Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

KESESUAIAN LIMA JENIS KOMODITAS PASCAPANEN
SEBAGAI MEDIA PERKEMBANGBIAKAN
HAMA GUDANG EPHESTIA CAUTELLA (WALKER)
(LEPIDOPTERA : PYRALIDAE)

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesesuaian Lima Jenis
Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang
Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Tri Eliza D. Haloho
NIM. A34090016

ii

ABSTRAK
TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO. Kesesuaian Lima Jenis Komoditas
Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella
(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP
Ephestia cautella merupakan salah satu hama penting yang menyerang
berbagai jenis produk pascapanen di gudang penyimpanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan
tepung maizena sebagai media perkembangbiakan E. cautella dan untuk

mengetahui preferensi peletakan telur oleh imago terhadap lima jenis komoditas
tersebut. Sebanyak 100 butir E. cautella dimasukkan ke dalam 500 g bahan uji,
pengembangbiakan dilakukan dengan wadah plastik bervolume satu liter dan
diamati selama 49 hari. Peubah yang diamati dari pengujian tersebut adalah
jumlah imago yang muncul pada setiap komoditas, ukuran larva, pupa, imago, dan
melihat bentuk kerusakan akibat aktifitas larva. Lima wadah plastik diisi dengan
100 g bahan uji yang berbeda, kemudian wadah tersebut ditutup dengan kurungan,
ke dalam kurungan tersebut dilepaskan 5 pasang imago F1 yang dihasilkan dari
pengembangbiakan, peubah yang diamati adalah jumlah telur yang diletakkan
imago betina pada masing-masing komoditas. Hasil penelitian menunjukkan
siklus hidup E. cautella pada kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung
maizena berturut-turut adalah 45, 49, 46, 47, 48 hari. Jumlah imago F1 yang
muncul untuk masing-masing bahan paling banyak terdapat pada kacang tanah.
Ukuran tubuh larva instar tiga lebih panjang pada bahan beras dan lebih lebar
pada kacang tanah, sedangkan pada instar empat yang lebih panjang dan lebih
lebar terdapat pada kakao. Ukuran pupa paling panjang terdapat pada kacang
tanah. Imago F1 memiliki ukuran tubuh berkisar 6-7 mm dengan rentang sayap
berkisar antara 12-14 mm. Imago betina lebih banyak meletakkan telur pada beras
dan kacang tanah. Bentuk kerusakan pada kakao dan kacang tanah yaitu terdapat
lubang gerekan yang menyisakan serbuk-serbuk gerek. Beras dipintal dan

terkontaminasi dengan kotoran, sedangkan terigu dan tepung maizena dipintal
menjadi seperti sarang bagi larva sehingga tepung menjadi menggumpal.
Kata kunci : Ephestia cautella, kesesuaiaan, komoditas pascapanen, populasi F1,
ukuran tubuh.

ABSTRACT
TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO. Suitability of Five Postharvest
Commodities as Media for the Development of Ephestia cautella (Walker)
(Lepidoptera: Pyralidae). Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP
Ephestia cautella is one of major pest that attack various kinds of
postharvest commodities during storage. The objective of this research was to
study the suitability of cocoa beans, peanuts, rice, wheat flour, and maizena as
development media for E. cautella and to know the preferences of egg laying by
adults to those five commodities. One hundred eggs of E. cautella were infested
into 500 g of those commodities within one liter plastic container and kept in the
laboratory for 49 days. Variables observed were number of F1 emerged,
development time, length and width of larvae, pupae, and adults, and the demaged
they caused to the commodities. Five pairs of F1 adults then infested onto 100 g
of those five commodities within insect cages and observed for number of egg laid
after one week. The results showed that life cycle of E. cautella on cocoa beans,

peanuts, rice, wheat flour, and maizena were 45, 49, 46, 47, 48 days, respectively.
The highest number of F1 adults emerged were found on peanut. For third instar,
the longest larval body were found on rice and the widest ones were found on
peanuts, meanwhile the longest and widest for fourth instar larval bodies were
found on cocoa beans. The longest pupal body length were found on peanuts. The
average length of F1 adults were 6-7 mm and the average of wing span were 1214 mm. Meanwhile the highest number of egg deposited by F1 adults were found
on rice and the lowest on maizena. The demaged caused by larval activity were
feeding holes on cocoa beans and peanuts, meanwhile the other commodities were
spun together with their silk.
Keywords: body size, Ephestia cautella, F1 population, postharvest commodities,
suitability.

iv

KESESUAIAN LIMA JENIS KOMODITAS PASCAPANEN
SEBAGAI MEDIA PERKEMBANGBIAKAN
HAMA GUDANG EPHESTIA CAUTELLA (WALKER)
(LEPIDOPTERA : PYRALIDAE)

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media
Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Walker)
(Lepidoptera: Pyralidae)
Nama
: Tri Eliza Deslianty Haloho
NIM
: A34090016


Disetujui oleh

Dr Ir Idham Sakti Harahap, M Si
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, M Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang
berjudul “Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media
Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Lepidoptera: Pyralidae)”

yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Seameo Biotrop, Bogor sejak
November 2013 hingga Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Idham Sakti Harahap M
Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus sebagai pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu serta kesabarannya dalam membimbing
penulis agar proses kegiatan akademik dapat dilalui dengan baik serta membantu
dari perencanaan hingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaikbaiknya. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Supramana M Si
selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberi saran dan ilmu kepada
penulis. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Bapak Heriyanto selaku staff
di Laboratorium Entomologi Biotrop yang telah banyak membantu dan memberi
saran yang bermanfaat selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium
Entomologi tersebut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Kakak, Abang, Adikadik, Firnando Purba, Ratnasari Simbolon dan Noldy Hutagalung, teman-teman
Bilo, serta keluarga besar yang senantiasa mendoakan penulis untuk terus
melangkah tanpa keluh kesah. Terima kasih sahabat PTN 46 dan 47, perjuangan
bersama kalian tidak akan pernah terlupakan, semoga kita semua senantiasa
menempuh jalan yang benar dalam mencapai kesuksesan dan senantiasa menebar
kebaikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Tri Eliza D. Haloho

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Pengujian
Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Telur dan Larva
Pupa dan Imago
Imago Yang Muncul Pada Setiap Perlakuan
Lama Perkembangan
Bentuk Kerusakan
Jumlah Telur yang Diletakkan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi





3

3
3
3
4




7
7
8
9
10 
10 
10 
11 
13

17

viii

DAFTAR TABEL
1 Imago Yang Muncul Pada Setiap Bahan Uji
2 Waktu Perkembangan Setiap Stadium E. cautella
3 Jumlah Telur yang Diletakkan Imago Betina



10 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Proses Rearing Telur
Wadah Pengujian
Rata-Rata Panjang dan Lebar Insat 3 dan 4
Rata-Rata Panjang Pupa, Imago dan Rentang Sayap
Jenis Kerusakan







 

DAFTAR LAMPIRAN
Tabel sidik ragam uji selang berganda Duncan untuk semua perlakuan
 

13 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hama pascapanen adalah serangga yang merusak hasil pertanian pada
tahapan pascapanen dan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting penyebab susut produksi. Hasil panen yang disimpan di gudang,
khususnya biji-bijian, setiap saat dapat diserang oleh hama gudang yang dapat
merugikan. Terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji karena adanya aktifitas
serangga. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama
menyerang atau merusak. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama pascapanen ini
berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu berupa kerusakan pada bentuk,
aroma, nilai gizi dan tercampurnya produk dengan kotoran serangga sehingga
dapat menurunkan nilai ekonomi dari produk itu sendiri (Hill 1983).
Terdapat beberapa hama dan cendawan gudang yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas komoditas pascapanen di gudang penyimpanan.
Salah satu hama penting yang sering merusak komoditas pascapanen adalah dari
ordo Lepidoptera (ngengat) (Harahap 2009). Tidak sedikit jumlah komoditas
pascapanen yang terbuang sebagai akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh
serangga baik ketika masih berada di lapangan maupun dalam pengangkutan,
ketika diproses, ketika berada di gudang penyimpanan dan pada saat penyaluran.
Kerugian dan kehilangan hasil panen akibat serangan hama mencapai 10-30%, di
antaranya 5% akibat serangan hama gudang (Abdullah 1983).
Ephestia cautella merupakan hama gudang yang tergolong dalam Ordo
Lepidoptera dan Famili Pyralidae, serangga ini sering dikenal sebagai “The dried
current moth” (Hill 1983). Imago E. cautella ini berupa ngengat gudang berwarna
abu-abu, memiliki panjang tubuh sekitar 6 mm dengan rentang sayap sekitar 17
mm, sisi atas sayap depan mempunyai semacam pita, dan serangga ini aktif pada
malam hari. Betina dapat memproduksi telur sekitar 30-340 butir selama masa
hidupnya, siklus hidup E. cautella ini 31-42 hari (Haines 1991). Serangga ini
menyukai buah atau biji yang dikeringkan (Cotton 1963) dan telah dilaporkan
menyerang berbagai komoditas pascapanen seperti kakao, kacang tanah, beras
termasuk tepung (Kalshoven 1981).
Beras merupakan bahan pangan pokok mayoritas penduduk Indonesia, 97 %
penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok utama (Azziz
2006), keadaan ini menyebabkan Indonesia harus berusaha memproduksi beras
untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia (Ambarinanti 2007),
untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi
dalam negeri (Hessie 2009). Kehilangan bobot beras dipengaruhi oleh banyak
faktor yang salah satunya adalah serangan hama gudang E. cautella dengan
kehilangan kuantitatif 2.1% ketika penyimpanan (Abdullah 1983). Kakao adalah
jenis tanaman perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian negara
Indonesia karena merupakan salah satu produk perkebunan yang banyak diekspor,
sehingga diperlukan perhatian khusus untuk produksi kakao di Indonesia,
khususnya dalam proses penyimpanan (Nurdiyani 2007).

2
Kacang tanah merupakan hasil petanian yang mempunyai nilai gizi yang
sangat tinggi dan dapat diolah menjadi berbagai produk makanan (Prasetiawati
2009). Produktivitas kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan, hal
tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi,
namun juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain seperti karakter agroklimat,
umur panen, intensitas, cara usaha taninya serta varietas yang ditanam, dan
serangan dari jenis hama penyakit baik ketika di lapangan maupun di gudang
penyimpanan (Fachleny 2006).
Serangga E. cautella ditemukan di pabrik-pabrik penggilingan tepung
karena terbawa oleh komoditas pascapanen dari gudang penyimpanan. Pati jagung
atau yang biasa disebut tepung maizena merupakan sumber karbohidrat yang
digunakan untuk bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi,
membuat puding serta digunakan dalam industri farmasi. Maizena merupakan
salah satu jenis bahan pengikat yang berfungsi untuk menurunkan penyusutan
akibat pemasakan, memberi warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk,
membentuk tekstur yang padat, dan menarik air dari adonan. Namun demikian
upaya pengolahan untuk memproduksi pati jagung belum banyak dilakukan di
dalam negeri, hal ini terkendala pada tingginya investasi untuk menyediakan
mesin pengolahannya, serta perlu perlakuan khusus dalam pengolahan jagung
(Chandra 2010). Terigu adalah tepung yang berasal dari penggilangan biji gandum
dan termasuk bahan makanan penting di Indonesia (Marlina 2001).
Kehidupan serangga sangat erat hubungannya dengan keadaan
lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa E.
cautella merupakan hama penting yang dapat hidup pada berbagai bahan simpan
sehingga terdapat variasi kelimpahan serangga ini pada tiap-tiap bahan simpan
(Kalshoven 1981). Data mengenai kesesuaian pakan dan preferensi peletakan telur
akan dirujuk dan dikaji untuk dijadikan sumber informasi tambahan dalam rangka
menentukan rumusan kebijakan pengendalian yang tepat (Syamsuddin 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan biologi E. cautella adalah
jenis makanan yang dikonsumsinya karena tipe dan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh serangga dapat mempengaruhi beberapa aspek perkembangannya
seperti pertumbuhan (reproduksi), tingkah laku, banyaknya populasi, tempat
hidup, pemencaran dan berbagai sifat morfologi seperti ukuran, warna tubuh,
bobot tubuh dan sebagainya (Borror et al 1992).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kakao, kacang tanah,
beras, terigu, dan tepung maizena sebagai media perkembangbiakan E. cautella
dan mengetahui preferensi peletakan telur oleh imago betina pada lima jenis
komoditas tersebut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberi
informasi mengenai kesesuaian pakan dan preferensi peletakan telur E. cautella
untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai pendekatan dalam pengelolaan dan
pengendalian hama tersebut secara tepat.

3

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Southeast Asian
Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP) sejak bulan
November 2013 hingga Januari 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam kurungan plastik
yang berdiameter 10 cm dan tinggi 30 cm, lima kurungan berdiameter 35 cm dan
tinggi 35 cm, 50 wadah plastik bervolume satu liter, kain batis, cawan petri, kertas
karbon, mikroskop, kamera digital, higrometer, kalkulator, hand counter, pinset,
kuas, gunting, dan penggaris. Bahan yang digunakan adalah biji kakao, kacang
tanah, beras, terigu, tepung maizena, dan imago E. cautella.
Metode Penelitian
Persiapan Penelitian
Kegiatan persiapan penelitian meliputi penyediaan lima komoditas yang
akan diuji yaitu kakao, kacang tanah, beras, terigu dan tepung maizena. Bahan
yang diujikan harus dalam keadaan steril, oleh sebab itu sebelum biji kakao
diujikan harus didisinfestasi terlebih dahulu di ruang fumigasi dan bahan uji
lainnya di oven selama dua jam dengan suhu 60 ºC.
Selanjutnya melakukan persiapan untuk mendapatkan telur E. cautella yaitu
membuat enam wadah seperti kurungan berdiameter 10 cm dengan tinggi 30 cm
yang terbuat dari plastik mika, dimana bagian atasnya ditutup dengan kain batis,
pada bagian bawah kurungan diletakkan cawan petri yang telah dilapisi dengan
kertas karbon dengan tujuan untuk mempermudah melihat keberadaan telur, setiap
kurungan dimasukkan 10 pasang imago E. cautella yang diperoleh dari biakan
awal di laboratorium, sehingga dari 60 ekor imago betina E. cautella ini
diharapkan dapat menghasilkan telur sebanyak 2500 butir untuk digunakan
sebagai perlakuan penelitian. Pengembangbiakan telur dilakukan untuk
menghasilkan generasi F1 yang berumur seragam.

Gambar 1 Perbanyakan telur E. cautella: (a) imago betina dan jantan (b) kurungan
yang masing-masing berisi 10 pasang imago (c) telur yang dihasilkan
dari 10 imago betina.

4
Pelaksanaan Pengujian Kesesuaian Pakan dan Preferensi Peletakan Telur
Tahap pengujian pertama adalah pengujian kesesuaian pakan; yaitu kakao,
kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena sebagai media perkembangbiakan
E. cautella. Bahan uji tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik bervolume
satu liter yang bagian tutupnya dilubangi dan dilapisi dengan kain kasa. Masingmasing wadah diisi dengan 500 g bahan uji, kemudian ke dalam wadah tersebut
dimasukkan 100 butir telur E. cautella yang dihasilkan dari perbanyakan telur.
Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak lima kali (Gambar 2). Peubah
yang diamati adalah jumlah imago F1 yang muncul di dalam setiap wadah, lama
perkembangan E. cautella dari stadia telur hingga imago, ukuran larva, pupa dan
imago (panjang tubuh dan rentang sayap), serta melihat bentuk kerusakan yang
terjadi akibat aktivitas larva E. cautella pada setiap komoditas.
Tahap pengujian kedua yaitu pengujian preferensi peletakan telur oleh
imago betina E. cautella pada; kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung
maizena. Pengujian ini menggunakan lima wadah yang masing-masing wadah
diisi dengan bahan uji yang berbeda-beda dan dengan bobot yang sama yaitu 100
g, pada tahap ini menggunakan kurungan serangga berdiameter 35 cm dan tinggi
35 cm (Gambar 2), ke dalam kurungan tersebut dimasukkan lima pasang imago
F1 yang dihasilkan dari pengujian kesesuaian pakan. Pengujian ini diulang
sebanyak lima kali dengan posisi wadah untuk setiap ulangan diacak. Peubah
yang diamati adalah jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina pada masingmasing bahan uji per ulangan.

.

Gambar 2 Wadah perlakuan penelitian: (a) wadah untuk pengujian kesesuai pakan
(b) wadah pengujian preferensi peletakan telur.
Analisis Data
Percobaan dilakukan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
lima jenis komoditas sebagai bahan uji yang masing-masing diulang sebanyak
lima kali. Data imago yang muncul pada setiap wadah perlakuan, siklus hidup,
dan data preferensi peletakan telur ditransformasi terlebih dahulu ke √
0.5
kemudian dianalisis ragam dengan perangkat lunak Statistical Package for Social
Science (SPSS) Versi 17 for Windows, jika hasil uji berbeda nyata dilakukan
pembanding nilai tengah dengan uji selang berganda Duncan dengan α sebesar
0.05. Ukuran larva, pupa, imago, rentang sayap, dianalisis dengan menggunakan
Microsoft Excel 2013.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lima jenis komoditas yang
digunakan menghasilkan perbedaan pada beberapa peubah respon antara lain
mempengaruhi jumlah imago yang muncul per komoditas yang digunakan,
panjang larva, pupa, imago, rentang sayap, lama perkembangan masing-masing
stadium, dan jumlah telur yang diletakkan oleh imago pada bahan uji yang
berbeda.
Telur dan Larva
Sebanyak 60 ekor imago betina E. cautella yang digunakan pada tahap
perbanyakan menghasilkan 3386 butir telur sehingga satu imago betina rata-rata
menghasilkan 56 butir telur selama masa hidupnya. Telur diletakkan secara
berderet pada cawan petri, telur yang dihasilkan berwarna putih berdiameter
sekitar 0.1 mm.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar tubuh larva instar tiga dan
empat (Gambar 3), diperoleh bahwa ukuran instar 3 yang lebih panjang terdapat
pada bahan uji beras dan terigu dan ukuran yang lebih pendek terdapat pada
tepung maizena, ukuran yang lebih lebar terdapat pada kacang tanah sementara
yang lebih ramping terdapat pada bahan uji beras. Panjang dan lebar instar empat,
diperoleh bahwa yang lebih panjang dan lebih lebar terdapat pada bahan uji kakao.
Panjang dan lebar larva bertambah seiring dengan perkembangan instar.
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pertambahan ukuran panjang dan lebar
larva instar tiga ke instar empat pada bahan uji kakao, kacang tanah, dan beras
terlihat terdapat pertambahan yang cukup besar, sementara pada terigu dan tepung
maizena hanya sedikit pertambahan ukuran tubuh larva.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan (2013) diketahui bahwa makanan yang cukup dan
sesuai dengan yang dibutuhkan larva akan mendukung perkembangan
populasinya, sebaliknya makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan akan menyebabkan hama tidak menyukai bahan simpan atau makanan
tersebut. Ketidakcocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan
unsur yang diperlukannya, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan,
permukaan material terlalu keras, dan komposisi material yang tidak sesuai.
Berdasarkan hasil pengamatan, hal yang berpengaruh besar terhadap
kesukaan larva terhadap makanannya adalah dalam hal tekstur dan komposisi
kimia yang terkandung dalam masing-masing komoditas bahan uji. Selain itu
kadar air biji juga mempengaruhi kesukaan larva terhadap makanannya (Wijayati
2013) karena kadar air di dalam biji berpengaruh terhadap kemampuan larva
dalam menggerek masuk ke dalam biji (Rahmi 2008). Hal ini menunjukkan
bahwa kadar air tinggi pada bahan uji berupa biji karena aktivitas makan larva
pada biji meningkat dengan baik seiring perkembangan instar dan tekstur biji
menjadi tidak terlalu keras sehingga larva mampu menggerek ke dalam biji.
Bahan uji berupa tepung telah mengalami kehilangan komposisi kimia dalam
proses pengolahannya di pabrik, sehingga kandungan unsur yang diperlukan larva
tidak tercukupi, hal ini diduga menjadi penyebab perkembangan larva instar tiga

6

Rata-rata panjang dan lebar
instar 3 dan 4 (mm)

ke instar empat pada bahan uji terigu dan tepung maizena kurang berkembang
dengan baik.
8
7
6
5
4
3
2
1
0

panjang instar 3
lebar instar 3
panjang instar 4
lebar instar 4

Kakao

K. Tanah

Beras

Terigu

T. Maizena

Komoditas yang diuji

Gambar 3 Rata-rata ukuran panjang dan lebar larva instar 3 dan 4 E. cautella pada
kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena
Pupa dan Imago

Rata-rata panjang
pupa, imago, dan rentang
sayap (mm)

Stadium prapupa berhenti makan dan tidak aktif bergerak yang dicirikan
dengan pemendekan tubuh larva. Prapupa akan bergerak ke bagian dasar wadah
untuk mulai membentuk kokon sebelum menjadi pupa. Ukuran pupa pada lima
jenis komoditas bahan uji adalah berkisar 6-7 mm (Gambar 4).
Ukuran tubuh imago tidak banyak perbedaan dengan ukuran pupa.
Berdasarkan hasil penelitian, ukuran tubuh imago yang lebih panjang terdapat
pada bahan uji kacang tanah sedangkan pada bahan uji kakao, beras, terigu dan
tepung maizena ukuran tubuh imago berkisar 6 mm. Rentang sayap imago F1
yang muncul pada lima bahan uji berkisar antara 12-14 mm (Gambar 4). Berbeda
dengan informasi yang diperoleh dari Kalshoven (1981), yang menyatakan bahwa
bila kedua sayap direntangkan panjangnya mencapai 15-17 mm. Hal ini diduga
karena pengembangbiakan dilakukan pada wadah bervolume satu liter sehingga
sayap tidak berkembang dengan baik dan imago menjadi tidak aktif terbang pada
wadah tersebut.
panjang pupa
panjang imago
rentang sayap

14
12
10
8
6
4
2
0
Kakao

K. tanah

Beras

Terigu

T. Maizena

Komoditas yang diuji

Gambar 4 Rata-rata ukuran; panjang pupa, panjang imago, dan rentang sayap E.
cautella pada kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena

7
Imago F1 E. cautella yang Muncul pada Setiap Bahan Uji
Pengembangbiakan telur dengan menggunakan lima pakan yang berbeda
sangat mempengaruhi keberhasilan telur menjadi larva, pupa, imago hingga
menyelesaikan masa hidupnya. Rata-rata imago yang muncul pada setiap pakan
per ulangan dari jumlah terbanyak sampai yang paling sedikit berturut-turut
adalah pada kacang tanah, terigu, beras, kakao, dan tepung maizena (Tabel 1).
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa keberhasilan telur sampai mencapai fase
imago pada bahan uji kakao, kacang tanah, beras dan terigu tidak berbeda nyata,
sedangkan jumlah imago yang muncul pada tepung maizena berbeda nyata
dengan empat pakan lainnya. Hal ini diduga bahwa setiap fase perkembangan E.
cautella kurang menyukai tepung maizena baik dari sifat fisik maupun komposisi
kimia yang dikandungnya.
Banyaknya serangga dewasa yang muncul dipengaruhi oleh unsur yang
paling berperan dalam pemenuhan makanan larva yaitu karbohidrat, lemak, dan
mineral (Sulaeha 2007), sedangkan tepung maizena yang digunakan sebagai
bahan uji hanya mengandung karbohidrat, dan teksturnya terlalu halus sehingga
larva kurang menyukai bahan uji tepung maizena, oleh sebab itu imago yang
muncul pada tepung maizena hanya sedikit.
Imago yang muncul sangat erat hubungannya dengan perilaku makan larva,
semakin banyak imago yang muncul pada setiap bahan uji maka semakin besar
pula kesukaan larva terhadap bahan uji tersebut, sehingga ketika telur diletakkan
dan dikembangbiakkan pada satu pakan tertentu maka larva akan berkembang
pada satu pakan saja sehingga berdasarkan data yang diperoleh larva lebih aktif
makan pada bahan uji kacang tanah, yang dibuktikan dengan banyaknya imago
yang muncul pada bahan uji kacang tanah.
Tabel 1 Rata-rata jumlah imago F1 E. cautella yang muncul pada pakan kakao,
kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena
Ulangan
Jumlah imago yang muncul (ekor)
Kakao
Kacang
Beras
Terigu
Tepung
Tanah
Maizena
1
36
41
11
38
0
2
12
28
38
46
2
3
27
30
31
21
0
4
32
32
29
13
0
5
21
24
22
28
7
Rata-rata
25.6a
31.0a
26.2a
29.2a
1.8b
*Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α
sebesar 5 % (uji selang berganda Duncan) ** dalam analisisnya data ditrasformasi ke √ 0.5

Lama Perkembangan setiap stadium E. cautella pada kakao, kacang tanah,
beras, terigu, dan tepung maizena

Waktu perkembangan yang dibutuhkan oleh setiap stadium E. cautella pada
pengembangbiakan telur dengan lima jenis bahan uji disajikan dalam Tabel 2.
Waktu yang dibutuhkan oleh stadium telur untuk menetas menjadi instar satu
yaitu tiga atau empat hari. Perkembangan larva antara tiga bahan uji; beras, kakao

8
dan kacang tanah tidak berpengaruh nyata. Sedangkan perkembangan larva pada
bahan uji tepung maizena dan terigu berbeda nyata dengan tiga bahan uji lainnya.
Stadium pupa paling lama terdapat pada bahan uji terigu sedangkan lama
perkembangan pupa antara bahan uji kacang tanah, beras dan tepung maizena
tidak berbeda nyata, dan perkembangan pupa paling cepat terdapat pada bahan uji
kakao. Lama hidup imago berbeda nyata antara kelima bahan uji tersebut
sedangkan siklus hidup E. cautella tidak berbeda nyata antara bahan uji satu
dengan yang lainnya. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika
serangga dalam memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan
populasinya dan kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap fase
perkembangbiakan hama gudang. Makanan yang berkondisi baik dengan jumlah
yang cukup dan cocok bagi pencernaan serangga akan mempengaruhi fase
perkembangan larva (Yasin 2009). Kadar air pada bahan simpan juga
mempengaruhi lama stadium larva, kadar air bahan simpan yang rendah
memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh
(BBPPTP 2013).
Tabel 2 Waktu perkembangan setiap stadium E. cautella pada komoditas kakao,
kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena
Peubah yang
Fase perkembangan setiap stadium (hari)a
diamati
Kakao
Kacang
Beras
Terigu
Tepung
Tanah
Maizena
Telur
3.7a
3.8a
4.0a
3.9a
3.0b
Larva
23.1ab
23.3ab
24.1a
21.5c
22.7b
Pupa
6.8c
7.8b
8.2b
9.2a
7.6b
10.5d
12.8c
15.6a
Lama Hidup
12.4c
14.5b
Siklus Hidup
45.8a
49.4a
46.8a
47.4a
48.9a
*Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α
sebesar 5 % (uji selang berganda Duncan) ** dalam analisisnya data ditrasformasi ke √ 0.5

Bentuk Kerusakan Akibat Aktifitas Larva E. cautella

Bentuk kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas larva dapat dilihat pada
Gambar 5. Kerusakan pada biji kakao dan kacang tanah yaitu biji berlubang dan
terdapat serbuk-serbuk hasil gerekan larva. Beras dipintal, menggumpal, berwarna
kekuningan, dan terkontaminasi dengan kotoran berwarna hitam. Permukaan atas
bahan uji terigu dilapisi dengan sutra yang tebal dan tercampur dengan kotoran
sehingga bagian permukaan menjadi berwarna kehitaman. Tepung jagung dipintal
menjadi semacam sarang bagi larva sehingga tepung menjadi menggumpal.

Gambar 5 Bentuk kerusakan karena aktifitas larva; (a) kakao (b) kacang tanah (c)
beras (d) terigu (e) tepung maizena

9
Preferensi Peletakan Telur
Hasil pengamatan terhadap banyaknya imago yang tertarik untuk
meletakkan telur pada lima jenis bahan uji dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah telur
yang diletakkan oleh imago betina pada masing-masing bahan uji dari lima
ulangan lebih banyak diletakkan pada bahan uji beras, kacang tanah dan terigu.
Sedangkan data dari tiga bahan tersebut berbeda nyata dengan jumlah telur yang
diletakkan pada bahan uji kakao dan tepung maizena.
Sulaeha (2007) menyatakan bahwa secara alami serangga hama akan
mampu memilih sumber makanan yang disenangi karena serangga akan
mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makananya.
Yasin (2009) juga menyatakan bahwa kecendrungan imago dalam memilih jenis
bahan simpan yang disukai adalah dalam hal tekstur dan komposisi kimia yang
terkandung dalam suatu bahan simpan tersebut. Pada umumnya hama gudang
mengetahui keberadaan komoditas pascapanen dalam gudang penyimpanan
karena adanya bau yang timbul selama masa penyimpanan (Sudarmaji 2009).
Hal tersebut diduga menjadi penyebab tingginya preferensi peletakan telur
oleh imago pada bahan uji beras, kacang tanah, dan terigu karena adanya aroma
yang dihasilkan dari bahan uji tersebut yang membuat imago E. cautella tertarik
untuk datang dan bertelur. Sedangkan pada bahan uji kakao, imago meletakkan
telur rata-rata hanya 40.2 butir, hal ini diduga karena adanya perlakuan fumigasi
pada bahan uji kakao sebelum diujikan dan kandungan zat kimia dari proses
fumigasi tersebut telah melapisi permukaan kakao sehingga membuat imago tidak
tertarik untuk meletakkan telur pada kakao maka terjadi penurunan preferensi
peletakan telur. Imago betina tidak meletakkan telur sama sekali pada bahan uji
tepung maizena, hal ini dikarenakan tepung maizena yang digunakan telah
mengalami pengolahan yang intensif dibandingkan dengan terigu, sehingga
teksturnya terlalu halus dan tidak memiliki aroma yang khas untuk menarik imago
untuk datang dan bertelur.
Tabel 3 Jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina F1 pada bahan uji kakao,
kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena (butir)
Jumlah telur yang diletakkan (butir)
Ulangan
Kakao
Kacang
Beras
Terigu
Tepung
Tanah
Maizena
1
0
256
521
388
0
2
87
164
629
0
0
3
114
458
146
0
0
4
0
64
76
280
0
5
0
52
186
0
0
Rata-rata
40.2bc
311.6a
133.6ab
0.0c
198.8ab

*Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α
sebesar 5 % (uji selang berganda Duncan) ** dalam analisisnya data ditrasformasi ke √ 0.5

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari semua peubah yang diamati
maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang paling sesuai untuk
perkembangbiakan E. cautella adalah kacang tanah dan beras.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kesesuaian lima jenis komoditas
pascapanen terhadap perkembangbiakan E. cautella dan pengujian preferensi
peletakan telur maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai konsep
pengendalian yang tepat dalam pengelolaan dan pengendalian hama gudang E.
cautella khususnya pada gudang-gudang penyimbanan beras dan kacang tanah.

11

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah N. 1983. Pengawetan bahan makanan dengan proses iridiasi suatu
alternatif yang perlu dipertimbangkan. Dalam Risalah Seminar
Nasional; 1983 Jun 6-8; Jakarta. hlm 100-103.
Ambarinanti M. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan
ekspor beras di Indonesi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aqilah AR. 2014. Bioekologi dan faktor penyebaran hama pascapanen. [Internet].
[diunduh 2014 Maret 02].Tersedia pada: http:/planthospital.com/bioekologihama-pasca-panen.htm.
Azziz AA. 2006. Analisis impor beras serta pengaruhnya terhadap harga beras
dalam negeri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Borror DJ, Triplehom CA, and Johnson NF. 1992. An Introduction to the Study of
Insect. Ed ke-6. Orlando (US): Harcourt Brace and Company.
[BBPPTP] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2013.
Ekologi hama pascapanen (hama gudang). [Internet]. [diunduh 2014 Feb
26]. Tersedia pada: http://detjenbun.deptan.go.id./bbpptpambon/berita-177ekologi-hama-pascapanen-hama-gudang-html.
Chandra F. 2010. Formulasi snack bar tinggi serat berbasis tepung sorgum, tepung
maizena, dan tepung ampas tahu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Cotton RT. 1963. Pests of Stored Grain and Grain Products. Tennesse (US):
Burges Publishing Company.
Fachleny N. 2006. Tiga jenis bahan kemasan plastik; pengaruhnya terhadap
serangan cendawan pascapanen dan kontaminasi aflatoksin pada kacang
tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fajri Z. 2011. Ekologi hama pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 02].
Tersedia pada: http://www.abank_udha_123.tripod.com/ekologi_hama
pasca_panen.html.
Haines CP, editor. 1991. Insects and Arachnids of Tropical Stored Products:
Their Biology and Identification. Ed ke-2. London (GB): Natural Resources
Institute.
Harahap IS, Sunjaya, Dharmaputra OS, Widayanti S. 2009. Pengenalan jenisjenis serangga hama dan cendawan gudang. Di dalam: Prijono D, Sunjaya,
Hidayat P, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor (ID):
Seameo Biotrop. hlm 7-20.
Hessie R. 2009. Analisis produksi dan konsumsi beras dalam negeri serta
implikasinya terhadap swasembada beras di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hill DS. 1983. Agricultural Insect Pests of the Tropics and Their Control. Ed ke-2.
Oxford (GB): Cambridge University Press.
Hinton HE, Corbet AS. 1975. Common Insect Pests of Stored Food Products. Ed
ke-5. London (GB): Trustees of the British Museum (Natural History).
Indrawati. 2010. Peranan tepung jagung termodifikasi terhadap mutu dan
penerimaan konsumen mie jagung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

12
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Van der Laan PA,
penerjemah. Jakarta (ID): PT Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari:
De Plagren van de Cultuurgewessen in Indonesia.
Marlina L. 2001. Produksi analisis zat gizi dan prospek pemasaran biskuit
berprotein tinggi untuk manula dari bahan dasar tepung terigu dan tepung
ubi kayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurdiyani F. 2007. Analisis dampak rencana penerapan pungutan ekspor kakao
terhadap integrasi pasar kakao Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Prasetiawati W. 2009. Pengembangan produk ekstrusi berbahan baku kacang
tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. 2002. Jakarta (ID):
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, Departemen Pertanian.
Rahmi F. 2008. Biaya dan manfaat pengelolaan hama beras di gudang
penyimpanan pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 27]. Tersedia pada:
http://www.digital_117173_T22086_biayamanfaat_literatur.pdf.
Sudarmaji, Anggara AW. 2009. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya.
[Jurnal]. Jakarta (ID): Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sulaeha, Melina, Sjam S. 2007. Preferensi hama gudang Araecerus fasciculatus
(De Geer) (Coleoptera:Anthribidae) terhadap makanan dan pencampuran
makanan dengan bahan alami tanaman. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah
dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007.
Sulawesi Selatan (ID): PEI dan PFI. hal 217-221.
Syamsuddin. 2008. Bioekologi hama pasca panen dan pengendaliannya. Dalam
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XIX
Komisariat Daerah Sulawesi Selatan; 2008 November 05. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan. hal 417-421.
Wijayati E. 2013. Hama dan penyakit benih pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014
Feb 27]. Tersedia pada: dastekben.files.wordpress.com/2013/04/hamadan-penyakit-benih.pdf.
Yasin M. 2009. Kemampuan akses makanan serangga hama kumbang bubuk dan
faktor fisikokimia yang mempengaruhinya. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Serealia; 2009 September 27. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Sulawesi Selatan. hal 400-403.
.

LAMPIRAN
Tabel sidik ragam serta uji berganda Duncan dengan taraf 5% lama hidup setiap fase
perkembangan E. cautella pada beberapa jenis pakan dan imago yang muncul pada setiap bahan uji
untuk masing-masing perlakuan serta peletakan telur oleh imago
Dependent Variable:imago yang muncul
Source

Type III Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Corrected Model

2842.960

a

4

710.740

8.545

.000

Intercept

12950.440

1

12950.440

155.692

.000

pengulangan

2842.960

4

710.740

8.545

.000

Error

1663.600

20

83.180

Total

17457.000

25

4506.560

24

Corrected Total
Duncana,,b

Subset
Pengulangan sampel

N

1

2

tepung jagung

5

1.8000

kakao

5

25.6000

beras

5

26.2000

terigu

5

29.2000

kacang tanah

5

31.0000

Sig.

1.000

.402

Dependent Variable:Peletakan telur
Source

Type III Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Corrected Model

312275.360

a

4

78068.840

3.080

.040

Intercept

468129.640

1

468129.640

18.471

.000

pengulangan

312275.360

4

78068.840

3.080

.040

Error

506870.000

20

25343.500

Total

1287275.000

25

819145.360

24

Corrected Total

Duncana,,b

Homogeneous Subset
Pengulangan
sampel
tepung jagung
kakao
terigu
kacang tanah
beras
Sig.

Subset
N

1
5
5
5
5
5

2

.0000
40.2000
133.6000
198.8000
.084

133.6000
198.8000
311.6000
.109

Dependent Variable:telur
Source

Type III Sum of
Squares

df
a

Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

6.280
677.120
6.280
22.600
706.000
28.880

Mean Square
4
1
4
45
50
49

1.570
677.120
1.570
.502

F
3.126
1348.248
3.126

Sig.
.024
.000
.024

Duncana,,b
Subset
perlakuan

N

tepung jagung
biji kakao
kacang tanah
terigu
beras
Sig.

1
10
10
10
10
10

2

3.0000
3.7000
3.8000
3.9000
4.0000
.396

1.000

Dependent Variable:larva
Source

Type III Sum of
Squares

df
a

Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

36.320
26312.180
36.320
62.500
26411.000
98.820

Mean Square
4
1
4
45
50
49

9.080
26312.180
9.080
1.389

Duncan Subset
perlakuan
terigu
tepung jagung
biji kakao
kacang tanah
beras
Sig.

N

1
10
10
10
10
10

2

3

21.5000
22.7000
23.1000
23.3000
1.000

.290

23.1000
23.3000
24.1000
.079

F
6.538
18944.770
6.538

Sig.
.000
.000
.000

Dependent Variable:pupa
Source

Type III Sum of
Squares

df
a

Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

30.880
3136.320
30.880
32.800
3200.000
63.680

Mean Square
4
1
4
45
50
49

F

7.720
3136.320
7.720
.729

Sig.

10.591
4302.878
10.591

.000
.000
.000

Duncana,,b
Subset
perlakuan

N

biji kakao
tepung jagung
kacang tanah
beras
terigu
Sig.

1
10
10
10
10
10

2

3

6.8000
7.6000
7.8000
8.2000
1.000

9.2000
1.000

.145

Dependent Variable:imago
Source
Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum of
Squares

df
a

155.320
8659.280
155.320
41.400
8856.000
196.720

Mean Square
4
1
4
45
50
49

F

38.830
8659.280
38.830
.920

Sig.

42.207
9412.261
42.207

.000
.000
.000

Duncan_Subset
perlakuan

N

1

beras
biji kakao
terigu
kacang tanah
tepung jagung
Sig.

10
10
10
10
10

2

3

4

10.5000
12.4000
12.8000
14.5000
1.000

.356

1.000

15.6000
1.000

Dependent Variable:siklus_hidup
Source
Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum of
Squares

df
a

88.320
113573.780
88.320
518.900
114181.000
607.220

Mean Square
4
1
4
45
50
49

22.080
113573.780
22.080
11.531

F
1.915
9849.335
1.915

Sig.
.124
.000
.124

Dependent Variable:siklus_hidup
Source
Corrected Model
Intercept
perlakuan
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum of
Squares

df
a

88.320
113573.780
88.320
518.900
114181.000
607.220

Mean Square
4
1
4
45
50
49

22.080
113573.780
22.080
11.531

Duncan
Subset
perlakuan
biji kakao
beras
terigu
tepung jagung
kacang tanah
Sig.

N

1
10
10
10
10
10

2

45.8000
46.8000
47.4000
48.9000
.067

46.8000
47.4000
48.9000
49.4000
.125

F
1.915
9849.335
1.915

Sig.
.124
.000
.124

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pamatang Sidamanik pada tanggal 1 Desember 1990, putri
ketiga dari enam bersaudara pasangan Bapak Mangapul Haloho dan Ibu Mutiara
Napitupulu. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Inpres
Tigaurung tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 1 Sidamanik dan lulus pada tahun 2006. Lulus dari SMPN
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Dolok
Pardamean tahun 2009. Pada tahun yang sama penenulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan
tercatat sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota paduan
Agriasuara IPB 2009-2010, menjadi pengurus Persatuan Mahasiswa Kristen di
devisi Komisi Persekutuan 2010-2011, pada tahun yang sama penulis juga pernah
menjadi salah satu pengajar untuk kategori les privat bagi anak SMA di Focus
Privat, Yasmin Bogor. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Kabupaten
Indramayu, Kecamatan Gabus Wetan, Desa Gabus Kulon, pada bulan Agustus
hingga September 2013.