Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Akasia Berduri (Acacia nilotica) di Taman Nasional Baluran

PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT AKASIA
BERDURI (Acacia nilotica) DI TAMAN NASIONAL
BALURAN

AGUNG SISWOYO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Spasial
Kesesuaian Habitat Akasia Berduri (Acacia nilotica) di Taman Nasional Baluran
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Agung Siswoyo
NIM E353120035

RINGKASAN
AGUNG SISWOYO. Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Akasia Berduri
(Acacia nilotica) di Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT
dan LILIK BUDI PRASETYO.
Penyebaran Acacia nilotica di Taman Nasional Baluran diakui telah
menyebar secara luas dan mengancam keberadaan savana. Penyebaran ini telah
berlangsung dalam waktu yang lama sejak penanamannya sebagai sekat bakar di
savana Bekol pada tahun 1969. Evaluasi terhadap kesesuaian habitat bagi
tumbuhan ini dapat memberikan informasi yang penting untuk pengelolaan savana
dan ekosistem lainnya untuk konservasi satwa liar yang bergantung pada
keberadaan savana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
sebaran spasial A. nilotica, kesesuaian habitat A. nilotica dan langkah
pengendaliannya.
Sebaran spasial A. nilotica akan diidentifikasi dari landsat 8 path 117 row
065 akuisisi 5 Juli 2014 dengan metode supervised classification. Data titik

koordinat yang digunakan sebanyak mungkin atau minimal 3 titik untuk masingmasing tipe tutupan vegetasi dan 116 titik untuk validasi. Analisis kesesuaian
habitat menggunakan regresi logistik yang terintegrasi dengan sistem informasi
geografis. Sebanyak 210 data berpasangan presence absence digunakan mebangun
model dan 90 data presence untuk validasi model.Variabel-variabel lingkungan
yang diduga berpengaruh terhadap kesesuaian habitat diolah dari landsat 8 path
117 row 065, aster GDEM dan peta Rupa Bumi Indonesia.
Hasil identifikasi sebaran spasial menunjukkan bahwa A. nilotica tumbuh
menyebar secara berkelompok di bagian barat laut, utara dan timur kawasan yang
menempati areal seluas ± 1222,59 ha atau sekitar 5 % kawasan. Hasil model
kesesuaian habitat terbaik menunjukkan bahwa variabel suhu permukaan, NDMI,
NDVI, ketinggian dan jarak dari sungai berpengaruh terhadap kesesuaian habitat
A. nilotica. Uji Hosmer and Lemeshow menunjukkan P-value dari goodness of fit
test sebesar 0.156 dan Nagelkerke R2 sebesar 0.564. Hasil validasi presence
menunjukkan nilai yang tinggi yaitu sebesar 93.33 %, sehingga model ini cukup
untuk menerangkan kesesuaian habitat A. nilotica di TN Baluran. Persamaan
model adalah sebagai berikut :
e(−0.596+0.497suhu +25.224NDMI −34.964NDVI −0.022ketinggian −0.002jarak dari sungai )
Pi =
1 + e(−0.596+0.497suhu +25.224NDMI −34.964NDVI −0.022ketinggian −0.002jarak dari sungai )


Dari persamaan model diperoleh informasi sekitar 13567 ha (56.20%)
merupakan areal yang memiliki kesesuaian rendah, 5124.04 ha (21.23%)
kesesuaian sedang dan 5450.06 ha (22.58%) kesesuaian tinggi. A. nilotica tidak
hanya tumbuh pada area yang memiliki kesesuaian tinggi saja, tetapi juga
ditemukan pada area dengan kesesuaian sedang dan rendah. Implikasi dari
kesesuaian ini adalah perlunya monitoring yang ketat pada semua area. Kegiatan
prioritas monitoring dilakukan pada areal dengan kesesuaian tinggi dari
kemungkinan tumbuhnya anakan A. nilotica yang akan tumbuh menjadi semak
dan tegakan homogen yang pada akhirnya mendominasi area savana.

Langkah pengendalian dilakukan dengan memperhatikan bioekologi A.
nilotica khususnya waktu-waktu pembungaan dan waktu berbuah, mengendalikan
dan melokalisir agen penyebar benih khususnya ternak (sapi). pengelolaan intensif
savana Bekol atau savana lainnya yang menjadi konsentrasi grasser sehingga
grasser tersebut tidak memakan biji A. nilotica sebagai pakan alternatif.
Kata kunci : Acacia nilotica, kesesuaian habitat, pemodelan, taman nasional

SUMMARY
AGUNG SISWOYO. Spatial Modeling of Habitat Suitability for Prickly
Acacia (Acacia nilotica) in Baluran National Park. Supervised by AGUS

HIKMAT and LILIK BUDI PRASETYO.
The distribution of Acacia nilotica in Baluran National Park has been
recognized widely spread and threatens the existence of savanna. This distribution
has been going on for a long time since planting as fire breaks in savanna Bekol in
1969. An evaluation of the habitat suitability for these plants can provide
important information for savanna and animal conservation management that
depend on the savanna existance. The purpose of this research was to obtain
information of the spatial distribution of A. nilotica, habitat suitability of A.
nilotica and control measures.
The spatial distribution of A. nilotica will be identified from landsat 8 path
117 row 065 acquisition on July 5, 2014 with supervised classification methods.
The point coordinates data were used as much as possible or at least 3 points for
each type of vegetation cover and 116 points for validation. Habitat suitability was
analysed using logistic regression integrated with geographic information system.
A total of 210 pairs of data presence absence was used to build a model and 90
presence data for validation. The environmental variables supposed to influence
the habitat suitability were processed from landsat 8 path 117 row 065, Aster
GDEM and RBI maps of Indonesia.
The identification results showed that the spatial distribution of A. nilotica
growing spread in groups in the northwest, north and east of the region which

occupied an area of 1222.59 ha or approximately ± 5% of the area. The best
habitat suitability model results indicated that the surface temperature variable,
NDMI, NDVI, altitude and distance from the river affected the habitat suitability
of A. nilotica. Hosmer and Lemeshow test showed P-value of the goodness of fit
test for 0.156 and Nagelkerke R2 of 0.564. Presence validation results showed a
high value that was equal to 93.33%, so the model was sufficient to explain the
suitability of the habitat of A. nilotica in TN Baluran. Model equations were as
follows:
Pi =

e(−0.596+0.497temperature +25.224NDMI −34.964NDVI −0.022altitude −0.002distance from river )
1 + e(−0.596+0.497temperature +25.224NDMI −34.964NDVI −0.022altitude −0.002distance from river )

From the model equations obtained information about 13567 ha (56.20%)
was an area that had a low suitability, 5124.04 ha (21.23%) moderately suitability
and 5450.06 ha (22.58%) of high suitability. A. nilotica not only grew in areas that
had a high suitability, but also found in areas with moderate and low suitability.
The implications of this suitability was strict monitoring on all areas needed.
Priority monitoring activities conducted in areas with high suitability from
possible growth of seedling of A. nilotica that will grow into a bush and

homogeneous stands that eventually dominate the savannah area.

The control measures are carried out with regard to bioekology A. nilotica
particular times of flowering and fruiting time, controlling and localizing agent
seed dispersers, especially cattle (cows). Intensive management of Bekol savanna
or other savanna being grasser concentration so that grasser do not eat the seeds of
A. nilotica as an alternative feed.
Keywords: Acacia nilotica, habitat suitability, modeling, national parks

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT AKASIA

BERDURI (Acacia nilotica ) DI TAMAN NASIONAL
BALURAN

AGUNG SISWOYO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi
pada
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Iwan Hilwan, MS

Judul Tesis : Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Akasia Berduri (Acacia
nilotica) di Taman Nasional Baluran

Nama
: Agung Siswoyo
NIM
: E353120035

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Hikmat, MScF
Ketua

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Keanekaragaman Hayati

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 20 Oktober 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Pemodelan Kesesuaian
Habitat Akasia Berduri (Acacia nilotica ) ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya invasi spesies eksotik Acacia
nilotica yang telah menginvasi savana-savana di kawasan Taman Nasional
Baluran dan telah menggangu perilaku herbivora khususnya banteng dan kerbau
liar. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan data dan
informasi kepada pengelola Taman Nasional Baluran dan sebagai bahan dalam
mengambil kebijakan pengendalian Acacia nilotica.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF dan

Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc selaku pembimbing, Ibu Ir Emy Endah
Suwarni, MSc selaku Kepala Balai TN Baluran, rekan-rekan Program Studi
Konservasi Keanekaragaman Hayati Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Pak Joni dan rekan-rekan TN Baluran yang telah membantu dalam
pengumpulan data di lapangan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan dukungannya. Akhir kata
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengelolaan TN Baluran.

Bogor, November 2014
Agung Siswoyo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi


DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

Kerangka Pemikiran

3

2 METODE PENELITIAN

5

Lokasi Penelitian

5

Waktu Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Metode Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Identifikasi Sebaran Spasial A. nilotica

14

Pemodelan Kesesuaian Habitat A. nilotica

17

Implikasi Kesesuaian Habitat A. nilotica Bagi Pengelolaan

43

4 SIMPULAN DAN SARAN

46

Simpulan

46

Saran

46

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

50

DAFTAR TABEL
1 Teknik ekstraksi data peubah-peubah ekologi yang diduga
berpengaruh pada kesesuaian habitat A. nilotica
2 Luas tutupan lahan TN Baluran
3 Taraf signifikansi dan koefisien regresi variabel bebas tahap enter 1
4 Taraf signifikansi dan koefisien regresi variabel bebas tahap enter 2
5 Kelas kesesuaian habitat A. nilotica model prosedur enter
6 Hasil validasi presence model prosedur enter
7 Hasil validasi absence model prosedur enter
8 Taraf signifikansi dan koefisien regresi variabel bebas prosedur
stepwise
9 Kelas kesesuaian habitat A. nilotica model prosedur stepwise step 2
10 Hasil validasi presence model prosedur stepwise step 2
11 Hasil validasi absence model prosedur stepwise step 2
12 Kelas kesesuaian habitat A. nilotica model prosedur stepwise
step 2
13 Hasil validasi presence model model prosedur stepwise step 3
14 Hasil validasi absence model prosedur stepwise step 3
15 Luas kesesuaian habitat berdasarkan tipe tutupan lahan
16 Area kesesuaian habitat yang belum terinvasi

10
17
29
29
32
34
34
35
36
37
37
38
39
40
41
42

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Lokasi penelitian di kawasan TN. Baluran
3 Petak ukur yang diletakkan secara acak
4 Proses identifikasi sebaran spasial A. nilotica
5 Proses pemodelan kesesuaian habitat A. Nilotica
6 Biji A. nilotica yang berkecambah di tumpukan kotoran banteng
7 Sebaran A. nilotica di TN Baluran
8 Penyebaran titik presence dan absence
9 Penyebaran A. nilotica
10 Sebaran A. nilotica berdasarkan ketinggian
11 Sebaran A. nilotica pada kelas kelerengan
12 Sebaran A. nilotica berdasarkan kelas kelerengan
13 Sebaran nilai NDVI di kawasan TN Baluran
14 Sebaran A. nilotica berdasarkan nilai NDVI
15 Sebaran NDMI di kawasan TN Baluran
16 Sebaran A. nilotica berdasarkan nilai NDMI
17 Sebaran suhu permukaan di TN Baluran
18 Sebaran A. nilotica pada berbagai suhu permukaan
19 Jarak dari sungai
20 Sebaran A. nilotica berdasarkan jarak dari sungai
21 Kesesuaian habitat A. nilotica di TN Baluran prosedur enter
22 Kesesuaian habitat dengan prosedur stepwise step 2
23 Kesesuaian habitat dengan prosedur stepwise step 3

4
5
7
8
9
15
16
18
19
19
20
21
22
23
24
25
25
26
27
28
33
36
39

24 Kesesuaian habitat A. nilotica berdasarkan tipe tutupan lahan
25 Sebaran A. nilotica pada tipe kesesuaian habitat

41
43

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan overall accuracy tutupan lahan TN Baluran
2 Analisis multikolinieritas
3 Regresi logistik prosedur enter dengan variabel bebas suhu, NDMI,
NDVI, ketinggian, kelerengan, sungai
4 Regresi logistik prosedur enter dengan variabel bebas suhu, NDMI,
NDVI, ketinggian, sungai
5 Analisis regresi logistik prosedur stepwise dengan variabel bebas suhu,
NDMI, ketinggian, kelerengan, sungai
6 Dokumentasi tutupan lahan

50
51
52
53
54
55

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepanjang sejarah menunjukkan bahwa banyak jenis-jenis tumbuhan
tersebar dari satu tempat ke tempat lainnya di seluruh benua dan mengubah
lanskap alam. Berbagai jenis tumbuhan tersebar secara alami dengan bantuan
angin, air, serangga/hewan. Penyebaran tumbuhan juga sering disebarkan oleh
manusia baik dengan sengaja maupun tidak disengaja.
Akasia berduri (Acacia nilotica (L.) Willd. ex Del) salah satu tumbuhan
yang diintroduksi ke Sri Lanka, Burma, Indonesia (Jawa pada 1850, Kepulauan
Sunda Kecil) dan kawasan tropis Australia. A. nilotica secara alami menyebar luas
di daerah kering Afrika, dari Senegal ke Mesir dan Afrika Selatan. Di Asia
menyebar dari Arab timur ke India, Burma dan Sri Lanka (Bargali dan Bargali
(2009).
Tumbuhan ini disebarkan pertama kali ke Indonesia pada Kebun Raya
Bogor tahun 1850 dari Kebun Raya Calcuta-India. Penyebaran ini dilakukan
dengan tujuan sebagai tanaman penghasil getah yang berkualitas tinggi dan
bernilai komersial. Namun, produksi getahnya sangat rendah, dan akhirnya
pohon-pohon tersebut ditebang (Zuraida 2011).
A. nilotica juga disebarkan di bagian selatan area savana Bekol Taman
Nasional (TN) Baluran pada tahun 1969. Tumbuhan ini ditanam berupa jalur
sepanjang 1.2 km dengan lebar 8 m yang digunakan sebagai sekat bakar untuk
melokalisir terjadinya kebakaran di savana. Pada tahun 1980, A. Nilotica
menunjukkan gejala yang semakin meluas kearah bagian tengah savana Bekol,
dan sebagian sudah mulai tumbuh di savana Kramat, Asam Sabuk dan Curah
Udang (Alikodra 1987).
Savana Baluran sebagai salah satu ciri khas dan identitas TN Baluran
mempunyai arti sangat penting. Gangguan yang cukup mengkhawatirkan dan
merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian ekosistem ini adalah semakin
luasnya invasi A. nilotica. Kecepatan tumbuh dan penyebaran tanaman eksotik ini
telah mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas savana Baluran, serta
merubah pola prilaku satwa liar herbivora yang salah satu komponen habitatnya
adalah padang rumput atau savana (Sabarno 2002).
Alikodra (1987) menjelaskan bahwa sejak tahun 1985 telah dilakukan usaha
pembasmian tumbuhan A. nilotica di TN. Baluran. Pembasmian dilakukan oleh
tim peneliti Puslitbang Departemen Kehutanan dengan menggunakan bahan kimia
dan secara fisik (menggunakan tenaga manusia). Pada Agustus 1986 pembasmian
ini dilanjutkan oleh perusahaan swasta yang dalam kontrak kerjanya dicantumkan
bahwa pekerjaan ini akan diselesaikan dalam tahun 1987, namun dalam
pelaksanaannya kurang berhasil. Pihak TN. Baluran juga telah melakukan upaya
untuk menanggulanginya, yaitu dengan penebangan sampai batas tanah yang
kemudian pada tunggaknya diberi solar dan minyak tanah.
Keberadaan A. nilotica di TN. Baluran telah menjadi tantangan yang sangat
besar bagi Pengelola, karena tumbuhan ini cenderung menginvasi savana-savana
lainnya dengan membentuk tegakan A. nilotica yang homogen. Dalam
pengelolaan dan pengendalian khususnya kegiatan monitoring perkembangan A.

2
nilotica, diperlukan data sebaran spasial dan kesesuaian habitatnya. Data-data ini
sangat penting, namun sampai saat ini belum tersedia.
Untuk mengetahui sebaran spasial dan bagaimana kesesuaian habitat A.
nilotica di berbagai areal di TN Baluran, dapat dilakukan dengan melakukan
analisis tutupan lahan serta analisis kesesuaian habitat bagi A. nilotica. Analisis
citra landsat dilakukan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan/vegetasi yang
terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam cakupan wilayah yang luas. Sedangkan
kesesuaian habitat bagi A. nilotica di TN. Baluran akan diperoleh dengan
pemodelan yang menggabungkan metode statistika dan aplikasi sistem informasi
geografis (SIG).

Perumusan Masalah
Penanaman A. nilotica pada awalnya hanya dilakukan di savana Bekol,
kemudian mulai menyebar pada savana-savana lainnya. Menurunnya
produktivitas rumput sebagai komponen utama penyusun savana yang merupakan
sumber pakan utama satwa saat musim kemarau, telah menyebabkan satwa
mengkonsumsi daun dan buah (polong) A. nilotica sebagai pakan alternatif.
Konsumsi biji (polong) tumbuhan ini oleh herbivora seperti banteng (Bos
javanicus), rusa (Cervus timorensis), kijang (Mutiacus muntjak), kerbau liar
(Bubalus bubalis) dan herbivora lainnya menyebabkan biji-biji tersebut tersebar
dalam tumpukan kotoran ke tempat-tempat tertentu mengikuti dispersal herbivora
tersebut di seluruh kawasan TN. Baluran. Pada musim yang tepat, biji-biji yang
dorman mulai berkecambah dan tumbuh menjadi tegakan A. nilotica. Perubahan
tutupan savana dan ekosistem lainnya menjadi tegakan homogen A. nilotica dan
menimbulkan gangguan serta ancaman perubahan ekosistem merupakan
fenomena invasi.
Identifikasi sebaran spasial dan pemodelan kesesuaian habitat A. nilotica
dengan menggunakan aplikasi SIG dan survey lapangan diharapkan dapat
mengetahui sebaran spasial dan hubungan antara faktor-faktor biofisik sebagai
peubah-peubah ekologi yang mempengaruhi kesesuaian habitat A. nilotica,
sehingga dapat digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dalam
pengendalian A. nilotica berdasarkan faktor-faktor-faktor biofisik tersebut.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sebaran spasial A. nilotica di TN Baluran?
2. Bagaimana kesesuaian habitat A. nilotica di TN Baluran?
3. Bagaimana implikasi kesesuaian habitat A. nilotica terhadap pengendalian
A.nilotica di TN Baluran?

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengidentifikasi sebaran spasial A. nilotica di TN Baluran.
Membangun model spasial kesesuaian habitat A. nilotica di TN Baluran.
Menyusun langkah-langkah pengendalian A. nilotica sebagai implikasi dari
kesesuaian habitat A. nilotica di TN Baluran.

3
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi data dasar dan informasi yang
penting tentang sebaran spasial dan kesesuaian habitat A. nilotica di kawasan TN
Baluran yang selanjutnya dapat digunakan oleh pengelola TN. Baluran untuk
menyusun rencana strategis pengelolaan dan pengendalian A. nilotica di TN.
Baluran.

Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Baluran telah terinvasi oleh A. nilotica melalui proses yang
panjang sejak penanamannya sebagai sekat bakar di savana Bekol pada tahun
1969. Tahun 1980an, pertumbuhan A. nilotica mulai dirasakan mengganggu di
areal savana Bekol yang merupakan tempat merumput dan melakukan perilaku
sosial beberapa jenis herbivora seperti banteng, rusa dan kerbau liar. Saat ini A.
nilotica diperkirakan telah tersebar di hampir seluruh savana yang ada di kawasan
TN Baluran antara lain Savana Bekol, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang,
Dadap, Asam Sabuk, Curah Udang, Widuri, dan Merak dengan membentuk
tegakan A. nilotica yang homogen. Selain di daerah savana, tumbuhan ini juga
ditemukan di daerah hutan pantai misalnya Kelor dan Popongan. Kondisi ini
menunjukkan fenomena invasi yang cukup memprihatinkan khususnya bagi
kelangsungan satwa liar herbivora yang sangat tergantung pada keberadaan
savana baik untuk merumput (memenuhi kebutuhan pakan) maupun
mengekspresikan perilaku sosialnya.
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian A. nilotica telah dilaksanakan sejak
tahun 1985, namun belum ditemukan formula yang tepat baik secara mekanik,
biologi maupun kimiawi untuk menekan laju pertumbuhan A. nilotica. Bahkan
pertumbuhan A. nilotica di TN. Baluran memiliki tren semakin menginvasi areal
yang lebih luas.
Untuk mengendalikan invasi A. nilotica yang terjadi pada kawasan TN.
Baluran, perlu dilakukan pengumpulan data keberadaan A. nilotica, identifikasi
sebaran spasial serta melakukan analisis spasial faktor-faktor fisik lingkungan
yang mempengaruhi sebaran A. nilotica untuk membangun model spasial
kesesuaian habitat A. nilotica. Aplikasi SIG yang didukung dengan survey
lapangan yang teliti memungkinkan untuk menggambarkan sebaran spasial, luas
areal yang terinvasi dan membangun model spasial kesesuaian habitat A. nilotica
pada cakupan wilayah yang luas dengan tingkat validasi yang tinggi. Hasil
identifikasi sebaran spasial dan model kesesuaian habitat yang dihasilkan, dapat
memberikan data dan informasi untuk menyusun strategi pengelolaan A. nilotica
yang tepat di TN. Baluran, sehingga upaya restorasi savana yang terinvasi A.
nilotica di TN Baluran dapat berhasil. Bagan alir kerangka pemikiran tersaji pada
Gambar 1.

4
Invasi A. nilotica

Pengelolaan
A. nilotica belum
optimal

Kawasan TN.
Baluran

Penurunan Kualitas
Savana

.

Analisis spasial terhadap faktor-faktor fisik
lingkungan yang mempengaruhi sebaran A.
nilotica

Sebaran spasial dan
Model kesesuaian
habitat

Pengelolaan A.
nilotica

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

5

2 METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan TN Baluran yang berada di
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur dengan luas area ± 29 841 hektar
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.395/MenhutII/2011 tanggal 21 Juli 2011 yang terdiri dari ± 26 379 ha wilayah daratan dan ±
3 462 ha wilayah perairan. Area studi pada wilayah daratan kawasan TN Baluran
dengan luas area ± 26 379 ha (Gambar 2).

Gambar 2 Lokasi penelitian di kawasan TN. Baluran

Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan April
2014 dengan tahapan pelaksanaan kegiatan : observasi pendahuluan pada akhir
bulan Oktober 2013, pengumpulan data lapangan pada bulan Nopember 2013
sampai dengan Pebruari 2014, pembuatan dan pengolahan data spasial pada bulan
Maret 2014, analisis data dan sintesis pada bulan April 2014.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra landsat 8 path 117
row 065 yang meliput kawasan TN Baluran, citra aster GDEM, peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI). Alat yang digunakan adalah GPS, kamera digital dan

6
seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software Erdas Imagine 9.1,
ArcGIS 9.3 dan SPSS 16.

Metode Pengumpulan Data
1. Identifikasi sebaran spasial A. nilotica
Untuk identifikasi sebaran spasial A. nilotica, dilakukan intepretasi citra
landsat 8 path 117 row 065 dengan pendekatan klasifikasi secara terbimbing
(supervised classification). Dalam metode ini diperlukan data spasial (titiktitik koordinat) lapangan pada lokasi-lokasi semua tipe tutupan lahan/vegetasi
yang berbeda sesuai dengan klasifikasi tutupan vegetasi yang akan dibuat
yaitu hutan alam primer, hutan alam sekunder, hutan tanaman (jati), tegakan
A. nilotica, semak belukar, rumput/savana, mangrove, tubuh air dan awan.
Data spasial (titik-titik koordinat) yang dikumpulkan sebanyak mungkin atau
minimal 3 data spasial (titik-titik koordinat) untuk masing-masing tipe tutupan
vegetasi. Selain data untuk klasifikasi, dikumpulkan data untuk keperluan
validasi hasil klasifikasi.
2. Pemodelan kesesuaian habitat A. nilotica
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan diperoleh informasi bahwa A.
nilotica tumbuh mengelompok pada areal savana dan areal yang terbuka serta
tumbuh secara acak dalam jumlah sedikit pada areal yang berbatasan dengan
hutan/tutupan tajuk hutan yang rapat, maka dalam pengambilan data dilakukan
penarikan contoh acak berlapis. Walpole (1982) menjelaskan dalam penarikan
contoh acak berlapis, populasinya disekat-sekat menjadi beberapa lapisan
sehingga relatif homogen dalam setiap lapisan. Untuk memperoleh
kehomogenan dalam setiap lapisan, pelapisannya harus dilakukan sedemikian
sehingga ada suatu hubungan tertentu dengan ciri yang sedang diteliti.
Pelapisan populasi menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda-beda
ukurannya. Dengan demikian, kita harus memperhatikan ukuran contoh yang
harus diambil dari setiap lapisan. Salah satu cara yang disebut alokasi
sebanding, yaitu mengambil ukuran contoh yang sebanding dengan ukuran
lapisannya.
Pada penelitian ini, data akan dikumpulkan dari wilayah/area yang
mewakili 3 (tiga) tutupan lahan/lapisan yaitu (1) hutan primer/hutan dengan
tutupan tajuk rapat, (2) hutan sekunder/hutan dengan tutupan tajuk sedang
bercampur semak belukar, dan (3) di area savana. Sedangkan banyaknya unit
contoh akan diambil sebanyak 300 unit contoh yang terbagi dalam 3
lapisan/tutupan lahan tersebut berdasarkan alokasi sebanding/proporsional.
Data yang digunakan untuk membangun model sebanyak 70% yang diambil
secara acak dari total data kehadiran (presence) dan ketidakhadiran (absence)
atau sebanyak 210 data. Sedangkan sisanya (30%) atau sebanyak 90 data
presence ataupun absence digunakan untuk validasi model.
Roscoe (1975) menjelaskan ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari
500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian, dan dalam penelitian
mutivariate (termasuk analisis regresi berganda/regresi logistik), ukuran
sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
Sedangkan menurut Gay dan Diehl (1992) penelitian korelasional setidaknya

7
diperlukan 30 data untuk membangun sebuah hubungan dan Frankel dan
Wallen (1993) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian
korelasional sebanyak 50.
Data yang dikumpulkan sebanyak 210 unit contoh digunakan dalam
membangun model, Jumlah data ini telah memenuhi jumlah minimal untuk
analisis dalam penelitian multivariate dan korelasional. Unit contoh yang
dibuat berupa petak ukur berukuran 20 x 20 meter. Penempatan petak ukur
pada masing-masing lapisan/tutupan lahan dilakukan secara acak.
Penempatan petak ukur juga mempertimbangkan ketinggian tempat.
Pembagian ketinggian tempat dilakukan setiap perbedaan ketinggian
100 meter. Kawasan TN. Baluran memiliki ketinggian tempat dari 0 – 1 274
mdpl, sehingga terdapat 13 kelas ketinggian tempat. Peletakan petak ukur
secara acak ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Petak ukur yang diletakkan secara acak
Pada tiap-tiap petak ukur dicatat data presence A. nilotica (data ŷ = 1)
dan data absence A. nilotica (data ŷ = 0 ). Pengambilan data lokasi presence
dan absence ditentukan dengan menandai posisi koordinat pada setiap petak
ukur dengan menggunakan GPS. Penandaan lokasi dengan GPS dilakukan
pada titik tengah petak ukur.

Pengolahan dan Analisis Data
Untuk mengetahui sebaran spasial A. nilotica dilakukan dengan
menggunkan analisis spasial terhadap citra landsat 8 path 117 row 065 yang
memuat kawasan TN. Baluran. Pada tahap awal, dilakukan koreksi geometrik
terhadap citra landsat, yaitu proses memproyeksikan data peta ke dalam suatu
sistem proyeksi peta tertentu. Citra landsat terlebih dahulu dilakukan

8
rektifikasi/koreksi geometrik untuk mengurangi distorsi geomertik. Dalam koreksi
geometrik, keakuratan hasil koreksi ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean
Square) yang kecil yaitu maksimum sebesar 0.5. Hal ini dapat diperoleh apabila
dalam memilih GCP (Ground Control Point) dilakukan dengan teliti. Untuk
meningkatkan hasil koreksi yang tepat, penambahan jumlah GCP dapat dilakukan
dan atau membuang GCP yang menyebabkan nilai RMS menjadi besar atau nilai
RMS > 0.5.
Untuk memudahkan proses analisis penutupan lahan/vegetasi, dilakukan
pemotongan batas area penelitian pada citra landsat sehingga diperoleh wilayah
yang akan di analisis saja. Pada penelitian ini adalah wilayah kawasan TN.
Baluran. Hasil pemotongan citra ini, selanjutnya dilakukan klasifikasi tutupan
lahan/vegetasi yaitu hutan alam primer, hutan alam sekunder, hutan tanaman (jati),
tegakan A. nilotica, semak belukar, rumput/savana, mangrove, tubuh air dan awan.
Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan klasifikasi secara
terbimbing (supervised classification) dengan memanfaatkan software ERDAS
Imagine 9.1.
Dalam melakukan klasifikasi secara terbimbing, sebelumnya telah dilakukan
pengambilan data lapangan berupa titik koordinat pada lokasi sesuai dengan
klasifikasi tutupan lahan yang akan dilakukan. Hasil klasifikasi penutupan
vegetasi selanjutnya dilakukan validasi. Tahapan identifikasi sebaran spasial A.
nilotica dan tutupan lahan/vegertasi ditunjukkan pada Gambar 4.

Citra
Landsat

Koreksi
Geometrik

Pemotongan Batas
Area Penelitian

Klasifikasi (supervised
classification

Valid

Validasi

Tidak

Valid
Sebaran Spasial
A. nilotica

Gambar 4 Proses identifikasi sebaran spasial A. nilotica
Validasi dilakukan melalui tahapan pengecekan lapangan (ground truth)
untuk mengecek kebenaraan, ketepatan atau kenyataan di lapangan. Validasi

9
dilakukan pada tiap tutupan lahan/vegetasi dengan menggunakan titik ground
truth. Hasil pengujian/validasi klasifikasi diharapkan memiliki nilai lebih dari
85 %, Sehingga hasil klasifikasi tutupan lahan/vegetasi dapat dikatakan valid.
Sedangkan pengolahan dan analisis data untuk pemodelan kesesuaian
habitat dilakukan melalui beberapa tahapan seperti ditunjukkan pada Gambar 5,
yang secara garis besar meliputi pembuatan data spasial untuk masing-masing
variabel bebas (penduga), analisis multikolinieritas, principal component analysis
(PCA) apabila terjadi multikolinieritas, analisis regresi logistik biner, uji
kelayakan model, pembuatan selang kesesuaian dan validasi model sampai pada
tahap akhir diperoleh model spasial kesesuaian habitat A. nilotica.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Data spasial variabel
bebas :
Ketinggian
Kelerengan
NDVI
Suhu Permukaan
Jarak Dari Sungai
NDMI

1. Lokasi kehadiran
(presence)
2. Lokasi ketidakhadiran
(absence)

Summerize zone

Tidak
diterima

(Analisis Multikolinieritas, PCA dan
Regresi Logistik)

Uji
Kelayakan
Model

Model Kesesuaian
Habitat

Validasi

Diterima

Selang
Kesesuaian

Model Spasial
Kesesuaian
Habitat

Gambar 5 Proses pemodelan kesesuaian habitat A. Nilotica
Tahapan pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Data Spasial
Variabel bebas yang berupa faktor-faktor boifisik jika dirinci secara
keseluruhan meliputi banyak sekali peubah-peubah ekologi yang berperan
dalam membentuk seluruh komunitas dengan kompleks-kompleks hubungan
biotik-fisik di mana spesies ini hidup (Odum 1993). Berbeda halnya dengan
spesies yang merupakan spesies asing/eksotik (A. nilotica) yang disebarkan di

10
suatu wilayah yang bukan merupakan habitat asli atau di luar wilayah
distribusinya. Banyak spesies asing yang tidak cocok dengan lokasi barunya,
namun sebagian yang mampu beradaptasi dapat tumbuh dan berkembang
bahkan menjadi invasif. Untuk mengetahui faktor-faktor/variabel yang
menentukan suatu spesies asing tersebut dapat hidup dan berkembang menjadi
invasif dilakukan analisis spasial melalui pemodelan kesesuaian habitat
dengan memperhatikan ekologi spesies asing tersebut di habitat aslinya.
Dalam pemodelan spasial, peubah ekologi ini sangat terbatas. Untuk
membangun model spasial kesesuaian habitat A. nilotica, peubah ekologi yang
diduga berpengaruh antara lain :
a) Ketinggian tempat/Elevation (x1)
b) Kemiringan lereng/Slope (x2)
c) NDVI atau penutupan vegetasi (x3)
d) Suhu permukaan (x4)
e) Jarak terdekat dari sungai/aliran air (x5)
f) NDMI atau kelembaban (x6)
Peubah-peubah ekologi tersebut selanjutnya dilakukan analisis spasial
untuk membangun data yang berorientasi keruangan (spasial) dengan
menggunkanan software ArcGIS versi 9.3 dan Erdas Imagine 9.1. Data yang
telah diperoleh kemudian digunakan dalam proses analisis selanjutnya dan
untuk membangun model. Teknik ekstraksi data peubah-peubah ekologi yang
diduga berpengaruh pada kesesuaian habitat A. nilotica ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Teknik ekstraksi data peubah-peubah ekologi yang diduga
berpengaruh pada kesesuaian habitat A. nilotica
No.

Variabel

Skala
Data
Rasio

Representasi

Satuan

1. (x1)
Ketinggian

Komponen
fisik

Meter
dpl.

2. (x2)
Kelerengan

Komponen
fisik

Persen
(%)

Rasio

3. (x3) NDVI

Toleransi

-

Ordinal

4. (x4) Suhu
permukaan

Komponen
fisik

Derajat
( o)

Rasio

5. (x5) Jarak
dari sungai

Komponen
fisik

Meter

Rasio

6. (x6) NDMI

Komponen
fisik

-

Ordinal

Sumber
Peta
ketinggian
(DEM)/ Peta
Topografi
Peta
kelerengan
(DEM)/ Peta
Topografi
Peta indeks
vegetasi
(NDVI)
Landsat 8
Peta Suhu
Permukaan
(Landsat)
Peta jarak
dari sungai
(RBI)
(NDMI)
Landsat 8

Teknik Ekstraksi
Data
Analisis spasial

Analisis topografi
kelerengan
permukaan
( �� 5 –
( �� 5 +

�� 4)
�� 4)

Analisis spasial

Analisis spasial
dengan sistem
Euclidean

( �� 5 –
( �� 5 +

�� 6)
�� 6)

11
2. Regresi logistik
Pada dasarnya regresi logistik memiliki tujuan membangun sebuah
model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah
variabel binary dengan menggunakan data variabel independen yang sudah
diketahui besarnya. Variabel dependen pada regresi logistik adalah data
nominal dan data nominal di sini lebih khusus yaitu data binary (Santoso
2012).
Sebelum melakukan analisis regresi logistik dengan metode enter dan
stepwise, dilakukan pemeriksaan multikolinieritas dengan memeriksa korelasi
antar variabel penduga (x) dan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).
Eliminasi dilakukan terhadap variabel-variabel x yang berperan dalam
multikolinieritas dengan memilih salah satu di antara variabel-variabel x tersebut
untuk masuk dalam pembangunan model. Analisis komponen utama dilakukan
sebagai prosedur antara apabila terjadi multikolinieritas. Analisis kompenen
utama merupakan metode yang digunakan untuk meminimumkan masalah
multikolinieritas tanpa harus mengeluarkan variabel bebas yang terlibat
hubungan kolinear. Prosedur analisis komponen pada dasarnya bertujuan
untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan
(mereduksi) dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan
korelasi diantara variabel bebas melalui tranformasi variabel bebas asal
menjadi variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau biasa disebut
dengan principal component (Soemartini 2008). Pada tahap akhir diperoleh
variabel-variabel yang dapat diaplikasikan untuk membangun model dengan
regresi logistik.
Penggunaan analisis regresi logistik tepat untuk menggambarkan
keadaan binary dari keberadaan A. nilotica. Nilai duga regresi logistik biner (ŷ)
ini merupakan nilai peluang (berkisar antara 0 – 1) di mana dalam penelitian ini
adalah berapakah peluang suatu area secara potensial sesuai untuk habitat A.
nilotica berdasarkan penilaiannya pada variabel penduganya (Bailey et al. 2002).
Model regresi logistik dirumuskan sebagai berikut :
= β0 + β1 x1 + β2 x2 + … + βn xn

Dengan :
Z = presence atau absence A. nilotica
�0 = intersep atau konstanta regresi
βn = koefisien dari variabel penduga ke-n
n = jumlah variabel penduga
xn = variabel penduga ke-n
Sehingga persamaan peluang kesesuaian habitatnya sebagai berikut :

Pi =
atau
Pi =

e(β0 +β1 x 1 +β2 x 2 + … +βn x n )

1 + e(β0 +β1 x 1 +β2 x 2 + … +βn x n )
e

=n
(β0 + kj=1
βj x ji )

1 + e

=n β x )
(β0 + kj=1
j ji

12
dengan



=

k

=

e

i
�0


=
=
=
=
=

peluang titik observasi ke- i sesuai untuk habitat A.
nilotica
bilangan natural (= 2.718281828)
variabel penduga ke- j
titik observasi ke- i
intersep
koefisien regresi logistik biner dari variabel penduga
ke- j
jumlah variabel penduga (= n)

Penghitungan regresi logistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
Nilai duga regresi logistik biner (ŷ) ini merupakan nilai peluang (berkisar
antara 0 – 1) di mana dalam penelitian ini adalah berapakah peluang suatu area
secara potensial sesuai untuk habitat A. nilotica berdasarkan penilaiannya pada
variabel penduganya. Nilai peluang 0≤ Pi 900 mm per tahun), A. nilotica dapat
membentuk semak-semak yang sangat padat sampai dengan 3.400 per ha (Tiver et
al. 2001).
A. nilotica yang ditanam di savana Bekol telah menyebar ke beberapa
savana lainnya. Penyebaran A. nilotica ini, diawali dengan menyebarnya biji-biji
A. nilotica dari savana Bekol ke tempat-tempat lainnya. Savana Bekol merupakan
pusat aktivitas grasser seperti banteng (Bos javanicus), kerbau liar (Bubalus
bubalis) dan rusa (Cervus timorensis) karena savana ini memiliki sumber air yang
dialirkan melalui pipa-pipa dari mata air Kacip.
Pada musim kemarau ketika rumput yang menjadi pakan utama grasser di
savana Bekol mulai mengering dan produktivitas rumput mulai menurun, satwasatwa ini mulai mencari pakan alternatif dengan memakan polong-polong A.
nilotica. Biji-biji (polong) A. nilotica yang dimakan banteng dan kerbau liar
kemudian disebarkan ke savana/tempat-tempat lainnya bersama tumpukantumpukan kotoran yang buang mengikuti dispersal satwa tersebut (Gambar 6).
Pada musim yang tepat dan kondisi tempat tumbuh yang sesuai, biji-biji A.
nilotica kemudian berkecambah dan tumbuh menjadi anakan, pancang, tiang dan
pohon. Mekanisme penyebaran ini berlangsung berulang-ulang hingga
membentuk tegakan yang homogen di savana. Penyebaran A. nilotica di TN
Baluran merupakan fenomena invasi yang prosesnya telah berjalan dalam kurun
waktu yang lama sejak penanamannya pada tahun 1969.

15

Gambar 6 Biji A. nilotica yang berkecambah di
tumpukan kotoran banteng
Meskipun belum ada penelitian yang mendalam tentang penyebaran biji A.
nilotica di TN. Baluran, namun beberapa temuan petugas TN Baluran
menunjukkan bahwa biji-biji A. nilotica banyak berkecambah dan tumbuh pada
tumpukan-tumpukan kotoran herbivora seperti kotoran banteng dan kerbau liar.
Perkecambahan ini seperti dijelaskan Bargali dan Bargali (2009) yang
menyatakan bahwa perkecambahan biji A. nilotica dibantu ketika biji-biji ini
terganggu, misalnya oleh api atau dengan melewati sistem pencernaan hewan.
Di TN Baluran, A. nilotica juga dapat disebarkan oleh manusia, baik sengaja
maupun tidak sengaja. Pada musim buah/biji, masyarakat di sekitar kawasan TN
Baluran memasuki kawasan taman nasional untuk mencari dan mengumpulkan
biji-biji A. nilotica. Biji-biji ini dikonsumsi atau diperjualbelikan karena cukup
laku dipasaran. Harga tertinggi biji A. nilotica dapat mencapai Rp. 11 000,- per kg.
Dalam proses pengangkutan, biji-biji A. nilotica mungkin tercecer dan tumbuh
menjadi individu atau kelompok A. nilotica.
Ternak (sapi) juga menjadi vektor bagi penyebaran biji A. nilotica. Cukup
banyak ternak (sapi) yang digembalakan dalam kawasan taman nasional ini.
Mekanisme pemencaran biji serupa dengan pemencaran yang dilakukan oleh
banteng dan kerbau liar. Sapi juga mengkonsumsi polong (buah) A. nilotica
sebagai pakan alternatif pada saat musim kemarau. Seperti dijelaskan Bargali dan
Bargali (2009) daun dan polong A. nilotica kaya akan mineral dan umumnya
digunakan untuk memberi makan domba dan kambing. Di India daun dan polong
A. nilotica juga sangat populer untuk pakan ternak. Polong terbaik dimakan pada
waktu kering sebagai suplemen bukan sebagai hijauan pakan ternak.
Radford et al. (2001) juga menjelaskan bahwa ternak, seperti sapi dan
domba adalah vektor-vektor penyebaran biji A. nilotica yang paling umum di
Australia. Sapi dianggap sangat penting dalam penyebaran A. nilotica karena sapi
mudah memakan polong matang dan meloloskan sebanyak 80% dan dari biji yang
utuh. Radford et al. (2001) lebih lanjut menjelaskan bahwa biji A. nilotica juga
dapat menyebar dalam jarak yang cukup jauh oleh air, terutama selama banjir
setelah terjadi hujan lebat. Penyebaran biji juga mungkin disebabkan oleh

16
gumpalan lumpur yang terbawa mengikuti langkah kaki binatang. Angin kencang
juga dapat membawa polong dalam jarak yang relatif pendek (yaitu kurang dari
20 meter).
Sebaran spasial A. nilotica di TN Baluran menunjukkan gejala menyebar
secara berkelompok. Analisis citra landsat 8 path 117 row 065 resolusi 30 m
dengan akurasi (overall accuracy) sebesar 87%, memperoleh informasi bahwa A.
nilotica tumbuh mengelompok di bagian barat laut, utara dan bagian timur dari
kawasan. Tumbuhan ini menempati areal seluas ± 1222,59 ha atau sekitar 5 %
dari luas kawasan (Gambar 7).

Gambar 7 Sebaran A. nilotica di TN Baluran
Luas areal yang ditumbuhi A. nilotica akan lebih kecil dari kondisi di
lapangan. Hal ini disebabkan oleh resolusi citra landsat tidak mampu
mengidentifikasi tumbuhan A. nilotica yang tumbuh menyebar secara individu
maupun dalam kelompok-kelompok kecil yang lebih kecil dari ukuran pixel citra
landsat. Ukuran/resolusi citra landsat yang digunakan adalah 30 m yang berarti
bahwa hanya objek/tegakan A. nilotica yang memiliki ukuran minimal 900 m2
atau areal dengan ukuran 30 x 30 meter yang akan terdeteksi sebagai 1 pixel.
Areal yang ditumbuhi A. nilotica ini merupakan areal dataran rendah (