,991)2 + (20,024)2 + (19,673)2 + (19,022)2 +

(18,631)2 + (18,471)2 + (17,896)2) -

27 2 (177,022)

= 1164,754 – 1160,625

= 4,129

JKG = 4,241 – 4,129 = 0,112


(46)

Tabel 9. Daftar sidik ragam konsumsi bahan bakar metode berkeliling

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 8 4.129 0.516 83.028

Galat 18 0.112 0.006

Total 26 4.241

Oleh karena FH > F0,05(db=8:18) yaitu 83,028 > 2,51 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kapasitas kerja. Bila dibandingkan FH > F0,05(db=8:18) yaitu 83,028 > 3,71 maka H0 ditolak jadi

disimpulkan kecepatan berpengaruh nyata (P < 0,01) terhadap kapasitas kerja.

BNT0,05 = t0,025 ; 18 x

3 0,006 2x

= 2,086 x 0,064 = 0,134

BNT0,01 = t0,05; 18 x

3 0,006 2x

= 2,878 x 0,064 = 0,185

Tabel 10. Uji BNT efek utama pengaruh kecepatan terhadap kapasitas kerja dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan BNT

Perlengkapan

Kecepatan

(m/s) kapasitas kerja (jam/ha) F.05 F.01

Bajak 1 7,078 a A

1,2 7,027 b B

1,4 6,997 c C

Gelebek 1 6,675 a A

1,2 6,558 b B

1,4 6,341 c C

Garu 1 6,210 a A

1,2 6,157 b B

1,4 5,965 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %


(47)

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan pada perlakuan perlengkapan memberikan pengaruh sangat nyata. Pada penelitian ini kapasitas kerja semakin tinggi saat kecepatan semakin besar. Kapasitas kerja tertinggi diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 5,965 jam/ha dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 7,078 jam/ha. Menurut Yunus (2004) jika kecepatan semakin besar maka kapasitas kerja pun akan semakin besar.

Konsumsi bahan bakar (l/jam) sampai siap tanam Metode balik rapat

Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam pada pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode balik rapat

Kecepatan KBB KBB KBB KBB

(m/s) Bajak Gelebek Garu sampai siap tanam

(l/jam) (l/jam) (l/jam) (l/jam)

K1=1,0 0,600 0,613 0,567 1,780

K2=1,2 0,709 0,685 0,617 2,011

K3=1,4 0,742 0,716 0,722 2,180

Dari tabel 11 menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode balik rapat yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 2,180 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 1,780 l/jam. Pada penelitian ini nilai dari konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode balik rapat diperoleh dari penjumlahan konsumsi bahan bakar pembajakan, konsumsi bahan bakar pengglebekan dan konsumsi bahan bakar garu.


(48)

Metode berkeliling

Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam pada pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode berkeliling

Kecepatan KBB KBB KBB KBB

(m/s) Bajak Gelebek Garu sampai siap tanam

(l/jam) (l/jam) (l/jam) (l/jam)

K1=1,0 0,518 0,628 0,459 1,605

K2=1,2 0,589 0,690 0,504 1,783

K3=1,4 0,632 0,770 0,537 1,939

Dari tabel 12 menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode berkeliling yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 1,939 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 1,605 l/jam. Pada penelitian ini nilai dari konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode berkeliling diperoleh dari penjumlahan konsumsi bahan bakar pembajakan, konsumsi bahan bakar pengglebekan dan konsumsi bahan bakar garu.

Tabel 13. Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam

KBB KBB

Kecepatan sampai siap tanam sampai siap tanam (m/s) metode balik rapat metode berkeliling

(l/jam) (l/jam)

K1=1,0 1,780 1,605

K2=1,2 2,011 1,783

K3=1,4 2,180 1,939

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan bakar tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s dengan metode balik rapat yaitu 2,180 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s dengan metode berkeliling yaitu 1,605 l/jam.


(49)

Kapasitas kerja (ha/jam) sampai siap tanam Metode balik rapat

Kapasitas kerja sampai siap tanam pada pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode balik rapat

Kecepatan KK KK KK KK

(m/s) Bajak Gelebek Garu sampai siap tanam (jam/ha) (jam/ha) (jam/ha) (jam/ha)

K1=1,0 6,073 5,430 5,118 16,621

K2=1,2 5,787 5,391 4,796 15,974

K3=1,4 5,488 5,427 4,435 15,350

Dari tabel 14 menunjukkan bahwa kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode balik rapat yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 15,350 jam/ha dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 16,621 jam/ha. Pada penelitian ini nilai dari kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode balik rapat diperoleh dari penjumlahan kapasitas kerja pembajakan, kapasitas kerja pengglebekan dan kapasitas kerja garu.

Metode berkeliling

Kapasitas kerja sampai siap tanam pada pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode berkeliling

Kecepatan KK KK KK KK

(m/s) Bajak Gelebek Garu sampai siap tanam (jam/ha) (jam/ha) (jam/ha) (jam/ha)

K1=1,0 7,078 6,675 6,210 19,963

K2=1,2 7,027 6,558 6,157 19,742


(50)

Dari tabel 15 menunjukkan bahwa kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode berkeliling yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 19,303 jam/ha dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 19,963 jam/ha. Pada penelitian ini nilai dari kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode berkeliling diperoleh dari penjumlahan kapasitas kerja pembajakan, kapasitas kerja pengglebekan dan kapasitas kerja garu.

Tabel 16. Kapasitas kerja sampai siap tanam

KK KK

Kecepatan sampai siap tanam sampai siap tanam (m/s) metode balik rapat metode berkeliling

(l/jam) (l/jam)

K1=1,0 16,621 19,963

K2=1,2 15,974 19,742

K3=1,4 15,350 19,303

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa kapasitas kerja tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s dengan metode balik rapat yaitu 15,350 jam/ha dan terendah pada kecepatan 1 m/s dengan metode berkeliling yaitu 19,963 jam/ha.


(51)

1. Kebutuhan bahan bakar untuk mengelola lahan seluas 1 ha dengan metode balik rapat pada masing-masing kegiatan adalah :

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : - 1 m/s = 0,600 l/jam

- 1,2 m/s = 0,709 l/jam - 1,4 m/s = 0,742 l/jam

b. Penggunaan gelebek pada kecepatan : - 1 m/s = 0,613 l/jam

- 1,2 m/s = 0,685 l/jam - 1,4 m/s = 0,716 l/jam

c. Penggunaan garu pada kecepatan : - 1 m/s = 0,567 l/jam

- 1,2 m/s = 0,617 l/jam - 1,4 m/s = 0,722 l/jam

2. Kebutuhan bahan bakar untuk mengelola lahan seluas 1 ha dengan metode berkeliling pada masing-masing kegiatan adalah :

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : - 1 m/s = 0,518 l/jam

- 1,2 m/s = 0,589 l/jam - 1,4 m/s = 0,632 l/jam


(52)

b. Penggunaan gelebek pada kecepatan : - 1 m/s = 0,628 l/jam

- 1,2 m/s = 0,690 l/jam - 1,4 m/s = 0,770 l/jam

c. Penggunaan garu pada kecepatan : - 1 m/s = 0,459 l/jam

- 1,2 m/s = 0,504 l/jam - 1,4 m/s = 0,537 l/jam

3. Kapasitas kerja kerja untuk mengelola lahan seluas 1 ha dengan metode balik rapat pada masing-masing kegiatan adalah:

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : - 1 m/s = 6,073 jam/ha

- 1,2 m/s = 5,787 jam/ha - 1,4 m/s = 5,488 jam/ha

b. Penggunaan gelebek pada kecepatan : - 1 m/s = 5,430 jam/ha

- 1,2 m/s = 5,391 jam/ha - 1,4 m/s = 5,427 jam/ha

c. Penggunaan garu pada kecepatan : - 1 m/s = 5,118 jam/ha

- 1,2 m/s = 4,796 jam/ha - 1,4 m/s = 4,435 jam/ha


(53)

4. Kapasitas kerja untuk mengelola lahan seluas 1 ha dengan metode berkeliling pada masing-masing kegiatan adalah :

a. Penggunaan bajak pada kecepatan : - 1 m/s = 7,078 jam/ha

- 1,2 m/s = 7,027 jam/ha - 1,4 m/s = 6,997 jam/ha

b. Penggunaan gelebek pada kecepatan : - 1 m/s = 6,675 jam/ha

- 1,2 m/s = 6,558 jam/ha - 1,4 m/s = 6,341 jam/ha

c. Penggunaan garu pada kecepatan : - 1 m/s = 6,210 jam/ha

- 1,2 m/s = 6,157 jam/ha - 1,4 m/s = 5,965 jam/ha

5. Konsumsi bahan bakar tertinggi dengan metode balik rapat diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,742 l/jam dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,567 l/jam.

6. Konsumsi bahan bakar tertinggi dengan metode berkeliling diperoleh pada perlakuan perlengkapan gelebek dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,770 l/jam dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1 m/s yaitu 0,459 l/jam.

7. Kapasitas kerja tertinggi dengan metode balik rapat diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 4,435


(54)

jam/ha dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 6,073 jam/ha.

8. Kapasitas kerja tertinggi dengan metode berkeliling diperoleh pada perlakuan perlengkapan garu dengan kecepatan 1,4 m/s yaitu 5,965 jam/ha dan terendah diperoleh pada perlakuan perlengkapan bajak dengan kecepatan 1 m/s yaitu 7,078 jam/ha.

9. Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode balik rapat yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 0,727 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 0,593 l/jam

10.Konsumsi bahan bakar sampai siap tanam dengan metode berkeliling yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 2,180 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 1,780 l/jam.

11.Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode balik rapat yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 15,350 jam/ha dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 16,621 jam/ha.

12.Kapasitas kerja sampai siap tanam dengan metode berkeliling yang tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s yaitu 19,303 jam/ha dan terendah pada kecepatan 1 m/s yaitu 19,963 jam/ha.

13.Dari kedua metode yang digunakan, konsumsi bahan bakar tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s dengan metode balik rapat yaitu 2,180 l/jam dan terendah pada kecepatan 1 m/s dengan metode berkeliling yaitu 1,605 l/jam.

14.Dari kedua metode yang digunakan, kapasitas kerja tertinggi adalah pada kecepatan 1,4 m/s dengan metode balik rapat yaitu 15,350 jam/ha


(55)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian uji kerja traktor ISEKI KAI 711 dengan petakan lahan yang lebih besar dengan metode berbeda dan variasi lahan pengolahan dengan pengulangan yang lebih banyak. Adapun pada penelitian ini ukuran petakan lahan yang dipakai adalah 5 x 15 m.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Daywin, F.J., L.Katu., M.Djojomartono., R.G.Sitompul dan S.Supardjo. 1976. Diktat Kuliah Tenaga Pertanian. IPB Press, Yogyakarta.

Djoyowasito, G.A., Mustofa., M,Lutfi., Darmono., M.Sahid dan Soebandi. 2002. Rancang Bangun dan Uji Traktor Tangan Roda Satu sebagai Penyiang. Jurnal Ilmu Teknik, Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya. Malang.

Hardjosentono., M.Wajito., E.Rachlan., I.W.Badra dan R.D.Tarmana. 2000. Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hendriadi, A., K.Sulistiadji dan A.Prabowo. 2002. Analisis Sistem Dalam Pengembangan Alsintan Pengolahan Berbagai Jenis Tanah dalam http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/abstrak/th-2000/alsin-pengolahan

_tanah.htm [17 April 2010]

Ideelogi., 2010. Traktor tangan dalam

Pramuhadi, G. 2004. Studi Hubungan Antara Beban Enjin Traktor dan Efisiensi Pengolahan Tanah. Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian IPB, Bogor. Pranoto, M. dan Kohar. 1983. Alat dan Mesin Pertanian 3. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Jakarta.

Rachman, A. 2000. Penyiapan Lahan dalam http://balitra.net/berita/menu.php [17 April 2010]

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian USU, Medan. Sijabat, S.G. 2009. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Penggilingan Besar dan Kecil

Padi di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Program Studi Teknik Pertanian USU, Medan.

Smith, H.P. dan Wilkes, H.L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM Press, Yogyakarta.

Yunus, Y. 2004. Tanah dan Pengolahannya, Alphabeta, Bandung.


(57)

Lampiran 1. Diagram alir pelaksanaan penelitian

mulai

Mengukur luas lahan sawah

Membagi menjadi 9 petakan

Pembajakan

Pengglebekan

Penggaruan

Analisis data Selesai

Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan glebek: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan garu: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja

Metode Balik Rapat Metode berkeliling

Pembajakan

Pengglebekan

Penggaruan

Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan glebek: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s

Kecepatan garu: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja Pemakaian Bahan Bakar dan Kapasitas Kerja


(58)

Lampiran 2. Gambar metode pengolahan tanah

Metode Balik Rapat

Metode Berkeliling


(59)

Lampiran 3. Data spesifikasi traktor tangan

MERK ISEKI

MODEL KAI 711

Dimensi P.L.T (mm) 2435.740.1000

Kecepatan 6 Maju dan 2 Mundur

Sistem Transmisi V-Belt 2 Buah

Kopling Utama Belt, Tension

Transmisi Gear Box Memakai Gigi sepenuhnya

Kopling Kemudi Tipe Dog-Clutch

Berat (kg) 307

Diesel

Merk MITSUBISHI

Model DI-900

Kapasitas Silinder (cc) 474

Tenaga konstan (HP/rpm) 8 / 2200

Tenaga Maksimum (HP/rpm) 9 / 2400

Kapasitas Solar (Liter) 8,3


(60)

Lampiran 4. Data pengamatan konsumsi bahan bakar (l/jam) dengan metode balik rapat

Tabel hasil uji BNT konsumsi bahan bakar dengan metode balik rapat

Perlakuan Rataan Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 0,600 a A

P1K2 0,709 0,109** b B

P1K3 0,742 0,142** 0,033tn c C

P2K1 0,613 0,013tn 0,096** 0,063* a A

P2K2 0,685 0,085** 0,024tn 0,009tn 0,054tn b B

P2K3 0,716 0,116** 0,007tn 0,026tn 0,037tn 0,017tn c C

P3K1 0,567 0,033tn 0,076* 0,043tn 0,020tn 0,034tn 0,017tn a A

P3K2 0,617 0,017tn 0,092** 0,059* 0,004tn 0,050tn 0,033tn 0,016tn b B

P3K3 0,722 0,122** 0,013tn 0,020tn 0,043tn 0,011tn 0,006tn 0,011tn 0,005tn c C

Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT∝ = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn

: jika |Yn-Yi| ≤ nilai BNT∝ = 0,05

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 0,539 0,623 0,639 1,800 0,600

P1K2 0,773 0,683 0,671 2,127 0,709

P1K3 0,773 0,714 0,740 2,226 0,742

P2K1 0,587 0,627 0,624 1,838 0,613

P2K2 0,643 0,706 0,707 2,056 0,685

P2K3 0,714 0,702 0,731 2,147 0,716

P3K1 0,551 0,543 0,606 1,700 0,567

P3K2 0,625 0,636 0,589 1,850 0,617

P3K3 0,720 0,729 0,717 2,165 0,722

Total 5,924 5,961 6,024 17,909

Rataan 0,658183 0,662305 0,669384 0,663


(61)

Lampiran 5. Data pengamatan konsumsi bahan bakar (l/jam) dengan metode berkeliling

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 0,510 0,520 0,523 1,553 0,518

P1K2 0,629 0,570 0,568 1,768 0,589

P1K3 0,629 0,631 0,637 1,897 0,632

P2K1 0,627 0,623 0,633 1,883 0,628

P2K2 0,687 0,705 0,679 2,071 0,690

P2K3 0,768 0,771 0,773 2,311 0,770

P3K1 0,440 0,468 0,469 1,376 0,459

P3K2 0,494 0,505 0,513 1,512 0,504

P3K3 0,541 0,535 0,534 1,611 0,537

Total 5,326 5,328 5,328 15,983

Rataan 0,591795 0,591992 0,592053 0,592

Tabel hasil uji BNT bahan bakar dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan

Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 0,518 a A

P1K2 0,589 0,071** b B

P1K3 0,632 0,114** 0,097** c C

P2K1 0,628 0,110** 0,093** 0,004tn a A

P2K2 0,690 0,172** 0,155** 0,058** 0,054** b B

P2K3 0,770 0,252** 0,235** 0,138** 0,134** 0,080** c C

P3K1 0,459 0,059** 0,042** 0,055** 0,051** 0,003tn 0,077** a A

P3K2 0,504 0,014tn 0,003tn 0,094** 0,090** 0,036** 0,044** 0,033** b B

P3K3 0,537 0,019tn 0,002tn 0,095** 0,091** 0,037** 0,043** 0,034** 0,001tn c C

Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT∝ = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn


(62)

Lampiran 6. Data pengamatan kapasitas kerja (jam/ha) dengan metode balik rapat

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 6,113 5,904 6,200 18,218 6,073

P1K2 5,667 5,669 6,027 17,362 5,787

P1K3 5,667 5,333 5,464 16,464 5,488

P2K1 5,456 5,649 5,184 16,289 5,430

P2K2 5,233 5,509 5,431 16,173 5,391

P2K3 5,191 5,267 5,822 16,280 5,427

P3K1 4,936 5,033 5,384 15,353 5,118

P3K2 4,464 5,002 4,920 14,387 4,796

P3K3 4,447 4,416 4,442 13,304 4,435

Total 47,173 47,782 48,876 143,831

Rataan 5,241481 5,309136 5,430617 5,327

Tabel hasil uji BNT kapasitas kerja dengan metode balik rapat

Perlakuan Rataan Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 6,073 a A

P1K2 5,787 0,286tn b B

P1K3 5,488 0,585** 0,299tn c C

P2K1 5,391 0,682** 0,396* 0,097tn a A

P2K2 5,427 0,646** 0,360tn 0,061tn 0,036tn b B

P2K3 5,118 0,955** 0,669** 0,370tn 0,273tn 0,273tn c C

P3K1 5,430 0,643** 0,357tn 0,058tn 0,039tn 0,003tn 0,270tn a A

P3K2 4,796 1,277** 0,991** 0,692** 0,595** 0,559** 0,286tn 0,016tn b B

P3K3 4,435 1,638** 1,352** 1,053** 0,956** 0,920** 0,647** 0,377* 0,361tn c C

Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT∝ = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn

: jika |Yn-Yi| ≤ nilai BNT∝ = 0,05


(63)

Lampiran 7. Data pengamatan kapasitas kerja (jam/ha) dengan metode berkeliling

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 7,133 6,940 7,160 21,233 7,078

P1K2 6,964 7,004 7,111 21,080 7,027

P1K3 6,964 6,913 7,113 20,991 6,997

P2K1 6,660 6,664 6,700 20,024 6,675

P2K2 6,589 6,442 6,642 19,673 6,558

P2K3 6,442 6,344 6,236 19,022 6,341

P3K1 6,193 6,224 6,213 18,631 6,210

P3K2 6,144 6,171 6,156 18,471 6,157

P3K3 5,907 6,004 5,984 17,896 5,965

Total 58,998 58,709 59,316 177,022

Rataan 6,555309 6,52321 6,590617 6,556

Tabel hasil uji BNT kapasitas kerja dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 7.078 a A

P1K2 7.027 0,051tn b B

P1K3 6.997 0,081tn 0,030tn c C

P2K1 6.675 0,403** 0,352** 0,322** a A

P2K2 6.558 0,520** 0,469** 0,439** 0,117tn b B

P2K3 6.341 0,737** 0,686** 0,656** 0,334** 0,217** c C

P3K1 6.210 0,868** 0,817** 0,787** 0,465** 0,348** 0,131tn a A

P3K2 6.157 0,921** 0,870** 0,840** 0,518** 0,401** 0,184* 0,053tn b B

P3K3 5.965 1,113** 1,062** 1,032** 0,710*8 0,593** 0,376** 0,245** 0,192** c C

Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn


(64)

Lampiran 8. Dokumentasi

Bajak

Gelebek


(65)

Pembajakan

Penggelebekan


(66)

ISEKI KAI 711


(1)

Lampiran 5. Data pengamatan konsumsi bahan bakar (l/jam) dengan metode berkeliling

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 0,510 0,520 0,523 1,553 0,518

P1K2 0,629 0,570 0,568 1,768 0,589

P1K3 0,629 0,631 0,637 1,897 0,632

P2K1 0,627 0,623 0,633 1,883 0,628

P2K2 0,687 0,705 0,679 2,071 0,690

P2K3 0,768 0,771 0,773 2,311 0,770

P3K1 0,440 0,468 0,469 1,376 0,459

P3K2 0,494 0,505 0,513 1,512 0,504

P3K3 0,541 0,535 0,534 1,611 0,537

Total 5,326 5,328 5,328 15,983

Rataan 0,591795 0,591992 0,592053 0,592

Tabel hasil uji BNT bahan bakar dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan

Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 0,518 a A

P1K2 0,589 0,071** b B

P1K3 0,632 0,114** 0,097** c C

P2K1 0,628 0,110** 0,093** 0,004tn a A

P2K2 0,690 0,172** 0,155** 0,058** 0,054** b B

P2K3 0,770 0,252** 0,235** 0,138** 0,134** 0,080** c C

P3K1 0,459 0,059** 0,042** 0,055** 0,051** 0,003tn 0,077** a A

P3K2 0,504 0,014tn 0,003tn 0,094** 0,090** 0,036** 0,044** 0,033** b B

P3K3 0,537 0,019tn 0,002tn 0,095** 0,091** 0,037** 0,043** 0,034** 0,001tn c C Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *


(2)

Lampiran 6. Data pengamatan kapasitas kerja (jam/ha) dengan metode balik rapat

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 6,113 5,904 6,200 18,218 6,073

P1K2 5,667 5,669 6,027 17,362 5,787

P1K3 5,667 5,333 5,464 16,464 5,488

P2K1 5,456 5,649 5,184 16,289 5,430

P2K2 5,233 5,509 5,431 16,173 5,391

P2K3 5,191 5,267 5,822 16,280 5,427

P3K1 4,936 5,033 5,384 15,353 5,118

P3K2 4,464 5,002 4,920 14,387 4,796

P3K3 4,447 4,416 4,442 13,304 4,435

Total 47,173 47,782 48,876 143,831

Rataan 5,241481 5,309136 5,430617 5,327

Tabel hasil uji BNT kapasitas kerja dengan metode balik rapat

Perlakuan Rataan Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 6,073 a A

P1K2 5,787 0,286tn b B

P1K3 5,488 0,585** 0,299tn c C

P2K1 5,391 0,682** 0,396* 0,097tn a A

P2K2 5,427 0,646** 0,360tn 0,061tn 0,036tn b B

P2K3 5,118 0,955** 0,669** 0,370tn 0,273tn 0,273tn c C

P3K1 5,430 0,643** 0,357tn 0,058tn 0,039tn 0,003tn 0,270tn a A

P3K2 4,796 1,277** 0,991** 0,692** 0,595** 0,559** 0,286tn 0,016tn b B

P3K3 4,435 1,638** 1,352** 1,053** 0,956** 0,920** 0,647** 0,377* 0,361tn c C Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT∝ = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn


(3)

Lampiran 7. Data pengamatan kapasitas kerja (jam/ha) dengan metode berkeliling

Ulangan Rataan

Perlakuan I II III Total

P1K1 7,133 6,940 7,160 21,233 7,078

P1K2 6,964 7,004 7,111 21,080 7,027

P1K3 6,964 6,913 7,113 20,991 6,997

P2K1 6,660 6,664 6,700 20,024 6,675

P2K2 6,589 6,442 6,642 19,673 6,558

P2K3 6,442 6,344 6,236 19,022 6,341

P3K1 6,193 6,224 6,213 18,631 6,210

P3K2 6,144 6,171 6,156 18,471 6,157

P3K3 5,907 6,004 5,984 17,896 5,965

Total 58,998 58,709 59,316 177,022

Rataan 6,555309 6,52321 6,590617 6,556

Tabel hasil uji BNT kapasitas kerja dengan metode berkeliling

Perlakuan Rataan Signifikasi

(Yi) 0.05 0.01

P1K1 7.078 a A

P1K2 7.027 0,051tn b B

P1K3 6.997 0,081tn 0,030tn c C

P2K1 6.675 0,403** 0,352** 0,322** a A

P2K2 6.558 0,520** 0,469** 0,439** 0,117tn b B

P2K3 6.341 0,737** 0,686** 0,656** 0,334** 0,217** c C

P3K1 6.210 0,868** 0,817** 0,787** 0,465** 0,348** 0,131tn a A

P3K2 6.157 0,921** 0,870** 0,840** 0,518** 0,401** 0,184* 0,053tn b B

P3K3 5.965 1,113** 1,062** 1,032** 0,710*8 0,593** 0,376** 0,245** 0,192** c C Keterangan :

**

: jika |Yn-Yi| ≥ nilai BNT∝ = 0,05 dan BNT∝ = 0,01 *

: jika nilai BNT = 0,05 ≤ |Yn-Yi| ≥ BNT∝ = 0,01 tn


(4)

Lampiran 8. Dokumentasi

Bajak


(5)

Pembajakan


(6)