Pendugaan Konsentrasi CO, NOx, S02, HC, dan PM10 dmi Nama NIM Aktivitas Transportasi di Jalan Mayor Oking Citeureup Bogor

PENDUGAAN KONSENTRASI CO, NOx, SO2, HC, DAN PM10
DARI AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN MAYOR
OKING CITEUREUP BOGOR

FITRI HASANAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Pendugaan Konsentrasi CO, NOx, S0 2 , HC, dan PM10 dmi
Aktivitas Transportasi di Jalan Mayor Oking Citeureup Bogor
Nama
: Fitri Hasanah
: G2411 0024
NIM

Disetujui oleh


/
Dr Ir Sob1i Effendy, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

セ@

- -- .ᄋZセ • N@

\.

;

.:

.---- -- - -

Dr Ir Tania June, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

'0 :
エセlw@

/015

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Gambaran Umum Kecamatan Citeureup

3

Pencemaran Udara

3

Pengaruh Faktor Meteorologi terhadap Pencemaran Udara


4

Box Model

6

METODE

7

Bahan

7

Alat

8

Prosedur Analisis Data


8

Faktor Emisi
HASIL DAN PEMBAHASAN

9
12

Jumlah Kendaraan Bermotor

12

Beban Emisi dan Konsentrasi Emisi Kendaraan Bermotor

13

Pengaruh Angin terhadap Konsentrasi Emisi Kendaraan Bermotor

26


SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

32


RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Hubungan stabilitas atmosfer dengan gradien suhu vertikal (Lapse

rate)
Faktor emisi CO ,NOx, SO2, HC dan PM10 kendaraan bermotor di
Indonesia (gram/km)
Konsentrasi CO rata-rata kendaraan bermotor di Jalan Mayor Oking
Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Kontribusi beban emisi CO rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Konsentrasi NOx rata-rata kendaraan bermotor di Jalan Mayor Oking
Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Kontribusi beban emisi NOx rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Konsentrasi SO2 rata-rata kendaraan bermotor di Jalan Mayor Oking
Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Kontribusi beban emisi SO2 rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Konsentrasi HC rata-rata kendaraan bermotor di Jalan Mayor Oking
Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Kontribusi beban emisi HC rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Konsentrasi PM10 rata-rata kendaraan bermotor di Jalan Mayor

Oking Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Kontribusi beban emisi PM10 rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Kontribusi beban emisi dari beberapa hasil penelitian lain

4
10
14
15
17
17
19
20
21
22
23
24
25

DAFTAR GAMBAR

1
2

3
4
5
6
7
8
9

Kestabilan atmosfer terhadap dispersi pencemaran udara
Sketsa area dalam box model dengan kecepatan angin (u),
konsentrasi (C), laju emisi (Q), mixing height (h), panjang area (p)
lebar area (l).
Lokasi penelitian di ruas Jalan Raya Mayor Oking Citeureup
Diagram alir pendugaan konsentrasi emisi CO, NOx, SO2, HC, PM10.
Jumlah kendaraan di ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup
Kecamatan Citeureup di jam terpadat pagi hari
Jumlah kendaraan di ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup
Kecamatan Citeureup di jam terpadat sore hari
Beban emisi CO kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking pada
pagi hari
Beban emisi CO kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking pada
sore hari
Beban emisi NOx kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada pagi hari

5

6
8
11
12
12
13
14
16

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Beban emisi NOx kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada sore hari
Beban emisi SO2 kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada pagi hari
Beban emisi SO2 kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada sore hari
Beban emisi HC kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking pada
pagi hari
Beban emisi HC kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking pada
sore hari
Beban emisi PM10 kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada pagi hari
Beban emisi PM10 kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor Oking
pada sore hari
Kontribusi beban emisi rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan
Mayor Oking Desa Citeureup Kecamatan Citeureup
Korelasi kecepatan angin dan konsentrasi CO kendaraan bermotor
Korelasi kecepatan angin dan konsentrasi NOx kendaraan bermotor
Korelasi kecepatan angin dan konsentrasi SO2 kendaraan bermotor
Korelasi kecepatan angin dan konsentrasi HC kendaraan bermotor
Korelasi kecepatan angin dan konsentrasi PM10 kendaraan bermotor

16
18
19
20
21
22
23
24
26
26
27
27
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Layout peta Kecamatan Citeureup
Jumlah hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Citeureup pada
Stasiun pos hujan Ciriung
Jumlah kendaraan
Beban emisi CO
Konsentrasi emisi CO
Beban emisi NOx
Konsentrasi emisi NOx
Beban emisi SO2
Konsentrasi emisi SO2
Beban emisi HC
Konsentrasi emisi HC
Beban emisi PM10
Konsentrasi emisi PM10
Baku Mutu Ambien Nasional Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Uji proporsi dua arah beban emisi CO tiap kendaraan bermotor
Uji proporsi dua arah beban emisi NOx tiap kendaraan bermotor
Uji proporsi dua arah beban emisi SO2 tiap kendaraan bermotor
Uji proporsi dua arah beban emisi HC tiap kendaraan bermotor
Uji proporsi dua arah beban emisi PM10 tiap kendaraan bermotor

32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
40
41
42
43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas udara sangat berdampak besar terhadap kehidupan makhluk hidup
maupun lingkungan sekitar. Pencemaran udara merupakan kondisi atmosfer
dengan kandungan substansi atau unsur kimia dalam bentuk gas, partikel, maupun
butiran cairan yang telah melebihi batas normal dan dapat menimbulkan pengaruh
pada manusia, hewan, vegetasi maupun bahan bangunan (Sanfield 1986). Secara
ringkas dalam peraturan pemerintah no. 41 tahun 1999 pencemaran udara
diartikan masuknya komponen lain ke udara yang mengakibatkan berubahnya
tatanan udara oleh kegiatan manusia maupun proses alam sehingga kualitas udara
menjadi turun atau tidak sesuai dengan peruntukannya.
Citeureup adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bogor,
yang semakin berkembang pesat menjadi perkotaan akibat dari banyaknya industri
yang ada di daerah tersebut. Hal ini juga akan berakibat pada peningkatan
kendaraan bermotor bertambah setiap tahunnya, namun pada sisi lain peningkatan
ini akan membawa dampak negatif yang tidak diharapkan baik bagi lingkungan
biotik maupun abiotik. Kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap
polusi udara, Polutan yang dikeluarkan biasanya dikelompokan menjadi Hidro karbon
(HC), Nitrogen oksida (NOx), dan Karbon monoksida (CO) pada pembakaran fosil
merupakan faktor terbesar terjadinya asap, hujan asam dan pemanasan global dan
perubahan iklim (Astra 2010). Kualitas udaranya diperkirakan akan semakin

menurun dengan semakin tingginya intensitas kegiatan lain seperti industri semen
dan lain sebagainya di daerah Citeureup. Fokus polutan yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor pada penelitian ini adalah Karbon monoksida, Nitrogen
oksida, Sulfur dioksida, Hidro karbon dan PM10 sebagai polutan yang diemisikan
dari kendaraan bermotor.
Pengukuran atau pendugaan konsentrasi polutan yang ada di udara ambien
perlu dilakukan agar dapat mengetahui suatu wilayah atau daerah tercemar atau
tidak, yang hasilnya akan dibandingkan dengan baku mutu. Pemodelan
merupakan alat bantu dalam menduga kualitas udara. Ada beberapa model
perhitungan untuk menduga konsentrasi polutan salah satunya adalah box-model.
Penurunan kualitas udara yang diakibatkan emisi kendaraan bermotor
merupakan suatu masalah yang perlu ditangani melalui kebijakan pemerintah
untuk pengendalian kualitas udara, namun pada sisi yang lain adalah suatu hal
yang sulit untuk melakukan pengukuran langsung terhadap kendaraan bermotor
yang sangat banyak jumlahnya sehingga mengestimasi emisi kendaraan bermotor
melalui pendekatan jarak tempuh serta pendugaan konsentrasi sangat membantu
untuk memprediksi besarnya beban pencemar udara dan konsentrasi emisi di
udara ambien yang bersumber dari kendaraan bermotor, maka dari itu penelitian
ini perlu dilaksanakan.

Perumusan Masalah
1. Peningkatan jumlah kendaraan akibat banyaknya indusri di daerah Citeureup
yang menghasilkan beban emisi yang dapat mempengaruhi kualitas udara
sekitar.
2. Data kualitas udara dari kendaraan bermotor tidak tersedia di badan
lingkungan hidup setempat hanya terdapat data kualitas udara ambien yang di
ukur dua kali dalam setahun.

Tujuan Penelitian
1. Mengestimasi beban emisi Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx),
Sulfur Dioksida (SO2), Hidro Karbon (HC) dan PM10 kendaraan bermotor di
ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup.
2. Menduga konsentrasi emisi Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx),
Sulfur Dioksida (SO2), Hidro Karbon (HC) dan PM10 kendaraan bermotor di
ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup.

Manfaat Penelitian
1. Tersedianya informasi mengenai katagori, jenis dan jumlah pencemar.dari
kendaraan bermotor.
2. Mengetahui konsentrasi kualitas udara ambien dari kendaraan bermotor guna
pengelolaan maupun pengendalian pencemaran udara.

Ruang Lingkup Penelitian
1. Pengukuran panjang Jalan Raya Mayor Oking hanya ruas jalan utama Desa
Citeureup kurang lebih 2.5 km.
2. Sampling transportasi terletak di Jalan Raya Mayor Oking Desa Citeureup.
3. Sampling dilakukan selama 8 hari yaitu 4 hari mewakili hari kerja (Senin,
Selasa, Rabu, Kamis) dan 4 hari mewakili hari libur (Sabtu, Minggu) pada
tanggal 29, 30, 31 Maret 2015 dan tanggal 1, 2, 3, 5 April 2015.
4. Jenis kendaraan yang dihitung dengan empat klasifikasi kendaraan besar yaitu
mobil, motor, bis dan truk.
5. Data faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi dari Kementrian
Lingkungan Hidup Indonesia.
6. Parameter polutan kendaraan bermotor adalah CO, NOx, SO2, HC, dan PM10.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kecamatan Citeureup
Citeureup terletak di Kabupaten Bogor (Bogor Tengah), di sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Klapanunggal, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Babakan Madang, sementara di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Cibinong. Citeureup secara geografis terletak pada 6° 29’17.89’’ LS dan 106°
52’52.2’’ BT (Lampiran 1).
Citeureup juga merupakan wilayah industri, padat transportasi dan berdebu
dengan jumlah penduduk 183.579 orang, luas wilayah 67.10 km2 dan kepadatan
penduduk rata-rata 80.403 jiwa/km2 (BPS 2014). Berdasarkan data yang diperoleh
pada stasiun pos hujan Ciriung (Lampiran 2), Kecamatan Citeureup memiliki
curah hujan rata-rata terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 15 mm dan
tertinggi pada bulan November sebesar 443 mm. Memiliki suhu rata- rata setiap
harinya sebesar 26°C dengan kelembaban udara rata-rata sebesar 70% (BPS 2014)

Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya kontaminasi polutan ke udara
ambien pada konsentrasi dan waktu tertentu yang dapat menciptakan gangguan,
menciptakan ketidaknyamanan, berpotensi merugikan terhadap kesehatan dan
kehidupan abiotik maupun biotik. Pencemaran udara dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia, kelestarian tanaman dan hewan, dapat merusak bahan-bahan,
menurunkan daya penglihatan, dan menghasilkan bau yang tidak menyenangkan
(BAPEDAL 1999)
Sumber pencemar dikategorikan berdasarkan bentuk sumber, mobilitas
sumber, jenis aktivitas sumber, ketinggian sumber, dan kekontiyuan. Sumber
pencemar dihasilkan dari kegiatan yang bersifat alami maupun buatan
(antropogenik). Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi,
kebakaran hutan, dekomposisi biotik, percikan air laut dan lainnya yang dapat
menghasilkan buangan berupa debu, gas belerang, juga gas beracun seperti CO,
SO2. Polusi udara akibat aktivitas manusia (antropogenik), secara kuantitatif
sering lebih besar. Adapun sumber-sumber polusinya terdiri dari aktivitas
transportasi, industri, dari persampahan, baik akibat proses dekomposisi ataupun
pembakaran dan rumah tangga, dalam Pusparini (2000) menurut data statistik
lingkungan hidup 1994 polusi udara di jakarta 92 % berasal dari transportasi, 5%
dari industri, 2 % dari kegiatan rumah tangga dan 1 % hasil emisi dari
pembakaran sampah. Aktivitas ini dapat menghasilkan gas buangan berupa CO,
NOx, Hidro karbon, Partikel, SO2 dan lain-lain.
Penghasil emisi polusi udara terbesar di perkotaan yaitu kendaraan
bermotor. Kemudian aktivitas industri menjadi penyumbang terbesar kedua. Emisi
polusi udara juga tergantung pada jenis industri dan prosesnya. sumber pencemar
udara dapat digolongkan ke dalam sumber diam dan sumber bergerak, pabrik
merupakan salah satu dari sumber diam sedangkan kendaraan bermotor adalah
contoh sumber bergerak.

Berdasarkan bentuknya, sumber pencemar dibagi menjadi :
1. Sumber titik, pada umumnya oleh pabrik-pabrik yang menghasilkan zat
pencemar ke dalam udara melalui cerobong pembuangan.
2. Sumber garis, yaitu sumber yang mengeluarkan pancaran zat pencemar berupa
garis yang memanjang, misalnya lalu lintas di jalan raya, daerah industri yang
berderet dan lain-lain.
3. Sumber area, merupakan sumber pancaran kompleks yang dipancarkan dari
suatu daerah seperti kebakaran hutan, kawasan industri, perkotaan dan
sebagainya.

Pengaruh Faktor Meteorologi terhadap Pencemaran Udara
1. Arah dan Kecepata Angin
Angin merupakan pergerakan massa udara horizontal dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekana rendah. Angin memiliki kecepatan dan arah
yang sangat menentukan pola penyebaran atau dispersi polutan. Arah angin akan
menentukan arah penyebaran polutan, sedangkan kecepatan angin berpengaruh
terhadap jarak perpindahan dan pengenceran konsentrasi polutan. Kecepatan
angin yang rendah berpotensi mengakibatkan tidak tersebarnya pencemar,
sehingga mempengaruhi kualitas udara sekitar. Semakin cepat kecepatan angin
pada suatu daerah, maka percampuran polutan dari sumber emisi akan semakin
besar, hal ini karena turbulensi udara kuat yang mengakibatkan terjadinya
pengenceran sehingga polutan di daerah tersebut akan semakin berkurang (Oke
1987)
2. Stabilitas atmosfer
Stabilitas atmosfer mempunyai peranan penting dalam pengenceran
konsentrasi polutan, untuk kondisi atmosfer yang tidak stabil (umumnya terjadi
pada siang hari), udara cenderung bergerak ke atas sehingga kadar yang
terakumulasi di atmosfer menjadi lebih kecil atau terjadi proses dispersi polutan
yang berakibat pada penurunan konsentrasi polutan. Sedangkan untuk kondisi
atmosfer yang stabil (umumnya terjadi pada pagi dan sore hari), udara cenderung
akan bergerak ke bawah atau turun sehingga konsentrasi polutan menjadi besar
atau memperlambat proses dispersi polutan yang berakibat konsentrasi polutan
tinggi (Sumaryati 2011).
Tabel 1 Hubungan stabilitas atmosfer dengan gradien suhu vertikal (Lapse rate)
Lapse rate
Stabilitas atmosfer
γ > γd
Tidak stabil
γ = γd
Netral
γ < γd
Stabil
Sumber : Cooper and Alley 1994
Ket : γ = laju penurunan suhu udara lingkungan
γd = laju penurunan suhu paket udara

Kondisi tidak stabil adalah kondisi ketika laju penurunan suhu paket udara
lebih kecil dibandingkan laju penurunan suhu udara lingkungannya, sehingga
pada ketinggian yang sama suhu paket udara lebih tinggi dibandingkan
lingkungannya, maka paket udara ini akan cenderung mengembang secara
vertikal. Pergerakan secara horizontal akan bergantung arah anginnya. Hal ini
terjadi biasanya pada siang hari dengan radiasi matahari tinggi.
Kondisi netral ditunjukkan oleh laju penurunan suhu paket udara yang
sama dengan laju penurunan suhu udara lingkungannya, sehingga suhu keduanya
akan sama pada ketinggian yang sama. Biasa terjadi siang ataupun malam,
berangin dan atau berawan.
Kondisi stabil terjadi jika laju penurunan suhu paket udara lebih besar
dibandingkan dengan laju penurunan suhu udara lingkungannya, pada ketinggian
yang sama suhu paket udara lebih rendah dibanding suhu lingkungannya,
sehingga tidak akan dapat berkembang vertikal. Hal ini menyebabkan suatu paket
udara cenderung stabil di tempatnya

Sumber : Oke 1987
Gambar 1 Kestabilan atmosfer terhadap dispersi pencemaran udara
3. Mixing Height
Mixing height atau tinggi lapisan percampuran adalah bagian dari lapisan
batas atmosfer sebagai tempat sumber utama dari percampuran polutan dengan
udara sekitar, dari ketinggian percampuran dapat menentukan penentuan volume
dispersi atau penyebaran polutan (Bachtiar 2014). Tinggi lapisan pencampuran
atau tinggi batas lapisan konvektif merupakan puncak lapisan terjadinya
pencampuran vertikal yang kuat dan penurunan suhu (lapse rate) yang mendekati
kondisi adiabatik kering (Peavy 1986).

Tinggi pencampuran akan lebih tinggi pada lapisan yang tidak stabil pada
siang hari dibandingkan dengan lapisan yang stabil (Wark & Warner 1981). Hasil
Penelitian Ruhiat (2009) menunjukkan bahwa pada pagi hari mixing height lebih
rendah dibandingkan pada siang hari. Tinggi lapisan pencampuran ditentukan
berdasarkan bantuan profil matahari dengan menggunakan radiosonde dari
atmosfer hingga pada ketinggian beberapa kilometer di atas permukaan bumi
(Cheremisinoff and Morresi 1978). Ketika lapisan percampuran tinggi maka
kesempatan polutan untuk bercampur dengan parcel udara lain akan semakin
tinggi (Surmayati 2014) penyebaran polutan dapat terhambat dengan adanya
lapisan inversi. Lapisan inversi seperti topi yang menutup pergerakkan udara
secara vertikal (Yasmeen 2011) polutan yang terdapat di dalam udara yang lebih
dingin tidak dapat naik menembus lapisan inversi yang lebih hangat, polutan yang
terperangkap akan mengendap di permukaan (Fardiaz 1992)
Pemodelan adalah alat bantu dalam memprediksi kualitas udara.
Bermacam-macam model dibangun agar membantu menyelesaikan permasalahan
dalam pencemaran udara. Model dibangun berdasar tujuan yang ingin dicapai
sesuai permasalahan yang diselesaikan. Oleh sebab itu ada tingkat kerumitan
model yang akan mengikuti, mulai dari model yang dibangun hanya untuk
melihat gambaran umum hingga model yang rumit melibatkan parameter input
yang lebih detail.

Box Model
Pemodelan merupakan alat bantu dalam menduga kualitas udara, berbagai
model dibangun untuk menyelesaikan permasalahan dalam pencemaran udara.
Salah satu model untuk memprediksi konsentrasi polutan di udara yaitu Box
Model, sebuah model sederhana yang digunakan untuk menduga rata-rata
konsentrasi emisi secara sepintas di suatu area atau daerah. Model ini
menganggap suatu lokasi atau area sebagai suatu kotak. Sumber emisi tersebar
merata di permukaan bawah kotak dengan prinsip berdasarkan kepada persamaan
kesetimbangan massa :
Laju Akumulasi = (Laju Semua Aliran Masuk – Laju Semua Aliran Keluar ) +
(Laju Pembentukan –Laju Penghilangan)

Gambar 2 Sketsa area dalam box model dengan kecepatan angin (u), konsentrasi
(C), laju emisi (Q), mixing height (h), panjang area (p), lebar area (l).

Kelemahan dari model ini adalah tidak memperhitungkan penyebaran
polutan pada arah vertikal maupun horizontal, hanya mengasumsikan bahwa emisi
polutan bukan merupakan reaksi kimia, difusi dari sumber-sumber individu tidak
disarankan untuk memakai model ini, sehingga cocok untuk mengestimasi dari
semua sumber polutan dengan data meteorologi sederhana yaitu kecepatan angin
dan ketinggian lapisan percampuran (Arya 1999).
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menduga kualitas udara di suatu
daerah yaitu penelitian yang dilakukan oleh Satria (2006) konsentrasi di Jalan
M.H Thamrin menggunakan perhitungan box-model “street canyon” rata-rata
berada dibawah baku mutu di dapatkan nilai konsentrasi CO tertinggi pada hari
kerja yang terjadi pada pagi hari dan sore hari sebesar 11.10 mg/m3 nilai ini
melebihi batas baku mutu untuk pengukuran 24 jam dan yang terendah sebesar
0.56 mg/m3, pada hari libur konsentrasi CO antara 0.35 sampai dengan 6.09
mg/m3. Penelitian lainnya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Paramitadevi pada
(2014) konsentrasi CO di sekitar tol pintu Tol Baranangsiang Bogor yang
menggunakan model Finite Length Line Sources dan hasil seluruhnya masih berada
di bawah baku mutu. Sumber emisi CO di sekitar pintu Tol Baranangsiang Bogor
sebagian besar dihasilkan dari jenis kendaraan penumpang golongan I dan II.
Konsentrasi CO dari hasil permodelan FLLS berkisar antara 3671-5453 μg/Nm3
pada titik bahu kiri dan kanan jalan (± 20 m dari sumber, sebelah timur dan barat
ruas jalan utama) dengan konsentrasi tertinggi pada 1 September 2013 di titik
bahu jalan kiri pukul 15.40-16.40 WIB sebesar 5453 μg/Nm3.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan mulai Desember 2014 hingga April 2015 di
Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer, Departemen Geofisika dan
Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Lokasi pengamatan di ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup,
Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.

Bahan
Data sampel jumlah dan jenis kendaraan yang melintas di Jalan Raya
Mayor Oking, Data faktor emisi (sumber: Kementrian Lingkungan Hidup), Data
panjang jalan, lebar wilayah kajian (pengukuran langsung di lokasi), Data
kecepatan angin (hasil pengukuran langsung di lokasi), Data Mixing Height
Citeureup yang terletak pada 6.48˚ LS dan 106.8˚ BT (sumber :
http://www.ready.noaa.gov/ready2-bin/stability2a.pl)

Alat
Seperangkat alat komputer dengan perangkat lunak Ms.Word, Ms.Excel,
Minitab 16, Meteran, Stopwatch, Anemometer, Alat tulis, Counter.

Prosedur Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan pengukuran langsung
dilapang yaitu dengan cara mengukur panjang jalan di lokasi penelitian,lebar
area, pengukuran kecepatan angin dan menghitung jumlah dan jenis kendaraan
bermotor (mobil, bis, truk dan sepeda motor) yang melintas di sepanjang Jalan
Raya Mayor Oking (Gambar 3), ruas jalan tersebut adalah satu jalur, setiap
kendaraan bermotor yang melewati Kecamatan Citeureup pasti mengitari ruas
Jalan Raya Baru Puspa Negara dan Jalan Raya Mayor Oking.
Pengamatan dilakukan secara langsung selama 8 hari yaitu pada 4 hari
mewakili hari sibuk kerja (Senin, Selasa, Rabu, Kamis) dan 4 hari libur (Sabtu,
Minggu) dan dilakukan 2 kali pengamatan dalam sehari yaitu 1 jam terpadat
kendaraan di pagi hari pukul 06.00 - 07.00 WIB dan 1 jam terpadat kendaraan di
sore hari pukul 16.00-17.00 WIB.

Sumber : Google Maps, di unduh tanggal 19 Juni 2015
Gambar 3 Lokasi penelitian di ruas Jalan Raya Mayor Oking Citeureup
2. Perhitungan, Pengolahan dan Analisis Data
a. Perhitungan Beban Emisi Kendaraan Bermotor
Secara umum perhitungan estimasi beban emisi mengikuti persamaan
(Zhongan et al. 2005) sebagai berikut:
Beban emisi = FE . N . L ............(1)
Keterangan :
Beban emisi : Total emisi dari kendaraan (g/Jam).
FE (Faktor Emisi) : Massa pencemar per unit aktivitas (g/km).
N : Jumlah kendaraan per jam
L : panjang jalan (km).
Faktor Emisi
Faktor emisi adalah jumlah polutan yang diemisikan dari kendaraan per
unit jarak (g/km). Faktor emisi yang digunakan dalam menentukan beban emisi
polutan dalam penelitian ini adalah faktor emisi Indonesia dari Kementrian
Lingkungan Hidup seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Faktor emisi Indonesia yang bersumber dari Kementrian Lingkungan
Hidup berdasarkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2010 tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di daerah (KLH 2011),
yaitu :
1. Kriteria penetapan faktor emisi (FE) ditetapkan yang digunakan adalah
sebagai berikut :

a. Data hasil pengukuran baik yang dilakukan di Indonesia ataupun
Negara lain
b. Hasil simulasi dengan menggunakan input data kondisi Indonesia
c. Pendekatan nilai ekonomi bahan bakar yaitu banyaknya bahan bakar
yang digunakan (fuel economy)
d. Kesepakatan pakar
2. Faktor emisi ditetapkan untuk 4 klasifikasi kendaraan besar yaitu :
a. Sepeda motor
 Roda 2, dan roda 3
b. Mobil (mix)
 Sedan, jeep, van/minibus, taksi, angkutan umum, pick-up
 Berbahan bakar bensin
 Berbahan bakar solar
c. Bis
d. Truk
3. Nilai faktor emisi yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 2.
4. Faktor emisi kendaraan bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Karakteristik geografi (meteorologi dan variasi kontur)
b. Karakteristik bahan bakar
c. Teknologi kendaraan
d. Pola kecepatan kendaraan bermotor
Dengan asumsi :
a. Karakteristik geografi kota di seluruh Indonesia diasumsikan
seragam.
b. Karakteristik bahan bakar di seluruh Indonesia diasumsikan
seragam.
c. Teknologi kendaraan bermotor sebanding dengan umur
kendaraan bermotor dan dapat diasumsikan seragam
distribusinya di seluruh Indonesia.
Data faktor emisi yang digunakan dalam perhitungan diperoleh dari
Kementrian Lingkungan Hidup seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Faktor emisi CO, NOx, SO2, HC dan PM10 kendaraan bermotor di
Indonesia (gram/km)
Kategori
CO
Sepeda Motor
14
Mobil (bensin)
40
Mobil (solar)
2.8
Mobil *(mix)
32.4
Bis
11
Truk
8.4
Sumber : KLH 2011
(*dalam Rahmawati 2009)

NOx
0.29
2
3.5
2.3
11.9
17.7

SO2
0.008
0.026
0.44
0.11
0.93
0.82

HC
5.9
4
0.2
3.2
1.3
1.8

PM10
0.24
0.01
0.53
0.12
1.4
1.4

b. Perhitungan Konsentrasi Box-Model
Persamaan Box-Model di asumsikan ketika laju emisi konstan dan atmosfer
tenang yaitu (Hassan and Crowther 1998) :
C=

��

ℎ�

............ (2)

Keterangan :
C
= Konsentrasi polutan (µg/m3)
L
= Panjang wilayah kajian (m)
q
= Laju emisi polutan wilayah kajian (gr/m2s)
u
= Kecepatan angin (m/s)
h
= Ketinggian mixing height (m)
Dalam penerapan model kotak ini diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Permukaan kotak berukuran panjang dan lebar.
Polutan tercampur sempurna hingga ketinggian h (mixing layer).
Konsentrasi polutan seragam.
Kecepatan angin konstan.
Laju emisi polutan Q (g/s) dalam area kajian adalah konstan ; biasanya
dinyatakan sebagai laju emisi per satuan luas q (g/m2s), sehingga Q=qA ;
A = p x l adalah luas area kajian.
6. Tidak ada polutan yang masuk atau keluar bagian atas kotak atau melalui
kedua sisi yang sejajar dengan arah angin.
7. Sifat polutan adalah stabil.

3. Analisis data
Uji beda nyata untuk kontribusi beban emisi berdasarkan jenis kendaraan
bermotor pada hari kerja dan hari libur dianalisis menggunakan analisis statistik
menggunakan uji dua arah dengan Software Minitab 16, untuk mengetahui
korelasi antara kecepatan angin dan konsentrasi emisi kendaraan bermotor
dilakukan dengan regresi linier.
Berikut ini disampaikan gambar alur pengolahan data untuk mengestimasi
beban emisi dan menduga konsentrasi Karbon monoksida, Nitrogen oksida, Sulfur
dioksida, Hidro karbon dan PM10 di lokasi (Gambar 4).
Mulai

Panjang Jalan

Data Volume
Lalu Lintas

Faktor Emisi

Estimasi Beban Emisi
Kendaraan Bermotor
Dimensi Kotak
(panjang jalan,
lebar area)

Data Meteorologi
(kecepatan angin,
mixing height)
Asumsi
Model Simulasi
(Box-Model)
Pendugaan Konsentrasi
Emisi Kendaraan
Bermotor

Konsentrasi CO, NOx,
SO2, HC, PM10
Gambar 4 Diagram alir pendugaan konsentrasi emisi CO, NOx, SO2, HC, PM10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Kendaraan Bermotor
Hasil pengamatan lapangan terlihat jumlah total kendaraan terpadat melintas
di ruas Jalan Mayor Oking di pagi hari (Gambar 5) pada hari kerja (weekdays)
mencapai 3105 unit kendaraan dengan jumlah motor 2638 unit, jumlah mobil 447
unit, jumlah truk 13 unit dan jumlah bis 7 unit sedangkan jumlah kendaraan
terendah adalah jumlah kendaraan pada hari libur (weekend) yaitu 2352 unit
dengan jumlah motor 1943 unit, jumlah mobil 398 unit, jumlah truk 6 unit dan
jumlah bis 5 unit.

Gambar 5 Jumlah kendaraan di ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup
Kecamatan Citeureup di jam terpadat pagi hari
Jumlah total kendaraan di sore hari tidak berbeda jauh dengan jumlah total
kendaraan di pagi hari. Jumlah total kendaraan terpadat di sore hari (Gambar 6)
pada hari kerja (weekdays) mencapai 2767 unit kendaraan dengan jumlah motor
2239 unit, jumlah mobil 477 unit, jumlah truk 33 unit dan jumlah bis 18 unit
sedangkan jumlah kendaraan terendah adalah jumlah kendaraan pada hari libur
(weekend) yaitu 2554 unit dengan jumlah motor 2057 unit, jumlah mobil 470 unit,
jumlah truk 18 unit dan jumlah bis 9 unit (Lampiran 3).

Gambar 6

Jumlah kendaraan di ruas Jalan Mayor Oking Desa Citeureup
Kecamatan Citeureup di jam terpadat sore hari

Dari hasil pengamatan yang disajikan kedua gambar grafik di atas
(Gambar 5 dan Gambar 6) dapat dilihat bahwa jenis kendaraan yang paling
banyak ditemui di jalan raya adalah sepeda motor dan kendaraan yang paling
sedikit jumlahnya adalah bis dan truk. Rata-rata jumlah kendaraan tertinggi yang
melintas di ruas Jalan Mayor Oking pada pagi dan sore hari yaitu pada hari kerja
yaitu 2936 unit, dan yang terendah pada hari libur sebesar 2453 unit. Aktivitas
kendaraan di Citeureup sangat tinggi pada hari kerja (weekdays) dan aktivitas
kendaraan cukup rendah saat hari libur (weekend) hal ini dikarenakan pada hari
kerja sebagian besar masyarakat melakukan aktivitas untuk bekerja, sekolah,
kegiatan komersial dan kegiatan lainnya, sedangkan pada hari libur masyarakat
sekitar mempergunakannya untuk beristirahat di rumah, dan pada hari libur juga
jarang sekali ditemukan kendaraan dengan plat luar kota karena di Citeureup tidak
terlalu banyak daerah pariwisata dan kuliner yang menarik.
Beban Emisi dan Konsentrasi Emisi Kendaraan Bermotor
Beban emisi adalah besarnya emisi yang masuk kendalam udara ambien
dari suatu kegiatan di suatu daerah selama satu kurun waktu tertentu. Konsentrasi
Emisi adalah kandungan emisi atau polutan yang berada di udara ambien dalam
suatu ruang atau volume udara.
Karbon Monoksida (CO)

Beban emisi CO (g/jam)

Karbon monoksida merupakan gas yang timbul dari pembakaran yang
tidak sempurna bahan bakar yang mengandung karbon, bersifat tidak berasa dan
tidak berbau, sangat stabil, dan dapat bertahan di atmosfer 2-4 bulan. Di atmosfer
CO dapat teroksidasi menjadi karbon dioksida (CO2), sehingga peningkatan
jumlah CO di udara akan meningkatkan jumlah CO2 di atmosfer. CO2 memiliki
kemampuan meneruskan radiasi matahari dan menyerap radiasi gelombang
panjang dari bumi, sehingga akan terjadi peningkatan suhu atmosfer, yang dikenal
sebagai efek rumah kaca.
Beban emisi CO di lokasi pada pagi dan sore hari tidak berbeda jauh
karena sama-sama pada jam terpadat kendaraan (Lampiran 4), beban emisi CO
rata-rata pada jam terpadat di pagi hari dan sore hari yang diestimasi dari hasil
pengamatan di ruas Jalan Mayor Oking sepanjang 2.5 km adalah sebagaimana
tersaji pada Gambar 7 & 8. Beban emisi CO terbesar pada jam terpadat kendaraan
di pagi hari adalah pada hari-hari kerja sebesar 128464 g/jam dengan beban emisi
CO yang dikeluarkan motor 91975 g/jam, mobil 36024 g/jam, truk 267 g/jam, dan
bis sebanyak 199 g/jam. Beban emisi CO terendah yaitu pada hari libur sebesar
100131 g/jam dengan beban emisi CO yang dikeluarkan motor 67746 g/jam,
mobil 32131 g/jam, truk 131 g/jam, dan bis sebanyak 123 g/jam.
Mobil

150000

Motor
100000

Truk
Bis

50000

Total
0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 7 Beban emisi CO rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan
Mayor Oking pada jam terpadat kendaraan pagi hari

Beban emisi CO (g/jam)

Hal ini dikarenakan kuantitas terbesar kendaraan yang melintas di jam
terpadat di pagi hari pada hari kerja sebanyak 3105 unit kendaraan dibandingkan
dengan hari libur dengan jumlah kendaraan sebanyak 2352 unit kendaraan.Hasil
akumulasi beban emisi CO dengan kuantitas terbesar pada jam terpadat kendaraan
di sore hari (Gambar 8) adalah pada hari kerja sebesar 117720 g/jam dengan
beban emisi CO yang dikeluarkan motor 78065 g/jam, mobil 38465 g/jam, truk
690 g/jam, dan bis sebanyak 500 g/jam. Beban emisi CO terendah pada jam
terpadat kendaraan di sore hari yaitu pada hari libur sebesar 110242 g/jam dengan
beban emisi CO yang dikeluarkan motor 71694 g/jam, mobil 37920 g/jam, truk
382 g/jam, dan bis sebanyak 247 g/jam.

Mobil

120000
100000

Motor

80000
Truk

60000
40000

Bis

20000

Total

0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 8 Beban emisi CO rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan sore hari
Pada hari-hari kerja memiliki rata-rata beban emisi CO tertinggi di jam
terpadat kendaraan pagi dan sore hari sebesar 123092 g/jam dan yang terendah
adalah hari libur sebesar 105187 g/jam. Hal ini terjadi karena rata-rata jumlah
kendaraan yang melintas lebih banyak pada hari-hari kerja (weekdays) yaitu 2936
unit dibandingkan di hari libur (weekend) dengan total 2453 unit.
Tabel 3 Konsentrasi ambien CO rata-rata dari kendaraan bermotor di Jalan
Mayor Oking Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Pengamatan
Hari Kerja
Hari Libur

Konsentrasi CO
Pagi
(µg/m3)
198
192

Konsentrasi CO
sore
(µg/m3)
21
13

Baku mutu
(µg/m3)
30000
30000

Berdasarkan Tabel 3 hasil perhitungan konsentrasi CO rata-rata pada hari
kerja pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 198 µg/m3dan pada
sore hari sebesar 21 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari kerja pada jam
terpadat kendaraan pagi hari yaitu hari Senin sebesar 289 µg/m3 dan sore hari
yaitu hari Rabu sebesar 27 µg/m3 (Lampiran 5), untuk konsentrasi CO rata-rata
pada hari libur pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 192 µg/m

dan pada sore hari sebesar 13 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari libur pada
jam terpadat kendaraan pagi hari yaitu hari Sabtu tanggal 4 April 2015 sebesar
353 µg/m3 dan sore hari yaitu hari Sabtu tanggal 4 April 2015 sebesar 15 µg/m3.
Baku mutu untuk konsentrasi CO pada pengukuran 1 jam adalah sebesar 30000
µg/m3 (Lampiran 14). Konsentrasi CO di Jalan Mayor Oking rata-rata di bawah
batas baku mutu pada pagi dan sore hari baik pada hari kerja dan hari libur hal ini
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di lokasi dan juga di
pengaruhi oleh kecepatan angin dan tinggi lapisan percampuran yang berperan
sebagai pengenceran dan dispersi polusi udara .
Karbon monoksida memiliki korelasi dengan volume lalu lintas.
Volume lalu lintas yang padat akan meningkatkan akumulasi CO di atmosfer
(Seinfeld 1986). Kontribusi rata-rata beban emisi CO di jam terpadat kendaraan
pada pagi dan sore hari berdasarkan jenis kendaraan yang melintas diperoleh
bahwa yang paling besar persentase emisi adalah untuk jenis kendaraan sepeda
motor sekitar 66.3 - 69.1 % diikuti oleh kendaraan mobil sekitar 30.3 - 33.3 %
truk 0.2 - 0.4 % dan bis 0.2 - 0.3 % (Tabel 4), setelah dilakukan uji nyata
menggunakan proporsi dua arah beban emisi CO mobil, motor, truk, bis nilai
p-value sebesar 0.000 pada taraf nyata 5% yang berarti bahwa cukup bukti
proporsi beban emisi CO mobil, motor, truk dan bis di hari kerja tidak sama
banyak dengan di hari libur (Lampiran 15)
Karbon monoksida tergolong gas yang beracun dan mematikan, saat
terhirup akan diserap dalam darah dan berikatan dengan hemoglobin sehingga
akan menurunkan kemampuan mengikat oksigen dan dapat menimbulkan sakit
kepala, anemia dan penyakit jantung dan paru-paru kronik. Pada konsentrasi lebih
dari 750 ppm CO bersifat mematikan (Wark & Warner 1981).
Tabel 4 Kontribusi beban emisi CO rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Pengamatan
Hari kerja
Hari libur

Mobil (%)
30.3
33.3

Motor (%)
69.1
66.3

Truk (%)
0.4
0.2

Bis (%)
0.3
0.2

Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen Oksida terdiri dari NO dan NO2. Sumber utama yaitu dari
pembakaran bahan bakar dengan suhu tinggi. NO di atmosfer mudah teroksidasi
menjadi NO2, Nitrogen Monoksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau sebaliknya Nitrogen Dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan
berbau tajam (Fardiaz 1992).
Beban emisi NOx terbesar di jam terpadat kendaraan pada pagi hari
adalah pada hari-hari kerja sebesar 5239 g/jam dengan beban emisi NOx yang
dikeluarkan motor 1905 g/jam, mobil 2557 g/jam, truk 562 g/jam, dan bis
sebanyak 215 g/jam. Beban emisi NOx terendah yaitu pada hari libur sebesar 4093
g/jam dengan beban emisi NOx yang dikeluarkan motor 1403 g/jam, mobil 2281
g/jam, truk 275 g/jam, dan bis sebanyak 133 g/jam (Gambar 9). Beban emisi NOx
terbesar di jam terpadat kendaraan pada sore hari adalah pada hari-hari kerja

Beban emisi NOx (g/jam

sebesar 6343 g/jam dengan beban emisi NOx yang dikeluarkan motor 1617 g/jam,
mobil 2731 g/jam, truk 1454 g/jam, dan bis sebanyak 541 g/jam.
6000
5000

Mobil

4000

Motor

3000

Truk

2000

Bis

1000

Total

0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 9 Beban emisi NOx rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan pagi hari

Beban emisi NOx (g/jam)

Beban emisi NOx terendah yaitu di hari libur sebesar 5248 g/jam dengan
beban emisi NOx yang dikeluarkan motor 1485 g/jam, mobil 2692 g/jam, truk
804 g/jam, dan bis sebanyak 267 g/jam (Gambar 10). Rata-rata beban emisi NOx
pada jam terpadat kendaraan baik pagi dan sore hari, yang memiliki jumlah beban
emisi tertinggi adalah pada hari-hari kerja sebesar 5791 g/jam dan yang terendah
adalah pada hari libur sebesar 4671 g/jam (Lampiran 6) .
8000
Mobil
6000

Motor

4000

Truk

2000

Bis
Total

0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 10 Beban emisi NOx rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan sore hari
Jumlah beban emisi rata-rata NOx untuk truk dan bis menjadi lebih besar
karena faktor emisi NOx untuk kendaraan truk dan bis lebih besar dari polutan
lainnya yaitu 17.7 g/km dan bis sebesar 11.9 g/km. Berdasarkan Tabel 5 hasil
perhitungan konsentrasi NOx rata-rata pada hari kerja pada jam terpadat
kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 8 µg/m3dan pada sore hari sebesar 1.1 µg/m3.
Konsentrasi tertinggi pada hari kerja pada jam terpadat kendaraan pagi hari yaitu
hari Senin sebesar 11 µg/m3 dan sore hari yaitu hari Kamis sebesar 1.6 µg/m3
(Lampiran 7), untuk konsentrasi NOx rata-rata pada hari libur pada jam terpadat
kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 9 µg/m dan pada sore hari sebesar 0.6
µg/m3.

Tabel 5 Konsentrasi ambien NOx rata-rata dari kendaraan bermotor di Jalan
Mayor Oking Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Pengamatan
Hari Kerja
Hari Libur

Konsentrasi NOx
pagi

Konsentrasi NOx
sore

Baku mutu

(µg/m3)
8
9

(µg/m3)
1.1
0.6

(µg/m3)
400
400

Konsentrasi tertinggi pada hari libur pada jam terpadat kendaraan pagi hari
yaitu hari Sabtu 28 Maret 2015 sebesar 15 µg/m3 dan sore hari yaitu hari Sabtu 4
April 2015 sebesar 1 µg/m3 (Lampiran 7). Baku mutu untuk konsentrasi NOx pada
pengukuran 1 jam adalah sebesar 400 µg/m3. Konsentrasi NOx di Jalan Mayor
Oking rata-rata dibawah batas baku mutu pada pagi dan sore hari baik pada hari
kerja dan hari libur.
Kontribusi beban emisi rata-rata NOx di jam terpadat kendaraan pada pagi
dan sore hari berdasarkan jenis kendaraan yang melintas diperoleh bahwa yang
paling besar persentase beban emisi NOx adalah untuk jenis kendaraan mobil
sekitar 46 - 53 %, kemudian kontribusi terbesar kedua diikuti oleh kendaraan
sepeda motor sekitar 31 - 30 % hal ini disebabkan oleh beban emisi motor lebih
sedikit dari mobil meskipun jumlah mobil tidak sebanyak jumlah motor yang
melintas dikarenakan faktor emisi NOx untuk motor lebih rendah dari mobil yaitu
faktor emisi jenis kendaraan sepeda motor yaitu 0.29 g/km dan faktor emisi untuk
mobil sebesar 2.3 g/km kemudian kontribusi truk 12 - 17 % dan bis 4 - 7 % (Tabel
6). setelah dilakukan uji nyata menggunakan proporsi dua arah beban emisi NOx
mobil, truk, dan bis nilai p-value sebesar 0.000 pada taraf nyata 5% yang berarti
bahwa cukup bukti proporsi beban emisi NOx mobil, truk dan bis di hari kerja
tidak sama banyak dengan di hari libur, sedangkan kontribusi beban emisi NOx
dari motor tidak ada perbedaan proporsi beban emisi NOx antara hari kerja dan
hari libur dengan nilai p-value 0.578 (Lampiran 16)
Polutan NOx menimbulkan dampak pada kesehatan seperti iritasi mata dan
hidung, gangguan pernapasan, radang paru-paru (pneumonia) bahkan kematian.
Nitrogen Oksida yang berada di udara dapat membentuk partikel Nitrogen Oksida
seperti nitrat yang berukuran sangat halus sehingga dapat masuk ke jaringan
sensitif paru-paru dan menyebabkan atau memperburuk penyakit pernapasan
seperti bronkhitis dan emfisema (KLH 2013).
Tabel 6 Kontribusi beban emisi NOx rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Pengamatan
Hari kerja
Hari libur

Mobil (%)
46
53

Motor (%)
30
31

Truk (%)
17
12

Bis (%)
7
4

Sulfur Dioksida (SO2)

Beban emisi SO2 (g/jam)

Sulfur Dioksida merupakan gas yang tidak berwarna, tapi memiliki rasa
dan bau yang kuat. Bersifat larut dalam air, iritatif dan korosif. dampak dari
polutan SO2 terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan iritasi pada sistem
pernapasan, seperti pada selaput lendir hidung, tenggorokan dan saluran udara di
paru-paru. Selain berpengaruh buruk terhadap kesehatan, polutan SO2 juga
berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Di udara SO2 dapat terlarut dalam uap
air yang kemudian membentuk asam dan turun sebagai hujan asam. Jika terjadi
hujan asam, maka akan terjadi kerusakan tanaman dan material. Dampak hujan
asam dapat terjadi pada wilayah yang jauh dari sumber pencemar SO2 karena
adanya pengaruh meteorologi terutama angin. Selain menyebabkan hujan asam,
SO2 juga dapat mengurangi jarak pandang karena gas maupun partikel SO2
mampu menyerap cahaya sehingga menimbulkan kabut (KLH 2013).
Beban emisi SO2 terbesar pada jam terpadat kendaraan di pagi hari adalah
pada hari-hari kerja sebesar 218 g/jam dengan beban emisi SO2 yang dikeluarkan
motor 53 g/jam, mobil 122 g/jam, truk 26 g/jam, dan bis sebanyak 17 g/jam.
Beban emisi SO2 terendah yaitu pada hari libur sebesar 171 g/jam dengan beban
emisi SO2 yang dikeluarkan motor 39 g/jam, mobil 109 g/jam, truk 13 g/jam, dan
bis sebanyak 10 g/jam (Gambar 11).

250
Mobil

200

Motor

150

Truk

100

Bis
50
Total
0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 11 Beban emisi SO2 rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan pagi hari
Pada sore hari beban emisi SO2 terbesar di jam terpadat kendaraan juga
pada hari-hari kerja sebesar 285 g/jam dengan beban emisi SO2 yang dikeluarkan
motor 45 g/jam, mobil 131 g/jam, truk 67 g/jam, dan bis sebanyak 42 g/jam.
Beban emisi SO2 terendah yaitu pada hari libur sebesar 228 g/jam dengan beban
emisi SO2 yang dikeluarkan motor 41 g/jam, mobil 129 g/jam, truk 37 g/jam,
dan bis sebanyak 21 g/jam (Gambar 12).

Beban emisi SO2 (g/jam)

300
250

Mobil

200

Motor

150

Truk

100

Bis

50

Total

0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 12 Beban emisi SO2 rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan sore hari
Beban emisi SO2 rata-rata di jam terpadat kendaraan baik pagi dan sore
hari yang memiliki jumlah beban emisi SO2 tertinggi adalah hari kerja sebesar 251
g/jam dan yang terendah pada hari libur sebesar 199 g/jam (Lampiran 8).
Berdasarkan Tabel 7 hasil perhitungan konsentrasi SO2 rata-rata pada hari kerja
pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 0.3 µg/m3dan pada sore
hari sebesar 0.1 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari kerja pada jam terpadat
kendaraan pagi hari yaitu hari Senin sebesar 0.44 µg/m3 dan sore hari yaitu hari
Kamis sebesar 0.07 µg/m3 (Lampiran 9), untuk konsentrasi SO2 rata-rata pada hari
libur pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 0.3 µg/m dan pada
sore hari sebesar 0.03 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari libur pada jam
terpadat kendaraan pagi hari yaitu hari Sabtu 4 April 2015 sebesar 0.62 µg/m3 dan
sore hari yaitu hari Sabtu 4 April 2015 sebesar 0.05 µg/m3 (Lampiran 9). Baku
mutu untuk konsentrasi SO2 pada pengukuran 1 jam adalah sebesar 900 µg/m3.
Konsentrasi SO2 di Jalan Mayor Oking rata-rata di bawah batas baku mutu pada
pagi dan sore hari baik pada hari kerja dan hari libur.

Tabel 7 Konsentrasi ambien SO2 rata-rata dari kendaraan bermotor di Jalan
Mayor Oking Citeureup pada jam terpadat kendaraan
Pengamatan
Hari Kerja
Hari Libur

Konsentrasi SO2
pagi

Konsentrasi SO2
sore

Baku mutu

(µg/m3)
0.3
0.3

(µg/m3)
0.1
0.03

(µg/m3)
900
900

Kontribusi total beban emisi SO2 di jam terpadat kendaraan pada pagi dan
sore hari berdasarkan jenis kendaraan yang melintas diperoleh bahwa kontribusi
terbesar persentase beban emisi SO2 adalah untuk jenis kendaraan mobil sekitar
50 - 60 % diikuti oleh kendaraan sepeda motor sekitar 19 - 20 % hal ini
disebabkan oleh faktor emisi SO2 untuk mobil lebih tinggi sebesar 0.11 g/km dari
faktor emisi jenis kendaraan sepeda motor yaitu 0.008 g/km meskipun jumlah
mobil tidak sebanyak jumlah motor yang melintas, kemudian kontribusi truk 13 19 % dan bis 8 - 12 % (Tabel 8), setelah dilakukan uji nyata menggunakan

proporsi dua arah beban emisi SO2 mobil dan truk memiliki nilai p-value < 0.05
yang berarti bahwa cukup bukti proporsi beban emisi SO2 mobil dan truk di hari
kerja tidak sama banyak dengan di hari libur, sedangkan kontribusi beban emisi
SO2 dari motor dan bis memiliki nilai p-value > 0.05 yang berarti tidak ada
perbedaan antara proporsi beban emisi SO2 di hari kerja dan hari libur (Lampiran
17).
Tabel 8 Kontribusi beban emisi SO2 rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Pengamatan
Hari kerja
Hari libur

Mobil (%)
50
60

Motor (%)
19
20

Truk (%)
19
13

Bis (%)
12
8

Hidro Karbon (HC)

Beban emisi HC (g/jam)

HC merupakan senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon dan
hidrogen, kendaraan bermotor merupakan sumber utama hidrokarbon. Hasil
pembakaran bahan bakar fossil dan evaporasi dari bensin.
Beban emisi HC terbesar pada jam terpadat kendaraan di pagi hari adalah
pada hari-hari kerja sebesar 42399 g/jam dengan beban emisi HC yang
dikeluarkan motor 38761 g/jam, mobil 3558 g/jam, truk 57 g/jam, dan bis
sebanyak 23 g/jam. Beban emisi HC terendah yaitu pada hari libur sebesar 31766
g/jam dengan beban emisi HC yang dikeluarkan motor 28550 g/jam, mobil 3173
g/jam, truk 28 g/jam, dan bis sebanyak 15 g/jam (Gambar 13).

50000

Mobil

40000

Motor

30000

Truk

20000

Bis

10000

Total

0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 13 Beban emisi HC rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan pagi hari
Pada sore hari beban emisi HC terbesar di jam terpadat kendaraan juga
pada hari-hari kerja sebesar 36905 g/jam dengan beban emisi SO2 yang
dikeluarkan motor 32899 g/jam, mobil 3799 g/jam, truk 148 g/jam, dan bis
sebanyak 59 g/jam. Beban emisi HC terendah yaitu pada hari libur sebesar 34070
g/jam dengan beban emisi HC yang dikeluarkan motor 30214 g/jam, mobil 3745
g/jam, truk 82 g/jam, dan bis sebanyak 29 g/jam (Gambar 14).

Beban emisi HC (g/jam)

40000

Mobil

30000

Motor

20000

Truk
Bis

10000

Total
0
Hari Kerja

Hari Libur

Gambar 14 Beban emisi HC rata-rata kendaraan bermotor di ruas Jalan Mayor
Oking pada jam terpadat kendaraan sore hari
Beban emisi HC rata-rata di jam terpadat kendaraan baik pagi dan sore
hari yang memiliki jumlah beban emisi HC tertinggi adalah hari kerja sebesar
39652 g/jam dan yang terendah pada hari libur sebesar 32918 g/jam (Lampiran
10). Berdasarkan Tabel 9 hasil perhitungan konsentrasi HC rata-rata pada hari
kerja pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 66 µg/m3dan pada
sore hari sebesar 6 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari kerja pada jam terpadat
kendaraan pagi hari yaitu hari Senin sebesar 98 µg/m3 dan sore hari yaitu hari
Rabu sebesar 8.4 µg/m3 (Lampiran 11), untuk konsentrasi HC rata-rata pada hari
libur pada jam terpadat kendaraan di pagi hari yaitu sebesar 61 µg/m dan pada
sore hari sebesar 4 µg/m3. Konsentrasi tertinggi pada hari libur pada jam terpadat
kendaraan pagi hari yaitu hari Sabtu 4 April 2015 sebesar 112 µg/m3 dan sore hari
yaitu hari Minggu 5 April 2015 sebesar 4.8 µg/m3 (Lampiran 11). Baku mutu
untuk konsentrasi HC pada pengukuran 1 jam tidak ada baku mutu, untuk HC
hanya ada baku mutu untuk waktu pengukuran 3 jam adalah sebesar 160 µg/m3.

Tabel 9 Konsentrasi ambien HC rata-rata dari kendaraan bermotor di Jalan
Mayor Oking Citeureup pada jam terpadat kendaraan

Pengamatan
Hari Kerja
Hari Libur

Konsentrasi HC
pagi

Konsentrasi HC
sore

Baku mutu (3 jam)

(µg/m3)
66
61

(µg/m3)
6
4

(µg/m3)
160
160

Kontribusi total beban emisi HC di jam terpadat kendaraan pada pagi dan
sore hari berdasarkan jenis kendaraan yang melintas diperoleh bahwa yang paling
besar persentase beban emisi adalah untuk jenis kendaraan motor sekitar
89.3 - 90.4 % diikuti oleh kendaraan mobil sekitar 9.3 - 10.5 % kemudian
kontribusi truk 0.2 - 0.3 % dan bis 0.1 % (Tabel 10). setelah dilakukan uji nyata
menggunakan proporsi dua arah beban emisi HC mobil, motor, dan truk memiliki
nilai p-value < 0.05 yang berarti bahwa cukup bukti proporsi beban emisi HC
mobil dan truk di hari kerja tidak sama banyak dengan di hari libur, sedangkan

kontribusi beban emisi HC dari bis memiliki nilai p-value > 0.05 yang berarti
tidak ada perbedaan antara proporsi beban emisi HC di hari kerja dan hari libur
(Lampiran 18).
Dampak Hidrokarbon yaitu mengganggu sistem saraf, mempengaruhi
tingkat kesuburan wanita, menyebabkan leukemia hingga menyebabkan kematian
apabila dihirup dalam jumlah yang banyak secara terus - menerus (KLH 2013).
Tabel 10 Kontribusi beban emisi HC rata-rata berdasarkan jenis kendaraan
bermotor di ruas Jalan Mayor Oking Citeureup
Pengamatan
Hari kerja
Hari libur

Mobil (%)
9.3
10.5

Motor (%)
90.4
89.3

Truk (%)
0.3
0.2

Bis (%)
0.1
0.1

PM10

Beban emisi PM10 (g/jam)

PM10 merupakan partikulat debu dengan ukuran