Kajian kesesuaian perairan pesisir desa Kawai Kabupaten Maluku Tengah bagi pengembangan ekowisata

KAJIAN KESESUAIAN PERAIRAN PESISIR
DESA SAWAI KABUPATEN MALUKU TENGAH
BAG1 PENGEMBANGAN EKOWISATA

FREDERIK WILLEM AYAL

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Kajian Kesesuaian Perairan
Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata"
merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembiibing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka yang merupakan bagian dari tesis ini.


Bogor, Mei 2009

qj.

Frederik Wil em Ayal
NRP ~251060011

ABSTRACT
Prederik Willem Ayal, 2009. Suitability Study of Coastal Sawai, Central Maluku
Regency, for Coastal Ecotourism Development. Supervised by M. F. Rahardjo
and Isdrajad Setyobudiandi.
Ecotourism development in Sawai facing some problems such coral reefs
destructions, not all stakeholders take account of it and also the needs of comanagement. That is why this study was done in order to analyze marine and
coastal resources condition, to identify stakeholders and to figure out the
suitability of this region to develop ecotowism. Result shows there are several
spots recommended to develop ecotourism activities. There are two ecotourism
activities recommended in this area which is marine ecotourism (snorkeling and
diving) and coastal ecotourism. The local community and the owner
accommodation are act as primary stakeholders, while the local governments are

act as key stakeholders and the other institutions are act as secondary stakeholders.
In order to develop ecotouism in future, there are six management
recommendations was propose.

Keywords: ecotourism, marine and coastal resources, stakeholders.

Kegiatan wisata yang sedang berjalan di Desa Sawai saat ini berhadapan
dengan berbagai masalah yaitu: (a) indiiasi kerusakan terumbu karang pada
beberapa bagian perairan, (b) tidak semua pemangku kepentingan terlibat dalam
pengelolaan kegiatan wisata, dan (c) belum terarahnya pengelolaan wisata saat ini.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis kondisi dan
potensi sumberdaya pesisir dan laut, sebagai sumberdaya utarna pengembangan
kegiatan ekowisata, mengindentifikasi para pemangku kepentingan yang terlibat
dalam kegiatan ekowisata, menganalisis kesesuaian kawasan dan menentukan
strategi pengelolaan ekowisata ke depan.
Penelitian berlangsung pada bulan November 2008 yang meliputi: (1)
survei awal dan koleksi data sekunder, (2) pengumpulan data primer yang
terdiri atas pengumpulan data kondisi terumbu karang, ikan karang, parameter
lingkungan dan data sosek, (3) analisis data dan penulisan laporan. Metode
identifikasi kondisi ikan karang dan terumbu karang memjuk English et al. 1994.

Pengambilan data sosial ekonorni dilakukan melalui wawancara kepada responden
dan juga melalui penelusuran data sekunder. Analisis kesesuaian ekowisata bahari
dan daya dukung kawasan dilakukan merujuk Yulianda (2007).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah perbandingan laki-laki dan
perempuan Desa Sawai adalah berimbang yang berarti akan memberikan
perimbangan secara gender dalam memberikan kontribusi jika ekowisata
dikembangkan di kawasan ini. Tanggungan hidup bagi setiap kelompok usia
produktif cukup kecil @R = 75). Tidak semua kelompok usia produktif telah
berpekej a m . Kualitas pendidikan di desa ini masih rendah. Hal ini berpengaruh
kepada perilaku masyarakat terhadap sumberdaya alam.
Hasil pengamatan kondisi terumbu karang pada perairan Pulau Sawai dan
Pulau Raja menujukkan bahwa kondisi terumbu karangnya masih dalam kategori
kondisi baik. Kondisi terumbu karang pada perairan Pantai Tebiig Batu berada
kategori kondisi buruk. Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti bekas pengeboman
yang banyak ditemukan pada lokasi ini. Jumlah jenis ikan karang yang ditemukan

pada lokasi penelitian adalah sebanyak 45 jenis. Jumlah ini terdistribusi ke dalam
kategori ikan indikator sebanyak empat jenis, kategori ikan mayor 25 jenis dan
kategori ikan target sebanyak 16jenis.

Hasil identifikasi kesesuaian ekowisata bahari berdasarkan matriks
kesesuaian area bagi pengembangan ekowisata (Yulianda, 2007) menghasilkan
dua bentuk kegiatan ekowisata yaitu (1) ekowisata pantai dengan kategori wisata
pantai dan olahraga pantai dan (2) ekowisata bahari dengan kategori snorkling dan
selam. Sementara hasil identifikasi pemangku kepentingan bagi pengembangan
ekowisata di Desa Sawai menunjukkan bahwa masyarakat dan pengusaha
akomodasi adalah pemangku kepentingan utama; Pemerintah Desa, Bappeda Kab.
Malteng, Dinas Pariwisata Malteng dan DKP Malteng adalah pemangku
kepentingan kunci; instansi pendukung lainnya adalah pemangku kepentingan
sekunder.
Beberapa rekomendasi yang diusulkan yaitu (1) monitoring dan evaluasi
serta rehabilitasi pada bagian sumberdaya yang telah mengalami tekanan, penting
untuk segera dilakukan; (2) pengembangan ekowisata berbasis dam (pantai dan
bahari) dan wisata budaya (living culture and heritage) melalui paket wisata; (3)
pengembangan

sumberdaya

manusia,


kelembagaan

pengelola

dan

pemasaranfpromosi ekowisata secara terpadu berbasis masyarakat; (4)
pengembangan ekonomi yang mengarah kepada pengembangan wilayah pesisir

dan laut yang mendukung ekowisata dan perdagangan bebas; (5) peningkatan
koordinasi, integrasi, pemantauan dan evaluasi pengelolaan ekowisata secara
kontinu dan melibatkan masyarakat dalam setiap proses; (6) meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam menjaga stabilitas keamanan serta mendorong
pemerintah dan aparatur keamanan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan ekowisata.

O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya;
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik; atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KAJIAN KESESUAIAN PERAIRAN PESISIR
DESA SAWAI KABUPATEN MALUKU TENGAH
BAG1 PENGEMBANGAN EKOWISATA

FREDERIK WILLEM AYAL

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAJY BOGOR
BOGOR
2009

Judul Tesis : Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai
Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata
Nama

: Frederik Willem Ayal

NRP

: C251060011

Disetujui
Komisi Pembimbing

/


Dr. Ir. M. F. Rahardio, DEA
Ketua

Dr. Ir. 1sckaidd Setyobudiandi, M.Sc
) Anggota

Diketahui

&&tua

Program Studi Pengelolaan

M.S.

Dr. Ir. Mennofatria Boer,

Tanggal Ujian : 6 April 2009

Tanggal Lu~uS: 1 5 MAY 2Wg


PRAKATA
Kemuliaan dan penghormatan hanya diberikan kepada Allah, Pencipta
Langit dan Bumi yang memberikan inspirasi dan hikniat kepada penulis sehingga
penulisan tesis dengan judul "Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa Sawai
Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata" dapat terselesaikan.
Jikalau bukan Tuhan yang menolong, maka sia-sialah usaha penulis selama ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA dan
Dr. Ir. Isdrajad Setyobudiandi, M.Sc selaku Komisi Pembiibing atas bimbingan,
dorongan, motivasi dan masukan, diiulai dari rencana penelitian hingga
penulisan tesis ini. Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor UNversitas Pattimura dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Pattimura yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB.
2. Institut Pertanian Bogor khususnya Sekolah Pascasarjana dimana penulis

menuntut ilmu dan menyelesaikan studi.
3. Pemerintah Provinsi Maluku, Yayasan Satyabhakti Widya, Yayasan Dana

Beasiswa Maluku atas bantuan dana yang sangat membantu penulis dalam
proses penelitian.
4. Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (mantan Ketua Program Studi SPL) dan

Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA (Ketua Program Studi SPL) yang begitu
membantu selama penulis mengenyam pendidikan di IPB.

5. Dr. Ir. F. Yulianda, M.Sc selaku Penguji Luar Komisi pada ujian tesis
yang telah memberikan banyak masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
Semoga tulisan iN dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Bogor, Mei 2009

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan pendidikan pada Sekolah
Pascasarjana IPB, banyak pihak telah memberikan kontxibusi yang berarti dalam
berbagai bentuk kepada penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis
tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


1. Keluarga tercinta, Istriku Theophanny Paula Theresia, Papa Sam (ah),
Mama Evi (ah), Papa Nick, Mama Emmy, Om Buce, Tante Au, Eda,
Ecky, Eni, Dave, Ance, Eriec, Radi Christa, Ezra Gregoreo serta semua
saudara yang setia berdoa dan mendorong penulis selama studi di IPB.
2. Teman-teman S:! SPL angkatan XI11 atas semangat dan kebersamaan yang
tejalin selama ini serta teman-teman seperjuangan (Usi Yona, Nurul,
Kholik, Adit, Anchu dan yang lain) yang telah membantu dan mendukung
penulis selama studi di IPB.
3. Teman-teman dari Anlbon (Pa Rommy, Bu James, Bu Jeff, Pa Yop, Pa
Yanes, Bu Mon, Bu Nus, Pa Abe, Bu Yan, Bu Degen, Bu Max, Usi Nona,
Usi Yona, Thya, Oca, Semby, Marko), T i ke Sawai untuk bantuan,
teman-teman Pelayanan Perkantas, teman-teman AMGPM Ranting
Kumatu dan AMGPM Cabang Sinar atas dukungan dan doa selama proses
perkuliahan sampai penulisan tesis ini serta teman-teman penghuni Kost
Penvira No.12 yang penuh suasana kekeluargaan walaupun berasal dari
daerah yang berbeda namun tetap kompak.

RIWAYAT HII)T.JP
Penulis dilahirkan di Ambon pada 22 Pebruari 1981 dari ayah Imanuel
Samuel Ayal (alm) dan ibu Levina Margaretha RehattaIAyal. Penulis merupakan
anak ke-3 dari 3 bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Ambon dan pada tahun yang
sama melanjutkan studi pada Universitas Pattimura Ambon. Tahun 2003 penulis
menyelesaikam program sarjana pada Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanm dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura. Tahun
2005, penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditempatkan
sebagai staf pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Pattimura Ambon. Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa BPPS dari
Departemen P e n d i d i Nasional untuk melanjutkan studi pascasarjana di
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan mengambil Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

DAFTAR IS1
Halaman

............................................................................

xiv

.........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

xv

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

..............................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Pemmusan Masalah ...................................................................
1.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................

1. PENDAHULUAN

xvii
1
1
3
3

5

.....................................................................
...................................................................................

2 . TMJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekowisata

2.2. Ekowisata di Kawasan Pesisir

....................................................

2.3. 'I'ekanan Akibat Aktifitas Wisata terhadap
Terumbu Karang ........................................................................

........
Daya Dukung Kawasan Ekowisata ...........................................
Analisis Pemangku Kepentingan ..............................................
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata ..............
Pengelolaan Ekowisata Bahari .................................................

2.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Ekowisata di Indonesia
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.

.................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
..
Ruang Lingkup Penelltian .........................................................
Metode Pengumpulan Data ........................................................
Metode Analisis Data .................................................................

3 . METODOLOGI
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.

16
16
16
16

19

xiii

...........................................
Keadaan Umum Wilayah Penelitian .........................................
Kondisi Iklim .............................................................................

4 . HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.
4.2.

4.3. Kondisi Sosial. Sarana dan Prasarana

.......................................

.................
Kesesuaian Ekowisata ..............................................................
Daya Dukung Kawasan ..............................................
Kondisi Wisatawan ...................................................
Keterlibatan Pemangku Kepentingan ........................................

4.4. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam Desa Sawai
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.

4.9. Peluang Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan

Ekowisata di Desa Sawai

..........................................................

4.10. Kendala Pengembangan Ekowisata di Perairan Pesisir

Desa Sawai

..............................................................................

4.11. Amhan Pengelolaan Ekowisata di Perairan Pesisir
Desa Sawai .............................................................................

...........................................
Kesimpulan ..............................................................................
Saran ........................................................................................

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.
5.2.

........................................................................
LAMPIRAN-LAMPWN ................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
No.

Judul Tabel

1. Metode Pengumpulan Data

...............................................................

2. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai Kategori
Rekreasi ................................................................................................,.
3. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata
..
Selam ......................................................................................................

4. Matriks Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari Kategori Wisata
Snorkiing ..................................................................................................

5. Jurnlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Terakhir, Jumlah Gedung
Sekolah dan Jumlah Guru di Desa Sawai .........................................
6 . Lgeform dan Persentase Tutupan Karang pada Pulau Sawai ..............

...............
Lifform dan Persentase Tutupan Karang pada Pantai Tebing Batu ...

7 . Lifeform dan Persentase Tutupan Karang pada Pulau Raja
8.

9. Kondisi Fisik Perairan Pesisir Pulau Sawai, Pulau Raja dan Pantai
Tebing Batu ......................................................................................
10. Daya Dukung Kawasan

....................................................................

Halaman

DAFTAR GAMBAR
No .

Judul Gambar

Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pikir Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir
Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah bagi Pengembangan
Ekowisata ..........................................................................................
2. Peta Lokasi Penelitian

.......................................................................

3 . Akses Menuju Desa Sawai di antaranya Hams Melewati Jembatan
Alternatif ............................................................................................
4 . Kondisi Jalan Pasir dan Batu Menuju Desa Sawai yang Rusak pada
Beberapa Bagian Jalan ......................................................................

5. Alat Penangkap Energi Matahari untuk Keperluan Pembangkitan
Listrik di Hampir Setiap Rumah Penduduk Desa Sawai ...................
6. Kolam Air Tawar untuk Keperluan Mandi. Cuci. Masak dan
Keperluan Sehari-hari Lainnya .........................................................

7. Penginapan Terapung "Lisar Bahari" Dilihat dari Arah Laut

............

8. Keindahan Ekosistem Temmbu Karang Perairan Pesisir
Desa Sawai ......................................................................................
9. Pemandangan Pantai Pasir Putih Pulau Sawai

..................................

10. Pengamatan Kondisi Terumbu Karang Perairan Pesisir
Desa Sawai .......................................................................................

11. Grafik Persentase Pengamatan Persentase Tutupan Karang

..............

12. Beberapa Jenis Ikan Karang di Perairan Pesisir Desa Sawai

............

13 . Perbandingan Persentase Ikan Indikator. Mayor dan Target di
Perairan Pesisir Desa Sawai .............................................................

...................
15. Peta Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Selarn .........................
16. Peta Kesesuaian Ekowisata Pantai ....................................................
17. Pantai Tebing Batu di Desa Sawai ...................................................
14. Peta Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Snorkling

18. Perbandingan Winus dan Wisman yang Mengunjungi Desa Sawai
saat Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ....................................

xvi

19. Perbandingan Winus dan Wisman yang Mengunjungi Desa Sawai
saat Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................
20 . Wawancara dengan Salah Satu Anggota Masyarakat

53
57

21 . Wawancara dengan Pemilik Penginapan

61

........................
..........................................

DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran

Halaman

...............

80

......
Jenis Ikan Karang yang Ditemukan saat Penelitian di Desa Sawai .....

81

Hasil Identifikasi Wisatawan yang menjadi Responden

84

Matriks Analisis Pemangku Kepentingan

...................
........................................

85

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Maluku Tengah

Hasil Identifikasi Sumber Daya Pesisir dan Laut di Desa Sawai

Peta Rencana Kawasan Wisata Bahari. Rencana Tata Ruang Laut
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah ...............................................
Kesesuaian Area untuk Ekowisata Pantai
Kesesuaian Area untuk Ekowisata Bahari

.......................................
.......................................

82

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Provinsi Maluku m e ~ p a k a nsalah satu provinsi kepulauan dengan dua per
tiga dari luas wilayah Maluku merupakan lautan. Daerah ini sering dikenal dengan
sebutan sebagai "provinsi seribu pulau" karena memiliki jumlah pulau yang cukup
banyak yaitu mencapai 1.423 buah pulau dengan panjang garis pantai yang
mencapai 8.506 km (Anonimous, 2007a). Kondisi wilayah seperti ini sangat jelas

akan memberikan konsekuensi logis bahwa potensi sumberdaya pesisir dan laut
dapat menjadi tumpuan bagi kelangsungan pembangunan di Provinsi Maluku.
Berbagai kegiatan dapat diembangkan merujuk pada potensi di atas seperti
pengembangan perikanan tangkap, kegiatan budidaya maupun sektor-sektor jasa
lainnya kawasan konservasi laut, transportasi laut maupun kegiatan wisata bahari.
Desa Sawai adalah sebuah desa pesisir yang terletak di bagian utara Pulau
Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Secara administrasi, desa
ini termasuk ke dalam Kecamatan Seram Utara., Kabupaten Maluku Tengah.
Jarak lokasi ini h a n g lebih 132 km dari Kota Masohi, ibukota Kabupaten
Maluku Tengah. Perjalanan untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh dengan
menggunakan transportasi darat maupun laut. Seperti halnya desa pesisir lain di
Provinsi Maluku, Desa Sawai juga memiliki potensi sumberdaya dam darat,
pesisir dan laut yang dapat diembangkan melalui pendekatan konservasi maupun
ekowisata. Sumberdaya yang dimaksud adalah sumberdaya terumbu karang.
Keindahan yang ditawarkan oleh terumbu karang di perairan ini, baik karena
pemandangan bawah lautnya yang bernilai estetika tinggi, kehadiran ikan-ikan
karang yang berasosiasi dan menambah keindahan di dalamnya merupakan
penyebab datangnya para pengunjung ke tempat ini. Potensi lain yang dimiliki
yaitu keindahan hamparan pasir putih yang ada pada dua buah pulau kecil yang
temasuk dalam petuanan Desa Sawai. Keberadaan sumberdaya alam ini dapat
dijadikan potensi pengembangan pariwisata ke depan.
Saat ini, kegiatan wisata di Desa Sawai sudah berjalan. Namun tidak
semua masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan dari kegiatan ini. Hanya

masyarakat pemilik penginapan dan mereka yang bekerja di dalamnya saja yang
merasakan dampak dari kegiatan wisata tersebut. Jika dibiarkan terus berlanjut,
maka dikuatukan kondisi ketimpangan dimaksud akan berpotensi menjadi sumber
konflik dan menyebabkan ketidakberlanjutan kegiatan wisata di daerah ini. Hal ini
dapat dilihat dari h a i l observasi awal di lapangan yang menunjukkan bahwa
praktek pengrusakan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, yang menjadi objek
utama kegiatan wisata di desa ini masih terjadi. Praktek tersebut terus terjadi
karena masyarakat belum merasakan dampak dari kegiatan wisata ini bagi mereka.
H a i l observasi dari sejumlah penyelam yang pernah menyelami daerah ini,
perairan Desa Sawai memiliki panorama laut yang masih alami dan cukup
menawan, baik itu karang maupun ikan-ikannya. Hal ini juga yang menarik
sejumlah wisatawan baik dalarn maupun luar negeri untuk datang ke tempat ini.
Data dari D i Pariwisata Kabupaten Maluku Tengah menunjukkan bahwa pada

tahun 2007, sebanyak 96 orang wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke
tempat ini. Sementara untuk tahun ini saja, sampai dengan bulan April 2008,
tercatat 59 orang wisatawan mancanegara telah mengunjunginya, mulai dari
Belanda, Perancis, Belgia, Australia, Jepang, Amerika Serikat dan lain-lain.

Namun di sisi lain, kelemahan pengelolaan dan pengawasan kawasan ini dapat
"dimanfaatkan"

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan

melakukan eksploitasi yang destruktif.
Lokasi ini dipilih untuk diteliti dengan pertimbangan bahwa pada lokasi
ini sebagian besar perairannya memiliki ekosistem terumbu karang dan hidup
berbagai jenis ikan karang, yang memiliki nilai estetika untuk dikembangkan
kegiatan ekowisata bahari. Belum optimalnya pengelolaan ekowisata di perairan
Desa Sawai memerlukan sentuhan pengelolaan yang lebih terarah. Untuk
mendukung pengembangannya maka perlu adanya kajian mengenai potensi dan
kesesuaian kawasan ini untuk dikembangkannya kegiatan ekowisata, khususnya
snorkeling dan penyelaman, serta bagaimana dukungan masyarakat setempat.
Atas dasar pemikiran inilah maka dilakukan penelitian yang berjudul "Kajian
Kesesuaian Perairan Pesisu Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah bagi
Pengembangan Ekowisata".

1.2. Perumusan Masalah
Sebagai bagian dari kawasan konservasi, keindahan alam bawah laut Desa
Sawai dapat dikembangkan bagi kegiatan ekowisata bahari. Namun aktifitas
wisata yang telah dimulai sejak tahun 1990-an tersebut, sejauh ini belum
menunjukkan perkembangan yang berarti. Untuk dapat mengembangkan kegiatan
ekowisata di tempat ini maka informasi terumbu karang, yang menjadi
sumberdaya utama perairan ini menjadi penting untuk diietahui. Oleh karena itu
maka permasalahaa utarna penelitian ini yaitu:

1. indikasi telah terjadi kerusakan terumbu karang,
2. tidak semua pemangku kepentingan terlibat dalam kegiatan wisata,
3. belum adanya pengelolaan ekowisata secara terarah di tempat ini.

1.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah perairan Desa Sawai
memiliki sumberdaya yang memiliki potensi wisata untuk diiembangkm dan
dikelola dengan baik dalam rangka mencapai kelestarian manfaatnya. Karena
merupakan sumberdaya utarna untuk dikembangkannya kegiatan ekowisata maka
potensi sumberdaya ini perlu diketahui secara baik, melalui pen&-an

kondisi

terumbu karang dan ikan karangnya, parameter fisik kimia perairan, serta
bagaimana dukungan para pemangku kepentingan. Setelah itu maka akan diukur
kesesuaian kawasan ini berdasarkan potensi sumberdaya untuk dikembangkan
kegiatan ekowisata. Setelah itu maka dirumuskan strategi pemanfaatan ke depan.

Ekosistem Terumbu Karang
di Perairan Desa Sawai, Maluku Tengah

Kepentingan

I

1

Pengukuran Potensi

Deskripsi Kondisi
Desa Sawai

1
(

k i t e r i a Kesesuaian K a w a 4
untuk Ekowisata Bahari

I

melalui
Pendekatan Daya Dukung
Kawasan (DDK) Ekowisata

I

Analisis Kesesuaian

Analisis Daya
Dukung

Pemanfaatan

Pengelolaan Ekowisata pada Perairan Pesisir
Desa Sawai, Kabupaten Maluku Tengah

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pikii Kajian Kesesuaian Perairan Pesisir Desa
Sawai Kebupaten Maluku Tengah bagi Pengembangan Ekowisata

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. menganalisis kondisi sumberdaya pesisir dan laut, sebagai sumberdaya
utarna pengembangan kegiatan ekowisata;

2. mengindentifikasi para pernangku kepentingan yang terlibat dalam
kegiatan ekowisata;
3. menganalisis kesesuaian kawasan dengan kriteria ekowisata;

4. menentukan strategi pengelolaan ke depan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dan informasi bagi
pengembangan kegiatan ekowisata pada perairan pesisir Desa Sawai dan desadesa lain di Provinsi Maluku, secara urnurn.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekowisata
Ekowisata didefinisikan sebagai pejalanan untuk mengunjungi alam
sekitar yang masih alami dengan tujuan untuk melakukan konservasi alam
tersebut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekitarnya (Boo,
1991; Cater, 1994; Wight, 1994). Dalam ekowisata, perhatian para pelakunya

akan lebih ditujukan kepada keindahan dam, aspek geologi, flora dan fauna pada
suatu daerah tertentu dengan tetap mempertahankan keasliannya. Keindahan
budaya juga dapat menjadi komoditas yang dinikmati dalam ekowisata. Jadi
ketika seseorang melakukan ekowisata maka yang menjadi komoditas yang dapat
d i i a t i dalam ekowisata tersebut bukan hanya alam saja tetapi juga manusianya,
daiam hal ini budaya lokal.
Ekowisata dapat memegang peranan penting dalam melindungi
surnberdaya dam laut pada suatu daerah perlindungan laut. Bisnis ekowisata pada
Taman Nasional Komodo menyokong untuk berjalannya tiga pilar konservasi
(ekologi, ekonomi dan sosial) dalam pengelolaan ekowisata ini sehingga dapat
m e n d a n tingkat praktek penangkapan ikan yang destruktif di sekitar kawasan
ini. Strategi yang ditempuh antara lain: (I) meningkatkan kapasitas monitoring
karang melalui penambahan fasilitas kapd safari laut dan peralatan selam
mengelilingi karang; (2) mendorong peningkatan kesadaran d m kepedulian
masyarakat dan pemerintah dalam berbagai tingkatan; (3) mendorong terciptanya
sumber mata

pencaharian

alternatif

serta

menggalakkan upaya-upaya

pemberdayaan masyarakat (Djohani, 1998).
Sejak pertama kali kata dan konsep ekowisata diperkenalkan, ekowisata
telah diterima sebagai solusi dari upaya pelestarian lingkungan namun juga
memiliki nilai bisnis yang menjanjikan. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan
ekowisata sebagai pembangunau bisnis wisata secara berkelanjutan (Masberg &
Morales, 1999). Dcwasa ini sudah banyak bisnis wisata yang menggunakan istilah
ekowisata dalam meningkatkan lalu liitas wisatawan dan pendapatan usaha.

Namun apapun definisinya, ekowisata sekarang ini m e ~ p a k a nsalah satu segmen
dalam dunia wisata yang sedang meningkat perkembangannya.

2.2. Ekowisata di Kawasan Pesisir
Kegiatan wisata pesisir dengan memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan,
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Nurisyah, 1998 daIam
Wardhani, 2007). Jenis-jenis wisata bahari yang secara langsung memanfaatkan
wilayah pesisir antara lain: (a) berperahu; (b) berenang; (c) snorkeling; (d)
penyelaman; (e) pancing. Jenis-jenis wisata yang secara tidak langsung
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan antara lain: (a) kegiatan olahraga pant&,

(b) piknik menikmati atmosfer laut.
Wisata bahari, baik pada perairan pesisir maupun laut yang lebii dalam,
dewasa ini telah diakui secara luas sebagai salah satu jenis wisata yang sedang
pesat perkembangannya (Pollard, 1995; O m s , 1999). Wisata bahari termasuk
jenis wisata yang tidak mudah dan tidak murah, karena wisatawan harus
menguasai keahlian khusus (berenang dan menyelam). Sementara disebut tidak
murah karena wisatawan tentunya juga harus mengeluarkim biaya lebih untuk
berbagai fasilitas, akomodasi dan transportasi untuk menikmati aktifitas wisata
tersebut. Namun mungkin didorong oleh keinginan bertualang, mcnemukan dan
menikmati sesuatu yang baru serta sudah tidak alaminya lagi objek wisata pantai
karena tekanan antropogenik yang semakin meningkat, maka banyak wisatawan
yang sudah mulai beralih untuk menikmati wisata bahari. Sebelumnya, selama 50

tahun terakhir, objek wisata lebih difokuskan di pantai, maka sekarang ini wilayah
perairan laut secara umum telah menjadi tujuan wisata baru yang sangat pesat
perkembangannya dalam industri pariwisata (Miller & Auyong, 1991). O m s
(1999) mendefinisikan ekowisata bahari sebagai aktifitas wisata yang termasuk di
dalamnya pejalanan seseorang dari tempat tinggalnya atau penginapannya, dan
memfokuskan dii untuk menikmati keindahan laut.

2.3. Tekanan Akibat Aktifitas Wisata terhadap Ekosistem Pesisir
Selma ini, aktifitas wisata telah menjadi sebuah industxi yang
berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh
k e ~ a j u a ndunia transportasi dan telekomunikasi. Data WTO (2003) melaporkan
bahwa selama periode tahun 1995 - 2002, pertumbuhan rata-rata pariwisata global
adalah sebesar 3,57%

setiap tahunnya. Perkembangan dunia pariwisata ini

memang akan memiliki banyak dampak positif tetapi juga berpotensi untuk
menimbulkan dampak negatif, jika tidak dikelola dengvl baik. Dampak negatif
yang dimaksud disini yaitu bempa tekanan terhadap sumberdaya yang menjadi
obyek yang dinikmati ketika benvisata.
Pembangunan berbagai fasilitas wisata, khususnya yang tejadi pada
praktek wisata secara massal (mass tourism), telah mengalihfungsikan banyak
lahan yang seharusnya menjadi habitat berbagai biota pesisir dan laut. Hal ini
tentunya akan mengakibatkan habitat tersebut akan mengalami degradasi fungsi.
Ekosistem yang selama ini berfungsi sebagai habitat dari berbagai organisme,
menjalankan fungsi perlindungan stabilitas garis pantai telah diturunkan fungsinya
hanya untuk kepentingan wisata.
Tekanan aktifitas wisata ini tidak hanya tejadi pada wilayah pantai tetapi
juga pada ekosistem pesisir dan laut lainnya, yang juga terkena dampak aktifitas
wisata. Ekosistem yang dimaksud misalnya ekosistem terumbu karang. Beberapa
aktifitas akibat wisata yang dapat memberikan dampak negatif bagi kelestarian
ekosistem terumbu karang antara lain:
1. Peletakanjangkar kapal wisata di atas karang yang merusak anatomi tenunbu;
2. Kerusakan terumbu akibat diinjak oleh para penyelam yang melakukan wisata
pada kawasan ini;

3. Pembuangan sampah plastik clan jenis sampah lainnya oleh para wisatawan
yang mencemari periran terumbu;

4. Pengawasan yang

lemah oleh pihak pengelola kawasan sehingga

memungkinkan tejadinya kegiatan eksploitasi yang destruktif oleh para
pengunjung;

5. Aktifitas wisata yang terjadi secara massal yang dapat melebii daya dukung
ekosistem terumbu karang;
Di lain sisi, kegiatan wisata seringkali menjadi alasan untuk menutupi
berbagai eksploitasi yang merusak. Khusus pada pemanfaatan untuk perdagangan,
pada dekade terakhir, Indonesia mencatat peningkatan perdagangan karang baik
hidup atau mati untuk diekspor sebagai dekorasi ke luar negeri. Sampai tahun
1990-an, Indonesia tercatat sebagai pemasok 36%

-

41% pasar karang dunia

dengan nilai sebesar 1,2 juta spesimen per tahunnya (Suhartono dan Mardiastuti,
2003).

2.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Ekowisata di Indonesia
Pulau-pulau kecil dan perairan yang tidak terlalu dalam yang banyak
terdapat di wilayah Indonesia mempakan tempat yang ideal bagi kehidupan
karang. Potensi ini dianfaatkan dengan baik pada beberapa tenipat dengan
mengembangkan kegiatan ekowisata. Salah satunya pada perairan Wakatobi,
Sulawesi Tenggara. Perairan ini memiliki 80% kekayaan seluruh spesies karang di
dunia. Keindahan ini menjadi tujuan utama penikmat wisata laut di dunia. Tidak
kurang 500 orang pelajar dan wisatawan mancanegara tiap tahunnya mengunjungi
perairan ini (Coremap, 2006).
Lain halnya dengan pengembangan kegiatan ekowisata pada perairan
Kepulauan Raja Ampat, Papua. Perairan dengan pemandangan bawah laut yang
begitu menakjubkan ini karena memiliki tingkat biodiversitas yang sangat tinggi
tersebut, ternyata masih belum menemukan model pengelolaan ekowisata
berbasiskan masyarakat yang tepat (Coremap, 2006). Beberapa jenis
usahakegiatan wisata yang dilakukan namun tidak bejalan dengan baik sehingga
seiring dengan berjalannya waktu akan berhenti beroperasi. Salah satu
penyebabnya yaitu diduga karena tidak mempertimbangkan aspek-aspek sosial
ekonomi dan budaya masyarakat lokal/adat.
Terletak di pusat Segitiga Terumbu Karang meliputi bagian timur
Indonesia, selatan Filipina dan bagian utara Great Barrier Reef di Australia,
Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, menjadi tempat bagi aneka ragam

hayati laut di dunia. Taman seluas 89.000 h e k merupakan habitat bagi
setidaknya 1000 spesies ikan terumbu karang yang berasal dari 175 keluarga dan
kira-kira 400 spesies terumbu keras scleractinian yang mewakili 63 genus dan 15
keluarga (Salm & Usher, 1984). Keanekaragaman hayati yang paling banyak
terdapat di terumbu karang patahan (fringing reej), sementara kawasan laut dalam
menjadi habitat bagi ikan dan mamalia pelagic seperti marlin, tuna, hiu, ltunbalumba, paus orcas, pilot, sperm dan melon-head. Oleh karena itu, konservasi
Taman Nasional Bunaken memiliki kepentingan global yang sangat penting bagi
keanekaragaman hayati laut dan potensi pariwisata.
Dampak lain yang &pat ditimbulkan sebagai efek kegiatan wisata yaitu
dampak sosial. Wisatawan yang datang mengunjungi suatu lokasi ekowisata,
tentunya berasal dari berbagai tempat (baik dalam dan luar negeri), dengan
keragaman budaya, etika dan tata krama masing-masing. Interaksi antam para
wisatawan dengan masyarakat lokal, tentunya akan mengakibatkan terjadiiya
transfer kebudayaan dan kebiasaan. Masyarakat yang memiliki nilai-nilai tradisi
dan etika sosial yang sudah sangat mengakar, tentunya tidak akan mcdah
terpengaruh oleh budaya dari luar yang masuk ke wilayahnya. Hilyana (2001)
menemukan bahwa kegiatail pariwisata di Lombok Barat, Nusa Tenggara Timur,
tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai-nilai kultural yang ada di
masyarakat lokal. Hal ini tentunya tidak akan terjadi dengan s e n d i i y a atau juga
karena budaya yang dari luar (dalam hal ini mungkin yang dibawa masuk oleh
wisatawan) tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk mempengaruhi
masyarakat lokal. Masih kuatnya peranan tokoh-tokoh non formal dalam
mengontrol kehidupan sosial masyarakat, ditengarai menjadi kunci keberhasilan
masyarakat Lombok Barat dalam mengontrol dan menyaring budaya dari luar
tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri juga, bahwa masih ada sebagian kecil
masyarakat yang terpengaruh sehingga mengakibatkan tejadiiya perubahan gaya
hidup mereka. Hal ini tercermin dari cara berpakaian dan etika pergaulan yang
bertentangan dengan nilai-nilai moral masyarakat setempat.
Tantangan lain yang diadapi adalah sering adanya benturan antara para
pemangku kepentingan. Pemerintah sebagai penentu kebijakan, sering dianggap

hanya tegas "di atas kertas" namun sering terjadi pelanggaran di lapangan. Ini
ditemukan pada hampir semua daerah konsewasi/perlindungan dam yang kondisi
sumberdaya alamnya mengalami kerusakan. Di sisi lain, para kaum
konservatif/aktifis lingkungan, sering berpikix tidak perlu untuk dilakukan
promosi dan cenderung mengabaikan aspek industrialnya. Mereka merasa yakin
kalau produknya sudah bagus maka akan tercium juga dan pada akhimya &an
didatangi wisatawan. Mereka justru merasa kuatir bahwa kegiatan promosi dapat
menimbulkan ke!ebiian pengunjung atau melampaui daya tampung objek wisata
yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya dam. Sementara di lain pihak,
para operator wisata, menganggap bahwa objek tujuan wisata tidak layak dilirik
selama belum dipromosikan.

Lain halnya dengan yang terjadi pada kawasan ekowisata di Batu
Rongring, Sumatera Utara. Tujuan utama wisatawan datang ke daerah ini adalah
menikmati alamnya yang masih alami, lerutama sungainya. Namun jika hanya
mengandalkan sungai sebagai tujuan wisata, maka dikuatirkan akan sulit bersaing
dengan beberapa daerah tujuan wisata lain yang berdekatan dengan daerah ini dan
juga memiliki kelebihan masing-masing. Di samping itu, inhstruktur yang ada di
daerah ini juga kurang memadai. Oleh karena itu yang dapat meajadi solusi yaitu
hams membuat konsep wisata yang memiliki keunggulan terselidin. Salah satunya
yaitu memanfaatkan kearifan lokal masyarakat (Suku Karo) yang selalu
mengandakm pengobatan altematifltradisionaldari tanaman-tanaman yang ada di
kawasan ini. Banyak sekali tanaman yang &pat dianfaatkan menjadi obatobatan tradisional pada kawasan ini. Maka paket wisata yang ditawarkan disini
yaitu wisata dam yang disertai dengan pengobatan altematif yang dapat
menambah pengetahuan wisatawan tentang obat-obatan alami bahkan juga dapat
menyembuhkan penyakit mereka.

2.5. Daya Dukung Kawasan Ekowisata
Definisi terminologi daya dukung kawasan wisatawan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kemampuan atau daya dukung kawasan secara fisik

untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas maksiium terhadap

sumberdaya alam yang berlangsung secara berkelanjutan tanpa memsak
lingkungan. Pembatasan jumlah wisatawan yang berkunjung pada suatu waktu
tertentu ke suatu lokasi wisata bertujuan agar sumberdaya dam dan lingkungan
yang menjadi obyek tujuan kunjungan wisata dapat diberikan kesempatan, secara
alami untuk dapat berasimilasi, sehingga berbagai aktifitas yang ditimbulkan dari
berbagai kegiatan wisata, tidak akan menimbulkan efek yang negatif terhadap
keberlangsungan sumberdaya dan lingkungan di kawasan itu.
Daya dukung adalah jnmlah maksimum pengunjung pada suatu tapak
tanpa menyebabkan perubahan pada lingkungan fisik dan tidak mempengaruhi
pengunjung (Inskeep, 1991). Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan
du2 hal yaitu (1) kemampuan dam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari
manusia dan (2) standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung
ekowisata ditujukan pada pertimbangan wisata bahari dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat
pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism,mudah rusak dan ruang
untuk pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuan daya dukung kawasan.
Daya dukung disesuaikan dengan kamkteristik sumberdaya dan pemtukannya
(Yulianda, 2007).
Pengembangan suatu kegiatan ekowisata barus memperhatikan faktor daya
tampung wisatawan. Apalagi jika kegiatan ekowisata tersebut dilakukan pada
wilayah pesisir, yang sangat tinggi intensitas tekanan akibat banyak sekali
aktifitas manusia yang dilakukan pada wilayah ini, yang menyebabkan wilayah ini
rentan akan berbagai p e n m a n h g s i sumberdaya dan lingkungan pesisir bahkan
dapat menjadi rusak. Dalam penelitian ini, parameter yang digunakan dalam
menentukan daya tampung kawasan ekowisata yaitu panjang pasirltebing pantai
untuk aktifitas wisata pantai dan luasan areal terumbu karang untuk aktifitas
wisata bahari.
2.6. Anatisis Pemangku Kepentingan

Banyak pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan suatu rencana
pembangunan ditentukan oleh perencanaan yang tepat. Dalam hubungan ini,

perencanaan yang tepat lebih mengacu kepada untuk dan oleh siapa rencana
tersebut dibuat. Oleh karena itu penting untuk memetakan pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu kegiatan pembangunan (subyek pembangunan). Tahapan awal
dalam perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif adalah perlu dikenali
terlebih dulu pelaku (siapa saja) yang selayaknya terlibat. Dengan pemahaman
yang cukup, maka para pelaku pembangunan akan memiliki panduan tentang
gambaran yang komprehensif atas kondisi dan situasi yang terjadi. Proses ini
disebut sebagai analisis pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan adalah siapa saja yang berkepentingan atau terkena
dampak atas suatu proyeWprogram dimana informasi dan peran aktif mereka
sangat diperlukan termasuk dalam menjalankan fungsi kontrol atas pelaksanaan
proyek/program tersebut. Analisis pemangku kepentingan menjadi penting dalam
mengidentifikasi para pelaku pembangunan. Pelaku pembangunan ini meliputi
orang dan organisasi yang terlibat ataupun terkena dampak dari suatu perencanaan.
Analisis pemangku pentingan bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan
menentukan berbagai pemangku kepentingan yang relevan dengan perencanaan
pembangunan; hal tersebut ditujukan untuk menjamin keberhasilan dalam
pengambilan keputusan perencanaan secara partisipatif, (2) memetakan peran dan
kontribusi pemangku kepentingan dalam pembangunan; pemetaan pemangku
kepentingan merupakan kebutuhan untuk dapat terlibat secara aktif, (3)
memaksimalkan peran dan kontribusi pemangku kepentingan; dengan luasnya
peran dan kontribusi maka keberhasilan aktifitas perencanaan menjadi lebih baik
d m mendapat dukungan banyak pihak.

2.7. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata
Beberapa pengertian tentang partisipasi masyarakat oleh banyak ahli
biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan,
yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya peran
serta dalam pembanynan. Seperti yang diiemukakan oleh Slamet (1985),
partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya pembangunan. Pada
urnumnya dapat dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat maka setiap

kegiatan pembangunan akan kurang berhasil. Wardoyo (1992) mengatakan bahwa
partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan
maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadiiya
interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam
pembangunan.
Nikijuluw (2002) menyatakan bahwa pengelolaan yang melibatkan
masyarakat atau partisipasi masyarakat mempakan salah satu pendekatan
pengelolaan sumberdaya alam, misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Selain karena

mereka memiliki akar budaya yang h a t ,

biasanya tergabung dalam

kepercayaannya. Nilai-nilai dalam masyarakat biasanya ditransfer secara kuat dari
generasi ke generasi yang tercakup dalam suatu sistem tradisional.
Partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatadpembangunan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yailu tingkat pendidikan, umur dan kesesuaian kegiatan
dengan kebutuhan (Madrie, 1986). Partisipasi juga ditentukan oleh tingkat
pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
terhadap kepentingan kelompok, cenderung semakin tinggi partisipasinya dalam
kegiatan pembangunan (Long, 1973). Ditambahkan oleh Soeryani dkk (1987)
bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi partisipai masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup.
Tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka
mengenai liigkungan hidup.
2.8. Pengelolaan Ekowisata Bahari

The Ecotourism Sociefy (Wood, 2002) menyebutkan bahwa dalam
melakukan pengelolaan ekowisata bahari maka ada delapan prinsip dasar yang
harus menjadi perhatian, yaitu:

-

Mencegah dan menanggulangi dampak aktifitas wisatawan terhadap alam dan
budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter d a m dan budaya setempat,

-

Pendidikan konservasi lingkungan,

-

Pendapatan langsung untuk kawasan,

-

Daya dukung sebagai batas pemanfaatan,

-

Peluang penghasilan pada porsi yang besar untuk pemerintah.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
Penghasilan masyarakat,
Menjaga keharmonisan dengan dam,

Choy dan Heillbronn (1996) daIam Yulianda (2007) mengemukakan lima
faktor utama dalam pengembangan ekowisata yaitu: (I) lingkungan, yaitu bahwa
kegiatan ekowisata akan berhmpu pada lingkungan alam atau budaya yang relatif
belum tercemar atau terganggu; (2) masyarakat, yaitu bahwa ekowisata harus
memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara langsung kepada
masyarakat; (3) pendidikan dun pengalaman, yaitu bahwa ekowisata hams dapat
meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam clan budaya melalui pengalaman
yang diiiliki; (4) berkelanjutan, yaitu bahwa ekowisata harus dapat memberikan
baik dalam jangka
sumbangan yang positif bagi keberlanjutan ekologi li~~gkungan
panjang maupun jangka pendek; (5) manajemen, yaitu bahwa ekowisata harus
diielola secara baik dan menjamin kelestarian lingkungan alam dan budaya.

3. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Desa Sawai, Kabupaten Maluku Tengah
(Gambar 2). Penelitian ini berlangsung pada bulan November 2008 yang
dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (1) survei awal, memperoleh data sekunder,
(2) pengumpulan data primer, pada kegiatan ini terdiri dari pengumpulan data
kondisi terumbu karang, ikan karang, parameter lingkungan dan data sosek,
(3) analisis data dan penulisan laporan.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Di dalam penelitian ini dianalisis kondisi biologis, fisik clan sosekbud
kawasan penelitian. Kondisi biologis kawasan yang diimaksud adalah kondisi
sumberdaya pesisir dan laut, yang dalam konteks penelitian ini adalah kondisi
terumbu karang dan ikan karang. Kondisi fisik kawasan yang diiaksud adalah
parameter fisik perairan yang merupakan bagian dari parameter kesesuaian
kawasan bagi pengembangan kegiatan ekowisata. Sementara kondisi sosekbud
kawasan yang dimaksud adalah mengidentifikasi para pemangku kepentingan
bagi pengembangan kegiatan ekowisata di kawasan ini. Penelitian ini bermuara
pada p e m u s a n strategi pengelolaan yang tepat bagi kelestarian sumberdaya
tetapi juga menggencarkan kegiatan ekowisata di daerah ini.
3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer mempakan data yang diperoleh secara langsung di
lapangan dengan cara pemantauan kondisi terumbu karang, ikan karang,
parameter fisik perairan dan pengisian kuesionerlwawancara dengan berbagai
pemangku kepentingan. Sementara data sekunder merupakan data hasil penelitian
atau kajian orang lain atau instansi lain, yang m e m i l i relevansi untuk mendukung
tercapainya tujuan penelitian ini.

r

--

.,,.-,,

r37.8-

#a*,,

?

LOGAS1 PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Pengambilan data kondisi biologis dan fisik kawasan, yang dam penelitian
ini yaitu data kondisi terumbu karang, data ikan karang serta parameter fisik

perairan yang menunjang pengembangan kegiatan ekowisata, dilakukan pada Pulau
Sawai, Pulau Raja clan Pantai Tebing Batu yang memiliki potensi sumber daya
terumbu karang (Anonimous, 2007~)dan juga merupakan titik-tit*

yang biasa

digunakan sebagai lokasi wisata di perairan Desa Sawai. Pada lokasi tersebut
berbagai aktifitas wisata biasanya dilakukan seperti berenang, snorkeling,
penyelaman, berperahu dan aktifitas lainnya. Penelitian ini melihat perbandingan
kondisi biologis dan fisik pada setiap stasiun pengamatan dan merekomendasii
W t a s ekowisata yang sebaiknya dikembangkan pada setiap stasiun.
Metode yang digunakan untuk penentuan kondisi terumbu karang adalah
Metode Survei Transek Garis (Line Intercept TransectlLIT) (English et al. 1994)
untuk melihat penutupan dasar perairan. Garis transek yang digunakan sepanjang 50
m mengikuti kedalaman garis kontur pada bagian reefjat zone dan bagian reef
slope zone. Sementara metode yang digunakan untuk mengidentifikasi ikan

karang .addah Metode Sensus Visual R a n Karang .(Coral Reef Fish -Visual
Census) yang dikemukakan oleh English et al. (1994).

Pengambilan data kondisi fisik perairan dilakukan secara in situ di lokasi
penelitian. Data yang diukur yaitu data kedalaman perairan, kecepatan arus
dengan menggunakan alat pengukur

arus, kecerahan perairan dengan

menggwakan secchi disk, suhu dengan menggunakan termometer, saliitas
dengan menggunakan refraktometer d m pH dengan menggunakan pH meter.
Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan melalui wawancara kepada
responden dan juga melalui penelusuran data sekunder. Data-data sekunder yang
ditelusuri meliputi:

-

data demogafi desa,
data statistik tingkat desa, kecamatan dan kabupaten,
dokurnen Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten
Maluku Tengah dan laporan h a i l kajian sebelumnya.

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
No
I. Data Primer
1.

2.

3.

Kondisi Biologis
Kawasan:
- Terumbu Karang
- Ikan Karang
Kondisi Fisik Kawasan:
- Posisi
- Kecepatan arus
- Kecerahan
- Suhu
- Salinitas

- PH

Kondisi Sosek Kawasan

II. Data Sekuuder

Metode
Pengamatan/pengukurnn
langsung di lapangan

Sumber Data

- Survei tmnsek garis
- Sensus visual

- In situ
- In situ

-

-

GPS
- Current meter
- Secchidisk
- Tennometer
- Refiaktometer
- pH meter
Wawancara

In situ
In situ
- In situ
- In situ
- In situ
- In sifu
Desa Sawai dan
instansi terkait
Penelusuran dokumen dan - Desa Sawai
laporan hasil kajian instansi - Kecamatan Seram
terkait
Utara
- Dinas Pariwisata
- Dinas Perika