Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

(1)

MEKANISME

GOOD

CORPORATE GOVERNANCE,

MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

TUTI SRIWEDARI

087017035/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(2)

MEKANISME

GOOD

CORPORATE GOVERNANCE,

MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

TUTI SRIWEDARI

087017035/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(3)

Judul Tesis : MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Tuti Sriwedari

Nomor Pokok : 087017035

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Prof.Dr.Azhar Maksum, MEc,Ac) (Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa, B, M.Sc)

Tanggal lulus : 31 Agustus 2009

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac

Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis. M.Si. Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak

3. Idhar Yahya, MBA, Ak

4. Drs. Rasdianto, MA, Ak

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“ Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ’’

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan sebelumnya oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 31 Agustus 2009

Yang membuat pernyataan

( Tuti Sriwedari)

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba dan apakah manajemen laba berpengaruh pula terhadap kinerja keuangan. Dalam penelitian ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 – 2008 yang berjumlah 67 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan, maka hanya 20 perusahaan saja yang terpilih menjadi sampel.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (4) komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (5) secara simultan dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independent dan komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) manajemen laba memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

Kata kunci: Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba, Kinerja Keuangan

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(7)

ABSTRACT

The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good corporate governance mechanism consists of institutional ownership, managerial ownership, the proportion of board of director and auditors committee.

The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesian Stock Market Directory in during the period 2006 – 2008 in amount of 67 companies. Based on the criteria, there are only 20 companies chosen as sample.

The results show that (1) institutional ownership negatively influence on earning management but not significant, (2) managerial ownership negatively influence on earning management but not significant, (3) proportion of independent board of commissioners negatively influence on earning management but not significant (4) committee audit positive influence on earning management but not significant, (5) simultaneously of institutional ownership, managerial ownership, proportion of independent board of commissioners and committee audit have positively but not significant influence on earnings management, and (6) earning management negatively influence on financial performance.

Key Words: Good Corporate Governance Mechanism, Earnings Management, Financial Performance

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT dengan Rahmat, Hidayah, Karunia dan Anugrah yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar Magister Sains, pada program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan, kendala, dan hambatan. Akan tetapi berkat bantuan bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(9)

4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis. M.Si. Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesai tesis ini. 6. Bapak Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Anggota komisi Dosen Pembanding

yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

7. Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku Anggota komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

9. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

10. Teristimewa buat Ibunda tercinta Ibu Siti Sundari, dan Ayah tersayang almarhum Syamsudin, kakak dan adik – adik ku terima kasih atas doa yang dipanjatkan, keridoan dan keikhlasan serta ketulusan hati sehingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini dan juga dapat menyelesaikan tesis ini. 11. Teristimewa buat Suami tercinta Bapak Taufik Hidayat Ginting & Keluarga

yang telah banyak memberikan masukan, arahan, gagasan, kesabaran serta perhatian yang tulus, pelajaran hidup dan terus memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat selesainya tesis ini.

12. Rekan – rekan Bagian Administrasi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bang Ary, Kak Dory, Kak Juli, Kak Yusna, Bang Dedi dan

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(10)

rekan – rekan lainnya terima kasih buat kebaikannya, bantuannya, serta perhatiannya selama penulis menyelesaikan Pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

13. Rekan – rekan sekerja Telkom Group dan para sahabat mahasiswa pascasarjana terima kasih atas bantuannya, perhatiannya dan kebersamaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa dan mahasiswi.

Medan, 31 Agustus 2009

Tuti Sriwedari

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(11)

RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Tuti Sriwedari

Tempat / Tgl Lahir : Medan, 11 Maret 1982 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. T.Cik ditiro belakang no 34 A Telepon : (061) 4148271 / 0811600393

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1988 – 1994 : SD Negeri 060884 Medan 1994 – 1997 : SMP Negeri 1 Medan 1997 – 2000 : SMU Negeri 17 Medan

2000 – 2004 : S-1 Ekonomi Akuntansi UMSU 2006 – 2007 : Pendidikan Profesi Akuntansi USU

2008- 2009 : S-2 Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi USU Medan

III. LATAR BELAKANG PEKERJAAN

1. Staff AR di PT. Internusa Tribuana Citra Multi Finance Tahun 2005 – 2006. 2. Customer Service PT. Telkomsel Tahun 2006 – 2009.

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..………..………. ………... i

ABSTRACT………... ………...ii

KATA PENGANTAR………... ………..iii

RIWAYAT HIDUP………... ………..vi

DAFTAR ISI……….. ……….vii

DAFTAR TABEL……….. ……….. x

DAFTAR GAMBAR………. ………..xi

DAFTAR LAMPIRAN………..……… .xii

BAB I : PENDAHULUAN………..………. ………...1

1.1. Latar Belakang………..……….……….. ……...1

1.2. Rumusan Masalah…………...……….. ……... ...4

1.3. Tujuan Penelitian……….5

1.4. Manfaat Penelitian……….. 5

1.5. Originalitas……….. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……… 7

2.1. Landasan Teori……… 7

2.1.1. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan……….. 7

2.1.2. Konsep Good Corporate Governance….………..………. 12

2.1.2.1. Kepemilikan institusional dan manajemen laba...14

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(13)

2.1.2.2. Kepemilikan manajerial dan manajemen laba... 15

2.1.2.3. Proporsi dewan komisaris independen dan manajemen laba……...…………. 16

2.1.2.4. Komite audit dan manajemen laba.…………...…. 18

2.1.2.5. Prinsip – prinsip good corporate governance... 20

2.1.3. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan…..……….. 21

2.2. Review Penelitian Terdahulu ………... 22

BAB III : KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……….. 26

3.1. Kerangka Konsep……….………... 26

3.2. Hipotesis………...……….. 28

BAB IV : METODE PENELITIAN……….………... 29

4.1. Jenis Penelitian……….………. 29

4.2. Lokasi Penelitian………..………. 30

4.3. Populasi dan Sampel………... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data.…………...……….... 31

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel…... 31

4.6. Pengujian Data.………..………... 36

4.6.1. Uji Asumsi Klasik………... 36

4.6.2. Model Analisis…...………. 39

4.6.3. Model Uji Hipotesis……….... 41

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(14)

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...……….. 44

5.1. Deskripsi Variabel……….……….... 44

5.2. Analisis Data………...………... 47

5.2.1. Uji Normalitas………. 49

5.2.2. Uji Multikolinearitas..……….……… 50

5.2.3. Uji Heterokedastisitas………. 50

5.2.4. Uji Autokorelasi..……… 52

5.3. Hasil Pengujian……….. 52

5.3.1. Pengaruh Mekanisme GCG Terhadap Manajemen Laba.... 52

5.3.2. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan... 56

5.4. Pembahasan... 57

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN……..………..… 62

6.1. Kesimpulan……… 62

6.2. Keterbatasan Penelitian………...………... 63

6.3. Saran……….. 64

DAFTAR PUSTAKA……… 66

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Review Penelitian Terdahulu…...………..……….………. 24

4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel...……….. 31

5.1. Deskripsi Statistik………….…...………..……….………. 44

5.2.1 Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Manajemen Laba....……… 48

5.2.2 Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Kinerja Keuangan……..……… 49

5.3. Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Independen...….………. 50

5.4. Uji Autokorelasi Durbin – Watson..………..……….………. 52

5.5. Pengujian Kelayakan Model I...……53

5.6. Pengujian Hipotesis Simultan Variabel DA sebagai Variabel Dependen... 54

5.7. Uji T Mekanisme GCG terhadap Manajemen Laba....……… 54

5.8. Pengujian Kelayakan Model II...……56

5.9. Pengujian Kontribusi Pengaruh DA terhadap CFROA...….. 56

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual…………...………..……….………. 26 4.1. Hubungan antar variabel……….. 40 5.1. Normalitas Data untuk Model Penelitian II dengan Variabel Dependen

Manajemen Laba………....………..47

5.2. Normalitas Data untuk Model Penelitian I dengan Variabel Dependen

Kinerja Keuangan………...……….. 48

5.3. Uji Heterokedastisitas Manajemen Laba sebagai Variabel Dependen… 51 5.4. Uji Heterokedastisitas Kinerja Keuangansebagai Variabel Dependen… 51

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(17)

Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Daftar Sampel Penelitian..……...………..……….………..70

II Analisis Regresi Linier Berganda Mekanisme GCG terhadap DA...76


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan (financial statements) merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan, dan informasi ini juga diharapkan menjadi


(19)

pedoman bagi pemegang saham dan investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten.

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1987). Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2007). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Oleh karenanya manajemen sering melakukan tindakan manifulasi terhadap laporan keuangan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Diantara tindakan – tindakan tersebut ada yang selalu disebut dengan manajemen laba (earnings management).


(20)

Fisher dan Rosenzweigh (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan atau penurunan profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja keuangan perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Tindakan manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et.al 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Salah satu penyebab kasus skandal tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik good corporate governance di Indonesia mengarah pada defisiensi pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan (Alijoyo dan Zaini, 2004).


(21)

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak - hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001). Good Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (OECD,1999). Good Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat di ukur oleh faktor keberadaan manajemen laba dan mekanisme dalam pengelolaan perusahaan (good corporate governance mechanism). Mekanisme tersebut meliputi : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di bagian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara empiris baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba?


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secata empiris:

1. Untuk mengetahui secara empiris bahwa mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba.

2. Untuk mengetahui secara empiris bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Peneliti

Sebagai bahan masukan di dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan di bidang akuntansi keuangan, khususnya tentang mekanisme good corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. 2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di dalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait dengan good corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit serta


(23)

pengaruhnya terhadap manajemen laba, dan pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan.

3. Pemakai Laporan Keuangan

Sebagai bahan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme good corporate governance serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

4. Peneliti Lanjutan

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjutan di dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang telah menguji mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel komite audit kedalam mekanisme good corporate governance. Perbedaan juga terdapat pada periode penelitian yakni dari tahun 2006 – 2008, sementara periode penelitian sebelumnya adalah dari tahun 2002 – 2004.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Secara umum kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998). Sedangkan tujuan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Terdapat berbagai analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan.


(25)

Rasio – rasio tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menujukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

2. Rasio Manajemen Aktiva

Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktivanya. Rasio yang menganalisis jenis-jenis aktiva diantaranya adalah : rasio perputaran persediaan, rasio jumlah hari piutang tak tertagih, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva.

3. Rasio Manajemen Utang

Seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang, atau pengungkit keuangan (financia leverage). Rasio yang menganalisis manajemen utang diantaranya adalah :total utang terhadap total aktiva, kelipatan pembayaran bunga, dan cakupan EBITDA.

4. Rasio Profitabilitas

Sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio yang menganalisis profitabilitas diantaranya adalah : margin laba atas penjualan, kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE).


(26)

5. Rasio Nilai Pasar

Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba arus kas, dan nilai buku perlembar sahamnya. Rasio yang menganalisis nilai pasar

diantaranya adalah : harga / laba, harga / arus kas, dan nilai pasar / nilai buku. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran (fleksibility principles) dalam memilih metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap perusahaan. Perusahaan yang memilih metode penyusutan garis lurus akan berbeda hasil laba yang dilaporkan dengan perusahaan yang menggunakan metode angka tahun atau saldo menurun. Praktik seperti ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pemilihan metode akuntansi ini dampaknya semakin jelas dan dapat lebih dirasakan terutama untuk perusahaan-perusahaan publik atau yang disebut emiten, di mana informasi akuntansi yang disusun oleh perusahaan harus di informasikan kepada pasar atau masyarakat luas melalui publikasi. Dari informasi yang dipublikasikan, akan dapat diketahui bagaimana reaksi pasar terhadap informasi tersebut. Pasar yang mengetahui dan meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan memiliki kandungan informasi, maka akan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut. Laporan laba sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Proses penyusunan laporan ini melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan, di antaranya adalah pihak manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham.


(27)

Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan menentukan kualitas laba. Dalam kondisi perusahaan akan menjual sahamnya kepada publik, manajer perlu memberikan informasi kepada publik mengenai kondisi keuangan perusahaannya. Hal ini mendorong manajer untuk melakukan earnings management.

Manajemen laba (earnings management) adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi (Wolk et.al 2001). Salah satu contoh terjadinya earnings management adalah pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana (initial public offerings /IPO) maupun pada saat melakukan penawaran kedua dan seterusnya (seasoned equity offerings/SEO). Dua kondisi tersebut berbeda dalam hal tersedianya laporan keuangan yang dipublikasikan karena dalam penawaran kedua dan seterusnya laporan keuangan yang dipublikasikan sudah disediakan kepada publik. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Wibisono, 2004).

Manajemen korporasi publik yang besar biasanya bukan pemilik, bahkan sebagian manajemen puncak hanya memiliki saham biasa (common stock) dalam


(28)

perusahaan yang mereka kelola. Para pemilik (shareholders) memilih dewan komisaris yang kemudian mengkaji manajemen sebagai agen mereka dalam menjalankan aktivitas bisnis dari hari ke hari, yang sangat mungkin lebih memperhatikan kesejahteraan mereka sendiri daripada kesejahteraan para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan yang muncul dalam hubungan antara para principal (pemilik/ pemegang saham) dan agent mereka (manajemen puncak), yaitu : 1. Agency problem yang muncul ketika (a) timbul konfilk antara harapan atau tujuan

pemilik / pemegang saham dan para direksi (top management) dan (b) para pemilik mengalami kesulitan untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya sedang dikerjakan manajemen.

2. Risk sharing problem yang muncul ketika pemilik dan direksi memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko.

Semakin tersebar kepemilikan saham (tidak ada pemegang saham mayoritas), semakin tinggi kemungkinan masalah diatas terjadi, demikian pula halnya bila dewan komisaris terdiri atas orang – orang yang kurang mengenal perusahaan atau sahabat pribadi direksi (manajemen puncak), dan ketika anggota dewan sebagian besar orang dalam.

Diantara berbagai solusi atas permasalahan di atas menurut Agency Theory antara lain adalah direksi (manajemen puncak) perlu turut memiliki saham perusahaan tersebut hingga tingkat tertentu. Argumen ini didukung oleh riset yang


(29)

menunjukkan adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan saham perusahaan yang dimiliki direksi.

Good Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory), diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Good Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).

2.1.2. Konsep Good Corporate Governance

Good Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain (Malaysian Finance Committee on Corporate Governance February, 1999). Shleifer dan Vishny dalam Syakhroza (2003) mendefinisikan corporate governance sebagai “…deals with the ways in which suppliers of finance to corporations assure themselves of getting a return on their investment” yaitu proses yang berkaitan dengan cara-cara dimana


(30)

stockholders memastikan bahwa mereka mendapat hasil (return) atas investasi mereka. Melvill dalam Sunarto (2003) menyatakan bahwa corporate goveranance merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Melvil dalam Sunarto (2003) juga berpendapat bahwa para manajer perusahaan berperan secara efektif terhadap good corporate goveranance dengan melakukan tindakan-tindakan antara lain:

(a) mengidentifikasi secara layak, mengevaluasi, dan mengelola resiko dan peluang;

(b) menindak lanjuti kebijakan perusahaan dan menjelaskan tujuan perusahaan secara lengkap;

(c) mentaati standar-standar etika; dan

(d) memandang dewan direksi perusahaan sebagai ‘ahli’ dan kewenangan legalnya diakui.

Wardani (2008) mengemukakan manfaat dengan adanya penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan adalah :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.

Lebih jauh Shleifer dan Vishny (1997) mengemukakan bahwa good corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan


(31)

kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Watts (2003), menyatakan bahwa salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah good corporate governance. Mekanisme good corporate governance tersebut meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit.

2.1.2.1. Kepemilikan institusional dan manajemen laba

Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila terdapat pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fama dan Jensen (1983) yang menemukan bahwa organisasi yang mampu bertahan tidak mendasarkan pengambilan keputusan pada pemegang saham yang terbesar, tetapi terdapat pemisahan antara pemilik dengan pengendali. Struktur kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Institusi sebagai investor yang sophisticated karena mempunyai kemampuan dalam memproses informasi dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian, akan semakin membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan keuangan. Wedari (2004) yang mengutip pendapat Shiller dan Pound menyatakan bahwa investor institusional mempunyai waktu yang lebih banyak untuk melakukan


(32)

analisis investasi dan memiliki akses informasi yang mahal dibandingkan dengan investor individual. Oleh karenanya, investor institusional memiliki kemampuan mengawasi tindakan manajemen yang lebih baik dibandingkan dengan investor individual.

Dari beberapa teori tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin kecil peluang manajemen melakukan manipulasi angka-angka dalam bentuk manajemen laba. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005).

2.1.2.2. Kepemilikan manajerial dan manajemen laba

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan


(33)

pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program kebijakan remunerasi guna mengurangi masalah keagenan. Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan pengguna informasi akuntansi mengakibatkan manajemen memiliki ruang gerak yang cukup banyak untuk menggunakan metode akuntansi yang berbeda dalam menyusun laporan keuangan guna memaksimalkan utilitasnya.

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005).

2.1.2.3. Proporsi dewan komisaris independen dan manajemen laba

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini


(34)

penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (NCCG, 2001). Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance (2001) adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan.

Penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris telah dilakukan diantaranya oleh Peasnell et.al (1998) bahwa keberadaan komisaris independen membatasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Xie et.al (2003) juga menemukan bahwa dewan komisaris dengan latar belakang bidang keuangan akan mencegah manajemen laba.

Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa persentase komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota


(35)

yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba dan kinerja keuangan yang dihasilkan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

2.1.2.4. Komite audit dan manajemen laba

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.


(36)

Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain:

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.

4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten,.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Xie, et.al (2004) menunjukkan bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman penunjukan anggota komite audit terutama yang ahli di bidang keuangan. Selain itu Xie, et.al (2003) juga menemukan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Carcello et.al (2006) yang menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba menunjukkan bahwa keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan fungsi dan


(37)

peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba yang oportunistik.

2.1.2.5. Prinsip – prinsip good corporate governance

Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu: Transparency, Accountability, Responsibility, Indepandency dan Fairnessyang biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Penjabarannya sebagai berikut :

1. Transparency (keterbukaan informasi)

Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada seluruh stakeholders-nya.

2. Accountability (akuntabilitas)

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Responsibility (pertanggung jawaban)

Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan


(38)

menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya.

4. Indepandency (kemandirian)

Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

2.1.3. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan

Kinerja Keuangan

Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan


(39)

yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme good corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris serta komite audit) memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. Dengan menerapkan good corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi oleh manajer, sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan (Jensen, 1993).

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, serta komite audit dengan berbagai implikasinya, sebelumnya sudah pernah di teliti oleh beberapa peneliti terdahulu.

Penelitian Xie et.al (2003) yang menguji earnings management and corporate governance : the roles of the board and the audit committee menemukan bahwa dewan direksi, komite eksekutif dan komite Audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.


(40)

Boediono (2005) menguji tentang kualitas laba: studi pengaruh mekanisme corporate governance, dan dampak manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur menemukan bahwa mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris secara bersama-sama terhadap manajemen laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah. Dalam pengujian secara parsial, penelitian ini juga menemukan bahwa mekanisme kepemilikan institusional memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap manajemen laba sementara mekanisme kepemilikan manajerial memberikan pengaruh yang lemah terhadap manajemen laba dan mekanisme komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh yang lemah sangat terhadap manajemen laba.

Cornett et.al (2006) yang menguji tentang earnings management, corporate governance, and true financial perpormance menemukan adanya pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme good corporate governance. Mekanisme good corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Cornett et.al (2006) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manipulatif laba.


(41)

Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang meneliti tentang mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilkan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris), manajemen laba dan kinerja keuangan menemukan bukti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dan manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets).

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

N o

Nama Peneliti &Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian

1. Xie et. al (2003)

Earnings

Management and Corporate

Governance : The Roles of the Board and The Audit Committee

Variabel Independen: Dewan Direksi, Komite Audit, Komite Eksekutif.

Variabel Dependen: Tindakan Manajemen Laba.

Dewan Direksi, Komite Eksekutif dan Komite Audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. 2. Boediono (2005) Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Komposisi Dewan Komisaris.

Variabel Dependen: Manajemen Laba.

Mekanisme good corporate

governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah. 3. Cornett et. al (2006) Earnings Management, Corporate Governance, and Variabel Independen: Kepemilikan Instutional, Kepemilikan saham Dewan Direksi, Direktur

Mekanisme corporate

governance berpengaruh

terhadap penurunan


(42)

Lanjutan Tabel

True Financial Performance.

Independent yang berasal dari luar perusahaan.

Variabel Dependen: Penggunaan

Discreationary Accruals dalam Manajemen Laba.

sebagai ukuran dari manajemen laba. 4. Ujiantho dan Pramuka (2007) Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris,

Uk Dewan Komisaris.

Variabel Dependen: Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.

Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kepemilikan Manajerial (X2)

(

Proporsi Dewan Komisaris (X3)

d d ( )

Manajemen Laba (Y1)

Kinerja Keuangan

(Y2)

Kepemilikan Institusional (X1)

Komite Audit (X4)

i

1

i

2

Gambar : 3.1. Kerangka Konseptual

Gambaran diatas dijelaskan melalui perilaku manipulatif oleh manajer dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat


(44)

disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional, karena investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang (Moh’d et.al, dalam Pratana dan Mas’ud, 2003). Ketiga, ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Keempat, melalui komite audit manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen akan dapat dikurangi.

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004). Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et.al 2006).


(45)

Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Boediono, 2005).

3.2. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara empiris baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba.


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect), yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta – fakta untuk membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel dengan variabel lain, yaitu fakta empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, manajemen laba dan kinerja keuangan.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel dependen yaitu Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan dan 4 (empat) variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human errors digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence level 95% dengan Alpha (g) 0,05.


(47)

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, serta komite audit perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 – 2008.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan adalah dari tahun 2006 – 2008, dengan jumlah populasinya adalah 67 (enam puluh tujuh) perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria – kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu :

1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2006 agar tersedia data untuk menghitung akrual.

2. Menerbitkan Laporan Keuangan dari tahun 2006 – 2008.

3. Memiliki data mengenai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan komite audit. 4. Laporan keuangan telah diaudit oleh Auditor Independen.

Sesuai dengan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 20 (dua puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun berturut-turut dari tahun 2006 – 2008, sehingga jumlah sampel yang di observasi adalah sebanyak 60 sampel (lampiran 1).


(48)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Capital Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Periode pengamatan tahun 2006 sampai 2008. Penyajian data antara times series dan cross sectional (pooled data). Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya, data-data tentang kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite adusit serta data tambahan dari Capital Market Directory maupun dari situs perusahaan manufaktur yang dimaksud.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Definisi Operasional variabel penelitian dalam penelitian ini di deskripsikan melalui matriks berikut ini.

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Nama Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Parameter Skala

Ukuran Variabel Independen Kepemilikan Institusional (X1) Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi / perusahaan.

Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

Rasio

Kepemilkan Manajerial

(X2)

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang di kelola.

Persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh

modal saham perusahaan yang beredar.


(49)

Lanjutan Tabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (X3) Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan

komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari

hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan.

Persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan

Rasio

Komite Audit

(X4)

Komite Audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan

penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan.

Persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit. Rasio Variabel Dependen Manajemen Laba (Y1)

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et.al 1995)

Rasio Variabel Dependen Kinerja Keuangan (Y2)

Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

CFROA =

EBIT + Dep

Assets


(50)

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi / perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Pengukurannya menggunakan skala rasio.

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang di kelola. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan memakai skala rasio.

3. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independen adalah jumlah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahan dan diukur dengan menggunakan skala rasio.


(51)

4. Komite Audit

Komite Audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit dan diukur dengan menggunakan skara rasio.

5. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi oleh pihak manajemen dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et.al (1995).

TAC = Nit – CFOit...…………...……….………...…...…….(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = 1(1 / Ait-1) + 2( Revt / Ait-1) + 3(PPEt / Ait-1) + e..…(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitug dengan rumus :


(52)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung :

DAit = TAit / Ait-1 – NDAit…...………...(4)

Keterangan :

DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit : Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t

CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke-t Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e : error

6. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah ukuran-ukuran tertentu yang dapat menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan, kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow return on asset (CFROA). CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut :

CFROA = EBIT + Dep ………...………....(5)

Assets

Keterangan:

CFROA : Cash flow return on assets EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak Dep : Depresiasi


(53)

4.6. Pengujian Data 4.6.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang di peroleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kiteria ekometrik, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan dalam metode OLS (Ananta, 1987). Uji Asumsi Klasik meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara mudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan floting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Pengujian normalitas data


(54)

dalam penelitian ini dengan melihat melalui sebaran plot pada Graph P-P Plot berbentuk linier dan tertumpu disekitar garis diagonal P-P Plot (Ghozali, 2005).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Varibel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sbb:

Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.

Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta VIF >1.0 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2005).


(55)

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data silang waktu (crossection), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Meskipun ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokoreasi, tetapi penelitian ini akan memakai uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi antara variabel bebas.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut


(56)

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Flot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6.2. Model Analisis

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(57)

(X2)

(X3)

(Y1) (Y2)

(X1)

(X4)

i

1

i

2

Gambar 4.1. Hubungan antar variabel

Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba digunakan alat analisis regresi berganda. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :

DA = o + 1Kep.Inst + 2Kep.Manj + 3PDKI + 4Kom.Audit + e Keterangan :

DA = Discretionary Accruals Kep.Inst = Kepemilikan institusional Kep.Manj = Kepemilikan manjerial

PDKI = Proporsi dewan komisaris independen Kom.Audit = Komite Audit

B0 = Konstanta 1 4 = Koefisien regresi

e = error

Sedangkan untuk menguji hipotesis pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan digunakan alat analisis regresi sederhana. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :


(58)

Keterangan:

CFROA = Cash flow return on assets DA = Discretionary Accruals B0 = Konstanta

5 = Koefisien regresi

e = error

4.6.3. Model Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu:

1. Pengaruh mekanisme good corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap manajemen laba secara simultan maupun parsial.

2. Pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan secara parsial.

Untuk melihat pengaruh secara gabungan melihat hasil perhitungan dalam Model Summary, dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD). Ghozali (2005) membuktikan hipotesis dengan menggunakan alat uji sebagai berikut:

Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas (independen) berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen), dengan tingkat keyakinan 95% (g = 0,05).

Urutan Uji F

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternative.

Ho : 1 = 2 = 0


(59)

b. Menghitung F hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Adjusted R² / k

F = --- (1 – R) / n – k – 1

Dimana : R² = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas

Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai F hitung yang dibandingkan dengan F tabel dengan tingkat resiko (level of significan) dalam hal ini 0,05 dan degree of

freedom = n – k – 1. c. Kriteria pengujian :

Dimana : F hitung > F tabel = Ho ditolak.

F hitung < F tabel = Ho diterima.

Sedangkan Uji-t statistic (Ghozali, 2005), untuk menguji secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% (g = 0,05). Uji ini dilakukan sekaligus untuk melihat koefisien regresi secara individual variabel penelitian. Koefisien regresi yang paling tinggi merupakan koefisien dominan yang mempengaruhi variabel terikat penelitian.


(60)

Urutan Uji T

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternative.

Ho : 1 = 2 = 0

Ha : 1 = 2 ≠ 0

b. Menghitung T hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : b i

t hitung = ---

sb i

Dimana :

b i = Koefisien regresi masing – masing variabel.

sb i = Standar error masing – masing variabel.

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai t hitung yang kemudian

dibandingkan dengan t tabel pada tingkat keyakinan 95%.

c. Kriteria pengujian :

Dimana : t hitung > t tabel = Ho ditolak.


(61)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Variabel

Data variabel ini ditunjukkan melalui statistik deskriptif yang menggambarkan informasi karakteristik variabel dalam penelitian ini yakni : Kepemilikan Institusional sebagai X1, Kepemilikan Manajerial sebagai X2, Proporsi

Dewan Komisaris Independen sebagai X3, Komite Audit sebagai X4, Manajemen

Laba sebagai Y1, dan Kinerja Keuangan sebagai Y2, antara lain meliputi nilai

minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi yang ditunjukkan oleh Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Deskripsi Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance

Kep.Inst 60 .7440 .9998 57.0960 .951600 .0770850 .006

Kep.Man 60 .0002 .2560 2.9054 .048423 .0770704 .006

PDKI 60 .0030 .6666 20.8069 .346782 .1255912 .016

Kom.Audit 60 .2500 .3333 19.5815 .326358 .0232172 .001

Man.Laba 60 -.0730 .4891 2.1129 .035215 .0792506 .006

Kin.Keuangan 60 .0203 .9516 25.7363 .428938 .2167459 .047

Valid N (listwise) 60

Tabel 5.1 diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 60 (enam puluh) dapat disimpulkan bahwa nilai rata – rata kepemilikan institusional


(62)

dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.9516. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0770, nilai terkecil dari kepemilikan institusional sebesar 0.7440 dan nilai maksimum kepemilikan institusional sebesar 0.9998. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan institusionalnya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan institusionalnya rendah.

Untuk nilai rata – rata kepemilikan manajerial dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.0484. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0770, nilai terkecil dari kepemilikan manajerial sebesar 0.0002 dan nilai maksimum kepemilikan manajerial sebesar 0.2560. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan manajerialnya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan manajerialnya rendah.

Nilai rata – rata proporsi dewan komisaris independen dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3467. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.1255 nilai terkecil dari proporsi dewan komisaris independen sebesar 0.0030 dan nilai maksimum proporsi dewan komisaris independen sebesar 0.6666. Kondisi ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang proporsi dewan komisaris independennya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang proporsi dewan komisaris independennya rendah.


(63)

Nilai rata – rata komite audit dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3263. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0232 nilai terkecil dari komite audit sebesar 0.2500 dan nilai maksimum komite audit sebesar 0.3333. Kondisi ini menunjukkan bahwa komite audit perusahaan sampel relatif sama atau tidak bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang komite auditnya tinggi sangat dekat dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang komite auditnya rendah.

Nilai rata – rata manajemen laba dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3521. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.7925 nilai terkecil dari manajemen laba sebesar -0.0730 dan nilai maksimum manajemen laba sebesar 0.4891. Kondisi ini menunjukkan bahwa manajemen laba perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang manajemen labanya tinggi dan posifir cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang manajemen labanya rendah dan negatif.

Sedangkan nilai rata – rata kinerja keuangan dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.4289. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.2167, nilai terkecil dari kinerja keuangan sebesar 0.0203 dan nilai maksimum kinerja keuangan sebesar 0.9516. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kinerja keuangannya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kinerja keuangannya rendah.


(64)

5.2. Analisis Data 5.2.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 (dua) cara yaitu Analisis grafik dan analisis statistik (uji one sample Kolmogorov Smirnov), (Ghozali, 2005).

a. Analisis Grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 5.1. Normalitas Data untuk Model Penelitian I dengan Variabel


(65)

Gambar 5.2. Normalitas Data untuk Model Penelitian II dengan Variabel

Dependen Kinerja Keuangan

b. Uji Statistik

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel penggangu atau residual distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian ini terdapat pada tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2.1. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel

Manajemen Laba

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation .07749744

Absolute .166

Positive .166

Most Extreme Differences

Negative -.117

Kolmogorov-Smirnov Z 1.285

Asymp. Sig. (2-tailed) .074

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(66)

Dari Tabel 5.2.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.285 dan signifikan pada 0.074 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal.

Tabel 5.2.2. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel

Kinerja Keuangan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation .21619359

Absolute .157

Positive .157

Most Extreme Differences

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z 1.217

Asymp. Sig. (2-tailed) .103

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari Tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.217 dan signifikan pada 0.103 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal.


(67)

5.2.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Ghozali (2005), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Independen

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF Keputusan

(Constant)

Kep.Inst .577 1.733 Tidak terdapat multikolinearitas

Kep.Manaj .573 1.745 Tidak terdapat multikolinearitas

PDKI .690 1.448 Tidak terdapat multikolinearitas

Kom.Audit .676 1.479 Tidak terdapat multikolinearitas

1

Man.Laba .972 1.000 Tidak terdapat multikolinearitas

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari keseluruhan variabel bebas (independen) adalah lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.

5.2.3. Uji Heterokedastisitas

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan scater plot. Apabila scatter plot menunjukkan sesuatu yang membentuk


(68)

pola maka dapat dikatakan terjadi homoskedastisitas. Dalam hal ini data yang akan diuji tidak mengalami heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan scatter plot yang tidak memiliki pola apapun.

Gambar 5.3. Uji Heterokedastisitas Manajemen Laba sebagai

Variabel Dependen

Gambar 5.4. Uji Heterokedastisitas Kinerja Keuangan sebagai


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 53 95

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia T

0 2 16

MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 11

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).

0 1 15

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14