Standard Elliptical Fin SEF. N fin

commit to user Gambar 2.9 . Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin. Bentuk-bentuk sirip pin ellips dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Standard Elliptical Fin SEF.

Sirip pin ini mempunyai standar penampang ellips dengan panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama adalah 1,67 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan dari SEF dihitung 1,35 kali luas permukaan circular fin, tetapi luas frontal efektif sama dengan circular fin karena panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin.

b. N fin

Bentuk sirip ini diturunkan dari seri airfoil simetris 4 digit NACA. Panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama 2,5 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan N fin dihitung 1,85 kali lebih besar daripada luas permukaan circular fin. Luas frontal efektif adalah sama dengan circular fin. Kemampuan bentuk sirip pin dalam meningkatkan perpindahan panas dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebabkan pemisahan aliran flow separation dan menghasilkan turbulensi dalam medan aliran. Sehingga, sirip pin dengan bentuk yang kurang aerodinamis akan menghasilkan peningkatan perpindahan panas yang lebih baik, misalnya pada sirip pin kubus. Karena kuatnya gaya inersia dari aliran fluida di sekitar sirip pin, aliran tidak dapat melekat pada permukaan sirip bagian belakang downstream dari sudut yang tajam. Selain itu, perubahan lintasan aliran secara tiba-tiba di sekeliling sirip pin kubus menyebabkan pemisahan aliran dan daerah pusaran turbulen turbulent vortex shedding, yang dapat menambah perpindahan panas dalam susunan sirip pin tersebut. commit to user

2.2.4. Aplikasi sirip pin

Perpindahan panas dari susunan sirip pin merupakan subjek yang sangat penting dengan banyak aplikasi keteknikan. Aplikasi tersebut mulai dari alat penukar panas kompak, boiler untuk turbin uap dan pendinginan internal secara konveksi dari air foils turbin gas. Seperti pada gambar 2.10, sirip pin biasanya dimasukkan dalam ruang pendinginan dalam internal cooling dekat trailing edge dari sudu turbin untuk meningkatkan perpindahan panas. Hal ini memungkinkan sudu beroperasi dalam temperatur tinggi tanpa mengalami kerusakan, sehingga meningkatkan efisiensi termal dan daya output. Gambar 2.10. Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam internal cooled Oleh karena pertimbangan aerodinamis, seperti pada gambar 2.10 trailing edge dari sudu menuntut profil yang semakin mengecil. Untuk itu, ruang pendinginan dalam daerah ini harus dengan bentuk penampang trapesium. Pendingin dari pangkal sudu blade base bergerak memutar ke samping kemudian dikeluarkan dari slot ujung sudu, atau melalui saluran sirip pin kemudian keluar dari slot sepanjang trailing edge sudu. Namun, kebanyakan penelitian yang dilakukan adalah untuk sirip pin yang menggunakan saluran segiempat rectangular channel dengan aliran keluar yang lurus. commit to user

2.2.5. Perpindahan panas

Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk meramalkan perpindahan distribusi energi berupa panas yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Perpindahan panas secara konduksi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi pada benda atau medium yang diam padat bertemperatur tinggi ke bagian benda yang bertemperatur rendah atau terdapat gradien temperatur pada benda tersebut. Rumus dasar perpindahan panas secara konduksi adalah : x T A k Q D - = 2.1 dimana: Q = laju perpindahan panas Watt k = konduktivitas panas Wm. o C A = luasan perpindahan panas arah normal Q m 2 ∆T = beda temperatur o C x = ketebalan bahan m Perpindahan panas konveksi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi karena terdapat aliran fluida. Persamaan dasar perpindahan panas konveksi adalah : ¥ - = T T A h Q w . . 2.2 dimana: Q = laju perpindahan panas Watt h = koefisien perpindahan panas konveksi Wm 2 o C A = luasan perpindahan panas arah normal Q m 2 T w = temperatur permukaan benda o C T ¥ = temperatur fluida o C commit to user Perpindahan panas radiasi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa zat perantara. Untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan yaitu menggunakan rumus : s e 4 T A Q = 2.3 dimana: Q = panas yang dipancarkan Watt ε = emisivitas permukaan benda 0 s.d. 1 A = luas perpindahan panas m 2 T = temperatur permukaan benda K σ = konstanta Stefan Boltzmann Wm 2 .K 4 Untuk benda hitam sempurna nilai emisivitasnya ε adalah 1 dan besar nilai σ = 5,67.10 -8 Wm 2 .K 4

2.2.6. Parameter tanpa dimensi

Persamaan perpindahan panas konveksi berkaitan dengan variabel penting yang dinamakan parameter tanpa dimensi dimensionless. Parameter tanpa dimensi dalam kaitannya dengan perpindahan panas konveksi adalah: a. Bilangan Reynolds Reynolds Number Bilangan Reynolds dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia dengan gaya kekentalan, di dalam kecepatan lapis batas. Untuk kontrol volume yang berbeda pada lapis batas ini, gaya inersia diasosiasikan dengan sebuah kenaikan momentum dari fluida yang bergerak melewati kontrol volume. Gaya inersia dalam bentuk [ ] x u u ¶ ¶ r didekati dengan persamaan : L V F I 2 r = . Gaya kekentalan diwakili dengan gaya geser dalam bentuk [ ] y y u y yx ¶ ¶ ¶ ¶ = ¶ ¶ m t dan dapat didekati dengan persamaan : 2 L V F s m = . Perbandingan gaya tersebut dapat ditulis : L s I VL L V L V F F Re 2 2 = = = m r m r 2.4 commit to user Untuk harga Re yang tinggi , gaya inersia akan lebih berpengaruh daripada gaya kekentalan. Untuk harga Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih berpengaruh dari gaya inersia. b. Nusselt Nusselt Number Bilangan Nusselt adalah bilangan tanpa dimensi yang menyatakan perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi terhadap konduktivitas termal fluida. Bilangan ini menyediakan sebuah perhitungan tentang perpindahan panas konveksi yang terjadi pada permukaan. Bilangan Nusselt dirumuskan : f k hD Nu = 2.5 dimana : Nu = bilangan Nusselt h = koefisien perpindahan panas konveksi Wm 2 . o C D = diameter m k f = konduktivitas termal fluida Wm. o C Bilangan Nu merupakan fungsi universal dari bilangan Re. Apabila fungsi bilangan Re diketahui, maka dapat digunakan untuk menghitung nilai Nu untuk fluida, nilai kecepatan, dan skala panjang yang berbeda. 2.2.7. Perhitungan perpindahan panas dan faktor gesekan pada pin-fin assembly

2.2.7.1 Perhitungan perpindahan panas Heat Transfer

Kesetimbangan energi kondisi tunak steady state untuk permukaan uji yang dipanaskan secara elektrik adalah sebagai berikut : Q elect = Q conv + Q loss 2.6 dimana : Q elect = laju aliran panas dari listrik W Q conv = laju perpindahan panas konveksi W commit to user Q loss = laju aliran panas yang hilang dari sistem heat loss W Input panas listrik dapat dihitung dari tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke permukaan. Kehilangan panas heat loss dari sistem bisa karena; i radiasi dari permukaan dan ii konduksi melalui dinding-dinding saluran ke atmosfer. Sehingga persamaan 2.6 dapat ditulis menjadi : Q elect = Q conv + Q rad + Q cond 2.7 dimana : Q rad = laju perpindahan panas radiasi W Q cond = laju perpindahan panas konduksi W Pada penelitian yang serupa, Naik et al 1987 dan Hwang dan Liou 1995 melaporkan bahwa total kehilangan panas secara radiasi dari permukaan uji yang serupa sekitar 0,5 dari total input panas listrik, sehingga kehilangan panas secara radiasi diabaikan. Kehilangan panas karena konduksi dari sisi dinding-dinding dapat diabaikan dibandingkan dari permukaan bawah dari seksi uji, karena luas total sisi plat yang dipanaskan jauh lebih kecil dari luas permukaan bawah. Pada penelitian ini, permukaan bawah dari plat uji tidak dipapar ke aliran, dan disolasi dengan kombinasi lapisan isolator dan lapisan kayu, sehingga kehilangan panas karena konduksi dapat diminimalisir. Analisis data akan memuaskan jika persentase total heat loss, Q elect –Q conv Q conv kurang dari 10 Naphon, P., 2007. Maka persamaan 2.7 menjadi : Q elect = Q conv 2.8 Panas yang dipindahkan dari permukaan bersirip dengan cara konveksi adalah : ú û ù ê ë é ÷ ø ö ç è æ + - = 2 . . out in b s conv T T T A h Q 2.9 dimana : Q conv = laju perpindahan panas konveksi W commit to user h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata Wm 2 .K A s = luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin assembly m 2 T b = temperatur plat dasar base plate K T in = temperatur inlet dari aliran udara K T out = temperatur outlet dari aliran udara K Dari persamaan 2.9, Q conv dapat juga dinyatakan dengan : Q conv = 2.10 dimana : = laju aliran massa udara kgs C p = panas jenis udara Jkg.K T in = temperatur inlet aliran udara K T out = temperatur outlet aliran udara K Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata h dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi persamaan 2.9 dan 2.10 sehingga didapatkan bahwa : [ ] 2 . . . in out b s in out p T T T A T T C m h + - - = 2.11 Dari persamaan 2.11 laju aliran massa, , dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : = r. A t . V 2.12 dimana : r = massa jenis densitas udara kgm 3 A t = luas penampang saluran udara m 2 commit to user Gambar 2.11. Pin fin assembly dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearence nol Untuk kasus dengan clearence nol seperti pada gambar 2.11, maka A t dihitung dengan rumus : A t = H. W b 2.13 V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara ms A s adalah luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin assembly atau luas permukaan total dari permukaan plat dasar dan sirip-sirip pin persegi berlubang, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : A s = W b .L + 2 a + b.H.N f + p.d.a.N f – ½ .π.d 2 . N f – a.b.N f 2.14 dimana : W b = lebar base plate untuk pin fin assembly m L = panjang base plate untuk pin fin assembly m N f = jumlah total sirip pin persegi berlubang dalam pin fin assembly H = tinggi saluran udara atau tinggi sirip pin persegi berlubang m commit to user a, b = panjang sisi-sisi sirip pin persegi berlubang m d = diameter lubang pada sirip pin persegi m Dari persamaan 2.11 nilai-nilai T b , T in dan T out diukur dari percobaan yang dilakukan menggunakan termokopel. Sedangkan sifat termofisik dari udara C p dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, T f = T in + T out 2 menggunakan persamaan sebagai berikut : C p = [9,8185 + 7,7 x 10 -4 T in + T out 2] x 10 2 Jkg.K 2.15 Persamaan 2.15 berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan K 400 2 K 250 £ + £ out in T T Parameter tanpa dimensi dimensionless yang digunakan dalam perhitungan perpindahan panas untuk permukaan bersirip dihitung sebagai berikut : a. Bilangan Reynolds Re Dua jenis bilangan bilangan Reynolds digunakan untuk menggolongkan kondisi aliran. Pertama adalah bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan rata- rata V dalam saluran halus smooth duct dan diameter hidrolik dari saluran D h dan dinyatakan dengan : Re = 2.16 Re = 2.17 Kedua adalah berdasarkan kecepatan maksimum melalui pin fins dan ketebalan dari pin fins, yaitu : Re D = 2.18 dimana V maks adalah kecepatan maksimum melalui pin fins dan diberikan dengan persamaan : V maks = 2.19 commit to user Re D telah digunakan secara luas dalam banyak studi perpindahan panas pada sirip pin, dan Re D tergantung pada jumlah pin dalam arah spanwise dan tinggi dari sirip pin. Re diatas biasa disebut sebagai duct Reynolds number dan Re D disebut sebagai pin Reynolds number. b. Bilangan Nusselt Nu Seperti pada definisi bilangan Reynolds, bilangan Nusselt rata-rata dinyatakan juga dengan duct Nusselt number dan pin Nusselt number, dimana berturut- turut dinyatakan dengan persamaan : Nu = 2.20 Nu = 2.21 dimana : Re = duct Reynolds number Re D = pin Reynolds number V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara ms V maks = kecepatan maksimum melalui sirip-sirip pin ms D h = diameter hidrolik dari saluran udara m d = diameter sirip pin m n = viskositas kinematik udara m 2 s r = massa jenis udara kgm 3 µ = viskositas dinamik udara kgm.s A = luas penampang saluran m 2 A front = luas frontal dari sirip-sirip m 2 Nu = duct Nusselt number Nu D = pin Nusselt number h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata Wm 2 .K k = konduktifitas termal udara Wm.K commit to user Untuk saluran udara segiempat, diameter hidrolik, D h , dihitung dengan persamaan : b b h W H W H P A D + = = 2 . . 4 . 4 2.22 Properties udara, µ dan k dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, T f = T in + T out 2 menggunakan persamaan sebagai berikut : µ = [4,9934 + 4,483 x 10 -2 T in + T out 2] x 10 -6 kgm.s 2.23 k = [3,7415 + 7,495 x 10 -2 T in + T out 2] x 10 -3 Wm.K 2.24 Persamaan 2.23 dan 2.24 berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan K 400 2 K 250 £ + £ out in T T

2.2.7.2 Perhitungan faktor gesekan Friction Factor

Penelitian penurunan tekanan pressure drop sepanjang seksi uji dalam saluran bersirip diukur dibawah kondisi aliran panas. Pengukuran ini dikonversi ke faktor gesekan friction factor, f. Faktor gesekan ditentukan dari nilai pengukuran penurunan tekanan, DP , sepanjang seksi uji menggunakan persamaan ú ú û ù ê ê ë é ÷ ÷ ø ö ç ç è æ ÷÷ ø ö çç è æ = 2 Δ 2 V ρ D L P f h t 2.25 dimana : f = faktor gesekan DP = perbedaan tekanan statik Nm 2 L t = panjang jarak titik pengukuran tekanan di seksi uji m D h = diameter hidrolik m r = massa jenis udara kgm 3 V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara ms commit to user

2.2.7.3 Perhitungan unjuk kerja termal pin-fin assembly

Peningkatan perpindahan panas dicapai dengan mengorbankan penurunan tekanan. Banyak aplikasi praktis hal tersebut dibolehkan, sehingga perlu untuk menentukan keuntungan ekonomis karena peningkatan perpindahan panas dan pengaruh sirip-sirip pin dan susunannya terhadap unjuk kerja energi overall dari sistem perpindahan panas sekarang melalui sebuah analisis unjuk kerja termal. Daya pemompaan pumping power adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida pendingin ke susunan sirip pin, dalam hal ini adalah daya blower. Daya pemompaan blower dapat diukur dari besaran arus dan tegangan listriknya. Untuk sebuah daya pemompaan yang konstan, adalah berguna untuk menentukan efektivitas peningkatan perpindahan kalor dari promotor perpindahan panas dibandingkan dengan permukaan halus, sedemikian sehingga : 2.26 Dimana dan berturut-turut adalah laju aliran volumetrik di atas plat tanpa halangan blocks dan dengan halangan, sedangkan dan berturut-turut adalah penurunan tekanan tanpa dan dengan halangan. Mengunakan persamaan Darcy untuk penurunan tekanan dan bilangan Reynolds untuk masing-masing geometri, dari hubungan antara permukaan dengan sirip dan permukaan halus untuk daya pemompaan yang sama, persamaan 2.26 dapat ditulis ulang menjadi : 2.27 Efisiensi peningkatan perpindahan panas untuk suatu daya pemompaan yang konstan dapat dinyatakan sebagai berikut : h = h a h s P 2.28 dimana : h a = koefisien perpindahan panas konveksi dengan sirip Wm 2 .K commit to user h s = koefisien perpindahan panas konveksi tanpa sirip Wm 2 .K Jika nilai h ≥ 1, teknik yang dipakai untuk menaikkan laju perpindahan panas adalah menguntungkan dari sudut pandang energi. Jika h ≤ 1, energi yang telah digunakan untuk menaikkan laju perpindahan panas lebih besar daripada yang diperoleh. commit to user 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SELANG SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

0 6 73

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

0 5 63

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Karakteristik Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Pin Fin Cooling Susunan Segaris Segaris Pada Trailing Edges Sudu Turbin Gas.

0 5 17

TUGAS AKHIR Karakteristik Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Pin Fin Cooling Susunan Segaris Segaris Pada Trailing Edges Sudu Turbin Gas.

0 5 18

PENDAHULUAN Karakteristik Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Pin Fin Cooling Susunan Segaris Segaris Pada Trailing Edges Sudu Turbin Gas.

0 7 5

PENDAHULUAN Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Pin-Fin Ellips Susunan Segaris Untuk Sistem Pendingin Internal Pada Sudu Turbin Gas.

0 2 6

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP-SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN Studi Karakteristik Perpindahan Panas Sirip-Sirip Pin Ellips Susunan Selang-Seling dengan Pendekatan CFD.

0 1 15

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP-SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING Studi Karakteristik Perpindahan Panas Sirip-Sirip Pin Ellips Susunan Selang-Seling dengan Pendekatan CFD.

0 2 16

PENDAHULUAN Studi Karakteristik Perpindahan Panas Sirip-Sirip Pin Ellips Susunan Selang-Seling dengan Pendekatan CFD.

1 4 4

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

1 5 80