Partisipasi Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kegiatan Pembelajaran

commit to user 105 N : Jumlah responden Jiwa : Persentase

1. Partisipasi

Partisipasi anggota adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan pembelajaran agribisnis ternak kelinci. Partisipasi anggota berperan dalam keberhasilan kegiatan. Partisipasi anggota yang meliputi keikutsertaan atau keterlibatan dalam tahap pengambilan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan pemantauan dan evaluasi kegiatan. Berdasarkan pada Tabel 20, dapat diketahui bahwa partisipasi anggota menunjukkan 85,71 persen atau sebanyak 18 orang anggota menyatakan bahwa partisipasi yang tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan anggota hanya melaksanakan pada tahap pelaksanaannya saja. Untuk tahap pengambilan keputusan, tahap perencanaan, dan tahap pemantauan dan evaluasi semua anggota tidak terlibat langsung, hanya dilaksanakan oleh beberapa orang yang terpilih saja. Jadi semua keputusan sudah ditetapkan sebelumnya, tetapi jika ada pertemuan disampaikan kepada forum sehingga anggota lainnya tahu bagaimana perkembangan selanjutnya dan menjadi tahu kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Anggota lainnya hanya terlibat pada saat tahap pelaksanaannya. 2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 20, tingkat pengetahuan menunjukkan 85,71 persen atau sebanyak 18 orang anggota menyatakan bahwa partisipasi yang tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil identifikasi jawaban responden dapat diketahui bahwa sebagian besar commit to user 106 responden menyatakan sangat paham terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pada tingkat pengetahuan petani, petani memahami secara terperinci cara-cara beternak kelinci yang baik dan benar dan memahami bagaimana pembuatan pakan ternak sendiri dan memahami terhadap pemanfaatan dari urine kelinci sendiri. 3. Jumlah Kelinci Jumlah kelinci yang dimiliki atau yang diternakkan oleh petani akan mempengaruhi tingkat produktivitasnya. Semakin banyak ternak kelinci yang dimiliki maka tingkat produktivitasnya juga tinggi. Jumlah kelinci yang dimiliki petani dapat dihitung dari pencapaian jumlah kelinci setelah mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis ternak kelinci dikurangi dengan pencapaian jumlah kelinci sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis. Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa perubahan jumlah kelinci rata-rata sangat rendah menunjukkan rata-rata 22,52 yang sebelumnya dapat dilihat juga antara jumlah kelinci sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis ternak kelinci tergolong dalam kategori sangat rendah pula. Hal ini disebabkan petani pernah mengalami kegagalan terdahulu sehingga mereka masih beternak dalam skala kecil sehingga jumlah anakan yang didapat masih sedikit pula. Jumlah kelinci yang rendah akan mempengaruhi tingkat adopsi mereka terhadap budidaya ternak kelinci. Petani yang hanya memiliki jumlah kelinci sedikit cenderung takut untuk mencoba suatu inovasi baru terhadap perkembangan ternak kelinci. Mereka takut mengalami kegagalan atau penurunan produktivitas. Berbeda dengan petani yang memiliki jumlah kelinci banyak. Mereka dapat mencoba inovasi baru dalam membudidayakan ternak kelinci tanpa takut mengalami kegagalan karena jumlah kelinci yang diternakkan banyak. Sedangkan untuk yang sudah beternak, ternak kelinci yang diternakkan mengalami penambahan anakan. Sekarang mereka dapat meminimalisir angka kematian anakan, commit to user 107 karena pemeliharaan kelinci dilakukan dengan tetap dan dapat mengatasi permasalahan yang biasanya terjadi. 4. Pendapatan Pendapatan petani dapat dihitung dari pendapatan hasil ternak kelinci setelah mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis ternak kelinci dikurangi dengan hasil pendapatan sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis. Petani dengan pendapatan yang tinggi akan lebih tertarik untuk untuk mencoba inovasi baru dalam beternak kelinci dibandingkan dengan petani dengan pendapatan yang rendah. Berdasarkan analisis usaha budidaya ternak kelinci yang telah dilakukan, rata-rata pendapatan petani masih rendah. Tingkat pendapatan petani dipengaruhi oleh kepemilikan ternak kelinci yang saat ini masih belum banyak yang mengusahakannya. Pada saat ini pendapatan petani dari usaha budidaya ternak kelinci masih kurang. Biaya dalam usaha budidaya ternak kelinci terdiri dari biaya perlengkapan pembuatan kandang, pembelian bibit kelinci, pakan tambahan, obat, dan lain-lain. Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 20, perubahan pendapatan petani menunjukkan rata-rata Rp 165.833 yang tegolong sangat rendah, sebelumnya dapat dilihat juga antara pendapatan petani sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran agribisnis ternak kelinci tergolong dalam kategori sangat rendah pula. Berdasarkan hasil identifikasi jawaban petani dapat diketahui bahwa sebagian besar petani menyatakan bahwa jumlah kelinci yang diternakkan masih sedikit dan bahkan masih banyak juga petani yang belum beternak kelinci kembali, sehingga akan mempengaruhi jumlah pendapatan petani itu sendiri. Kurangnya modal yang menyebabkan mereka kesulitan untuk beternak kelinci, meskipun ada keinginan untuk dapat beragribisnis ternak kelinci yang saat ini peluangnya masih sangat menjanjikan di pasaran. Petani dengan pendapatan tinggi akan lebih cepat mengadopsi inovasi terkait dengan ternak kelinci dibandingkan dengan petani yang berpendapatan rendah. Hal ini dapat terjadi karena dengan pendapatan tinggi, keadaan commit to user 108 ekonomi seseorang akan lebih baik dan cenderung mencoba hal-hal baru yang ada di sekitar mereka.

E. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kegiatan