11 Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tuawalinya,
korban atau Anak Korban danatau orang tuawalinya, Pembimbing Kemasyarakatan Bimas, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.
16
Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa dalam hal diperlukan, musyawarah dapat melibatkan Tenaga
Kesejahteraan Sosial danatau masyarakat. Diversi wajib memperhatikan kepentingan korban atau
Anak Korban, kesejahteraan dan tanggungjawab Anak, penghindaran stigma negatif, penghindaran pembalasan, keharmonisan masyarakat, dan kepatutan, kesusilaan serta ketertiban umum.
17
Menghadapkan anak dan korban dalam kondisi seperti ini menunjukkan bahwa desain proses Diversi dalam RPP SPPA tidak menunjukkan proporsionalitas antara anak dan korban, dimana negara hanya
menyerahkan keputusan Diversi sepenuhnya dalam meja perundingan.
b. Syarat Diversi Tidak Memperhatikan Praktik Peradilan
Dalam Pasal 3 ayat 1 RPP SPPA, kembali dipertegas mengenai kewajiban dari setiap penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam memeriksa Anak untuk mengupayakan Diversi. Diversi tersebut
dilakukan dalam hal tindak pidana yang dilakukan:
18
a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun; dan
b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
RPP SPPA harusnya bersifat lebih rinci dan tehknis agar dapat dijalankan secara tehknis pula. Penggolongan tindak pidana yang ada dalam RPP SPPA adalah bentuk pengulangan dari Pasal 7 ayat
2 UU SPPA. RPP SPPA tidak menjawab bagaimana anak yang didakwa melakukan tindak pidana dengan ancaman penjara di bawah tujuh tahun, mencakup dakwaan dalam bentuk surat dakwaan
subsidaritas, alternatif, akumulatif, maupun kombinasi gabungan?. RPP SPPA sebaiknya mengacu pada Perma Diversi yang membuka ruang kemungkinan Diversi lebih luas.
19
Sebagai contoh peliknya rumusan yang terlampau sempit adalah dalam perkara narkotika. Dakwaan bagi pengguna narkotika, dalam praktik sangat sering didakwa baik dengan menggunakan model
dakwaan subsidair, alternatif, kumulatif maupun kombinasi, antara Pasal 111112 UU Narkotika
20
dengan Pasal 127 ayat 1 UU Narkotika.
21
Kecenderungan penggunaan Pasal 111112 UU Narkotika
16
Pasal 4 ayat 1 RPP SPPA
17
Pasal 5 RPP SPPA
18
Pasal 3 ayat 2 RPP SPPA
19
Pasal 3 Perma Diversi.
20
Perbedaan antara Pasal 112 ayat 1 dengan Pasal 111 ayat 1 adalah pada jenis narkotika yaitu tanaman dan bukan tanaman. Sementara ancaman pidana kedua pasal tersebut sama yaitu minimal 4 tahun dan
maksimal 12 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,- dan paling banyak Rp 8.000.000.00,-. Pasal
ayat UU Narkotika er u yi, “etiap ora g ya g ta pa hak atau ela a huku enanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.
. .
. , delapa iliar rupiah . Pasal
ayat UU Narkotika er u yi “etiap ora g ya g ta pa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah .
21
Pasal UU Narkotika er u yi “etiap Pe yalah Gu a a Narkotika Golo ga I agi diri se diri dipida a
dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun; b Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana
12 dan 127 ayat 1 UU Narkotika yang dikombinasikan akan berdampak pada keputusan untuk
melakukan Diversi apabila kedua pasal tersebut dijatuhkan pada anak.
22
Pasal 127 ayat 1 UU narkotika memenuhi syarat Diversi, namun Pasal 111112 UU narkotika berdasarkan UU SPPA dan
RPP SPPA tidak dapat dilakukan Diversi. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini harus diperinci dalam RPP SPPA.
c. Akses Pada Advokat Tidak Diprioritaskan