Peran Perempuan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Dan Pengaruhnya Terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga

i

PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGARUHNYA
TERHADAP SUMBANGAN EKONOMI KELUARGA

WULAN MUSTIKA
I34120137

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Perempuan
dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap

Sumbangan Ekonomi Keluarga adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Wulan Mustika
NIM. I34120137

v

ABSTRAK
WULAN MUSTIKA. Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga. Di bawah
bimbingan MAHMUDI SIWI.
Program pemberdayaan perempuan kepala keluarga (PEKKA) merupakan

program yang bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan perempuan kepala
keluarga.
Kota
Cimahi
merupakan
salah
satu
kota
yang
mengimplementasikannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
karakteristik perempuan, peran perempuan dalam keluarga, serta peran
perempuan peserta program PEKKA terhadap sumbangan pendapatan perempuan
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Hasil dari penelitian menunjukkan tidak
terdapat pengaruh nyata baik dari karakteristik responden peserta PEKKA, peran
dalam keluarga maupun peran dalam program PEKKA. Data kualitatif
menjelaskan bahwa meskipun tidak secara langsung, program PEKKA telah
memberikan kesempatan perempuan untuk memiliki penghasilan tambahan bagi
keluarga dengan mengadakan kegiatan pelatihan, pendampingan, pemberian
modal, dan magang.


Kata kunci:

Peran perempuan, Program pemberdayaan, Sumbangan pendapatan
ABSTRACT

WULAN MUSTIKA. The Role of Women in Community Empowerment Program
and its Influence to Their Family Economic Contribution. Supervised by
MAHMUDI SIWI.
The women family headed empowerment program (PEKKA) is a program
that aims to improve women’s empowerment. Cimahi is one of city that
implementating this program. The research was conduct to know the influence of
the characteristics of women, the role of women in the family, and the role of
women in the PEKKA Program to women’s economic contribution to fulfill the
family needs. The result of this research is there is no real influence of the entire
variabel to their family economic contribution. The quallitative datas explained
that even though it wasn’t directly, women have given the opportunity for having
the extra income for the family with training activities, giving financial capital,
and internship program.
Keywords:


Role of Women, Empowerment program, Economic contribution

vii

PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGARUHNYA
TERHADAP SUMBANGAN EKONOMI KELUARGA

WULAN MUSTIKA
I34120137

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2016

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang telah memberikan nikmat yang tak pernah putus sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Perempuan dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi
Keluarga. Puji dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW, keluarga beliau, dan para sahabat serta pengikutnya hingga hari akhir.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Mahmudi Siwi SP,
MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan, semangat,
dan bimbingan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis
juga menyampaikan cinta, hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada

orang tua tercinta Ayahanda Ahmad Saepudin dan Ibunda Yanti Murdiyanti, Adik
Riyadh Ahmad Faridz tersayang serta semua keluarga yang selalu mendukung,
memberikan semangat dan kasih sayang yang tidak pernah berkurang kepada
penulis.
Terimakasih penulis tujukan kepada Ibu Kokom selaku Pendamping
Lapang PEKKA Kota Cimahi, Ibu Ami dan seluruh staff Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMPPKB)
Kota Cimahi, seluruh pendamping lapang PEKKA setiap kelurahan di Kota
Cimahi, juga seluruh anggota PEKKA Kota Cimahi yang telah banyak membantu
penulis dan memberikan berbagai pelajaran berharga dalam proses penulisan
skripsi ini.
Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan sebimbingan
“Beskem Foundation” Widya Hasian Situmeang, Yunita Wini Damayanti,
Yudhiansyah Eka Saputra, dan Riza Riyanda yang selalu memotivasi dan
menyemangati penulis. Terimakasih untuk seluruh semangat, bantuan, candatawa dan kebersamaan untuk seluruh teman-teman SKPM 49, Lamboys (Yunita,
Nastuti, Citra, Annisa, Dinda, Gita, Patra, dan Hamzah), Pimpinan Kabinet
Gercep, Himasera 2015, Jurnalistik Himasiera 2015, Keluarga Cisarua, Keluarga
Besar Yayasan Sanggar Juara, akang- teteh Paguyuban Mahasiswa Bandung
(Pamaung) serta semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
penulisan skripsi ini selesai. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2016

Wulan Mustika

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pemberdayaan Masyarakat
Gender dan Pembangunan

Peran Perempuan dalam Pembangunan
Pemberdayaan Perempuan
Perempuan dalam Program Pemberdayaan
Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Kota Cimahi
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
Kondisi Ekonomi
GAMBARAN UMUM PROGRAM PEMBERDAYAAN KEPALA
KELUARGA (PEKKA)
KARAKTERISTIK KELUARGA RESPONDEN

Umur Responden
Tingkat Pendidikan Responden
Pekerjaan Responden
Jumlah Anggota Keluarga Responden
Status Responden dalam Keluarga
Status Perkawinan Responden
Ikhtisar
PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA
Peran Reproduktif Keluarga Responden
Peran Produktif Keluarga Responden
Peran Sosial Keluarga Responden
Akses dan Kontrol Keluarga Responden
Ikhtisar

xiii
xv
xvi
xvi
1
1

3
3
4
5
5
5
7
9
12
12
13
14
16
17
17
17
18
19
19
20

23
23
26
28
29
31
31
32
33
33
34
34
35
37
37
39
40
42
46

xiv

PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN
Kesejahteraan Perempuan
Akses Perempuan
Kesadaran Kritis Perempuan
Partisipasi Perempuan
Kontrol Perempuan
Ikhtisar
KONTRIBUSI PEREMPUAN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN KELUARGA
Pemenuhan Kebutuhan Sandang Keluarga
Pemenuhan Kebutuhan Pangan Keluarga
Pemenuhan Kebutuhan Papan Keluarga
Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak
Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan Keluarga
Ikhtisar
PENGARUH PERAN PEREMPUAN TERHADAP SUMBANGAN
EKONOMI KELUARGA
Ikhtisar
PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA TERHADAP
SUMBANGAN PENDAPATAN PEREMPUAN
Ikhtisar
PENGARUH PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA
TERHADAP SUMBANGAN PENDAPATAN PEREMPUAN
Ikhtisar
PENGARUH PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PEKKA
TERHADAP SUMBANGAN PENDAPATAN PEREMPUAN
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

47
47
48
49
51
51
52
53
53
54
55
56
57
58
59
61
63
64
65
67
69
70
71
71
72
73
75
85

xv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Tiga model pengembangan masyarakat
Klasifikasi peran gender
Alat analisis gender
Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian
Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian
Definisi operasional karakteristik keluarga
Definisi operasional peran perempuan
Definisi operasional peran perempuan dalam program pemberdayaan
Definisi operasional kontribusi perempuan dalam ekonomi rumah
tangga
Luas tanah menurut penggunaan di Kota Cimahi tahun 2012-2015
Luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kota Cimahi tahun 2014
Jumlah penduduk dan sex ratio di Kota Cimahi tahun 2014
Rasio beban tanggungan Kota Cimahi Tahun 2014
Jumlah dan persentase penduduk Kota Cimahi di atas usia 15 tahun
yang bekerja menurut sektor tahun 2012-2014
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut umur tahun 2016
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut tingkat pendidikan tahun 2016
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut pekerjaan tahun 2016
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut jumlah anggota keluarga tahun 2016
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut status responden dalam keluarga
Jumlah dan persentase responden peserta program PEKKA Kota
Cimahi menurut status perkawinan responden tahun 2016
Persentase profil aktivitas produktif keluarga responden peserta
program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016
Persentase profil aktivitas sosial keluarga responden peserta program
PEKKA Kota Cimahi tahun 2016
Persentase profil akses terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga
responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016
Persentase profil kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga
responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016
Nilai toleransi dan VIF pengaruh peran perempuan dan pengaruhnya
terhadap sumbagan ekonomi keluarga
Nilai signifikansi pengaruh peran perempuan terhadap sumbangan
pendapatan perempuan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
Nilai signifikansi pengaruh peran perempuan terhadap sumbangan
pendapatan perempuan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
Hasil uji regresi variabel karakteristik keluarga terhadap sumbangan
pendapatan perempuan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
Hasil uji regresi peran perempuan dalam keluarga terhadap
sumbangan ekonomi keluarga

6
8
11
16
18
19
20
21
22
23
24
24
25
26
29
30
31
32
32
32
35
37
39
40
59
59
60
63
65

xvi

30 Hasil uji regresi peran perempuan dalam program PEKKA terhadap
sumbangan pendapatan perempuan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga

69

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

17

18

19

Prospek peran perempuan dalam era global (Hubeis 2010).
Kerangka pemikiran
Piramida penduduk Kota Cimahi tahun 2015
Sebaran umur responden peserta PEKKA Kota Cimahi Tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi berdasarkan jumlah
anggota keluarga tahun 2016
Sebaran peran perempuan dalam sektor reproduktif responden peserta
PEKKA Kota Cimahi Tahun 2016
Sebaran peran perempuan dalam sektor produktif keluarga responden
peserta PEKKA Kota Cimahi Tahun 2016
sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi berdasarkan peran
sosial yang dikerjakan perempuan tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi berdasarkan akses
perempuan terhadap sumberdaya dan manfaat tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi berdasarkan kontrol
terhadap sumberdaya dan manfaat dalam keluarga tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut
kesejahteraan perempuan dalam program PEKKA tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut akses
perempuan dalam program PEKKA tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut kesadaran
kritis perempuan dalam program PEKKA tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut partisipasi
perempuan dalam program PEKKA tahun 2016
Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut kontrol
perempuan dalam program PEKKA tahun 2016
Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga tahun 2016
Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan sandang keluarga tahun 2016
Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan keluarga tahun 2016
Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan papan keluarga tahun 2016

11
15
27
32
33
38
40
42
44
45
47
49
50
51
52

53

54

55

56

xvii

20 Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan pendidikan anak tahun 2016
21 Sebaran responden peserta program PEKKA Kota Cimahi
berdasarkan persentase sumbangan pendapatan perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga tahun 2016

56

57

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Gambaran Lokasi Penelitian
Tulisan Tematik
Dokumentasi Penelitian

76
77
82

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma pembangunan
yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia
di lingkungannya, yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial1. Beberapa program diantaranya
diperuntukkan bagi sektor pertanian. Namun di Indonesia, pertanian justru menjadi
lambang kemiskinan akibat orientasi pembangunan yang mengedepankan sektor
manufaktur non pertanian dan properti (Busyairi 2008), meskipun pertanian
merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan negara terutama di
pedesaan. Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan
Transmigrasi No. 3 tahun 2015 mengenai Pendampingan Desa, yang dimaksud
dengan pemberdayaan desa adalah:
“Upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa.”

Hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah program pemberdayaan dan
pembangunan adalah hadirnya kesetaraan gender. Perempuan terkadang
dikesampingkan peran dan keterlibatannya dalam sebuah program pemberdayaan
dan pembangunan dengan anggapan perempuan tidak memiliki kemampuan yang
cukup dibandingkan dengan laki-laki. Adanya stereotipe atau pelabelan yang
mengakibatkan ketidakadilan pada perempuan, menurut Handayani dan Sugiarti
(2008) akibat pelabelan ini banyak tindakan-tindakan yang seolah-olah merupakan
kodrat. Perempuan identik dengan pekerjaan-pekerjaan di rumah, maka peluang
perempuan untuk bekerja di luar rumah sangat terbatas. Hubeis (2010) menyatakan
bahwa perempuan diminta berpartisipasi dalam pembangunan, tetapi pekerjaan
yang dianggap masyarakat sebagai kodrati perempuan tetap dituntut dilakukan
sendirian oleh perempuan. Peran ganda seolah-olah hanya milik perempuan. Hal
ini mengakibatkan perempuan ‘rumahan’ menjadi risau karena menganggap dirinya
tidak dapat berpartisipasi dalam konteks yang lebih luas.
Amal (1989) yang dikutip Ihromi (1995) menjelaskan berbagai pandangan
dari feminisme marxis yang memiliki perspektif wanita sebagai ‘kelas sosial’
tersendiri karena pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam sistem kapitalisme,
pekerjaan wanita yang hanya memproduksi barang yang bernilai guna sederhana
(simple-use values), misalnya makanan yang dimasak sendiri dan berbagai hasil
sederhana lainnya yang tidak memperoleh penghargaan yang semestinya, dan
bahkan diremehkan sebagai bukan pekerjaan atau pekerjaan yang ‘non-produktif’.
Hal yang dianggap ganjalan oleh paham Feminisme Marxis ini membuat pendapat
bahwa wanita juga diberi kesempatan untuk memiliki peran dalam kegiatan
1

Rahayu. Tanpa tahun. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat
Desa. [internet]. Diunduh pada Rabu, 9 September 2015, 20.18. dapat diunduh di :
http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/Pemberdayaan-masyarakat-desa.pdf

2

ekonomi. Tidak menutup kemungkinan, Feminisme Marxis pun membuka
kesempatan pada kaum perempuan untuk memiliki peran dalam sebuah program
pemberdayaan.
Adanya isu pengarusutamaan gender (PUG) menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak lagi dalam situasi ketidakadilan, salah satunya dalam peran dan
partisipasinya dalam pogram pemberdayaan. Menurut pendapat Hubeis (2010)
bahwa pemahaman gender dalam konteks Gender and Development (GAD) adalah
pencapaian kesetaraan dan kesederajatan atau kesederajatan dan keadilan dalam
tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Sajogyo (1983) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa menyertakan
wanita di pedesaan dalam proses pembangunan bukanlah berarti hanya sebagai
suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka. Tindakan berupa mengajak,
mendorong wanita di pedesaan dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan
sumber manusiawi dengan potensi tinggi. Dikutip dari Hubeis (2010)
pemberdayaan perempuan sebagai kebijakan pemerintah bertujuan untuk
memampukan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara aktif
tanpa menghapus peran reproduktif mereka. Berdasarkan posisi perempuan dalam
konteks keluarga, peran yang ditampilkan oleh perempuan sangat tergantung pada
proses interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga yang merupakan kelompok
primer. Hingga perempuan tidak saja bekerja di sektor domestik, melainkan dapat
menerima program pemberdayaan.
Kota Cimahi merupakan salah satu daerah yang melaksanakan program
pemberdayaan bagi masyarakatnya. Kota Cimahi ditetapkan menjadi kota
administratif setelah memisahkan diri dari Kabupaten Bandung pada tahun 1976
dan resmi menjadi kota otonom pada tahun 2001. Sejalan dengan upaya
pengarusutamaan gender, salah satu program pemberdayaan yang dilaksanakan
oleh pemerintah kota Cimahi salah satunya adalah Program Peningkatan Peranan
Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) yang digagas menurut
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 26 tahun 2009 tentang pedoman
pelaksanaan peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera.
Salah satu program yang dilaksanakan dalam implementasi P2WKSS adalah
Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Data susenas
tahun 2014 menurut BPS, menunjukkan terdapat 14,84 persen rumah tangga
dikepalai oleh perempuan. Program ini digagas untuk memberdayakan perempuan
kepala keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat
yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat.2 Menarik untuk diteliti mengenai
pengaruh dari peran perempuan dalam program pemberdayaan perempuan kepala
keluarga (PEKKA) terhadap sumbangan ekonomi keluarga.

Perumusan Masalah
Program P2WKSS merupakan upaya untuk meningkatkan peran perempuan
dalam pembangunan sebagai implementasi dari pengarusutamaan gender (PUG).
2

PEKKA. Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga. Tersedia pada :
http://www.pekka.or.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=101&It
emid=468&lang=id

3

Salah satu program yang dilaksanakan adalah PEKKA (Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga) yang bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan dalam
sektor diluar kegiatan reproduktif. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008) sebagai
anggota komunitas sosial perempuan juga melakukan kegiatan sosial yang
mencakup kegiatan sosial dan gotong royong dalam masyarakat. Sehingga perlu
diketahui mengenai bagaimana peran perempuan dalam program
pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) tersebut?
Pemberdayaan perempuan menurut Hubeis (2010) merupakan kebijakan
pemerintah untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara aktif tanpa menghapus
peran reproduksi mereka. Menurut Suharto (2010), pengembangan masyarakat
lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat
itu sendiri. Selanjutnya, program pemberdayaan yang dilaksanakan tentu
diharapkan dapat mengubah peran perempuan baik di dalam keluarganya maupun
di lingkungan sosial. Menurut pendekatan Women in Development (pendekatan
perempuan dalam pembangunan) yang diperkenalkan oleh United States Agency
for International Development (Moser 1989) dalam Sihite (2007), pemberrdayaan
perempuan memiliki anggapan bahwa perempuan merupakan sumberdaya yang
belum dimanfaatkan yang dapat memberikan sumbangan ekonomi dalam
pembangunan. Padangan ini dampaknya besar karena menjadi awal upaya
mempopulerkan proyek peningkatan penghasilan bagi perempuan. maka perlu
diketahui bagaimana keberhasilan program PEKKA dalam meningkatkan
peran perempuan dan kontribusinya dalam perekonomian keluarga?
Sejalan dengan hal tersebut, Hubeis (2010) menyatakan bahwa peran wanita
dalam dukungan dan kesempatan wanita untuk mendapatkan pekerjaan sangat
strategis dalam memampudayakan wanita dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Selain itu, penyediaan kesempatan kerja kepada wanita memiliki nilai
tambah dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa. Selain sektor
pekerjaan formal, sektor pekerjaan informal yang dapat diciptakan oleh program
pemberdayaan juga bermanfaat bagi perempuan. Maka setelah adanya program
pemberdayaan untuk perempuan, perlu diketahui mengenai bagaimana tingkat
pendapatan perempuan dan kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan
keluarga?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis peran perempuan
dalam program pemberdayaan masyarakat dan pengaruhnya terhadap sumbangan
ekonomi keluarga.
1.
2.
3.

Menganalisis peran perempuan dalam program Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga (PEKKA).
Menganalisis keberhasilan program PEKKA dalam meningkatkan peran
perempuan dan sumbangannya terhadap perekonomian keluarga.
Menganalisis tingkat pendapatan perempuan dan kontribusinya terhadap
pemenuhan kebutuhan keluarga.

4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat
dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh
yaitu:
1.

Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai peran
perempuan dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat dan dampaknya
terhadap keluarganya.

2.

Bagi Masyarakat
Penelitian ini membantu kepada masyarakat untuk menyikapi keberadaan
program pemberdayaan yang dapat bermanfaat khususnya bagi kaum
perempuan.

3.

Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan atau
program pengembangan yang dapat memberikan dampak positif dan negatif
terhadap kelangsungan hidup masyarakat khususnya kaum perempuan
sehingga kebijakan yang dibuat dapat bermanfaat.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata
‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan) (Suharto 2010). Ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kemudian, pemberdayaan
bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
beruntung (Ife 1995) dalam Suharto (2010). Dalam Suharto (2010) dikemukakan
pula pendapat Parsons et al. (1994) yang mengajukan tiga dimensi pemberdayaan
yang merujuk pada: (1) sebuah proses pembangunan yang bermula dari
pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi perubahan sosial
yang lebih besar. (2) sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya
diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. (3) pembebasan yang
dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi
orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orangorang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur
yang masih menekan.
Dikutip dari Ratnawati (2011) pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.
Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras (hard working),
kemandirian (self-reliance), hemat (efficiency), keterbukaan (open mind), sikap
tanggung jawab (responsible), adalah merupakan bagian pokok dari pemberdayaan
ini. Selain itu, tujuan dari pemberdayaan adalah untuk memperkuat kekuasaan
masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik
karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi
eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil) (Suharto 2010).
Selain itu disebutkan pula penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat
disingkat menjadi 5P yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan,
dan Pemeliharaan (Suharto 2010).
Pemungkinan merupakan upaya untuk menciptakan suasana atau iklim
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Penguatan yaitu
dengan memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam
memecahkan masalah. Perlindungan untuk melindungi masyarakat dari penindasan
kelompok kuat. Penyokongan dengan memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya, serta
pemeliharaan situasi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan
antar berbagai kelompok dalam masyarakat. Menurut Suharto (2010),
pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan
kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta
inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Berikut model pengembangan masyarakat
yang disampaikan pada Tabel 1:

6

Tabel 1 Tiga model pengembangan masyarakat
PARAMETER

PENGEMBANGAN
MAYARAKAT
LOKAL

PERENCANAAN
SOSIAL

AKSI SOSIAL

Kemandirian, integrasi
dan kemampuan
masyarakat (tujuan
proses)
Keseimbangan, kurang
kemampuan dalam relasi
dan pemecahan masalah

Pemecahan masalah
sosial yang ada di
masyarakat (tujuan
tugas/hasil)
Masalah sosial nyata:
kemiskinan,
pengangguran,
kenakalan remanja

Perubahan struktur
kekuasaan, lembaga
dan sumber (tujuan
proses & tugas)
Ketidakadilan,
kesengsaraan,
ketidakmerataan,
ketidaksetaraan

Asumsi mengenai
kepentingan
masyarakat

Kepentingan umum atau
perbedaan-perbedaan
yang dapat diselaraskan

Kepentingan yang
dapat diselaraskan
atau konflik
kepentingan

Konflik pengertian
yang tidak dapat
diselaraskan:
ketiadaan sumber

Konsepsi mengenai
kepentingan umum
Orientasi terhadap
struktur kekuasaan

Rational-unitary

Idealist-unitary

Realist-individualist

Struktur kekuasaan
sebagai kolaborator,
perwakilan

Struktur kekuasaan
sebagai pekerja dan
sponsor

Struktur kekuasaan
sebagai sasaran aksi,
dominasi elit
kekuasaan harus
dihilangkan

Sistem klien atau
sistem perubahan

Masyarakat secara
keseluruhan

Seluruh atau
sekelompok
masyarakat, termasuk
masyarakat
fungsional

Sebagian atau
sekelompok anggota
masyarakat tertentu

Konsepsi mengenai
klien atau penerima
pelayanan
Peranan masyarakat

Warga masyarakat atau
Negara

Konsumen

Korban

Partisipan dalam proses
pemecahan masalah
Pemungkin, koordinator,
pembimbing

Konsumen atau
penerima pelayanan
Peneliti, analis,
fasiltator,
pelaksanaan program
Mobilisasi organisasi
formal

Pelaku, elemen,
anggota
Aktivis advokasi:
agitator, broker,
negotiator
Mobilisasi
organisasi masa dan
politik
Katalisasi dan
pengorganisasian
masyarakat untuk
mengubah struktur
kekuasaan
Konflik atau unjuk
rasa, konfrontasi
atau tindakan
langsung, mobilisasi
massa, analisis
kekuasaan, mediasi,
agitasi, negosiasi,
pembelaan

Orientasi Tujuan

Asumsi mengenai
struktur masyarakat
dan kondisi
masalah

Peranan pekerja
social
Media perubahan

Mobilisasi kelompokkelompok kecil

Strategi perubahan

Pelibatan masyarakat
dalam perencanaan
masalah

Penentuan masalah
dan keputusan
melalui tindakan
rasional para ahli

Teknik perubahan

Konsensus dan diskusi
kelompok, partisipasi,
brain storming, role
playing, bimbingan dan
penyuluhan

Advokasi,
andragogy,
perumusan kebijakan,
perencanaan program

Sumber: Suharto (2010)

7

Ismawan (2003) yang dikutip Baroroh (2009) menyebutkan terdapat 5
(lima) program pengembangan yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan
penyelenggaraan kelompok swadaya yang disalurkan melalui tenaga-tenaga
pendamping kelompok, yaitu (1) Program pemberdayaan sumberdaya manusia
yang meiputi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan untuk anggota maupun
untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan latihan. (2) Program
pengembangan kelembagaan kelompok dengan membantu menyusun peraturanperaturan. (3) Program pemupukan modal swadaya dengan membangun sosial dan
kredit anggota dengan menghubungkan masyarakat dengan lembaga keuangan. (4)
Program pengembangan usaha, dan (5) Program penyediaan informasi tepat guna.
Pemberdayaan (empowerment) wanita merupakan upaya penguatan
terhadap ketidakberdayaan mereka agar mampu menolong diri sendiri, mandiri,
serta mengembangkan self reliancenya (Elizabeth 2007). Dalam penelitiannya,
pemberdayaan wanita merupakan proses transformasi yang lebih aplikatif untuk
menangkap berbagai perubahan alokasi sumber-sumber ekonomi, distribusi
manfaat, dan akumulasi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan rumah
tangga. Partisipasi perempuan menjadi faktor yang penting dalam sebuah program
pemberdayaan, di mana perempuan ikut merumuskan sendiri program atau kegiatan
apa yang tepat yang harus mereka lakukan, bagaimana proses pelaksanaannya,
melaksanakan kegiatan sendiri sesuai dengan peraturan yang mereka buat, serta ikut
melakukan evaluasi tentang apa yang mereka lakukan (Pratama 2013).
Gender dan Pembangunan
Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk
memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat
sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri biologis (Nugroho
2008). Gender menurut Sugandi (1996) dalam Muslikhati (2004) adalah suatu
sistem hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditetapkan secara
bilogik, melainkan merupakan rekayasa sosial berdasar nilai sosial dan budaya yang
hidup dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, politik,
budaya, hankam dan iptek. Sedangkan menurut Puspitawati, Dkk (2012) gender
mengacu pada peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang
dikonstruksikan oleh masyarakat. Termasuk dalam konsep gender adalah harapanharapan masyarakat mengenai ciri-ciri, sikap, dan perilaku perempuan dan laki-laki
(feminimitas dan maskulitas). Peran dan harapan tersebut dapat dipelajari, dapat
berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi menurut budaya masing-masing
masyarakat. Sedangkan menurut Handayani dan sugiarti (2008) pemahaman dan
pembeda antara konsep gender adalah sifat yang elekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir
beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan.
Dalam konteks pemberdayaan, hal yang sering disinggung oleh berbagai
pihak adalah pemahaman mengenai gender yang dibuat seakan-akan kata gender
adalah perempuan dan menunjuk pada biologis perempuan. Hubeis (2010)
menyebutkan bahwa pemahaman gender dalam konteks GAD (Gender and

8

Development) adalah pencapaian kesetaraan dan kesederajatan dan keadilan, dalam
tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Maka, dengan kata
lain ketika berbicara tentang gender berarti membicarakan adalah tentang relasi
sosial perempuan dan laki-laki. Berbicara tentang gender tidak sama dengan
berbicara tentang jenis kelamin biologis perempuan dan laki-laki.
Memasuki era reformasi, pemerintah mengeluarkan Inpres No.9/2000
tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Ruang lingkup
Pengarusutamaan Gender mencakup aspek-aspek, diantaranya (1) Pembentukan,
(2) Pelaksanaan, kemudian (3) Pembentukan mekanisme pelaksanaan
pengarusutamaan gender yang membentuk forum komunikasi, kelompok kerja,
panitia pengarah (steering committee), dan tim penggerak pengarusutamaan gender
(gender focal point). Setelah itu, dilakukan (4) Pemantauan, dan (5) Monitoring dan
Evaluasi.
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa setelah adanya kebijakan ini,
paradigma pembangunan Indonesia mengalami sebuah pergeseran penting, ke arah
pembangunan yang meletakkan kesetaraan gender di intinya (mainstream).
Pergeseran paradigma ini berjalan bersamaan dengan pergeseran paradigma
pembangunan dan pembangunan perempuan pada khususnya, dari paradigma
Women in Development (Perempuan dalam Pembangunan) ke Gender and
Development (Gender dan Pembangunan).
Women in Development (pendekatan perempuan dalam pembangunan)
diperkenalkan oleh United States Agency for International Development yang
memiliki anggapan bahwa perempuan merupakan sumberdaya yang belum
dimanfaatkan yang dapat memberikan sumbangan ekonomi dalam pembangunan.
Padangan ini dampaknya besar karena menjadi awal upaya mempopulerkan proyek
peningkatan penghasilan bagi perempuan (Moser 1989) dalam Sihite (2007).
Fakih (1996) mengemukakan pandangan tentang WID dan Developmentalism.
WID dianggap sebagai bagian dari diskursus pembangunan. Gagasan ini dianggap
sebagai satu-satunya jalan guna memperbaiki status dan nasib perempuan di dunia
ketiga. Namun, kemudian banyak orang yang menyangsikannya. WID yang
merupakan strategi arus utama developmentalism lebih menghasilkan perjinakkan
dan pengekangan perempuan dunia ketiga dibanding membebaskannya. Asusmsi
utama WID adalah penyebab keterbelakangan perempuan adalah karena mereka
tidak berpartisipasi dalam pembangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa WID
merupakan strategi dan diskursus developmentalism untuk melanggengkan
dominasi dan penindasan perempuan di Dunia Ketiga dengan upaya menjinakkan
(cooptation) dan pengekangan (regulation) perempuan.
Gender and Development (GAD) menekankan pada kesadaran tentang
kesetaraan gender (gender equality) dalam menilai kesuksesan pembangunan.
Wawasan ini melihat bahwa pembanguna gender harus ditujukan untuk mengubah

9

hubungan gender yang eksploitatif menjadi hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang (Muslikhati 2004)
Selain pendekatan dari Woman in Development (WID) dan Gender and
Development (GAD) pendekatan lainnya yang dikemukakan oleh Hubeis (2010)
adalah, diantaranya:
1. Pendekatan Kesejahteraan (Social Welfare Approach) yang merupakan
pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
Tujuan peningkatan kesejahteraan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
perempuan dan keluarganya.
2. Pendekatan Penyamaan Hak adalah pendekatan pertma dari pendekatan WID.
Yang ditujukan untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan.
Pendekatan ini diarahkan pdaa upaya pencapaian kesamaan pengembangan
peran perempuan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan seperti halnya
laki-laki.
3. Pendekatan Anti Kemiskinan merupakan pendekatan kedua dari WID yang
memusatkan perhatian pada upaya pendistribusian kebutuhan dasar masyarakat
dengan cara yang lebih adil. Diarahkan kepada perempuan yang berpendapatan
rendah agar dapat meningkat produktivitasnya.
4. Pendekatan Efisiensi merupakan pendekatan ketiga dari WID yang memusatkan
perhatian pada upaya mengatasi kemerosotan perekonomian dunia dengan
mempertimbangkan kontribusi perempuan sebagai bagian penting dalam
pembangunan ekonomi.
5. Pendekatan Penguatan dilatarbelakangi oleh kegagalan pendekatan persamaan
hak dalam meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan. Ditujukan
untuk meningkatkan kembali peran perempuan dalam pembangunan.

Peran Perempuan dalam Pembangunan
Istilah peran mengacu pada norma berperilaku yang berlaku untuk suatu posisi
dalam struktur sosial. Dalam bentuk ideal peran adalah suatu kombinasi dari peran
yang dirumuskan dan peran yang diharapkan ditambah dengan peran yang diterima
(Hubeis 2010). Sebelum membahas mengenai peran perempuan dalam
pembangunan, perlu dipahami pula peran gender dalam kehidupan masyarakat.
Hubeis (2010) pun menjelaskan adanya tiga peran gender untuk perempuan dan
laki-laki yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1.

Peran Reproduktif (Peran Domestik) adalah peran yang dilakukan oleh
seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan
sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan seperti menyiapkan
makanan, mengumpulkan air, mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara
kesehatan dan gizi keluarga, mengasuh dan mendidik anak. Peran ini bersifat
rutin dan dilakukan dalam rumah tangga, sehingga tidak diperhitungkan
sebagai pekerjaan produktif karena tidak dibayar (unpaid work)

10

2. Peran Produktif menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa
untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani, nelayan, konsultasi, jasa,
pengusaha, dan wirausaha). Pembagian kerja dalam peran produktif dapat
memperlihatkan dengan jelas perihal perbedaan tanggung jawab antara lakilaki dan perempuan. Jenis pekerjaan yang dinilai sebagai pekerjaan produktif
terkait pada pekerjaan yang diperhitungkan melalui sistem perhitungan
nasional.
3. Peran Masyarakat (sosial) adalah peran yang terkait dengan kegiatan jasa dan
partisipasi politik. Kegiatan jasa yang bersifat relawan biasanya dilakukan oleh
perempuan. Sedangkan peran politik adalah peran yang terkait dengan status
dan kekuasaan seseorang pada organisasi tingkat desa atau tingkat yang lebih
tinggi.

Tabel 2 Klasifikasi peran gender
Gender

Reproduktif

Produktif

Perempuan

Peran utama : Istri, Acap diasumsikan
ibu, ibu rumah tidak
memiliki
tangga (keluarga)
peran
produktif
pembantu (turut)
mencari
nafkah
keluarga.

Laki-laki

Bapak
kepala Peran
rumah tangga.
mencari
keluarga.

Sosial
Manajemen,
jasa
penyuluhan, terkait
pada aspek peran
reproduktif pekerja
tidak
dibayar
(informal)

utama: Kepemimpinan
nafkah politik
ketahanan/militer
pekerja dibayar

Sumber : Hubeis (2010)
Mosse (2002) menuturkan bahwa ibu rumah tangga di seluruh dunia
melakukan bermacam tugas yang memiliki kesamaan. Yaitu, mata rantai rumah
dengan penghuninya. Selain itu, mereka ikut memberi sedikit penghasilan bagi
keluarga dengan upah yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa, meskipun
perempuan memuiliki usaha keras dalam mendapatkan pekerjaan dan upah, mereka
hanya mendapat bayaran yang rendah. Pekerjaan rumah sudah menghabiskan
waktu perempuan sebanyak 12-16 jam dalam satu hari. Penelitian Suman (2007)
menyebutkan bahwa kaum perempuan memiliki tanggung jawab pekerjaan
domestik yang lebih besar dibanding kaum laki-laki. Perasaan bertanggung jawab
ini membuat mereka merasa mahal untuk berlama-lama meninggalkan rumahnya.
Sampai saat ini masih banyak anggapan masyarakat bahwa peran
reproduktif merupakan peran kewajiban perempuan. Namun, pada saat yang sama
perempuan dituntut untuk memiliki peran produktif dan sosial pula. Dalam
beberapa penelitian disebutkan bahwa peran perempuan dalam pembangunan
dianggap penting. Pasca keikutsertaan negara Indonesia dalam Millenium
Developmental Goals yang salah satu poinnya mencetuskan kesetaraan gender,
Indonesia mulai menggalakan program guna memberdayakan perempuan. Peranan

11

perempuan mulai mendapatkan perhatian dan dilibatkan dalam kebijakan dan
program-program pemerintahan di berbagai negara berkembang sejak tahun 1970an, namun peranan mereka hanya terbatas pada peranan kesejahteraan keluarga
yang menitikberatkan kepada peran pengasuhan (motherhood) (Sihite 2007). Selain
itu, menurut Sihite (2007) ideologi patriarki menempatkan perempuan hanya
sebagai pekerja cadangan. Kerja produktif bagi perempuan apalagi yang sudah
menikah merupakan pekerjaan kedua karena pekerjaan utama mereka adalah
sebagai istri dan ibu rumah tangga. Oleh karena itu, perempuan sering dibayar
murah daripada laki-laki. Berdasarkan pada penelitian Elizabeth (2008) dalam hal
pengambilan keputusan, pria dan wanita sebetulnya berperan seimbang, meski
sekilas terlihat adanya pembagian. Suami dan istri bersama-sama memberikan
keputusan, meski pria masih mendominasi.
Selain ketiga peran yang dipaparkan sebelumnya, Hubeis (2010)
mengemukakan pula analisis peran perempuan dalam keluarga. Diantaranya:
1. Peran Tradisi yang menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi dengan
pembagian kerja yang sangat jelas yaitu perempuan bekerja di rumah dan lakilaki di luar rumah.
2. Peran Transisi yang mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang
lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi
mempertahankan keharmonisan dan urusan rumahtangga tetap tanggung jawab
perempuan.
3. Dwiperan yang memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu
menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting. Yang
membutuhkan dukungan moral dari suami.
4. Peran Egalitarian yang menyita waktu dan perhatian perempuan untuk
kegiatan di luar.
5. Peran Kontemporer merupakan dampak pilihan perempuan untuk mandiri
dalam kesendirian.

Peran Domestik/ PD

PD

PD >
PP

Pekerjaan produktif tidak
langsung

Perempuan
PD =
PP

PP
Peran Publik / PP
Pekerjaan Produktif
Langsung

PD +
PP
Alternatif Peran

Keterangan : PD
PP

PD <
PP
Variasi Peran

: Peran Domestik
: Peran Publik

Gambar 1 Prospek peran perempuan dalam era global (Hubeis 2010).
Meskipun perempuan berpartisipasi dalam kegiatan publik, pekerjaan
domestik masih tetap tidak berubah. Bedanya hanya pada tingkat pelaksanaan yang

12

apakah sepenuhnya bertanggungjawab atau memperoleh bantuan dari anggota
keluarga lain. Muslikhati (2004) menyatakan dalam sebuah keluarga istri
bertanggung jawab terhadap pemenuhan keluarga yang ada di rumah, berbeda
dengan suami yang menjadi pihak yang bertanggung jawab penting dalam
pemenuhan kebutuhan keluarga di luar rumah. Namun, selain pertan utama istri
dalam keluarga tersebut, keterlibatan perempuan dalam kehidupan umum (publik)
juga diperlukan dalam rangka memajukan masyarakat.
Pemberdayaan Perempuan
Ratnawati (2011) menyebutkan bahwa pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota msyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Disebutkan
pula bahwa perempuan wajib diberdayakan karena perempuan dianggap
mempunyai kepentingan yang sama dalam pembangunan, dan juga merupakan
pengguna hasil pembangunan yang haknya sama dengan laki-laki.
Pengarusutamaan gender bermakna sebagai penguatan keterlibatan aktif
perempuan dalam pembangunan dengan menghubungkan kemampuan dan
kontribusi mereka dengan isu-isu pembangunan makro atau agenda pembangunan
nasional (Hubeis 2010). Langkah-langkah pemberdayaan perempuan dimulai dari
penyadaran kritis tentang hak dan kewajibannya, serta upaya untuk mencerdaskan
perempuan dan memberikan ruang dan kesempatan bagi perempuan untuk terlibat
dalam setiap tahapan pelaksanaan program pemberdayaan. Namun, pemberdayaan
tak serta-merta dapat dilakukan tanpa adanya upaya untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas perempuan. Menurut Hubeis (2010) peningkatan kualitas dan
kuantitas perempuan khususnya di bidang ekonomi dapat dilakukan melalui
kegiatan peningkatan kemampuan dan profesionalisme, etos dan produktivitas
kerja, kewirausahaan, manajemen dan kepemimpinan. Selain itu perlu diciptakan
iklim yangr kondusif agar wanita dapat berperan dalam pembangunan secara
optimal. Perempuan harus dapat meningkatkan akses modal/kredit, informasi pasar,
dan jaringan produksi serta pemasaran. Dan adanya upaya untuk memperoleh
dukungan berbagai pihak dalam dunia usaha, dengan menciptakan iklim yang
kondusif untuk meningkatkan kemandirian, antara lain dengan kemitraan usaha.
Perempuan dalam Program Pemberdayaan
Menurut Anwar (2007) kehadiran program pemberdayaan kesejahteraan
keluarga sebagai program pembangunan masyarakat merupakan peluang yang
berharga bagi wanita yang aktif membangun dirinya sendiri dan lingkungannya
dalam upaya mereka mencapai dan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka
sendiri dan keluarga binaannya. Secara psikologis, perempuan juga membutuhkan
aktualisasi diri demi pengembangan dirinya yang akan turut berpengaruh pada
pengembangan lingkungannya. Maka, pemberdayaan dianggap menjadi salah satu
upaya peningkatan aktualisasi diri perempuan. Menurut Ihromi (1995) dikutip
dalam Anwar (2007) perempuan dalam keluarga berpenghasilan rendah memiliki
potensi yang terbatas untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya.
Isna dan Firdaus (2004) mengemukakan salah satu teknik analisis yang
dikembangkan sebagai metode pemberdayaan perempuan dengan lima kriteria
analisis kesejahteraan milik Sarah Hlupekile Longwe (Teknik Longwe),
diantaranya : kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi, dan kontrol.
Merupakan alat untuk melihat tahapan pemberdayaan. Semakin bertahap dari

13

pemberdayaan sampai penguasaan. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008) teknik
longwe merupakan kategori analitis yang dinamis, satu sama lain berhubungan
dengan sinergis, saling menguatkan dan melengkapi, serta memiliki hubungan
hierarkis. Lima kriteria analisis tersebut merupakan tingkatan yang bergerak
memutar seperti spiral. Semakin tinggi tingkat kesetaraan otomatis semakin tinggi
tingkat keberdayaan.
Selain teknik Longwe, dikutip dari Prastiwi dan Sumarti (2012)
menjelaskan dua teknik lain, yaitu teknik model Harvard dan teknik model Moser.
Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for International
Development yang didasarkan pada efisiensi WID yang merupakan kerangka
analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Komponen dasar dalam model
Harvard yaitu : Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial budaya) yang
didasarkan pada pembagian kerja dan data terpilah, profil akses dan kontrol
terhadap sumberdaya dan manfaat, faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol,
serta analisis siklus proyek.
Menurut Handayani dan Sugiarti (2008) teknik analisis Moser berguna
untuk memahami lima butir kriteria analisis (kesetaraan, keadilan, anti kemiskinan,
efisiensi, penguatan, atau pemberdayaan), sehingga dapat menginterpretasikan
pembangunan perempuan sebagai suatu proses yang penting dan bagian integral
dari proses pembangunan.
Tabel 3 Alat analisis gender
Teknik Longwe
1. Penguasaan (Kontrol)
2. Partisipasi dalam pengambilan
keputusan.
3. Kesadaran Kritis
4. Akses terhadap sumber daya dan
manfaat
5. kesejahteraan

Model Harvard
1. Pembagian kerja Produktif,
Reproduktif, dan Sosial Budaya.
2. Akses dan Kontrol terhadap
sumberdaya dan manfaat
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi di dalam
masyarakat.
4. Analisis siklus proyek.

Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga
Menurut BPS (2012) rumah tangga merupakan konsumen atau pemakai
barang dan jasa sekaligus juga pemilik faktor-faktor tenaga kerja, lahan, modal, dan
kewirausahaan. Pengeluaran dan konsumsi dilakukan untuk mempertahankan taraf
hidup. Pengeluaran konsumsi umumnya dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan
pokok sebagai pemenuhan kebutuhan jasmani. Penelitian yang dilakukan Haryanto
(2008) menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima oleh suami dan istri tidak
ada pemisahan, dimana pendapatan suami selalu diberikan kepada istri. Pendapatan
yang mereka peroleh mereka anggap sebagai pendapatan keluarga.
Pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga menurut BPS (2014)
merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga. Pengeluaran rumah tangga

14

dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan. Perubahan
pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Dengan
kata lain, rumah tangga yang lebih sejahtera akan cenderung memenuhi kebutuhan
bukan hanya untuk makanan melainkan kepada bentuk kebutuhan bukan makanan
dan ditabung.
Berdasarkan penelitian Handayani dan Artini (2009) banyaknya jumlah
anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk
bekerja. Semakin banyak anggota keluarga yang tidak bekerja maka tanggungan
keluarga juga lebih besar sehingga mengharuskan seseorang bekerja lebih keras.

Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, misalnya dalam bidang ekonomi. Salah satu upaya pemberdayaan
masyarakat tersebut adalah adanya Program Pemberdayaan Perempuan Kepala
Keluarga (PEKKA). PEKKA merupakan program pembangunan khusus yang
memberdayakan perempuan yang berada di garis kemiskinan dan menjadi kepala
keluarga. Program ini diselenggarakan dengan pendekatan pemberdayaan dengan
sistem pendampingan terhadap perempuan kepala keluarga dengan satuan
kelompok. PEKKA telah memperluas komunitas atau kategori perempuan yang
diberdayakan seperti perempuan yang ditinggalkan oleh suami tanpa kepastian dan
kabar; perempuan hamil dan memiliki anak serta ditinggalkan suami; perempuan
lajang yang menanggung beban keluarga; dan para istri yang memiliki suami yang
mengalami cacat atau sakit menahun. Berdasarkan hasil penjajagan, Program
PEKKA yang dilaksanakan di Kota Cimahi dilaksanakan dengan jumlah peserta 50
orang yang mengikuti kegiatan pembinaan dan pelatihan dalam jasa jahit menjahit,
keterampilan perca dan usaha perseorangan.
Setiap individu memiliki peran yang berbeda dan khas baik dalam keluarga
maupun dalam kehidupan sosial, dapat pula terpengaruh dari karakteristik
keluarganya sendiri. Peran perempuan dalam kehidupannya berupa peran
reproduktif, yang melaksanakan pekerjaan yang selalu dilakukan perempuan di
rumah. Seperti mengatur keuangan, membuat makanan, membersihkan rumah, dan
kegiatan lainnya. Selain peran reproduktif, keadaan-keadaan tertentu dapat
memungkinkan perempuan sudah dapat memiliki peran produktif dan sosial.
Perempuan dapat menentukan keputusan yang akan dipilih, memiliki kesempatan
untuk memimpin, dan diberikan kepercayaan untuk menjalankan sebuah kegiatan
sosial politik secara mandiri. Pengukuran peran perempuan dalam keluarga
dianalisis menggunakan teknik analisis Harvard. Model ini menganalisis
pembagian peran dalam keluarga yang dibedakan antara perempuan dan laki-laki
yang terbagi dari beberapa peran, diantaranya peran reproduktif, produktif, dan
sosial politik.
Adanya perbedaan peran perempuan dalam keluarga diduga pula da