MEKANKINERJA Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

MEKAN
NISME COR
RPORATE
E GOVERNA
NANCE, MA
ANAJEME
EN LABA DAN
D
KINERJA
A KEUAN
NGAN PAD
DA PERUSA
AHAAN MANUFAK
M
KTUR SEKT
TOR
INDUST
TRI DASAR
R DAN KIM
MIA DI BU
URSA EFE

EK INDON
NESIA TAH
HUN
2011-20015

Disusun sebagai saalah satu syyarat menyesuaikan Proogram Studii Strata I paada
Jurussan Manajem
men Fakultaas Ekonomii dan Bisniss

Oleh :
DORRY PARAMIT
TASARI SA
AROYO
B 100 130 427

PROGR
RAM STUD
DI MANAJ
JEMEN
FAKULT

TAS EKON
NOMI DAN
N BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMM
MADIYAH
H SURAKA
ARTA
20117

 

 

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2011-2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba. Penelitian ini juga menguji konsekuensi

pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba terhadap
Kinerja Keuangan.
Penelitian ini menggunakan sampel dari 17 perusahaan Industri Dasar dan Kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan Purposive Sampling
yang menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2011-2015. Metode analisis dari
penelitian ini menggunakan analysis path dengan menggunakan program SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan hanya Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen
Laba yang berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, sehingga perlu menggunakan
model 3. Hasilnya menyimpulkan bahwa Corporate Governance berpengaruh
terhadap Manajemen Laba, Corporate Governance berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan hanya Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Kesimpulan menunjukkan bahwa 0,044 (P2 x P3) < 0,180 (P1) maka Manajemen
Laba bukan merupakan variabel intervening dalam pengaruh Corporate
Governance terhadap Kinerja Keuangan.
Kata kunci: Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, Kinerja
Keuangan
ABSTRACT

This research is meant to examine the effect of Corporate Governance Mechanism
on Earnings Management. The study also examined the consequences of the

influence mechanism of Corporate Governance and Earnings Management to
Financial Performance.
This study used a sample of 17 companies of Basic Industry and Chemicals listed
in Indonesia Stock Exchange, using purposive sampling which publishes financial
statements from 2011-2015. Based on the result only the Size of the Board of
Commissioners and Earnings Management affecting Financial Performance,
making it necessary to use the model 3. The results concluded that the effect on
the Corporate Governance of Earnings Management, Corporate Governance
affect the Financial Performance, Earnings Management just does not affect the
Financial Performance. The conclusion showed that 0,044 (P2 x P3) < 0.180
(P1), the Earnings Management is not an intervening variable under the influence
of Corporate Governance to the Financial Performance.
Keywords: Mechanism Corporate Governance, Earnings Management, Financial
Performance

1

1. PENDAHULUAN
Perusahaan manufaktur terdiri dari tiga sektor yaitu sektor industri dasar dan
kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan konsumsi. Salah satu

sektor yang berperan aktif dan menonjol adalah sektor industri dasar dan kimia
dikarenakan sektor industri dasar dan kimia dapat merangsang produktifitas
masyarakat. Sektor industri dasar dan kimia merupakan industri yang
mensyaratkan investasi awal yang sangat besar dan berkaitan dengan bahan baku
yang sebagian import (Pudyastuti, 2000). Kajian mengenai Corporate governance
semakin meningkat seiring dengan terbukanya permasalahan yang ada di
perusahaan.
Corporate governance merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi
para pemangku kepentingan. Corporate Governance merupakan konsep yang
diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervise atau monitoring
kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan 2007
dalam Sari & Riduwan, 2013). Corporate governance muncul karena adanya
pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali
dikenal dengan istilah masalah keagenan. Dalam teori keagenan (agency theory),
hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling,

1976). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (Ujiyantho & Pramuka,
2007). Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi
yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris,
2004). Manajemen laba adalah suatu proses pelaporan keuangan yang di
dalamnya

terdapat

campur

tangan

manajemen

yang

bertujuan


untuk

menguntungkan diri sendiri (Rahmawati dkk dalam Anggit & Shodiq, 2010).
Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat diminimalisir dengan

2

menerapkan mekanisme good corporate governance. Dalam hubungannya dengan
kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja
perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan
tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi
oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt dalam Ujiyantho &
Pramuka,

2007).

Beberapa

penelitian


mengenai

mekanisme

corporate

governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Arief Ujiyantho dan

Bambang Agus Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisari independen dan jumlah dewan
komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan
Manajemen Laba tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan adanya kebutuhan prediksi mekanisme corporate governance,
manajemen laba dan kinerja keuangan sehingga adanya ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti “Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015”

2. METODOLOGI PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sektor industry dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dari peneliti. Kriteria
yang digunakan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut:
Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015.
Menerbitkan laporan keuangan auditan selama periode 2011-2015.
Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya.
Memiliki data mengenai Kpemilikan Institusional, Kepemilika Manajerial,
Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan selama periode 2011-2015.

3

Perusahaan memiliki tahun buku yang berakhir 31 Desember. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi keseragamanan waktu pelaporan.
Berdasarkan hasil purposive sampling dengan kriteria diatas diperoleh
sampel sebanyak 17 perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia,
sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 85 laporan keuanga

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia. Untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara
mendownload laporan keuangan publikasi dari situs website www.idx.co.id.
2.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja keuangan. Kinerja
keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal
dari laporan keuangan (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Kinerja keuangan dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow return on asset (CFROA).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate
governance, yaitu:

Kepemilikan institusional, adalah jumlah presentase hak suara yang dimiliki
oleh institusi (Beiner et al dalam Ujiyantho & Pramuka, 2007).

Kepemilikan manajerial, dikatakan sebagai situasi dimana manajer sekaligus
sebagai pemegang saham perusahaan yang di tunjukkan dengan presentase
kepemilikan saham perusahaan oleh manajer.

Proporsi dewan komisaris independen, anggota komisaris yang bukan
merupakan anggota manajer, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan

cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang
saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan
(Yudha, Latifah, & Prasetyo, 2015). Proporsi dewan komisaris independen diukur
dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.

4

Ukuran Dewan Komisaris Independen, merupakan jumlah anggota dewan
komisaris perusahaan (Beiner et al dalam Ujiyantho & Pramuka, 2007). Ukuran
Dewan Komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan
komisaris suatu perusahaan
Dalam penelitian ini sebagai variabel interveningnya adalah Manajemen Laba.
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa
keuantungan pribadi (Schipper dalam Ujiyantho & Pramuka, 2007).
2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui bahwa tidak terdapat
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi diantara variabel yang
menjelaskan dalam model. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
sebagai berikut:
Menurut Ghozali (2009) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamtan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas
(Ghozali, 2009).
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Ghozali (2009).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ghozali (2009).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian

5

Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridakis dkk, 1983

dalam Sulaiman 2004) :
1,65 < DW < 2,35, tidak ada autokorelasi
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79, maka tidak dapat disimpulkan
DW < 1,21 atau DW > 2,79, maka terjadi autokorelasi.
2.3 Analisis Jalur
Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur (path analysis). Analisis
jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur
adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar
variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori
Ghozali (2009).

3. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian ini telah lolos ujia asumsi klasik yaitu
Normalitas, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.
3.2 Uji Hipotesis
Berdasarkan persamaan regresi diatas, dapat dibuat interpretasi bahwa (α)
= -0,079 Nilai konstanta bernilai negatif, hal ini berarti bahwa dengan anggapan
variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, dan Ukuran Dewan Komisaris bernilai nol maka
Manajemen Laba akan menurun.

= 0,007 Nilai tersebut bernilai positif, hal

ini berarti bahwa Kepemilikan Institusional semakin meningkat maka variabel
Manajemen Laba juga akan meningkat dan sebaliknya dengan anggapan variabel
Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Ukuran
Dewan Komisaris bernilai konstan.

= 0,001 Nilai tersebut bernilai positif, hal

ini berarti bahwa Kepemilikan Manajerial semakin meningkat maka variabel
Manajemen Laba juga akan semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan
variabel Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan
Ukuran Dewan Komisaris Independen bernilai konstan.

= 0,003 Nilai

tersebut bernilai positif, hal ini berarti bahwa Proporsi Dewan Komisaris

6

Independen semakin meningkat maka variabel Manajemen Laba juga akan
semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan variabel Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Dewan Komisaris bernilai
konstan.

= 0,014 Nilai tersebut bernilai positif, hal ini berarti bahwa Ukuran

Dewan Komisaris semakin meningkat maka variabel Manajemen Laba juga akan
semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan variabel Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Dewan Komisaris bernilai
konstan.
Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan
sebagai berikut: (α) = -0,199 Nilai konstanta bernilai negatif, hal ini berarti bahwa
dengan anggapan variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,
Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, dan
Manajemen Laba bernilai nol maka Kinerja Keuangan akan menurun. ( ) =
0,005 Nilai tersebut bernilai positif, hal ini berarti bahwa Kepemilikan
Institusional semakin meningkat maka variabel Kinerja Keuangan juga akan
semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan variabel Kepemilikan
Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris dan
Manajemen laba bernilai konstan. (

) = 0,0002 Nilai tersebut bernilai positif, hal

ini berarti bahwa Kepemilikan Manajerial semakin meningkat maka variabel
Kinerja Keuangan juga akan semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan
variabel Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen,
Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba bernilai konstan.

) = 0,002

Nilai tersebut bernilai positif, hal ini berarti bahwa Proporsi Dewan Komisaris
Independen semakin meningkat maka variabel Kinerja Keuangan juga akan
semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan variabel Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen
Laba bernilai konstan.

= 0,004 Nilai tersebut bernilai positif, hal ini berarti

bahwa Ukuran Dewan Komisaris semakin meningkat maka variabel Kinerja
Keuangan juga akan semakin meningkat dan sebaliknya dengan anggapan
variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen dan Manajemen Laba bernilai konstan.

7

= 0,670 Nilai

tersebut bernilai positif, hal ini berarti bahwa Manajemen Laba semakin
meningkat maka variabel Kinerja Keuangan juga akan semakin meningkat dan
sebaliknya dengan anggapan variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajemen, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Ukuran Dewan
Komisaris bernilai konstan.
3.3 Uji t
Uji statistik t menunjukkan untuk Kepemilikan Institusional adalah sebesar
0,090 dan nilai

sebesar 1,990. Karena nilai

<

<

maka

H0 diterima, variabel Kepemilikan Institusional secara individu tidak berpengaruh
terhadap Manajemen Laba. Nilai signifikansi 0,928 > α (0,05), maka dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel Kepemilikan Institusional secara parsial
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan untuk
variabel Kepemilikan Manajerial nilai

adalah sebesar 0,390 dan nilai
<

adalah sebesar 1,990. Karena nilai

<

maka H0 diterima,

variabel Kepemilikan Manajerial secara individu tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba. Nilai signifikansi 0,697 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Kepemilikan Manajerial secara parsial tidak berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Manajemen Laba. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui
bahwa nilai
dan nilai

variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah 2,236
adalah sebesar 1,990. Karena nilai

>

maka H0

ditolak, variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen secara individu
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Nilai siginifikansi 0,028 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa nilai
Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah 0,394 dan nilai
sebesar 1,990. Karena nilai

<

variabel
adalah

maka H0 diterima, variabel Proporsi

Dewan Komisaris Independen secara individu berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan. Nilai siginifikansi 0,694 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

8

variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen secara parsial tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa nilai
Ukuran Dewan Komisaris adalah 2,370 dan nilai
Karena nilai

>

variabel

adalah sebesar 1,990.

maka H0 ditolak, variabel Ukuran Dewan Komisaris

secara individu berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Nilai siginifikansi 0,020
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba..
Dapat dilihat Manajemen Laba mempunyai nilai
nilai

adalah sebesar 1,990. Karena

>

sebesar 2,114 dan
maka H0 ditolak.

Variabel Manajemen Laba secara individu berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan. Nilai signifikansi 0,038 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Manajemen
Laba berpengaruh positif siginifikan terhadap Kinerja Keuangan.
3.4 Uji F
Dari hasil uji F model I, hasil pengujian model memperoleh nilai
signifikan sebesar 0,031, sedangkan tarif signifikansi 0,05. Dikarenakan nilai sig.
sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05, artinya model regresi tentang Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen
dan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen Laba, sudah fit
atau cocok.
Uji F model II dapat diperoleh bahwa nilai sig. sebesar 0,000, sedangkan
tingkat signifikansi 0,05. Dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari 0,05, artinya model regresi tentang Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris
dan Manajemen Laba berepengaruh terhadap Kinerja Keuangan, sudah fit atau
cocok.
3.5 Koefisien Determinasi
Hasil perhitungan pada model 1 yang disajikan memperoleh nilai Adjusted
sebesar 0,080, artinya sekitar 8% variasi dari Manajemen Laba dapat
dijelaskan oleh variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

9

Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Ukuran Dewan Komisaris, sedangkan
selebihnya sebesar 92% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
sebesar

Hasil pengujian model 2 yang disajikan memperoleh Adjusted

0,213, artinya sekitar 21,3% variasi dari Kinerja Keuangan dapat dijelaskan oleh
variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba,
sedangkan selebihnya 88,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
3.6 Analisis Jalur
Analisis

jalur

digunakan

untuk

mengetahui

pengaruh

Corporate

Governance dengan hal ini adalah Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen

Laba secara langsung maupun tidak langsung terhadap Kinerja Keuangan.
Besarnya pengaruh langsung mekanisme Corporate Governance yang diwakili
oleh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan adalah 0,325 dan
pengaruh tidak langsung (dengan variabel intervening) adalah (0,248 x 0,325 =
0,080).
Manajemen Laba dikatakan sebagai variabel intervening jika P2 x P3 > P1
karena 0,044 < 0,180, sehingga Manajemen Laba bukan merupakan variabel
intervening antara pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja

Keuangan.
Besarnya pengarruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan
perusahaan adalah 0,325, sedangkan pengaruh tidak langsung Ukuran Dewan
Komisaris terhadap Kinerja Keuangan adalah 0,325 + (0,248 + 0,180) = 0,369.
Karena Manajemen Laba tidak memiliki pengaruh signifikan sehingga
Manajemen Laba bukan merupakan variabel intervening antara pengaruh Ukuran
Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan.
3.7 Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis dari model 1 yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,928 yang berate lebih besar dari 0,05 serta memiliki
koefisien 0,007. Hasil penelitian ini berarti Kepemilikan Institusional tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil temuan ini mendukung dengan

10

penelitian Widiatmaja (2010) dan Guna dan Hearwati (2010) yang menyatakan
bahwa Kepemilikan Institusional tidak pengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan pengujian hipotesis dari model 1 yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,697 yang berrate lebih besardari 0,05 serta memiliki
koefisien 0,001. Hasil penelitian ini berarti bahwa Kepemilikan Manajerial tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Kristiani et al. (2014) dan Mahiswari dan Nugroho (2014) yang
menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba.
Berdasarkan pengujian hipotesis dari model 1 yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,028 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dengan
koefisien 0,003. Hal ini berarti bahwa Proporsi Dewan Komisaris Independen
dalam penelitian ini berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitian ini
mendukung dari penelitian Anggit dan Shodiq (2014) dan Nasution dan Setiawan
(2007) .
Berdasarkan pengujian hipotesis dari model 1 yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,018 yang lebih kecil dari 0,05 serta memiliki koefisien
0,014. Hasil penelitian ini berarti bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh
terhadap Manajemen Laba. Hasil temuan ini mendukung penelitian dari Murtini
dan Mansyur (2012) dan Cornett et al (2006) yang menyatakan bahwa Ukuran
Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan pengujian hipostesis model dua yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value =0,025 yang berrate lebih kecil dari 0,05 serta memiliki
koefisien 0,005. Hasil penelitian ini berarti bahwa Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Setiyarini dan Purwanti (2011) yang menyatakan bahwa Kepemilikan
Institusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan pengujian hipotesis model dua yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,957 yang berrrate lebih besardari 0,05 serta memiliki
koefisien 0,0002. Hasil ipenelitian ini berarti bahwa Kepemilikan Manajerial tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Sedangkan hasil penelitian ini tidak

11

mendukung penelitian dengan penelitian Manik (2013). Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Hartono dan Nugrahanti (2014).
Berdasarkan pengujian hipotesis model dua yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,694 yang berrate lebih besar dari 0,005 serta memiliki
koefisien 0,002. Hasil penelitian ini berarti bahwa Proporsi Dewan Komisaris
Independen tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Yudha et al (2015) dan Laksana (2015).
Berdasarkan pengujian hipotesis model dua yang telah dilakukan, hasilnya
diperoleh p-value = 0,020 yang berrate lebih kecil dari 0,05 serta memiliki
koefisien 0,040. Hasil penelitian ini berarti bahwa Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Meisaroh (2013), artinya semakin banyak dewan komisaris dalam suatu
perusahaan maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan semakin baik.
Dari model dua dalam penelitian ini adalah Manajemen Keuangan
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Berdasarkan pengujian hipotesis hasil
diperoleh untuk p-value =0,038 yang lebih kecil dari 0,05 serta memiliki koefisien
0,670. Hasil penelitian ini berarti bahwa Manajemen Laba berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan. Penelitian ini mendukung penelitian dari Mahiswari dan
Nugroho (2014).
Berdasarkan hasil analisis pada model ketiga menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh Manajemen Laba sebagai variabel intervening hubungan
Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Dari hasil ini menunjukkan

adanya kesamaan penelitian yangdilakukan oleh Asri dan Yulianti (2014) yang
menunjukkan bahwa Manajemen Laba bukan sebagai variabel intervening
hubungan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan.
Jika Manajemen Laba tidak efektif maka pihak pemakai informasi laporan
keuangan seperti investor, kreditur dan lainnya akan menganggap bahwa
manajemen telah bersikap oppurtunity atau tindakan manipulasi laba dan hal ini
akan menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikian penagruhnya manajemen
laba ini belum konsisten dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan
terbukti tidak signifikan (Rusiadi, 2010).

12

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji t menyimpulkan bahwa variabel Kepemilkan
Institusional dan Kepemilkan Manajerial berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap Manajemen Laba. Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Ukuran
Dewan Komisaris berpengaruh positif siginifkan terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji t menyimpulkan bahwa variabel Kepemilkan
Institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan hasil uji t menyimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Manajerial
dan Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh positif siginifkan
terhadap Kinerja Keuangan. Berdasarkan hasil uji t menyimpulakan bahwa
variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba berpengaruh positif
signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan hasil uji t model regresi ketiga memperoleh kesimpulan bahwa
variabel Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap
Manajemen Laba. Untuk model regresi 3b hasil uji t menyimpulkan bahwa
variabel Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif siginifkan terhadap
Kinerja Keuangan dan variabel Manajemen Laba tidak berpengaruh berpengaruh
positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Dari hasil analisis path
menunjukkan bahwa (0,044 < 0,180) Standard Coefficients menunjukkan
pengaruh tidak langsung lebih kecil dari pengaruh langsung hasil ini menunjukkan
bahwa Manajemen Laba bukan sebagai variabel intervening antara corporate
governance yang diwakilkan oleh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja

keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggit, D. T., & Shodiq, M. J. 2010. Hubungan Antara Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010). Simposium Nasional
Akuntansi XVII, Mataram 2014.
Aprianingsih, Astri. 2016. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance,

13

Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Aryani, Winda. 2011. Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba
Melalui Manipulasi Aktivitas Riil. Skripsi, Universitas Diponegoro
Semarang.
Asri, W. R., & Yulianti. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Perbankan di Indonesia.-,Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Guna, I. W., & Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, h.
53–68.
Hartono, Daniel F., & Nugrahanti, Yeterina W. 2014. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 2.
Kristiani et al. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Program S1, Vol 2, No. 1.
Laksana, Jaya. 2015. Corporate Governance dan Kinerja Keuangan (Studi Kasus
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012). EJurnal Akuntansi Universitas Udayana .
Mahiswari, Raras., & Nugroho, I. P. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
dan Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Manik, Tumpal. 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Tata Kelola Perusahaan,
Perlakuan Metode Akrual dan Praktik Manajemen Laba Terhadap Kinerja
Keuangan (Studi Empiris Perusahaan Property, Real Estate dan Developer di
BEI 2008-2012. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi.
Meisaroh, Tatu. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan (Suatu Kasus Pada Bank Yang Melakukan Merger dan Akuisisi
Periode 2006-2011). Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Prasetyo, H. S. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela Pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia di BEI. Berkala Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi, Vol 1, No. 2.

14

Rahardian, H. A. 2009. Memahami Konsep Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat
(Good Corporate Governance). Jurnal Bijak, Vol. 8, No. 15, h. 75-90.
Rahardja, A. A. 2014. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi
Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Manajemen
Laba Sebagai Variabel Intervening. Diponegoro Journal Of Accounting , Vol.
3, No. 3.
Rusiadi. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Kinerja Keuangan Deangan Manajemen Laba Sebagai Variabel
Intervening. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sari, E. F. V., & Riduwan, A. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaan: Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi, Vol 1, No. 1, h. 1–20.
Setiyarini & Purwanti, Lilik. 2011. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Terdaftar di BEI). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika.
Subagyo, Pangestu., & Djarwanto. 2009. Statistika Induktif. Yogayakarta: BPFEYogyakarta.
Ujiyantho, A. M., & Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik
Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar 2007.
Van Horne, James C. & Wachowicz, Jr., John M. 2012. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi Bahasa Indonesia. Diterjemahkan oleh: Heru
Sutoto. Jakarta: Salemba Empat.
Yudha, P. E., Latifah, W. S., & Prasetyo, A. 2015. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Go
Public di BEI, 1–19.-,Zulkarnaini. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Sensus pada Perusahaan BUMN di Wilayang Kota Banda
Aceh. Jurnal konomi dan Bisnis. Vol, 10. No.1.

15

Dokumen yang terkait

Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

2 41 133

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia T

0 2 16

PENDAHULUAN Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

0 3 11

DAFTAR PUSTAKA Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

0 4 5

MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 11

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur).

0 3 9

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).

0 1 15

PENDAHULUAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).

0 1 8

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Go-Publik Sektor Manufaktur)

0 0 13