Penerapan Asas Keadilan Dalam Penetapan Pajak Bumi Dan Bangunan

Penerapan Asas Keadilan Dalam Penetapan Pajak Bumi Dan Bangunan
(Suatu Studi di Kantor Pelayanan PBB Medan Dua)
Elfiany Ginting
Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Abstrak Salah satu faktor penyebab kenaikan nilai pajak bumi dan bangunan yang tinggi adalah
perkembangan perekonomian dan industri membutuhkan tanah sebagai tempat kegiatannya. Hal ini menyebabkan banyak terjadi perubahan fungsi dan peruntukan tanah, misalnya tanah pertanian menjadi tanah yang tidak lagi berfungsi untuk pertanian, tanah yang sebelumnya bukan tanah perkotaan berubah fungsi menjadi tanah perkotaan, dan lain sebagainya. Kenyataan ini menyebabkan semakin tingginya nilai jual tanah, yang juga berpengaruh pada pengenaan pajak atas tanah dan bangunan.
Data yang telah terkumpul, baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari jawaban dari responden. Populasi utama dalam penelitian ini adalah petugas pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan Dua yang berjumlah 60 (enam puluh) orang. Sampel yaitu para petugas pajak yang mewakili populasi yang ada sebanyak 8 (delapan) orang petugas pajak juga diperoleh sampel dari wajib pajak. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan alasan bahwa sampel ini sifatnya adalah homogen, dengan demikian sampel dianggap dapat mewakili populasi. Lokasi penelitian dilakukan di kota Medan studi pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bagunan Medan Dua yang beralamat di Gedung Keuangan Negara Jalan Pangeran Diponegoro No. 30 A Medan, Sumatera Utara.
Kebijaksanaan penerapan dan penegakan hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan ini didasarkan pada adanya 3 prinsip kewajiban, yaitu kewajiban perpajakan, kewenangan administrasi, dan kewenangan memutuskan banding.
Persoalan keadilan yang dihadapi dalam pengenaan PBB adalah menyangkut penilaian tanah dan bangunan sebagai dasar pengenaan PBB yang dikenal dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Keberatan dan pengurangan pajak terutang merupakan hak yang dimiliki wajib pajak dalam pelaksanaan pengenaan PBB. Walaupun PBB merupakan jenis pajak objektif, dengan pengertian bahwa pengenaan PBB tidak terkait dengan kemampuan ekonomis wajib pajak, namun sesuai Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, Menteri Keuangan, dalam hal ini Kepala Kantor Pelayanan PBB, dapat memberikan pengurangan pajak yang terhutang karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subyek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya. Keberatan dapat diajukan oleh wajib pajak dalam ha terjadi perbedaan persepsi antara wajib pajak dengan fiskus mengenai data-data objek pajak yang digunakan sebagai dasar penetapan pajak. Apabila wajib pajak tidak setuju dengan keputusan tersebut, maka yang bersangkutan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak (UndangUndang Nomor 14 Tahun 2002).
Perlu adanya sosialisasi perpajakan (dalam hal ini PBB) yang menitikberatkan pada upaya-upaya yang dapat dilakukan wajib pajak jika mengalami kesulitan dalam pelaksanaan Self Assessment System juga dalam hal mengajukan upaya pengurangan, keberatan dan banding sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Kata Kunci : - Keadilan - Penetapan PBB
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara