Sub-divisi : Angiospermae Biji tertutup
Kelas : Dicotyledonae Biji berkeping dua
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Spesies : Carica papaya L.
b. Kandungan Kimia
Buah pepaya mengandung karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin C, sumber karoten, vitamin B, kalium, dan magnesium Agoes, 2010. Daun
mengandung karpain Aravin et al., 2013, alkaloid, pseudokarpain, dehidrokarpain, kolin, karposida, vitamin C dan E Boshra Tajul 2013
. Biji mengandung alkaloid, glikosida Akujobi et al., 2010, protein, karpain,
benzilisotiosinat, benzilglukosinolat,
glukotropakolin, benziltiourea,
hentriakontan, β-sitostrol, enzim mirosin Boshra Tajul 2013, triterpenoid Sukadana et al., 2008, flavonoid, tanin, saponin dan fenol Okoye, 2011.
Akar mengandung karposida dan enzim mirosin Boshra Tajul 2013. Batang mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan steroid Stephen et al.,
2013, flavonoid Oladimeji et al., 2007, dan antrakinon Setyawan, 2009.
Gambar 1. Sruktur karpain
c. Efek Farmakologi
Biji pepaya secara tradisional dapat digunakan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, penyakit kulit, obat masuk angin, dan
kontrasepsi pria Martiasih et al., 2014, antimikroba, obat maag kronis, dan antiinflamasi Jagadeesh dan Shalini, 2014. Daun sebagai antimikroba,
antikanker, dan trombositopenia. Buah sebagai antimikroba, antimalaria, antihipertensi, hepatoprotektif, antioksidan, dan penyembuhan ulkus. Akar
sebagai antimikroba dan diuretik Jagadeesh dan Shalini, 2014. Batang mempunyai aktivitas antibakteri
Rahman et al., 2011.
2. Bakteri
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani bacterion yang berarti tongkat atau batang. Sekarang istilah tersebut dipakai untuk menyebut
sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil meskipun ada kecualinya, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya
sehingga hanya tampak dengan mikroskop Dwidjoseputro, 1989. Bakteri termasuk organisme prokariotik yang bersifat khas. Tubuhnya bersifat
uniseluler. Secara umum, sel-selnya mempunyai pola bentuk 3 macam, yaitu bulat kokus, batang basil, dan spiral spirilum Suendra et al., 1991.
a. Staphylococcus epidermidis
Sistem klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut Todar 2012 sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria Divisi
: Firmicutes Kelas
: Bacilli Ordo
: Bacillales Famili
: Staphylococcaceae Genus
: Staphylococcus Spesies
: Staphylococcus epidermidis Staphylococcus adalah sel berbentuk kluster yang tersusun dalam
kelompok yang tidak teratur seperti anggur dan merupakan Gram positif. Staphylococcus tidak bergerak, tidak membentuk spora, memfermentasikan
karbohidrat, menghasilkan asam laktat, dan tidak menghasilkan gas. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37
°
C. Pembentukan koloni pada Staphylococcus epidermidis biasanya berwarna abu-abu hingga putih Jawetz
et al., 2001. Staphylococcus epidermidis bersifat tidak invansif, tidak hemolitik,
koagulase protein dan tidak meragi manitol Jawetz et al., 1992. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit ringan yang disertai pembentukan abses
Syahrurahman et al., 1994, jerawat, dan puru. Organisme ini menjadi patogen oportunis yang menyebabkan infeksi nosokomial pada persendian,
pembuluh darah Volk dan Wheeler, 1984, dan menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh Jawetz et al., 2001.
Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab endokarditis bakterial, terutama pada pasien dengan katup jantung buatan dan pada pecandu
narkotika Elliott et al., 2013. Bakteri menyebabkan infeksi dengan berbagai reaksi. Pada infeksi
Staphylococcus terjadi reaksi inflamasi yang kuat, terlokalisir, dan nyeri Jawetz et al., 2001. Meningkatnya pemakaian alat implan plastik terutama
kateter vena sentral menyebabkan Staphylococcus epidermidis menjadi salah satu organisme yang paling sering ditemukan pada biakan darah. Organisme
ini mengolonisasi alat plastik dengan melekat erat ke permukaan artifisial dan menghasilkan lapisan lendir untuk mempermudah perlekatan Elliott et al.,
2013. Staphylococcus epidermidis seringkali resisten terhadap antibiotik
penisilin, tetrasiklin, aminoglikosida Jawetz et al., 2001, flukloksasilin, dan eritromisin sehingga perlu diberikan antibiotik glikopeptida vankomisin
Elliott et al., 2013.
b. Shigella sonnei