BIOLOGI HAMA GUDANG laporan pratikum | Karya Tulis Ilmiah BIOLOGI HAMA GUDANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kenaikan jumlah penduduk, terutama di negara-negara dunia ketiga,
menghendaki adanya kenaikan sejajar dalam produksi pangan untuk memenuhi
tidak saja kebutuhan pangan dan gizi, tetapi juga aspirasi masyarakat dari segi
ekonomi. Memproduksi bahan pangan harus dan dapat memberi sumbangan besar
untuk gizi yang lebih baik dan untuk meningkatkan pendapatan petani. Untuk
mencapai tujuan ini, pengendalian hama dan penyakit merupakan keharusan untuk
memproduksi hasil yang berkualitas tinggi. Kebanyakan petani sadar benar akan
aspek ini dalam produksi bahan pangan.
Pernyataan bahwa penyakit tidak terjadi dalam alam adalah sangat tidak
benar,

tetapi

tidak

disangsikan

bahwa


pertanian

teratur,

yang

sering

mengusahakan tanaman diluar habitatnya yang normal, mengakibatkan kejadian
penyakit yang lebih besar, dan demikian pula untuk hama. Ini terutama benar
pertanaman dengan irigasi diluar musim, dibudidayakan secara tunggal atau
didalam kuasa budidaya yang tidak paling cocok dengan persyaratan normal
untuk tanaman itu.
Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang
sesuai dengan kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang
juga mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu wkta yang
diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri spesifik dari serangga hama
gudang adalah mengalami metamorfosis yang sempurna, yaitu dari telur, larva,
pupa, dan imago.

1.2 TUJUAN
Tujuan percobaan adalah untuk menentukan jenis serangga yang hidup dan
menentukan tingkat perkembangan serangga tersebut.

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hama merupakan penyebab utama kerugian dalam produksi sayuran, baik
oleh kerugian langsung maupun disebabkan oleh penurunan kualitas. Serangga
merupakan kelompok dominant dari hama, tetapi siput, tikus, tikus mondok, dan
burung semua dapat merusak biji, akar dan daun secara langsung. Di beberapa
Negara, monyet, landak, dan babi hutan dapat menyebabkan kerugian besar,
terutama bagi petani yang lahannya berbatasan dengan hutan atau hutan rimba.
Jika kerugian ini tidak tertahankan (amat kuat), mungkin perlu dilakukan
perburuan hewan-hewan tersebut. (Williams, 1991).
Serangga adalah hama yang paling serius pada produksi bahan pangan,
dibawah ini merupakan beberapa ordo dari hama serangga yaitu :
1. Orthoptera, merupakan hama yang mengunyah, dan mencakup belalang,
jangkrik (locust), dan orong-orong.

2. Isoptera, merupakan hama dari bangunan kayu, tonggak pagar, para-para,
dan sebagainya yang menyerang tanaman mengayu, terutama tanaman
yang lemah.
3. Thysanoptera, merupakan serangga penusuk dan penghisap kecil dengan
panjang 1-10 mm, dan biasanya kekuningan, coklat atau hitam,
mempunyai sayap, dan berjalan diatas jaringan tanaman.
4. Hemiptera, merupakan kelompok besar serangga penghisap dan penusuk,
ini mencakup kutu perisai, kutu daun (aphids), kutu loncat, lalat putih,
wereng (jassids), dan serangga bersisik (scale insects).
5. Lepidoptera, merupakan ngengat (gegat) dan kupu-kupu yang ulatnya
menyebabkan kerusakan berat dengan memakan daun dan menggerek
kedalam buah dan jaringan-jaringan batang.
6. Coleoptera, merupakan kumbang yang menyerang tanaman baik dalam
bentuk dewasa maupun larvanya. Mereka biasanya mengigit jaringan dan
sering kali makan pada malam hari.

2

7. Diptera, merupakan lalat buncis (Ophiomyia phaseoli), yang belatungnya
menyerang leher akar dan tangkai daun.

8. Hymenoptera, adalah semut mempengaruhi sayuran terutama karena
mereka merawat berbagai hemiptera. ( Suharto,1995 ).
Pada waktu ini (sekarang), zat kimia mulai digunakan secara lebih
terpilih/selektif sebagai bagian dari pengelolaan hama terpadu (PHT) yang
memperhatikan system pertanian secara menyeluruh. Metodologi demikian itu
timbul sebagai akibat kesadaran akan kerusakan yang ditimbulkan oleh
penggunaan tanpa pilih-pilih insektisida persisten spectrum lebar seperti DDT dan
dieldrin. Dalam banyak kejadian, penggunaannya menciptakan masalah yang
lebih parah dengan secara serempak (simultan) menyebabkan ketahanan hama dan
menghilangkan predator alami hama itu. Insektisida yang lebih selektif yang
menyebabkan kerusakan minimal pada serangga berguna, termasuk lebah, dan
pada lingkungan, haruslah menjadi norma. ( Kartasapoetra, 1987)

3

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan adalah :
1. Kain kasa secukupnya,

2. Ayakan secukupnya,
3. Timbangan analitik 1 buah,
4. Botol 3 buah,
5. Kaca pembesar 1 buah,
6. Tepung beras 1 kg.
3.2 CARA KERJA
1. Timbang bahan sebanyak 200 gram
2. Lakukan pengayakan, identifikasi jenis dan jumlah populasi hama
serangganya,
3. Masukkan kembali tepung dan serangga ke dalam botol, tutup dengan
kain kasa,
4. Lakukan pengamatan dengan langkah no. 2 pada 3 hari kemudian,
lakukan sampai 3 x pengamatan,
5. Analisis dan ambil kesimpulan.

4

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu menentukan jenis serangga yang hidup dan

menentukan tingkat perkembangan serangga tersebut. Bahan pangannya yaitu
tepung beras yang sudah busuk dan berulat sebanyak 200 gr. Tepung tersebut
diayak semuanya, lalu di identifikasi jenis serangga tersebut. Didalam tepung
beras terdapat larva sebanyak 143 ekor dan imago 24 ekor serangga yang telah
kami kumpulkan tersebut. Lalu dimasukkan kembali tepung dan serangga
kedalam botol yang telah di tutup dengan kain kasa dan dilakukan pengamatan
selama 3 hari untuk mengetahui perkembangan hama serangga apakah bertambah
atau mati.
Selama

pengamatan

berlangsung

terdapat

beberapa

faktor


yang

mempengaruhi hama serangga tersebut tumbuh dengan baik, yaitu :
1. keadaan sekitar lingkungan cukup memadai dikarenakan banyaknya bahan
makanan sehingga memungkinkan perkembangbiakan yang cukup cepat.
2. bahan disimpan ditempat yang agak lembab dan terhindar dari sinar
matahari.
3. pemasukan awal hama kedalam tepung yang diisi kedalam botol terlalu
banyak larva ketimbang imago, maka imago akan mati dan larva akan
terus berkembang menggantikan imago.

5

BAB V
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Praktikum ini dapat diambil beberapa kesimpulan yang terjadi pada saat
praktikum diantaranya :



Pengendalian hama dan penyakit merupakan keharusan untuk
memproduksi hasil yang berkualitas tinggi.



Serangga hama gudang mengalami metamorfosis yang sempurna,
yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago.



Tepung beras yang telah lama disimpan akan busuk dan menimbulkan
bau tengik, akibat dari kurangnya penanganan pascapanen yang belum
professional serta terkena gangguan biologi.



Hama penyebab rusaknya bahan pangan yaitu : khamir, hama
serangga, kapang, bakteri (virus), dan binatang pengerat (rodents)
seperti tikus, dan lain sebagainya.


1.2 SARAN
Untuk saat ini saya belum ada saran sebagaimana mestinya, cuma dalam
pengarahan materi harus lebih jelas lagi dan setiap kelompok harus ada 1 asisten
untuk mengarahkan praktikannya.

6

DAFTAR PUSTAKA

Williams C. N, Dkk, Produksi Sayuran di Daerah Tropika, Gajah Mada
University Press.
Suharto, Ign, 1995, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1987, Hama tanaman Pangan dan Tanaman Keras,
Diktat, 1986. 1987, PT Bina Aksara Jakarta.
Rita khathir, S. TP, Ratna, S. TP, 2005, Penuntun Praktikum Penyimpanan dan
Penggudangan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
UNSYIAH.


7