Coral Reef Resources Utility for Fisheries and Tourism in Pasi Island, District of Selayar Archipelago, Province of South Sulawesi

PEMMANFAATTAN SUMBBERDAYA TERUMBBU KARANNG
NTUK PERRIKANAN TANGKAP DAN PA
ARIWISATTA
DI ULAU
PASSI, KABUPPATEN KEEPULAUAAN SELAYYAR,
PU
ROVINSI SULAWESI SELATAAN
PR

AKHMAAD MUHAARRAM

SEKOLAH PASCASSARJANA
NSTITUT PERTANIA BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu
Karang untuk Perikanan Tangkap dan Pariwisata di Pulau Pasi, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2010

Akhmad Muharram
NRP C252080454

ABSTRACT
AKHMAD MUHARRAM. Coral Reef Resources Utility for Fisheries and Tourism
in Pasi Island, District of Selayar Archipelago, Province of South Sulawesi. Under
direction of ACHMAD FAHRUDIN and ARIO DAMAR.
Coral reef ecosystem has been crucial for the community near the ecosystem
especially in fisheries and tourism sector. Coral reef condition plays an important
role not only for ecological but also economic sustainability. The study is tried to
apply valuation technic for the aim of knowing the ecological condition and valuing
coral reef ecosystem focussing on utility of fisheries and tourism in Pasi Island.
Coral condition in Pasi Island is influencing those sectors, whereas the impact of
MPA could increase the coral cover and fish abundancy that also influence the

fisheries and tourism sectors. The possibility to implement entrance fee is tried to
evaluate by asking tourist willingness to pay as a form of community awareness.
Based on the effect of production method and travel cost method, we calculate
economic value from fisheries about Rp. 2 665 016 072/ha/year and economic value
from tourism about Rp. 53 700 760.31/ha/year. Using contingent valuation method,
willingness to pay for entrance fee is Rp. 23 653.65,-/ person, therefore the benefit
from entrance fee implementation worth over 146 million Rupiah per year. MPA
implementation is observed have a positive effect on fisheries economic value.
Keywords : Coral reefs, valuation technic, coral condition, fisheries, tourism,
management.

RINGKASAN
AKHMAD MUHARRAM. Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang untuk
Perikanan Tangkap dan Pariwisata di Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar,
Provinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN dan ARIO
DAMAR.
Ekosistem terumbu karang ini seperti halnya ekosistem lainnya memiliki jasa
(services) yang sangat besar bagi manusia dan lingkungan. Manfaat tersebut
diantaranya adalah manfaat ekologi dan manfaat ekonomi. Manfaat sumberdaya
terumbu karang yang besar tersebut tidak luput dari adanya ancaman baik itu akibat

dari ulah manusia maupun pengaruh dari alam. Oleh karenanya diperlukan upaya
untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah
perlindungan sumberdaya alam yang dapat dilakukan melalui konservasi dengan
cara penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL).
Pulau Pasi merupakan kawasan terumbu karang dengan kelimpahan ikan dan
tutupan karang yang baik. Berbagai jenis ikan karang memiliki nilai ekonomis bagi
masyarakat dan kawasan terumbu karang Pulau Pasi juga memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi daerah wisata. Manfaat terumbu karang yang sangat besar
tersebut harus diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
melestarikan ekosistem tersebut. Penelitian ini melakukan tinjauan terhadap
pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di Pulau Pasi baik dari sektor usaha
penangkapan ikan maupun pariwisata untuk mengetahui nilai ekonominya dan
memberikan gambaran mengenai pengaruh penetapan DPL terhadap nilai manfaat
langsung sektor usaha penangkapan ikan di Pulau Pasi.
Analisis yang dilakukan meliputi adalah analisis ekologi meliputi tutupan
karang hidup, tingkat mortalitas karang, dan kelimpahan ikan karang. Analisis
ekonomi dilakukan melalui metode valuasi yang meliputi metode effect on
production (EOP) untuk mengkuantifikasi nilai manfaat perikanan tangkap, metode
travel cost method (TCM) untuk mengkuantifikasi nilai manfaat pariwisata dan
willingness to pay (WTP) untuk mengukur kemampuan membayar wisatawan

apabila diterapkan sejumlah biaya masuk sebagai bentuk kepedulian wisatawan
terhadap pengelolaan terumbu karang. Gambaran untuk melihat pengaruh DPL
terhadap nilai manfaat perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan present
value.
Berdasarkan pengamatan secara ekologi terumbu karang di Pulau Pasi
mengalami peningkatan dalam tutupan karang hidup dibandingkan dengan tahun
2007. Kondisi terumbu karang rata-rata dalam kondisi baik. Tingkat kematian
karang di Pulau Pasi rata-rata mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007.
Penangkapan ikan secara destruktif yang kadang terjadi di Pulau Pasi turut
mengakibatkan tingginya mortalitas karang di pulau ini.
Umumnya jenis ikan yang terdapat di Pulau Pasi merupakan ikan dari famili
Pomacentridae dengan kelimpahan sebesar 643 ind/250m2 dan komposisi Ikan
karang di Pulau Pasi umumnya adalah ikan mayor, hal ini dapat dipahami karena
ikan ini merupakan ikan yang terdapat dalam jumlah besar dan umum ditemui di
suatu perairan terumbu karang. Apabila dibandingkan dengan hasil survey tahun
2007 rata-rata kelimpahan ikan baik itu ikan indikator, ikan mayor maupun ikan
target mengalami peningkatan. Rata-rata jumlah jenis ikan karang apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2007) mengalami peningkatan,

sehingga diharapkan dengan adanya peningkatan kelimpahan maupun peningkatan

jumlah jenis dapat berpotensi untuk meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil
tangkapannya.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Effect on Production
(EOP) diperoleh surplus konsumen (consumer surplus) sebesar Rp. 976 041 223,
sehingga apabila dihitung manfaat ekonomi terumbu karang dari perikanan tangkap
adalah sebesar Rp. 2 665 016 072 /ha/tahun.
Nilai manfaat dari pariwisata dilakukan dengan menggunakan analisis travel
cost method, hasilnya diperoleh surplus konsumen (consumer surplus) sebesar Rp. 3
542 116.38, sehingga nilai manfaat terumbu karang dari wisata adalah sekitar Rp. 53
700 760.31/ha/tahun. Nilai manfaat wisata memang tidak terlalu besar hal ini
dikarenakan masih sedikit wisatawan yang mengunjungi Pulau Pasi dan sektor
wisata Pulau Pasi belum berkembang meskipun potensi wisata pulau pasi cukup
besar untuk dikembangkan.
Berdasarkan analisis willingness to pay (WTP) diperoleh rata-rata
kesanggupan tiap responden untuk membayar adalah sekitar Rp. 23 653.65 sehingga
secara akumulasi pemasukan yang diperoleh dari penerapan biaya masuk ini adalah
sekitar Rp. 146 439 734.06/tahun. Biaya yang bersedia dikeluarkan merupakan
wujud kepedulian mereka terhadap keberadaan terumbu karang di Pulau Pasi dan
diharapkan pemasukan tersebut dapat dipergunakan untuk pengelolaan sumberdaya
terumbu karang di Pulau Pasi.

Kelimpahan ikan target di area DPL apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, mengalami peningkatan sebesar 50.6% per tahun, dengan
menggunakan asumsi bahwa sektor penangkapan ikan meningkat seiring dengan
peningkatan kelimpahan ikan target dan dengan discount factor sebesar 6%,
diperoleh gambaran present value nilai manfaat perikanan tangkap akibat penetapan
dan pengelolaan DPL mengalami peningkatan seiring dengan waktu.
Kata kunci : terumbu karang, nilai manfaat langsung, perikanan tangkap, pariwisata,
daerah perlindungan laut, pengelolaan

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PEMANFAATAN SUMBERDAYA TERUMBU KARANG
UNTUK PERIKANAN TANGKAP DAN PARIWISATA
DI PULAU PASI, KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR,
PROVINSI SULAWESI SELATAN

AKHMAD MUHARRAM

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc

Judul Tesis

Nama
NRP
Program Studi

: Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang untuk Perikanan
Tangkap dan Pariwisata di Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan
Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan
: Akhmad Muharram
: C252080454
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si
Ketua

Dr. Ir. Ario Damar, M.Si
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 22 September 2010

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya hasil
penelitian (tesis) ini. Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Pulau
Pasi dengan judul pemanfaatan sumberdaya terumbu karang untuk perikanan
tangkap dan pariwisata di Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian ini meninjau nilai manfaat langsung dari terumbu

karang baik dari perikanan tangkap maupun pariwisata di Pulau Pasi, yang pada
akhirnya dilakukan gambaran untuk melihat dampak dari pengelolaan daerah
perilindungan laut (DPL) terhadap nilai manfaat langsung terutama perikanan
tangkap.
Dalam penyusunan tesis ini penulis diberikan arahan dan bimbingan oleh
komisi pembimbing yaitu: (1) Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si sebagai Ketua Komisi
dan (2) Dr. Ir. Ario Damar, M.Si sebagai Anggota Komisi. Harapan penulis semoga
penelitian ini dapat bermanfaat untuk meraih kesadaran baik masyarakat, pihak
pengelola maupun pihak lain yang berkepentingan demi terciptanya pengelolaan
sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada komisi pembimbing, beasiswa COREMAP II World Bank serta pihak-pihak
lain yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.

Bogor, September 2010

Akhmad Muharram

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 November 1981 dari pasangan
Affandi Syamsu dan Sumiati. Penulis merupakan putra keempat dari empat

bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Manajemen Bisnis
dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis lulus pada tahun
2004. Pada tahun 2008 penulis memiliki kesempatan beasiswa untuk melanjutkan
studi pada Program Pascasarjana IPB dengan Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sandwich Program dengan Universität Bremen.
Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari beasiswa Coremap II World Bank,
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Penulis pada saat ini bekerja sebagai staf
Direktorat Pesisir dan Lautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan sejak 2005.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..........

xix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….

xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xxiii
1. PENDAHULUAN ………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………...
1.3 Tujuan dan Manfaat …………………………………………………...
1.4 Kerangka Pemikiran …………………………………………………...

1
1
4
6
6

2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….
2.1 Terumbu Karang ………………………………………………………
2.2 Ikan Karang ……………………………………………………………
2.3 Marine Protected Areas (MPA) ……………………………………….
2.4 Supply Side Ecology …………………………………………………...
2.5 MPA dan Perikanan Tangkap ….……………………………………...
2.6 MPA dan Pariwisata …………………………………………………...
2.7 Marine Protected Areas dan Tutupan Karang Hidup …………………
2.8 Hubungan Tutupan Karang dan Kelimpahan Ikan …………………...
2.9 Valuasi Ekonomi ………………………………………………………
2.9.1 Effect on Production (EOP) ….………………………………….
2.9.2 Travel Cost Method (TCM) ………………………………..........
2.9.3 Contingent Valuation Method (CVM) ...………………………...
2.10 Pentingnya Valuasi Ekonomi dalam Kebijakan Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Berkelanjutan …………………..

9
9
14
16
18
18
19
22
23
23
26
26
30

3. METODE PENELITIAN ………………………………………………….
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………
3.2 Metode Pengumpulan Data ……………………………………………
3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………………...
3.4 Analisis Data ……………………………………………………..........
3.4.1 Indeks Mortalitas Karang ………………………………………..
3.4.2 Metode Effect on Production (EOP)……………………………..
3.4.3 Travel Cost Method (TCM) ………………………………..........
3.4.4 Contingent Valuation Method (CVM) ……………………..........
3.4.5 Gambaran Pengaruh DPL terhadap Nilai Manfaat Perikanan
Tangkap ………………………………………………………….

37
37
37
38
39
39
39
40
41

4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian …………………………………
4.1.1 Kondisi Geografis……………………………………………….
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi…………………………………………
4.2 Kondisi Ekologi……………………………………………………….
4.2.1 Kondisi Terumbu Karang………………………………………

43
43
43
45
47
47

33

41

xviii

49
51
51

4.2.2 Ikan Karang…………………………………………………….
4.3 Perikanan Tangkap ………………..…………………………………..
4.3.1 Armada, Alat dan Komoditas Tangkapan ……………………...
4.3.1.1 Jenis Armada (Kapal) Penangkapan …………………...
4.3.1.2 Jenis Alat Tangkap……………………………………..
4.3.1.3 Komoditas Hasil Tangkapan…………………………...
4.3.2 Nilai Manfaat Perikanan Tangkap………………………………
4.4 Pariwisata………………………………………………………………
4.4.1 Karakteristik Pengunjung………………………………………
4.4.2 Persepsi Pengunjung……………………………………………
4.4.3 Nilai Manfaat Pariwisata……………………………………….
4.4.4 Analisis Willingness to Pay (WTP) ...………………………….
4.5 Gambaran Pengaruh DPL terhadap Nilai Manfaat Perikanan Tangkap..

52
55
57
57
57
59
62
63
64

5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
5.2 Saran……………………………………………………………………

67
67
68

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….

69

LAMPIRAN …………………………………………………………………...

75

51

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Manfaat ekosistem terumbu karang ....……………….………...…………..

2

Skema gangguan alami terumbu karang …………………………………… 11

3

Langkah-langkah dalam perbaikan pengelolaan terumbu karang ………….

13

4

Keuntungan dan kerugian penetapan user fees ……...………….……….....

21

5

Tipe nilai ekonomi dan metode valuasinya .…......…………………………

26

6

Jenis dan sumber data ………………………………..……………………..

38

7

Komposisi penduduk Desa Bontolebang menurut jenis kelamin (orang) ….

45

8

Waktu dan kondisi musim penangkapan ikan di Pulau Pasi ..……….……..

46

9

Kalender musim komoditas perikanan di Desa Bontolebang .……………... 47

10 Gambaran dampak penetapan DPL terhadap nilai manfaat langsung
perikanan tangkap (present value dalam nilai Rupiah dengan discount
factor 6%) ………………………..………..………………………………..

10

65

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka Pemikiran ………...…………………...…………………...…..

8

2

Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang ……...……………………

12

3

Tipologi nilai ekonomi ……...…………………………...………………..

25

4

Fungsi keterkaitan antara valuasi ekonomi dan pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan ...………………………….…..

34

5

Peran valuasi ekonomi dalam kebijakan terumbu karang ...……….………

35

6

Peta Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.

37

7

Struktur organisasi pemerintahan Desa Bontolebang…………….…...…….

44

8

Komposisi persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan .….....

45

9

Komposisi persentase jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan ….……...

46

10 Komoditas produksi perikanan nelayan Desa Bontolebang ….…………….

47

11 Persentase tutupan karang hidup tahun 2007 dan 2010 di Pulau Pasi ...……

48

12 Indeks mortalitas karang tahun 2007 dan 2010 di Pulau Pasi ……...............

49

13 Komposisi rata-rata kelimpahan ikan karang berdasarkan famili dalam 250
m2 di Pulau Pasi …...………………………………………………………..

49

14 Rata-rata kelimpahan ikan karang berdasarkan pengelompokan ikan tahun
2007 dan 2010 …...……………………………………..…………………..

50

15

51

Rata-rata kelimpahan jumlah spesies ikan karang tahun 2007 dan 2010 ....

16 Jenis armada (kapal) nelayan Desa Bontolebang …...…...............................

52

17 Jenis alat tangkap nelayan Desa Bontolebang ....….......…………………...

52

18

Komposisi jenis alat tangkap responden nelayan Desa Bontolebang ….….

53

19

Alat tangkap nelayan Desa Bontolebang, Pulau Pasi ….……….................

54

20

Komposisi jenis kapal responden nelayan Desa Bontolebang .…………....

55

21 Jenis Ikan hasil tangkapan responden nelayan Desa Bontolebang ................

55

22 Beberapa jenis ikan sunu yang tertangkap di perairan Pulau Pasi ...……….

56

23

Komposisi umur responden wisata Pulau Pasi …………..………………...

58

24 Tingkat pendidikan responden wisata Pulau Pasi ………………..………...

58

25

59

Jumlah kunjungan responden wisata Pulau Pasi ………..…………………

26 Komposisi motivasi pengunjung ……………..………..…………………...

59

27 Komposisi persepsi pemilihan lokasi wisata Pulau Pasi ..………..………..

60

28 Sumber informasi pengunjung wisata Pulau Pasi …………..…………….

61

29

Persepsi pengunjung terhadap kondisi terumbu karang Pulau Pasi ……...

61

30 Persepsi pengunjung terhadap lokasi selam dibandingkan dengan lokasi
lainnya ……………………………………………………………………

62

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Benthic life form terumbu karang pada masing-masing stasiun penelitian
dengan metode LIT ……….………………………...………………........

77

2

Kelimpahan ikan karang Pulau Pasi hasil pengamatan visual census …..

79

3

Hasil tangkapan, harga dan pendapatan nelayan responden Desa
Bontolebang ………………………….…………...……..…….…………

83

1

4

Hasil perhitungan regresi metode Effect on Production (EOP) …...…….. 85

5

Hasil perhitungan program MAPPLE untuk metode Effect on
Production (EOP) ………………………………….……….……………

87

Tingkat kunjungan, biaya perjalanan dan waktu perjalanan responden
wisata Pulau Pasi ….……………………………………………………..

89

6
7

Hasil perhitungan regresi Travel Cost Method (TCM) ………………….. 91

8

Hasil perhitungan MAPPLE untuk Travel Cost Method (TCM) …….….. 93

9

Willingness to Pay (WTP) dan pendapatan responden wisata …………... 95

10 Perhitungan Willingness to Pay (WTP) ………………………………….

97

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi memiliki manfaat yang sangat besar baik secara ekonomi
maupun secara ekologi, dimana ekosistem terumbu karang ini seperti halnya
ekosistem lainnya memiliki jasa (services) yang sangat besar bagi manusia dan
lingkungan. Menurut Moberg dan Folke (1999) peran dan manfaat ekosistem
terumbu karang ini terdiri dari manfaat ekonomi, ekologi maupun manfaat
terumbu karang secara sosial budaya. Manfaat secara ekonomi merupakan
manfaat pendapatan yang diperoleh masyarakat pesisir misalnya manfaat yang
diperoleh dari hasil penangkapan ikan, sedangkan manfaat ekologi dapat kita lihat
dari struktur fisik terumbu karang yang berfungsi sebagai penahan gelombang dan
pelindung pantai, manfaat ekologi sebagai pemelihara biodiversitas, dan
fungsinya dalam proses biogeochemical diantaranya mengendapkan kalsium
karbonat, maupun fungsinya dalam merekam terjadinya pencemaran maupun
perubahan iklim. Selain itu juga ekosistem terumbu karang memiliki peran sosial
budaya dimana sumberdaya terumbu karang menentukan keberlanjutan bagi
penghidupan masyarakat dan mendukung nilai kultural keagamaan maupun
spiritual.
Manfaat sumberdaya terumbu karang yang besar tersebut tidak luput dari
adanya ancaman baik itu akibat dari ulah manusia maupun pengaruh dari alam.
Faktor ancaman yang berasal dari alam seringkali tidak dapat terhindarkan baik
itu akibat pengaruh dari perubahan iklim, bencana badai maupun serangan
penyakit, sedangkan ancaman akibat faktor manusia seperti penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan, tangkap lebih (over fishing), penambangan
karang, maupun limpahan bahan-bahan pencemar dari daratan. Kerusakan
terumbu karang akibat aktivitas manusia tersebut telah menimbulkan kerugian
yang sangat besar. Cesar et al. (1996) mengukur kerugian yang ditimbulkan akibat
dari ancaman penangkapan ikan secara destruktif yaitu penangkapan ikan dengan
racun terhadap kegiatan perikanan sebesar 40 200 US$/km2 dan terhadap
pariwisata sebesar 2 600 - 435 600 US$/km2, sedangkan kerugian yang

ditimbulkan oleh kegiatan pengeboman ikan terhadap perikanan tangkap adalah
sebesar 86 300 U$/km2 dan terhadap kegiatan pariwisata sebesar 8 900-193 000
US$/km2.
Indonesia merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle)
dimana terumbu karang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di
dunia (mega biodiversity). Tingginya keanekaragaman hayati tersebut tidak hanya
disebabkan oleh letak geografisnya yang strategis tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain yaitu variasi iklim musiman, arus atau massa air laut yang
mempengaruhi massa air dari dua samudera, serta keragaman tipe habitat dan
ekosistem yang terdapat di dalamnya. Namun demikian, seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk di wilayah pesisir dengan berbagai aktivitas
ekonominya menyebabkan tekanan terhadap sumberdaya pesisir dan laut
termasuk kawasan terumbu karang. Hal tersebut semakin dipicu oleh kegiatan
yang tidak mengacu pada kriteria pembangunan berwawasan lingkungan serta
pemanfaatan sumberdaya alam laut yang berlebihan (over-eksploitasi). Oleh
karenanya diperlukan upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu bentuk
upaya tersebut adalah perlindungan sumberdaya alam yang dapat dilakukan
melalui konservasi dengan cara penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL). DPL
pada dasarnya merupakan perlindungan secara lestari terhadap sumberdaya dan
diharapkan melalui penetapan DPL tersebut dapat terwujud pemanfaatan
sumberdaya alam laut secara berkelanjutan.
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan sebuah kabupaten kepulauan
di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki kekayaan sumberdaya perikanan dan
laut yang tinggi dengan adanya keragaman ekosistem laut terumbu karang,
mangrove dan padang lamunnya, sehingga merupakan sebuah kabupaten maritim.
Pulau Pasi merupakan sebuah pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar yang secara
administratif masuk ke dalam Kecamatan Bontoharu. Pulau yang terletak di
sebelah barat Pulau Selayar ini merupakan sebuah pulau yang memiliki kawasan
ekosistem terumbu karang dimana di kawasan ini terdapat area Daerah
Perlindungan Laut (DPL) (PPTK Unhas 2007).
Tipe terumbu karang yang terdapat di Pulau Pasi merupakan tipe
terumbu tepi (fringing reef). Kondisi terumbu karang adalah dari jenis karang

batu, karang lunak, dan biota asosiasi yang terdapat pada ekosistem terumbu
karang di Pulau Pasi (PPTK Unhas 2007). Terumbu karang merupakan sumber
penting bagi penduduk lokal karena masyarakat memanfaatkan sumberdaya di
kawasan ini baik untuk kepentingan subsisten maupun untuk kepentingan
komersial. Berbagai jenis ikan karang seperti ikan kerapu seringkali ditangkap
oleh nelayan sehingga memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat.
Kawasan terumbu karang Pulau Pasi juga memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi daerah wisata karena memiliki keindahan alam yang
potensial dikembangkan untuk wisata pantai, wisata selam maupun hiking karena
pulau ini memiliki areal dengan bukit kapur dan gua. Potensi tersebut apabila
dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan
masyarakat maupun sumber pendapatan daerah yang dapat dipergunakan untuk
perlindungan kawasan terumbu karang.
Manfaat lain yang jauh lebih penting dari ekosistem terumbu karang di
Pulau Pasi adalah manfaat ekologis dimana struktur karang dari terumbu karang
memiliki peranan yang sangat besar dalam menahan efek dari gelombang dan
badai terhadap daratan, sehingga terumbu karang berfungsi sebagai penahan
gelombang alamiah yang mampu menghindari terjadinya dampak negatif dari
gelombang seperti abrasi pantai. Selain itu, ekosistem terumbu karang yang unik
memiliki nilai penting keanekaragaman hayati yang harus dilestarikan dan
mempunyai nilai penelitian dan pendidikan bagi masyarakat.
Sumberdaya terumbu karang, selain dimanfaatkan oleh sebagian
besar masyarakat pesisirnya, juga mengundang nelayan daerah lain untuk
melakukan aktivitas penangkapan ikan. Fungsi ekonomis ekosistem terumbu
karang yang lebih dikedepankan oleh para pengguna telah menjadi ancaman
kelestariannya.
Penangkapan ikan dengan menggunakan obat bius masih terjadi di Pulau
Pasi. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan terutama kematian koral,
sehingga apabila hal ini terus terjadi dapat mengakibatkan penurunan hasil
tangkapan nelayan, dimana terumbu karang sebagai habitat dari ikan karang
mengalami degradasi. Oleh karena itu, manfaat terumbu karang yang sangat besar

tersebut harus diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
melestarikan ekosistem tersebut.
Dalam upaya mencegah laju kerusakan ekosistem laut, terutama
ekosistem terumbu karang, maka dibutuhkan peraturan dan kebijakan
Pemerintah Daerah Selayar yang berdasarkan pemberdayaan masyarakat
sebagai stakeholder utama. Penentuan dan penetapan sebuah kawasan DPL
merupakan salah satu upaya dimana pemerintah daerah dapat menahan laju
kerusakan ekosistem sekaligus menjaga keberlangsungan pemanfaatan
sumberdaya dari ekosistem oleh masyarakat pengguna.
Daerah Perlindungan Laut (DPL) diharapkan dapat meningkatkan
perlindungan terhadap sumberdaya terumbu karang sehingga ekosistem terumbu
karang dapat terpelihara dengan baik dan efek dari spill-over dapat bermanfaat
dalam keberlanjutan sumberdaya ikan di Pulau Pasi dan kondisi terumbu karang
yang semakin membaik tentunya dapat mendorong sektor pariwisata di daerah ini.
Oleh karena itu diperlukan suatu tinjauan terhadap pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang di Pulau Pasi baik dari sektor usaha penangkapan ikan maupun
pariwisata untuk mengetahui nilai ekonominya dan memberikan gambaran
mengenai pengaruh penetapan DPL terhadap nilai manfaat langsung terutama
sektor perikanan tangkap di Pulau Pasi.

1.2 Perumusan Masalah
Ekosistem terumbu karang di Pulau Pasi memiliki peran yang sangat
penting

terutama

bagi

masyarakat

setempat

karena

ekosistem

dengan

keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut telah memberikan kontribusi yang
tidak sedikit bagi masyarakat terutama melalui pemanfaatan langsung diantaranya
usaha penangkapan ikan misalnya berbagai jenis ikan karang seperti ikan kerapu
seringkali ditangkap oleh nelayan sehingga memiliki nilai ekonomis bagi
masyarakat. Kawasan terumbu karang di Pulau Pasi juga memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi daerah wisata karena memiliki keindahan alam, yang
potensial dikembangkan untuk wisata pantai, diving, snorkelling, hiking dan
budaya. Apabila kawasan wisata ini dapat dikelola dengan baik dapat memberikan
kontribusi terhadap pendapatan daerah.

Disamping manfaat ekonomis tersebut terdapat manfaat lain yang jauh
lebih penting yaitu manfaat ekologis dimana struktur karang dari terumbu karang
memiliki peranan yang sangat besar dalam menahan efek negatif dari gelombang
dan badai terhadap daratan sehingga menjadi breakwater alami.
Adanya tekanan penangkapan yang merusak seperti penangkapan dengan
obat bius yang terjadi di perairan Pulau Pasi telah menyebabkan kerusakan
terumbu karang. Ekosistem terumbu karang yang rusak dan menjadi habitat
berbagai biota yang bervariasi juga akan mempengaruhi kehidupan berbagai biota
yang berlindung pada ekosistem ini. Sedangkan ekosistem terumbu karang
menjadi sumber ekonomis penting bagi masyarakat setempat seperti penangkapan
ikan, dan memiliki arti penting pula secara ekologis sebagai penahan gempuran
ombak dan gelombang.
Besarnya manfaat sumberdaya terumbu karang tersebut bagi masyarakat
dan ancaman terhadap kelestariannya melalui prakarsa COREMAP dan kesadaran
yang tumbuh dari masyarakat untuk menetapkan sebagian di kawasan tersebut
sebagai area DPL. Penetapan DPL dimaksudkan untuk memelihara kelestarian
sumberdaya di wilayah tersebut. Pulau Pasi yang merupakan kawasan terumbu
karang perlu untuk dilindungi sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan
ekosistem terumbu karang akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi
terumbu karang.
Bagaimana nilai manfaat dari ekosistem terumbu karang terutama nilai
manfaat langsung dari sektor penangkapan ikan maupun pariwisata dan
bagaimana upaya perlindungan, dalam hal ini penetapan DPL berpengaruh
terhadap manfaat ekonomi langsung terutama sektor perikanan tangkap dimana
masyarakat sangat bergantung kepadanya.
Terkait dengan hal tersebut terdapat rumusan permasalahan sebagai
berikut :
a. bagaimana kondisi ekologi terumbu karang meliputi tutupan karang hidup,
tingkat mortalitas karang dan keanekaragaman ikan karang di wilayah Pulau
Pasi.
b. bagaimana nilai manfaat ekonomi langsung sumberdaya terumbu karang di
Pulau Pasi terutama sektor perikanan tangkap dan pariwisata serta berapa nilai

willingness to pay pengunjung wisata apabila ditetapkan sejumlah biaya
masuk.
c. bagaimana gambaran penetapan DPL berpengaruh terhadap nilai manfaat
langsung terutama sektor perikanan tangkap di Pulau Pasi.

1.3 Tujuan Dan Manfaat
Secara umum penelitian ini berusaha untuk menerapkan teknik valuasi
sumberdaya pada ekosistem terumbu karang dengan tujuan untuk:
a. mengetahui kondisi ekologi terumbu karang meliputi tutupan karang hidup,
tingkat mortalitas dan keanekaragaman ikan karang di wilayah Pulau Pasi.
b. mengetahui nilai manfaat ekonomi langsung dari sektor perikanan tangkap dan
pariwisata di Pulau Pasi serta bentuk kesadaran masyarakat serta nilai
willingness to pay pengunjung wisata apabila ditetapkan sejumlah biaya
masuk.
c. memberikan gambaran pengaruh penetapan DPL terhadap nilai manfaat
langsung terutama sektor perikanan tangkap di Pulau Pasi.
Adapun manfaat dari penilaian sumberdaya ini adalah sebagai berikut :
a. diharapkan dapat menjadi bahan informasi nilai manfaat langsung perikanan
tangkap dan pariwisata di Pulau Pasi dan memberikan gambaran pengaruh
DPL terhadap nilai manfaat langsung perikanan tangkap di Pulau Pasi,
Kabupaten Kepulauan Selayar.
b. dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam pengambilan keputusan
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya terumbu karang di Pulau Pasi
dengan memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan.

1.4 Kerangka Pemikiran
Pulau Pasi merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar
yang memiliki akses yang cukup dekat dengan Pulau Selayar. Pulau ini dikelilingi
oleh ekosistem terumbu karang yang merupakan ekosistem dengan biodiversitas
yang tinggi dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dimana ekosistem
terumbu karang disamping manfaat ekologisnya yang sangat besar juga memiliki

manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar yaitu penangkapan ikan dan
pariwisata.
Kondisi ekologis terumbu karang dalam hal ini tutupan karang hidup
mempengaruhi jumlah ikan karang ekonomis penting yang menjadi target
penangkapan dan juga kondisi terumbu karang ini mempengaruhi jumlah
wisatawan yang berkunjung ke daerah ini untuk menyelam. Kondisi ekologis
terumbu karang ini tidak terlepas dari adanya ancaman baik dari faktor alam
maupun manusia. Ancaman tersebut dapat mengakibatkan kondisi terumbu karang
semakin

memburuk,

apabila

tidak

ditanggulangi

dengan

baik

dapat

mengakibatkan tingkat kematian karang yang semakin tinggi, meskipun ancaman
akibat faktor alam sulit untuk dicegah, tetapi ancaman dari manusia sebisa
mungkin dapat ditanggulangi. Oleh karena itu, di Pulau Pasi ditetapkan suatu area
di kawasan terumbu karang yang merupakan daerah perlindungan laut (DPL),
dimana upaya penangkapan ikan dilarang (no take zone). Penetapan DPL di Pulau
Pasi ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara ekologis maupun ekonomi,
dimana kondisi tutupan karang hidup akan semakin membaik dan secara ekologis
kehidupan di ekosistem terumbu karang akan semakin membaik, sehingga
dampak yang dirasakan dari penangkapan ikan maupun pemasukan dari sektor
pariwisata akan semakin meningkat pula.
Dalam penelitian ini, manfaat langsung dari sektor penangkapan ikan dan
pariwisata akan dinilai secara moneter melalui teknik valuasi ekonomi untuk
melihat seberapa besar nilai ekonomi dari penangkapan ikan maupun sektor
pariwisata. Selanjutnya akan dilihat bagaimana penetapan DPL berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat terutama dari sektor perikanan tangkap.
Analisis tersebut diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
pengelolaan sumberdaya terumbu karang dalam upaya untuk pemanfaatan
sumberdaya terumbu karang secara berkelanjutan (sustainability). Secara
diagramatik, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Ekosistem Terumbu Karang
Pulau Pasi, Kabupaten Kep. Selayar

Kondisi Ekonomi

Kondisi Ekologi

Sumberdaya
Ikan Karang

Tutupan karang
hidup

Perikanan Tangkap

Wisata

Nilai Manfaat Langsung
Ancaman Kerusakan
(Threats)

Gambaran pengaruh terhadap
nilai manfaat langsung
perikanan tangkap

Penetapan DPL

Bahan Pertimbangan

Pengelolaan Sumberdaya Terumbu
Karang yang Berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran.

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem yang terbentuk
secara biologis yaitu kumpulan masyarakat binatang karang (reef corals) yang
mampu membentuk suatu struktur batuan kapur (CaCO3) yang bermanfaat
diantaranya dalam menahan gelombang laut. Berdasarkan kemampuannya dalam
membentuk struktur kapur terdapat dua tipe karang yaitu hermatypic coral yang
dapat membentuk struktur kapur (CaCO3) dan ahermatypic coral yang tidak dapat
membentuk struktur karang. Ahermatypic coral umumnya ditemukan tersebar di
seluruh dunia sedangkan hermatypic coral umumnya hanya ditemukan di wilayah
tropis. Hal yang membedakan diantara keduanya adalah dalam hermatypic coral
terdapat suatu simbiosis dengan sel tumbuhan yang dinamakan zooxanthellae
yang terdapat di jaringan hewan karang, hal ini tidak ditemukan dalam jaringan
ahermatypic coral. Berdasarkan geomorfologinya terumbu karang dapat
dibedakan ke dalam tiga tipe yaitu terumbu karang tepi (fringing reef) yang
tumbuh mulai dari tepian pantai, terumbu karang penghalang (barrier reef) yang
dipisahkan dari daratan oleh goba (lagoon) dan terumbu karang cincin (atoll) yang
melingkar atau berbentuk oval mengitari goba (lagoon). Area terumbu karang
tidak hanya mencakup koral tetapi juga wilayah berpasir, bermacam gua dan
ceruk, area yang ditumbuhi alga, perairan dangkal dan dalam dan variasi zonasi di
sepanjang wilayah terumbu karang (Nybakken 1997, Supriharyono 2007).
Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang beragam disamping
manfaatnya dalam menunjang produktivitas perikanan. Manfaat ekosistem
terumbu karang ini tidak hanya berbentuk sebagai barang (goods) tetapi juga jasa
(services). Manfaat dalam bentuk barang (goods) diantaranya adalah sebagai
sumber makanan, bahan obat-obatan, ornamental dan akuarium ikan laut, bahan
dan bangunan, sedangkan jasa (services) dari ekosistem terumbu karang
diantaranya adalah sebagai objek wisata dan penahan gelombang (Moberg &
Folke 1999, Supriharyono 2007). Moberg dan Folke (1999) merangkum manfaat
tersebut secara terinci pada Tabel 1.

Tabel 1 Manfaat ekosistem terumbu karang
Barang
Sumberdaya
terpulihkan

Jasa ekologi
Penambangan
karang

Struktur
fisik

Jasa biotik

Dalam
ekosistem
Produk
seafood

Blok
koral,
pecahan
dan pasir
untuk
bangunan

Perlindungan
pantai

Pemeliharaan
habitat

Bahan
baku
untuk
obat

Bahan
baku
untuk
produksi
kapur dan
semen

Pengukuh
daratan

Memelihara
biodiversitas dan
pustaka
genom

Bahan
baku lain
(rumput
laut dan
algae
untuk
agaragar)
Perhiasan

Minyak
bumi dan
gas

Mendukung
perkembangan
ekosistem
mangrove
dan lamun

Pengaturan proses
dan fungsi
ekosistem

Pembentuk
an pasir

Pemeliharaan
biologi
resiliensi

Antar
ekosistem
Dukungan
biologis
melalui
hubungan
mobiltas
Ekspor
produksi
bahan
organik
dan
plankton
ke jaring
makanan
pelagis

Jasa
biogeochemical

Jasa
informasi

Jasa
sosial
budaya

Fiksasi
nitrogen

Monitoring dan
merekord
polusi

Mendukung
rekreasi

Kontrol
CO2/Ca

merekord
iklim

Nilai
aesthetik
dan
inspirasi
artistik

Asimilasi
sampah

Keberlanjutan
sumber
penghidupan
masyarakat
Mendukung
nilai
kultural
keagamaan
dan
spiritual

Ikan
hidup
dan koral
untuk
akuarium
Sumber : Moberg dan Folke (1999)

Terumbu karang tidak terlepas dari adanya gangguan baik faktor alami
maupun manusia. Gangguan tersebut telah ada dan telah berlangsung selama
sejarah geologi karang mulai dari gangguan kecil seperti predasi sampai peristiwa
besar seperti perubahan iklim. Gangguan yang terjadi berupa gangguan alamiah

maupun akibat faktor manusia. Gangguan yang terjadi dapat menyebabkan
kerusakan karang dan menjadi ancaman keberlanjutan sumberdaya terumbu
karang (Nyström et al. 2000).
Faktor alamiah yang menyebabkan kerusakan karang diantaranya adalah
kenaikan suhu dan badai. Pengaruh kenaikan suhu dapat kita lihat pada tahun
1998 dimana El Nino yang berpengaruh terhadap kenaikan suhu di Samudera
Hindia sebesar 3o-5o menyebabkan kematian koral akibat bleaching di berbagai
tempat. Peristiwa alam lain yang cukup berbahaya bagi kehidupan karang adalah
badai, dimana peristiwa alam ini dapat menyebabkan kerusakan karang baik di
daerah reef flat, reef edge maupun reef slope. Peristiwa ini biasanya sangat rawan
terutama pada ekosistem karang yang letaknya di pantai pulau terpencil, yang
langsung menuju atau berhadapan ke lautan (Wilkinson et al. 1999, Supriharyono
2007). Adapun Nyström et al. (2000) merinci pengaruh gangguan alamiah
terhadap terumbu karang yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Skema gangguan alami terumbu karang
No

Proses

1.
2.
3.

Predasi dan grazing
Bioerosi
Bleaching atau penyakit
individu koral
Badai
Angin topan
Mass bleaching
Peningkatan populasi
Acanthaster
Penyakit epidemic

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Level air laut atau
perubahan suhu

Jangkauan
Spasial
1-10 cm
1m
1m

Mingguan s/d bulanan
Bulanan s/d tahunan
Bulanan s/d tahunan

Menit s/d hari
Hari s/d minggu
Hari s/d minggu

1-100 km
10-1000 km
10-1000 km
10-1000 km

Mingguan s/d tahunan
Bulanan s/d dekade
Tahunan s/d dekade
Tahunan s/d dekade

Hari
Hari
Minggu s/d bulan
Bulan s/d tahun

10-1000 km

Bulanan s/d ratusan
tahun
104-105 tahun

Tahun

Global

Frekuensi

Durasi

103-104 tahun

Sumber : Nyström et al. (2000) diadaptasi dari Jackson (1991)

Ancaman kerusakan terumbu karang dapat pula disebabkan oleh faktor
manusia, baik akibat dari aktivitas di laut maupun aktivitas daratan. Kegiatan di
lautan yang dapat menjadi ancaman kerusakan terumbu karang diantaranya adalah
kegiatan perikanan destruktif, tangkap lebih (over fishing), pencemaran di laut,
aktivitas perkapalan maupun penambangan karang. Di Indonesia kegiatan
pemboman ikan telah menyebabkan kerugian sekitar US$3,8 milyar selama 25
tahun. Aktivitas di daratan yang menyebabkan ancaman kerusakan terumbu

karang diantaranya kegiatan pembangunan di kawasan pesisir, pencemaran di
daratan dan erosi, maupun aktivitas pertanian yang menyebabkan tambahan
masukan sedimen dan nutrient ke perairan (Ahmed et al. 2001, Bell et al. 2006)
Analisis terhadap data 800 lokasi yang didokumentasikan oleh reef base
menyatakan bahwa 80% degradasi terumbu karang disebabkan oleh faktor
manusia. Berbeda dengan terumbu karang yang hidup di perairan pantai dengan
aktivitas penduduk yang tinggi, terumbu karang yang hidup di perairan yang
letaknya jauh dari pusat aktivitas penduduk kondisi karangnya relatif lebih baik.
Secara umum 36% ekosistem terumbu karang terancam akibat tangkap lebih (over
exploitation), 30% terancam oleh kegiatan pembangunan di wilayah pesisir.
Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir dewasa ini seperti pertanian, industri,
pengerukan pantai, dapat mengganggu ekosistem terumbu karang. Di Indonesia
aktivitas-aktivitas di atas telah menyebabkan semakin meluasnya kerusakan
ekosistem terumbu karang. Sebesar 22% terumbu karang terancam oleh
pencemaran dari daratan maupun erosi dan 12% terancam oleh pencemaran di
lautan. Tumpahan minyak baik akibat kecelakaan kapal di laut, kebocoran pipa
penyalur, maupun tumpahan ketika pengisian bahan bakar dapat mengganggu
kesehatan karang. Pengrusakan karang juga terjadi karena aktivitas pengeboran
minyak lepas pantai (Birkeland 1997 in Ahmed et al. 2001, Supriharyono 2007).
Adapun Ahmed et al. (2001) meringkas ancaman terhadap terumbu karang
tersebut dan membuat diagram secara skematis hasil dari adaptasi dan modifikasi
dari Bryan et al. (1998) seperti Gambar 2.
Ancaman

Alami

- Perubahan iklim
- Badai tropis
- Penyakit

Faktor manusia

Kegiatan di lautan :
- Perikanan destruktif
- Tangkap lebih
- Pencemaran laut
- Aktivitas perkapalan
- Penambangan karang

Kegiatan di daratan :
- Pembangunan pesisir
- Pencemaran dari
daratan and erosi
- Pembebasan lahan
- Aktivitas pertanian

Sumber : Ahmed et al. (2001) hasil adaptasi dan modifikasi dari Bryan et al. (1998)

Gambar 2 Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang.

Terdapat langkah-langkah yang dapat kita ambil apabila kita ingin
mengelola ekosistem terumbu karang lebih efektif (Tabel 3). Yang pertama adalah
untuk membuat keputusan yang ingin kita lakukan untuk masa depan terumbu
karang, karena hanya jika masyarakat benar-benar memahami nilai penting
terumbu karang maka mereka akan berupaya untuk mengelolanya dengan tepat.
Untuk mengambil langkah tersebut kita harus mendidik orang untuk memahami
nilai sebenarnya terumbu karang yang sehat, dan fokus pada nilai ekonomi karena
keanekaragaman hayati yang sangat besar dan nilai estetika tidak mudah untuk
dihitung, dan tidak mudah untuk menyampaikannya kepada orang-orang yang
pada awalnya sulit untuk dibujuk. Juga tidaklah cukup untuk mengatakan kepada
orang bahwa terumbu mereka berharga tanpa adanya upaya pendidikan yang
dibutuhkan untuk membangun apresiasi terhadap terumbu karang. Mungkin
berguna untuk melakukan penilaian komparatif dan mempublikasikan perbedaan
nilai antara terumbu karang yang dikelola secara lestari dan yang mengalami
degradasi, namun demikian mungkin cara tercepat agar masyarakat menghargai
nilai terumbu karang mereka adalah dengan mendorong kepemilikan lokal
pariwisata dan usaha perikanan. Saat ini, di negara berkembang, kebanyakan
perusahaan tersebut dimiliki lepas pantai (Sale 2008).
Tabel 3 Langkah-langkah dalam perbaikan pengelolaan terumbu karang
Deskripsi langkah
Putuskan terumbu yang diinginkan; mengenali nilai
mereka
Mengadopsi prinsip kehati-hatian saat membuat
keputusan manajemen
Mengurangi over-eksploitasi sumberdaya terumbu karang
Gunakan ilmu yang sudah ada untuk mengelola lebih
efektif
Apakah ilmu baru dibutuhkan untuk kemajuan
pengelolaan
Mengenali dan mengambil keuntungan dari sinergi di
antara dampak dan di antara tindakan manajemen

Pengelola*
Masyarakat lokal, LSM, ekonom
Manajer, pemerintah, masyarakat
lokal
Manajer, masyarakat lokal, LSM,
pemerintah
Manajer, lokal dan komunitas sains
internasional, LSM
Manajer, ilmuwan, LSM, masyarakat
lokal
Manajer, masyarakat lokal, ilmuwan,
LSM, pemerintah

*pengelola didaftar dalam urutan menurun menurut tingkat kepentingan dalam mengambil langkah tertentu
sumber : Sale (2008).

2.2 Ikan Karang
Ikan karang merupakan ikan yang tergolong kedalam taksa yang
ditemukan dan menjadi karakteristik pada ekosistem terumbu karang. Ikan karang
merupakan ikan di wilayah pesisir tropis, beberapa dibatasi oleh kompleksitas
topografi, habitat biogenik terumbu karang, tetapi sebagian besar ditemukan pula
di wilayah padang lamun, wiayah mangrove dan estuaria. Terumbu karang
merupakan habitat bagi berbagai spesies ikan karang yang beranekaragam. Bagian
pusat wilayah Indo-Pasifik dari negara Filipina dan Kepulauan Indonesia
mempunyai jumlah spesies yang besar dan jumlahnya semakin berkurang dengan
bertambahnya jarak dari pusat, spesies di wilayah Atlantik mempunyai
keanekaragaman yang lebih rendah. Salah satu alasan dari tingginya biodiversitas
dari spesies terumbu karang adalah beranekaragamnya habitat yang ada di
wilayah karang. Berdasarkan hasil analisis, meskipun wilayah karibia berada pada
lintang rendah di wilayah tropis dengan perkembangan terumbu karang yang
cukup pesat namun memiliki fauna ikan karang yang sama dengan wilayah pada
lintang tinggi atau wilayah iklim sedang Indo Pacific dibandingkan dengan
wilayah tropis Indo Pacific (Nybakken 1997, Sale 2002).
Sebagian besar ikan yang hidup di daerah terumbu karang merupakan
ikan yang bersifat diurnal atau beraktivitas di siang hari. Sebagian dari ikan-ikan
ini berwarna sangat menarik dan umumnya sangat erat berkaitan dengan terumbu
karang, contohnya Kepe-Kepe (Chaetodontidae), Ikan Badut (Pomacentridae),
Ikan Kerapu (Serranidae). Kurang lebih 30% merupakan ikan yang bersifat tidak
mudah dilihat oleh penyelam (kriptik), jenis ini berukuran kecil dan pandai dalam
menyamarkan diri, serta menghabiskan waktunya bersembunyi pada struktur
terumbu karang yang kompleks. Sekitar 10% dari ikan karang hidup aktif pada
malam hari (nocturnal), jenis ini bersembunyi pada celah-celah atau gua karang
dan muncul ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan (Nybakken
1997). Bentuk morfologi kepala dan badan ikan karang mempengaruhi jenis
mangsa yang menjadi sumber makanan (Sale 2002).
Menurut perannya, ikan karang dapat dikelompokkan kedalam tiga
kelompok besar (Adrim & Yahmantoro 1991, Indonesian Coral Reef Foundation
(TERANGI) 2004) yaitu :

-

Spesies target, merupakan jenis ikan konsumsi atau ikan ekonomis penting
yang merupakan target penangkapan ikan. Ikan yang termasuk kedalam
kelompok ini misalnya Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae,
Acanthuridae,

Mulidae,

Siganidae

Labridae

(Chelinus,

Himigymnus,

Choerodon) dan Haemulidae;
-

Spesies indikator, merupakan jenis-jenis ikan karang yang berasosiasi paling
kuat dengan koral/ karang sehingga jenis ikan ini dapat menjadi indikator
terhadap kondisi terumbu karang. Yang termasuk kedalam spesies indikator
adalah ikan dari famili Chaetodontidae (Kepe-Kepe);

-

Ikan lainnya (Major Famili), merupakan jenis ikan lainnya yang tidak
termasuk kedalam kedua kelompok diatas, sebagian besar ikan-ikan yang
termasuk kelompok ini hidup dalam kelompok besar (schooling fish) dan
seringkali dijadikan sebagai ikan hias air laut. Jenis ikan yang yang termasuk
kedalam kelompok ini diantaranya adalah Pomacentridae, Caesionidae,
Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae.
Penangkapan ikan karang menyumbang sekitar 10% tangkapan komersial

perikanan di dunia. Penangkapan ikan karang menjadi hal yang penting secara
sosial maupun ekonomi bagi masyarakat negara berkembang (Medley et al. 1993
in Sale 2002). Bagaimanapun, adanya tekanan kemiskinan seiring dengan
meningkatkan populasi masyarakat telah mengakibatkan deplesi sumberdaya ikan
karang (Munro 1996 in Sale 2002). Kompleksitas ekonomi, sosial dan politik
membuat pengelolaan sumberdaya ikan karang menjadi sangat sulit terlebih lagi
dengan keterbatasan data mengenai stok yang tereksploitasi (Polunin et al. 1996
in Sale 2002).
Salah satu ikan karang ekonomis penting adalah ikan kerapu atau yang
sering dikenal dengan istilah groupers. Ikan ini memiliki permintaan pasar dan
harga yang tinggi sehingga menjadi komoditas ekspor yang semakin besar
permintaannya dalam keadaan hidup. Je