Analisis Model Pendekatan Masyarakat Dalam Pengembangan Usaha Hutan Rakyat

ANALISIS MODEL PENDEKATAN MASYARAKAT DALAM
PENGEMBANGAN USAHA HUTAN RAKYAT

SUSANTI ALFRIANI MAITIMU

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Model
Pendekatan Masyarakat Dalam Pengembangan Usaha Hutan Rakyat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Susanti Alfriani Maitimu
NIM E14090074

ABSTRAK
SUSANTI ALFRIANI MAITIMU. Analisis Model Pendekatan Masyarakat
Dalam Pengembangan Usaha Hutan Rakyat. Dibimbing oleh SUDARSONO
SOEDOMO.
Pengembangan usaha hutan rakyat ini pada dasarnya merupakan aktivitas
pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis aktivitas hutan rakyat. Idealnya
bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan
ekonomi serta pemanfaatan lahan yang lebih produktif. Aktualisasi dari potensi
masyarakat memerlukan suatu pendekatan/strategi yang disesuaikan dengan
kondisi lokal, baik kondisi sumberdaya lahan, kapasitas sumberdaya manusia,
ataupun sumberdaya sosial. Dalam pengelolan sumberdaya dikenal ada tiga
model pengelolaan yaitu: (1) pengelolaan berbasis masyarakat; (2) pengelolaan
berbasis pemerintah; dan (3) pengelolaan kolaboratif. Model pendekatan
pengembangan usaha hutan rakyat yang dilakukan FORCI Dev bersama

Kelompok Tani Cimrin Sejahtera dapat dianalisis menggunakan pendekatan comanagement dengan tahapannya sudah sampai pada tahap partnership.
Kata Kunci: analisis model pendekatan, co-management, pengembangan usaha
hutan rakyat

ABSTRACT
SUSANTI ALFRIANI MAITIMU. Analysis of the Model Approach in the
Development of People’s Forest. Supervised by SUDARSONO SOEDOMO.
Development of people’s forest is basically an activity of community
economic empowerment that is people’s forest activity-based. I deally it is aimed
at creating people’s independency in improving economy and more productive
land-use. Actualization of the people’s potential needs an approach/strategy that is
suitable with the local condition, land resources, human resource capacity, or
social resources. In managing the resources, there are three management models,
namely: (1) people-based management; (2) government-based management; and
(3) collaborative management. The model of development approach for people’s
forest business carried out by FORCI Dev, together with Cimrin Sejahtera Farmer
Group, can be analyzed using a co-management approach whose stages have
reached the partnership stage.
Keywords: model analysis approach, co-management, development of people’s
forest


ANALISIS MODEL PENDEKATAN MASYARAKAT DALAM
PENGEMBANGAN USAHA HUTAN RAKYAT

SUSANTI ALFRIANI MAITIMU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Model Pendekatan Masyarakat Dalam Pengembangan
Usaha Hutan Rakyat

Nama
: Susanti Alfriani Maitimu
NIM
: E14090074

Disetujui oleh

Dr Ir Sudarsono Soedomo, MS MPPA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Model Pendekatan Masyarakat Dalam
Pengembangan Usaha Hutan Rakyat” dengan baik. Skripsi ini merupakan
tugas akhir yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sudarsono Soedomo, MS
MPPA selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar mendidik hingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penghargaan terbesar penulis
sampaikan kepada Ayah (Maitimu Alfret), Ibu (Cahyani Dyah Kawuri), Kakak
(Krisanto Denny Maitimu), Adik (Dyah Katika Maitimu), dan seluruh keluarga
besar atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan. Terimakasih juga
diungkapkan kepada Kepala Desa Bangunjaya, Kelompok Tani Cimrin Sejahtera,
rekan-rekan Kurcaci, Rinjani, MNH 46, Fahutan 46, FORCI Dev, PC Sylva IPB,
Sylva Indonesia, KPA PMK IPB, IKMP atas dukungan, semangat dan
kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
ataupun penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan permohonan maaf
apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian didalamnya. Penulis juga
menerima apabila ada saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini dapat
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
terutama dalam bidang pendidikan.

.

Bogor, Juli 2014
Susanti Alfriani Maitimu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Lokasi dan Waktu

2

Jenis dan Sumber Data

3

Metode Pengumpulan Data di Lapangan

3

Metode Pengambilan Informan

3

Metode Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

SIMPULAN DAN SARAN

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP


14

DAFTAR TABEL
1 Karakteristik umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga responden
di Dusun Cimapag Barat
2 Penjualan bibit
3 Jumlah dan lokasi bibit yang ditanam
4 Perbedaan karakteristik model pendekatan sumberdaya alam

4
5
6
7

DAFTAR GAMBAR
1 Alur kerangka pikir
2 Spektrum perencanaan co-management pada wirausaha hutan rakyat

2
9


DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Dokumentasi Penelitian

12
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
pengelolaan sumberdaya alam Indonesia mengamanahkan agar bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu kekayaan
alam yang dimiliki oleh Indonesia ialah sumber daya hutan yang memiliki peran
penting sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bangsa. Hutan rakyat juga
menyimpan potensi yang cukup baik dalam percaturan pengelolaan hutan
nasional. Luas hutan rakyat di Jawa-Madura mengalami kenaikan dari tahun 2008
seluas 2.58 juta hektar (BPKH Wilayah XI & MFP II 2009) menjadi seluas 2.80
juta hektar pada tahun 2010 (Pusat P2H 2010). Pemerintah menjadikan
peningkatan luas hutan rakyat yang mandiri sebagai salah satu sasaran pokok dari
arah pembangunan jangka panjang kehutanan tahun 2006-2025 (Dephut 2006).
Luasan hutan rakyat yang mengalami peningkatan tidak disertai dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani hutan rakyat itu sendiri.
Pada konteks pengelolaan hutan rakyat, masyarakat harus ditempatkan
sebagai subjek utama. Pengembangan usaha hutan rakyat ini pada dasarnya
merupakan aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis aktivitas hutan
rakyat dan idealnya bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan ekonomi serta pemanfaatan lahan yang lebih produktif.
Keberhasilan tujuan ini bergantung pada pendekatan kepada masyarakat yang baik
agar tercipta kepercayaan dan partisipasi dari seluruh pihak. Kerjasama yang
dilakukan adalah Model Pengembangan Wirausaha Hutan Rakyat yang
diaktualisasikan kedalam kegiatan Penghijauan dan Edukasi Petani Hutan Rakyat.
Secara khusus program ditujukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga
petani, menguatkan kapasitas petani dan mengembangkan model kelembagaan
ekonomi hutan rakyat sebagai instrumen keberlanjutan pengelolaan rehabilitasi
lahan. Proses membangun modal sosial ini membutuhkan model pendekatan
masyarakat yang berjalan di setiap tahapan kegiatan.
Perumusan Masalah
Kehadiran pihak-pihak pelaksana pengembangan usaha hutan rakyat di
masyarakat membutuhkan suatu pendekatan agar dari pihak FORCI dev dan
Kelompok Tani Cimrin Sejahtera nantinya dapat bekerjasama dengan baik.
Pengembangan usaha hutan rakyat yang akan berjalan di masyarakat bertujuan
untuk menciptakan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan ekonomi serta
sebagai upaya pemanfaatan agar lahan menjadi lebih produktif. Terdapat
hubungan antara pihak luar sebagai pembawa ide dan pendamping pengembangan
usaha hutan rakyat dengan pihak dalam sebagai pelaksana yang berperan aktif
dalam proses pengembangan usaha hutan rakyat. Hal ini mendorong terjadinya
proses-proses pendekatan masyarakat sehingga tercipta hubungan kepercayaan
dan kerjasama di kedua belah pihak. Kemudian dianalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan model pendekatan. Pada penelitian ini juga akan

2
dianalisis hubungan sebab akibat antara model pendekatan masyarakat dalam
pengembangan usaha hutan rakyat dengan perbaikan ekonomi masyarakat
setempat melalui pendekatan kualitatif. Berikut kerangka pikir alur rumusan
masalah disajikan pada Gambar 1.
Pihak pengembangan usaha
hutan rakyat

Masyarakat desa

Model Pendekatan
Masyarakat

Faktor-faktor
pengaruh
Keterangan :
Diuji secara Kualitatif
Gambar 1 Alur kerangka pikir
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menganalisis model pendekatan terhadap
masyarakat dalam pengembangan usaha hutan rakyat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran awal keefektifan
model pendekatan pada masyarakat dalam pengembangan wirausaha hutan.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan akan pentingnya
melakukan pengembangan usaha hutan rakyat yang baik.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Dusun Cimapag Barat Desa Bangunjaya,
Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat pada bulan Oktober
2013.

3
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian yaitu petani yang tergabung dalam komunitas atau biasa
disebut dengan Kelompok Tani Cimrin Sejahtera yang melakukan pengusahaan
hutan rakyat dan FORCI Dev sebagai pendamping pelaksanaan pengembangan
usaha hutan rakyat.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primeryaitu: karakteristik informan, kegiatan kelompok tani, dan
model pendekatan, sedangkan data sekunder yaitu: kondisi umum lokasi
penelitian dan laporan perkembangan kegiatan FORCI Dev kepada Bank Mandiri
serta data-data lain. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan anggota Kelompok Tani Cimrin Sejahtera. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data di Lapangan
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu melalui teknik observasi langsung sehingga peneliti terlibat
langsung atau berbaur dengan yang diteliti.
Metode Pengambilan Informan
Metode yang digunakan dalam pengambilan informan adalah metode
sensus dengan total populasi berjumlah 13 orang anggota kelompok tani.
Mewawancarai 8 orang masyarakat diluar kelompok tani/masyarakat sekitar.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisi data adalah metode pendekatan
deskriptif. Pendekatan deskriptif berguna untuk mengidentifikasi proses dan
dinamika yang terjadi dalam pengembangan usaha hutan rakyat. Kemudian dari
proses tersebut akan dianalisis model pendekatan yang dilakukan FORCI Dev
terhadap Kelompok Tani Cimrin Sejahtera dalam pengembangan kelompok dan
aktivitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Informan
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah anggota Kelompok
Tani Cimrin Sejahtera sebanyak 13 orang dan masyarakat sekitar diluar anggota
Kelompok Tani Cimrin Sejahtera sebanyak 8 orang. Karakteristik informan

4
tersebut meliputi tingkat umur, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga (Tabel
1).
Tabel 1 Karakteristik umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga informan
di Dusun Cimapag Barat
Umur (tahun)
20-30
31-40
41-50
51-60
>60
Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Jumlah anggota keluarga
3
4
5
6
7
8
9

n (orang)
2
10
4
4
1

Presentase (%)
9.52
47.62
19.05
19.05
4.76

19
2
0

90.48
9.52
0.00

1
7
2
5
3
2
1

4.76
33.33
9.52
23.81
14.29
9.52
4.76

Berdasarkan informasi yang tersaji pada Tabel 1 diketahui bahwa mayoritas
informan berada pada usia produktif yaitu 31–40 tahun (47.62%). Kriteria usia
produktif menurut BPS (2013) berada pada rentang usia 15–64 tahun, artinya usia
tersebut sangat berpotensi untuk mengembangkan hutan rakyat.
Tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Cimapag Barat tergolong rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 90.48% informan hanya mengenyam
pendidikan sampai tingkat SD. Sebagian informan menganggap bahwa
pendidikan belum menjadi prioritas utama.
Jumlah anggota keluarga responden menunjukkan bahwa terdapat variasi.
Variasi tersebut terlihat dari jumlah anggota keluarga yang terdiri dari 3–9 orang.

Model Pendekatan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Hutan Rakyat
Salah satu potensi lokal yang ada di Dusun Cimapag Barat adalah berbagai
jenis tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, manggis, rambutan, pisang,
pepaya, petai, dan cengkeh dengan menggunakan sistem pola tanam agroforestri.
Disamping itu, tanaman kayu lainnya yang saat ini mulai dikembangkan
masyarakat adalah tanaman sengon atau biasa dikenal masyarakat dengan jengjeng.
Masyarakat belum memandang bahwa potensi dari hasil bertani yang
mereka lakukan merupakan peluang ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan

5
hidup. Oleh sebab itu, masyarakat banyak yang bermigrasi ke kota untuk bekerja
sebagai kuli bangunan, pedagang, dan buruh pabrik. Center for Forestry
Organization Capacity and Institution Development (FORCI Dev) mulai
melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan melakukan penelitian bersama
di Dusun Cimapag Barat selama 3 hari dalam seminggu. Awal mula program
pengembangan usaha hutan rakyat yang ditawarkan tidak serta merta langsung
mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Kecurigaan sempat timbul
dimasyarakat mengenai program yang akan di jalankan. Masyarakat beranggapan
jika kedatangan FORCI Dev dengan membawa suatu program ini akan berujung
pada pengambilan hak kepemilikan lahan mereka. Masyarakat menganggap
FORCI Dev merupakan bagian dari Perum Perutani yang sebelumnya sempat
bersengketa dengan masyarakat setempat terkait permasalahan kepemilikan lahan.
Berdasarkan hal ini FORCI Dev terus menerus melakukan pendekatan ke
masyarakat dan melakukan komunikasi secara intensif dengan cara mengunjungi
desa mereka 2–3 hari dalam semingggu bahkan menginap di rumah-rumah warga.
FORCI Dev juga menayakan berbagai aktivitas dan pekerjaan masyarakat disana
serta membuka wawasan masyarakat mengenai keluangan waktu masyarakat yang
dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif
Kepercayaan masyarakat mulai timbul ketika FORCI Dev bersama
masyarakat membentuk sebuah kelompok tani yang dinamakan Cimapag Rindang
Sejahtera (Cimrin Sejahtera). Pada awal Kelompok Tani Cimrin Sejahtera
dibentuk ada 25 orang yang ikut bergabung, tetapi seiring berjalannya waktu
anggota kelompok tani yang aktif berjumlah 13 orang. Kelompok tani menyusun
berbagai kegiatan yang akan mereka lakukan. Tidak hanya petani, FORCI Dev
juga ikut serta dalam penyusunan kegiatan program penghijauan yang dilakukan
bersama masyarakat sesuai dengan masing-masing bidang keahlian yang dimiliki.
Kegiatan tersebut adalah persemaian, penanaman, dan penggergajian.
Berdasarkan penggalian informasi, menunjukkan bahwa ketiga kegiatan tersebut
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dari Kelompok Tani Cimrin Sejahtera.
Pendekatan yang dilakukan FORCI Dev dalam kegiatan penghijauan tersebut
tidak bersifat memaksa namun berangkat dari kesepakatan bersama antara FORCI
Dev dan kelompok tani. Hal ini sesuai dengan Nikijuluw (2002) yang
menyebutkan bahwa semua keputusan ditentukan berdasarkan kesepakatan dan
pelaksanaannya didasarkan atas sanksi-sanksi sosial.
Kerjasama pertama yang dilakukan yaitu persemaian. Luas persemaian ±
300 m2 dengan kapasitas 18 772 bibit dengan pembagian Bedeng A sebanyak
2086 bibit, Bedeng B 7528 bibit, dan Bedeng C 9158 bibit. Dari total produksi
tersebut, kelompok tani telah mampu mengeluarkan dan/atau menjual bibit
sebanyak 15 238 bibit dengan rincian pada Tabel 2.
Tabel 2 Penjualan bibit sengon
No Penjualan
Jumlah bibit
1 Organisasi kelompok tani dan masyarakat
8369
2 Individu anggota kelompok tani
6287
3 Bibit pesanan
3534
4 Tidak ada dikarenakan bibit mati (3 % dari
582
totalproduksi)
JUMLAH

18 772

6
Pada produksi bibit tahap 1 ini, bibit yang diproduksi adalah jenis Sengon.
Pemilihan jenis ini ditentukan oleh kelompok tani berdasarkan tingkat kebutuhan
yang dinilai cukup tinggi untuk wilayah Dusun Cimapag dan sekitarnya. Pada
kegiatan persemaian ini ada pembelajaran yang dapat diambil, yaitu kelompok
tani melakukan percobaan mandiri terhadap jenis pupuk yang digunakan dan saat
ini kelompok dapat memberikan kesimpulan mengenai jenis pupuk yang mampu
memberikan pertumbuhan signifikan. Kelompok tani menyepakati harga bibit
yang siap jual adalah sebesar Rp1000/bibit. Saat penelitian dilakukan bibit telah
habis terjual.
Pada proses pembuatan bibit periode kedua, telah disepakati bersama bahwa
benih yang akan disemai sekitar 8000 benih. Produksi tahap dua ini, kelompok
tani tidak hanya memproduksi jenis Sengon, tetapi juga mulai memproduksi jenis
Cengkeh. Ternyata produksi tahap kedua ini mengalami kendala. Curah hujan
yang sangat tinggi menyebabkan proses produksi tidak optimal. Banyak bibit
yang membusuk karena kelembaban tinggi.
FORCI Dev mendorong supaya bibit yang diusahakan ini dapat ditanam
dilahan milik anggota maupun dilahan milik kelompok, dan sebagian dijual.
Setiap anggota yang ingin menanam diprioritaskan untuk mendapatkan bibit
dengan skema tetap membayar sesuai harga yang disepakati. Kemudian kelompok
mencari lahan yang dapat ditanami di sekitar Cimapag Barat untuk diusahakan
atas nama kelompok. Sebanyak 15 238 bibit telah terdistribusikan baik melalui
kelompok tani maupun masyarakat. Dari total tersebut, sebanyak 1500 bibit telah
ditanam di lahan yang dikelola atas nama kelompok tani, sementara sebanyak
6287 bibit ditanam di lahan milik anggota kelompok tani. Berikut Tabel 3
ditunjukkan jumlah dan lokasi bibit yang ditanam di lahan anggota kelompok tani.
Tabel 3 Jumlah dan lokasi bibit yang ditanam
Lokasi / blok
Jumlahbibit
No Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sanusi
Apendi
Sarbini
Ading
Obang
Aos
Sulaiman
Atma
Sarnata
Herman
Abdul Majid

Si Gelap
Cilisung & Sidengu
Curug Enya & Sicoladi
Sidomba
Sisero
Sipeuti
Lebak Lopang & Gunung Cabe
Batu Karut
Sikendi
Dukuh Muncang
Simunclut

JUMLAH

250
500
840
1108
1050
200
1236
250
250
503
100
6287

Kelompok TaniCimrin Sejahtera diarahkan untuk mempunyai lahan
bersama secara berkelompok sebagai tabungan kelompok. Kelompok
memutuskan untuk memulai penanaman dengan mengelola lahan atas nama
kelompok terlebih dahulu dan saat ini kelompok telah mendapatkan lahan untuk
dikelola seluas 7500 m². Kelompok tani mengambil mekanisme sewa lahan
kepada penggarap sebelumnya. Kelompok juga menyampaikan bahwa terhadap
lahan tersebut telah dilakukan pembersihan awal dan akan dilakukan pembersihan
lanjutan. Namun FORCI Dev memberikan rekomendasi dan mendorong agar
kelompok tidak perlu menerapkan sistem sewa lahan. Pengelolaan lahan dapat

7
dilakukan pada areal kosong yang tersedia atau di wilayah-wilayah kritis dan non
produktif yang memang perlu dihijaukan. Lubang tanam dibuat sebanyak 1500.
Bibit yang ditanam adalah jenis sengon sebanyak 1500 dan terdapat 100 bibit
yang mati, adapun penyebabnya karena derasnya hujan.
Menurut Purwanti (2008), dalam pengelolan sumberdaya alam dikenal ada
tiga model pengelolaan yaitu: (1) pengelolaan berbasis masyarakat (peolpe based
management) dimana masyarakat diberi wewenang, tanggung jawab dan
kesempatan untuk mengelola sumberdayanya sendiri sesuai dengan kebutuhan,
keinginan, tujuan dan aspirasinya. Pengelolaan berbasis masyarakat ini disebut
juga sebagai sistem pengelolaan lokal yang didasarkan atas tradisi budaya, adat
istiadat, pengetahuan percobaan tanpa aturan dan hukum resmi; (2) pengelolaan
berbasis pemerintah (government based management), pemerintah sebagai
pemegang otoritas diberi wewenang khusus dan resmi mempunyai hak akses,
memanfaatkan, mengatur, dan mengalihkan sumberdaya. Bentuk pengelolaannya
dicirikan dengan sangat terpusat dan hirarki, dimana pusat menentukan
keseluruhan kebijakan dan daerah menerapkannya (Mitchell et al2003); dan (3)
pengelolaan kolaboratif (collaborativemanagement) adalah proses kerjasama yang
dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling
menghormati, saling menghargai, saling percaya dan saling memberikan
keuntungan (Permenhut no. P.19 2004). Berikut pada Tabel 4 ditunjukkan
perbedaan karakteristik model pengelolaan sumberdaya alam.
Tabel 4 Perbedaan karakteristik model pengelolaan sumberdaya alam.
No
Karakteristik
Berbasis
CoBerbasis
masyarakat
management
pemerintah
1
Penerapan
Lokasi spesifik Jaringan multi- Nasional
spasial
lokasi
2
Pihak otoritas
Struktur
Terbagi,
Pemerintah pusat
utama
pengambilan
pemerintah
keputusan lokal pusat dengan
dan penduduk
otoritas
lokal
pemerintah dan
non-pemerintah
lokal
3
Pihak
Komunal,
Multi-pihak
Pemerintah pusat
bertanggung
badan
jawab
pengambilan
keputusan lokal
4
Tingkat
Tinggi pada
Tinggi pada
Rendah, potensi
partisipasi
tataran lokal
berbagai
eksklusivitas
tingkatan
kelompok
kepentingan
5
Durasi kegiatan
Proses awal
Proses awal
Proses awal
cepat, proses
moderat,
gradual
pengambilan
pengambilan
durasinya, cepat
keputusan
keputusan antar mengambil
lambat
kelompok
keputusan pada
kepentingan
awal proses
lambat

8

Tabel 4 Lanjutan

No

Karakteristik

6

7

8

9

10

11

Berbasis
masyarakat
Keluwesan
Daya
pengelolaan
penyesuaian
tinggi, sensitif
dan cepat
tanggap
terhadap
perubahan
kondisi
lingkungan
lokal
Investasi
Menggunakan
finansial & SDM SDM lokal,
pengeluaran
financial
moderat sampai
rendah,
anggaran
fleksibel
Kelangsungan
Jangka pendek
usaha
bila tanpa
dukungan
eksternal yang
berkelanjutan
Orientasi
Berfokus pada
procedural
dampak jangka
pendek,
didesain hanya
untuk lokasi
lokal spesifik,
sanksi moral
Orientasi aspek
Kontrol
legal
sumberdaya
secara de facto,
hak properti
komunal atau
swasta
Orientasi
resolusi konflik

Comanagement
Daya
penyesuaian
moderat, cepat
tanggap
terhadap
perubahan alam
dengan
kecukupan
waktu

Berbasis
pemerintah
Lambat untuk
perubahan dan
seringkali tidak
luwes,
birokratik,
potensi tidak
terkoneksinya
kebijakan, realita
dan praktik

Membangun
SDM berbagai
tingkatan,
anggaran
fleksibel,
pengeluaran
biaya moderat
sampai tinggi
Teus menerus
jika terbangun
kondisi yang
setara

Dipusatkan pada
SDM, biaya
pengeluaran
moderat,
anggaran kaku
sudah ditetapkan

Berorientasi
dampak jangka
panjang, proses
jangka pendek,
didesain untuk
multi-lokasi

Orientasi proses
jangka panjang,
didesain untuk
lokasi yang luas

Kontrol
sumberdaya
secara de jure,
hak properti
komunal,
swasta atau
publik
Salah satu pihak Semua pihak
ada yang
dimenangkan,
dikalahkan,
kolaboratif,
akomodatif,
negosiatif
kompetisi,
kekuatan
publik, sanksi
hukum lokal

Terus menerus
jika struktur
terpelihara

Kontrol
sumberdaya
secara de jure,
hak properti
publik atau
Negara
Diselesaikan
secara hukum.
Salah satu pihak
ada yang
dikalahkan,
kompetisi,
akomodatif,
kekuatan politik

9

Tabel 4 Lanjutan
No

Karakteristik

12

Tujuan akhir

13

Berbasis
masyarakat
Revitalisasi atau
mempertahanka
n status quo
penguasaan
sumberdaya
lokal,
demokratisasi
politik, sanksi
hukum lokal
Pengetahuan
local

Comanagement
Menciptakan
perdamaian dan
demokratisasi
politik bidang
pengelolaan
SDA berbagai
tingkatan

Sumber
Pengetahuan
informasi
lokal dan
pengelolaan
scientific barat
Sumber : NRM (2002) dalam Purwanti (2008)

Berbasis
pemerintah
Mempertahankan

status quo politik
penguasaan
SDA, perubahan
ekonomi
nasional

Di dominasi
scientific barat

Pada model pengembangan usaha hutan rakyat yang dilakukan FORCI Dev
bersama Kelompok Tani Cimrin Sejahtera dapat dianalisis bahwa model
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan co-management. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 4 dan proses-proses dalam setiap tahapan kegiatan yang
dilakukan. Model pendekatan dalam pengembangan usaha hutan rakyat dalam
setiap tahapannya didapatkan skema seperti pada Gambar 2 (Berkes 1994)

Government-based management
OrgaO
People-based management

Co-management
Informing
Consultation
Cooperation
Communication
Information exchange
Joint action
Partnership
Community control
Inter-area condition
Gambar 2 Spektrum perencanaan co-management pada wirausaha hutan rakyat

10
Pencapaian tahapan co-management pada pendekatan dalam wirausaha
hutan rakyat berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa model
pendekatan telah sampai pada tahap partnership dimana FORCI Dev dan
Kelompok Tani Cimrin Sejahtera, keduanya saling bekerjasama dan saling
melengkapi. FORCI Dev sebagai pihak yang memberikan edukasi,
pendampingan, dan pinjaman dana, sedangkan Kelompok Tani Cimrin Sejahtera
sebagai pelaksana wirausaha dalam hal penghijauan dan edukasi. Model
pendekatan co-management ini dibangun sebagai cara untuk mencapai
kemandirian anggota dalam membuat suatu kegiatan, partisipasi aktif anggota
dalam membuat keputusan, kemampuan menemukan solusi atas permasalahan
yang muncul dalam kelompok, dan kemampuan mengadakan aktivitas yang terus
berlangsung dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Model pendekatan pengembangan usaha hutan rakyat yang dilakukan
FORCI Dev bersama Kelompok Tani Cimrin Sejahtera dapat dianalisis
menggunakan pendekatan co-management dengan tahapannya sudah sampai pada
tahap partnership.
Saran
1. Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian terkait kegiatan yang
belum dilakukan yaitu kegiatan penggergajian untuk mengetahui manfaat
yang diperoleh
2. FORCI Dev perlu mengadakan sosialisasi terkait keberhasilannya dalam
menerapkan pola pendekatan terhadap masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Berkes, F. 1994. Co-management: Bridging Two Solitudes. Northern Perspective
22: 2-3.
[BPKH Wilayah XI dan MFP II] Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI
Jawa Madura dan Forest Governanceand Multi-stakeholders Forestry
Programme. 2009. Potensi Kayu dan Karbon Hutan Rakyat di Pulau Jawa
Tahun 1990–2008. Jakarta (ID): BPKH Wilayah XI dan MFPII.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk 2000-2025. [Diunduh
2013
Juli
20].
Tersedia
pada:
http://www.datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=9
20&Itemid=936.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Rencana pembangunan jangka panjang
kehutanan tahun 2006-2025. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.
Mitchell B, Setiawan B, Rahmi DH. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Terjemahan dari: Resource and Environmental Management.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

11
Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta (ID):
Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi
Pengelolaan kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Purwanti, F. 2008. Konsep Co-Management Taman Nasional Karimunjawa
[Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Pusat P2H] Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan. 2010. Kerangka Acuan
Seminar Pola Pengelolaan danPembiayaan Hutan Rakyat. Jakarta (ID):
Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan, Badan Layanan Umum (BLU)
Kehutanan

12

LAMPIRAN
1. Kuesioner

No. Responden
TanggalPengambilan
Data

KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS MODEL PENDEKATAN MASYARAKAT DALAM
PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT
Identitas Responden
Nama
1.
Jenis Kelamin
2.
Usia
3.
Alamat
4.
Pekerjaan
5.

RT/RW:
Dusun:
a. Pekerjaan Utama:
b. Pekerjaan Sampingan:

6.

Pendidikan
Terakhir

7.

Jumlah Anggota
Keluarga

13

2. Dokumentasi Penelitian

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 12 September 1991
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Maitimu Alfret dan
Ibunda Cahyani Dyah Kawuri. Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri
Pati Kidul 02 lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 2 Pati lulus pada tahun 2006. Pendidikan
menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 2 Pati pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) di Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah pada tahun ajaran 2013-2014 dan Teknik
Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2013-2014. Penulis juga aktif
di berbagai organisasi di IPB antara lain: sebagai Wakil Koordinator bidang
Pembinaan UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB di Komisi Pelayanan Anak
(2011-2012), Wakil Ketua Umum Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Keluarga
Mahasiswa Pati 2011-2012, sebagai anggota Kastrad PC SYLVA IPB tahun
2011-2012, Sekretaris Eksekutif Pengurus Pusat Sylva Indonesia tahun 2012-2014,
dan Anggota Forum DAS Cisadane di Bidang Pengkajian Kebijakan dan
Kelembagaan 2014 sampai sekarang, serta menjadi volunteer di FORCI Dev
tahun 2011 sampai sekarang. Penulis juga aktif berpatisipasi dalam berbagai
kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)
di Pangandaran (Ciamis) dan Gunung Sawal (Tasikmalaya) pada tahun 2011;
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),
Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2012 dan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA CV Pangkar Begili, Kalimantan Barat pada tahun
2013.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis menyusun skripsi berjudul “Analisis Model Pendekatan Masyarakat
Dalam Pengembangan Usaha Hutan Rakyat” di bawah bimbingan Dr Ir
Sudarsono Soedomo, MS MPPA.