Peran program nasional pemberdayaan masyarakat (pnpm) mandiri pedesaan terhadap pendapatan perempuan dddd

(1)

PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PEDESAAN TERHADAP

PENDAPATAN PEREMPUAN

(Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Jawa Timur)

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Meraih Derajad Magister Program Studi MESP

Konsentrasi Ekonomi SDM dan Pembangunan

Diajukan oleh: Selfia Bintariningtyas

Nim : S4208004

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla Gergis, 1999, Citizen Economic Empowerment In Botswana : Concepts & Principles, Botswana Institute for Development Policy Analysis (BIDPA).

Arsyad, Lincolin, Drs. 1988. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Fuady, Munir, SH, LL, M, 1996. Hukum Perkreditan Kontemporer. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hadi. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

John M. Cohen dan Norman T. Uphoff. 1977. Rural Developent Participation : Concept and Mesures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Cornell University.

Kuncoro, Mudrajat, 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan, Edisi Ketiga,UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Lembaga Penelitian SMERU, 2004, Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan Indonesia, Laporan Hasil Penelitian.

Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta, BKLM, 1982. Nazir, Ph.D., 1983. Metode Penelitian. Balai Aksara – Yudhistira. Jakarta.

Peter Dreier, 1996, Community Empowerment Strategies, The Limits and Potential of Cummunity Organizing in Urban Neighborhoods, U.S. Department of Housing and Urban Development • Office of Policy Development and Research.

Pujiwati, Sayogyo, 1991, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa, Yayasan Obor Indonesia , Jakarta.

Setiono, 1997, Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Produktif P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) masyarakat Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang, Universitas Brawijaya Malang. Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Singarimbun. M, 1982, Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES, Jakarta.


(3)

Sinungan, Muchdarsyah. 1994. Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000. Rineka Cipta. Jakarta.

Sonny Sumarsono, 2003, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia & Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo, Pangestu, 1996, Statistik Deskriptif, BPFE, Yogyakarta. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta.

Suman, 2007, Program Pemberdayaan Masyarakat melalui PPK (Program Pengembangan Kecamatan) di Propinsi Jawa Timur, Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Sumardi, Mulyanto, 1982 Sumber pendapatan kebutuhan pokok dan prilaku menyimpang , C.V. Rajawali untuk Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta. Sumardi, Mulyanto, 1982, Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Rajawali,

Jakarta.

Supartiningsih, 2008, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Rumahtangga Di Pedesaan, (Refleksi Pengalaman Lapang dari Program P3EL di Kabupaten Lombok Timur), Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram.

Supriyati, 1990. Kajian Tingkat Upah di Pedesaan Jawa (Kasus di Jawa Barat). Tesis Pasca Sarjana,IPB, Bogor.

,www.pnpm.co.id , www.detik.finance.com ,www.proquest.com , www.ginandjar.com


(4)

LEMBAR

PENGESAHAN

Tesis dengan Judul “ Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun.”

Disusun oleh :

Nama : Selfia Bintariningtyas NIM : S4208004

Program : Pascasarjana

Jurusan : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal 3 Februari 2010 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Dr. Albertus Maqnus Soesilo, M.Sc

NIP. 195903281988031001

(Ketua Tim Penguji) ..………..

2. Dr. J. J. Sarungu, MS. NIP. 19510701 198010 1 001

(Pembimbing I) ……… 3. Drs. Akhmad Daerobi, MS.

NIP. 19570804 198601 1 002

(Pembimbing II) ………....

Surakarta, 3 Februari 2010 Ketua Program MESP

Dr. J. J. Sarungu, SE., MS. NIP. 19510701 198010 1 001 Mengetahui,

Direktur PPS UNS.

Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004


(5)

SURAT

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Selfia Bintariningtyas

NIM : S4208004

Program : Pascasarjana

Jurusan : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan

Judul Tesis : Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Menyatakan bahwa tesis tersebut adalah karya saya sendiri dan bukan karya orang lain. Baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademis.

Surakarta, 8 Februari 2010 Penulis,

Selfia Bintariningtyas


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Selfia Bintariningtyas Tempat ,Tanggal Lahir : Madiun, 25 Januari 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Kebonsari no.1 Kranggan, Madiun. E-mail : selfia85@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar di SDN P Kaibon 03 Madiun, 1991-1997.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 7 Madiun, 1997-2000. 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU 3 Madiun, 2000-2003.

4. Sarjana Ekonomi, fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Brawijaya Malang, 2003-2007.

5. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Negeri Sebelas Maret, 2008.

Pengalaman Kerja :

1. Organizing Committee International Conference “Indonesia Regional Science Association” (IRSA), 2006.

2. Tim Peneliti Media Cendikia Consulting (McCons) bekerja sama dengan Kabupaten Situbondo” , 2006.

3. Tim Enumerator wilayah Jombang LPM Brawijaya dengan UNDP dalam Proyek PKPS-BBM, 2005.

4. Bekerja pada OKE SHOP NPD Malang sebagai Sales Officer, 2007. 5. Bekerja Sebagai Customer Service Representative pada PT. Indosat


(7)

i ABSTRAKSI

Tesis dengan judul ; Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Selfia Bintariningtyas, Program Pasca Sarjana Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program PNPM Mandiri sebagai Program Pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Program ini dicanangkan pada tahun 2007 dan sampai sekarang telah berjalan 3 tahun. Tujuan Program PNPM Mandiri salah satunya adalah pemberdayaan perempuan engan kegiatannya adalah Simpan Pinjam Prempuan (SPP). Kegiatan SPP ini merupakan kegiatan yang memberikan bantuan pinjaman kepada perempuan yang mempuinyai usaha agar mampu lebih produktif dan kreatif mengelola usahanya. Selain itu partisipasi perempuan dalam program ini sangat diharapkan dalam perencanaan maupun dalam pengelolaan serta pemeliharaan, untuk itu dibentuk kelompok perempuan dari masing-masing desa.

PNPM Mandiri merupakan Program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan dengan kosep pemberdayaan masyarakat miskin di perkotaan dengan memberikat bantuan modal untuk kegiatan usaha produktif. Konsep pemberdayaan inilah yang dinilai sebagai keunggulan dari PNPM Mandiri.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian komperatif. Dengan menggunakan uji statistic yaitu uji beda T-Test yang membandingkan pendapatan perempuan penerima bantuan pinjaman kredit SPP, sebekum dan sesudah menerima bantuan.

Data diperoleh dengan menggunakan data primer yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden selaku perempuan penerima bantuan SPP di kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan uji beda T-test, terbukti bahwa sebelum dan sesudah menerima bantuan pinjaman SPP terdapat perbedaan secara nyata. Dapat dijelaskan bahwa pendapatan sesudah menerima SPP meningkat rata-rata dibandingkan sebelum menerima SPP.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bantuan SPP dari program PNPM Mandiri pedesaan dengan memberikan pinjaman untuk modal usaha produktif sangat efektif. Sedangakan peran PNPM mandiri pedesaan dalam meningkatkan pendapatan perempuan sebagai penerimanya, dapat dilihat dari perhitingan uji beda T-test dengan taraf signifikasi 5% dimana t hitung berada di daerah penolakan Ho yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan rata-rata sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP pada program PNPM Mandiri Pedesaan.


(8)

ii ABSTRACT

Role of Government Policy of Empowerment society is PNPM Mandiri Pedesaan Rural Women’s Income in the District Geger, Madiun Regency

By : Selfia Bintariningtyas

This study to find out how about role of the PNPM Mandiri as government programs in poverty alleviation and community empowerment. This program was launched in 2007 and until now has been running 3 years. PNPM Mandiri program objectives one of which is the empowerment of women is the activity Savings and Loan women’s (SPP). SPP activity is provides loan assistance to women who attempt to be able have more productively and creatively manage their business. Also women's participation in this program is expected in the planning and the management and maintenance, for it formed a group of women from each village.

PNPM Mandiri is a government program to alleviate poverty by empowering for urban poor with give capital assistance for productive business activities. The concept of empowerment is regarded as the hallmarks of PNPM Mandiri.

Research methods used in the study is comparative research methods. Using a statistical test that is testing different T-Test comparing women's income beneficiaries tuition loans, before and after receiving assistance.

Data obtained by using the primary data that is to provide a list of questions to the respondents as beneficiaries of women in the district Geger, Madiun Regency. After testing using different test T-test, proved that before and after receiving tuition assistance loans for real differences. Can be explained that after receiving the tuition fee income increased on average compared to before receiving SPP.

This study shows that with the help of tuition from the PNPM Mandiri rural areas by providing loans for productive business capital is very effective. While the role of independent PNPM in increasing incomes of rural women as recipients, can be viewed from different test T-test with a significance level of 5%, where t count in the region of rejection of Ho, which means there are significant differences between the average income before and after receiving assistance SPP on Rural PNPM Mandiri.


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat anugerah, kasih sayang, dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir dan batin, untuk mengukir sesuatu yang indah dalam kehidupan ini., sehingga Tesis ini dapat terselesaikan dengan judul “Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun”.

Akhirnya dengan penuh kesadaran, penulis berkeyakinan bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penelitian kecil ini tidak dapat diselesaikan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. J. J. Sarungu, SE., MS. Selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Program MESP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terimaksih atas bimbingan dan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselasaikan.

2. Bapak Drs. Akhmad Daerobi, SE., MS. selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas arahan yang diberikan.

3. Bapak Dr. Albertus Maqnus Soesilo, M.Sc selaku dosen penguji yang memberikan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Dosen-dosen IESP Unibraw Malang, terimakasih telah memberikan motivasi kepada penulis untuk melanjutkan studi Magister.

5. Mbak Ita, bapak Wahyu mas Sentot, Mas Upi dan seluruh staf MESP, terimaksih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.

6. Keluargaku tercinta, Papa dan Mama, tanpamu aku tidak bisa seperti ini. Adiku Monica dan kakaku Okky berjuanglah.

7. Suamiku tercinta Aris Bastian Lahay yang menungguku di Kaltim, terimaksih untuk memberiku izin menyelesaikan tesis ini. Terimksih juga untuk keluarga besar di Karang jati, Ngawi.

8. Teman-teman seperjuangan Mbak Citra (trimakasaih banyak), Mas Salman, Mas Lilik, Mbak Yuli, Mbak Triyana, Mas Untung, Dewi (trimakasih atas bantuannya), Mbak Dewi, Indra, Eko, mas Siswojo, dan teman-teman Sragen, harus semangat.


(10)

iv

Sebagai manusia yang tidak luput dari keterbatasan, penulis menyadari bahwa tesis ini belum mencapai kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Februari 2010


(11)

v DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAKSI ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pendapatan……….……….. 7

2.2. Konsep Modal…….……….……….. 8

2.3. Konsep Perempuan….……… 10 2.4. Konsep Pemberdayaan……… 12 2.5. Pengertian Usaha Kecil.………. 15

2.6. Pengertian Kredit .……… 17

2.7. Program PNPM Mandiri………... 18

2.8. Penelitian Terdahulu ………. 30

2.9. Kerangka Pemikiran ……… 33

2.10.Hipotesa………. 33

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian………. 35

3.2. Jenis Penelitian…….………. 35


(12)

vi

3.4. Sumber Data………..……….. 37

3.5. Metode Pengumpulan Data………..….. 38

3.6. Metode Analisa Data……… 38

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42

1. Keadaan umum wilayah Kecamatan Geger ... 42

2. Kondisi Sosial ... 42

3. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 42

4.2.Karakteristik Responden ... 44

4.2.1. Keadaan dan Karakteristik Responden ... 44

1. Usia ... 44

2. Tingkat Pendidikan ... 46

3. Status Pernikahan ... 47

4. Jenis Usaha yang Dimiliki ... 48

5. Jumlah Anggota Keluarga ... 49

6. Pekerjaan Suami ... 51

7. Lama Usaha ... 52

8. Besarnya SPP yang Diterima ... 53

9. Kemampuan Membayar Angsuran ... 57

4.2.2. Deskripsi Mengenai Alokasi Pendapatan Usaha ... 58

4.2.3. Perbandingan Tingkat Pendapatan ... 59

4.3.Hasil Estimasi Statistik ... 60

4.3.1. Uji Normalitas Data ... 60

4.3.2. Uji Beda T-Test ... 61

1. Home Industri ... 60

2. Jasa ... 62

3. Toko Kelontong ... 64

4. Warung Makan ... 65

5. Kerajinan ... 66

6. Keseluruhan jenis Usaha ... 68


(13)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ... 73 5.2.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

2.1 Alokasi PNPM Berdasarkan Desa Tertinggal 25 2.2 Alokasi Berdasarkan Ratio 26 3.1 Data Penerima SPP Kecamatan Geger 37 4.1 Penerima SPP Tahun Anggaran 2009 43

4.2 Responden Menurut Usia 45

4.3 Responden Menurut Tingkat Pendidikan 46 4.4 Responden Menurut Status Perkawinan 48 4.5 Responden Menurut Jenis Usaha 49 4.6 Responden Menurut Anggota Keluarga 50

4.7 Menurut Pekerjaan Suami 51

4.8 Responden Menurut Lama Usaha 53

4.9 Responden Menurut Besarnya SPP 54 4.10 Besarnya Kemampuan Membayar Angsuran 57 4.11 Deskripsi Mengenai Alokasi Pendapatan Usaha 58 4.12 Perbandingan Tingkat Pendapatan 59

4.13 T-Test Home Industry 61

4.14 Test Statistik Home Industry 62

4.15 T-Test Jasa 63

4.16 Test Statistik Jasa 62

4.17 T-Test Toko Kelontong 63

4.18 Test Statistik Toko Kelontong 64

4.19 T-Test Warung Makan 65

4.20 Test Statistik Warung Makan 66

4.21 T-Test Kerajinan 67


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal

2.1. Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Mandiri 14

2.2. Kerangka Berfikir 33


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berperannya perempuan di bidang ekonomi akan memberikan manfaat yang sangat berarti, baik bagi ekonomi rumahtangganya maupun bagi dirinya sendiri. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah akan meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangganya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi peran perempuan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai baru serta kebiasaan baru yang dirasakan cocok bagi diri dan keluarganya telah mendorong berubahnya sikap serta perilaku perempuan kearah tersebut (Pujiwati, 1991).

Perempuan pedesaan, merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Pujiwati, 1991).

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri. Program ini salah satunya adalah pemberian


(17)

2 bantuan simpan pinjam kepada masyarakat khususnya kepada masyarakat yang mempunyai usaha kecil.

Program-program PKPS-BBM yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai implikasi kenaikan harga BBM pada bulan oktober tahun 2005 yang meliputi program BOS (Bantuan Operasional Sekolah), BLT (Bantuan Langsung Tunai), raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin), Askeskin (Asuransi Kesehatan bagi masyarakat miskin), dan program-program lainya. Sedangkan program yang arahnya kepada pemberdayaan masyarakat adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Adapun program kebijakan PNPM itu sendiri ditetapkan pada tahun 2007 dan didefinisikan sebagai program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yang sebelumnya bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Diharapkan PNPM mandiri mampu memberikan kontribusi besar dengan tujuan untuk mengentaskan kemisikinan, pemberdayaan perempuan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Peran Program kebijakan PNPM mandiri terhadap peningkatan pendapatan perempuan yang secara tidak langsung akan berdampak pada pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Menurut data dari Menkokesra 2008, Pada tahun 2007 PNPM telah mencakup 1.993 kecamatan di perdesaan dan 834 kecamatan di perkotaan atau sekitar 50 ribu desa/kelurahan. Tahun 2008, PNPM mengintegrasikan seluruh program penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian dan lembaga dan mencakup 3.800 kecamatan. Selanjutnya di tahun 2009 ini secara


(18)

3 kumulatif seluruh kecamatan di Indonesia (5.263 kecamatan) akan menjadi penerima manfaat PNPM ini.

Adapun tujuan umum dari PNPM adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumber daya lokal

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa (BKAD)

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan

Salah satu tujuan dari PNPM mandiri adalah pemberdayaan ekonomi perempuan, keterlibatan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi produktif antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu tidak tercukupinya kebutuhan rumah tangga mereka. Sebagai ibu rumah tangga, biasanya perempuan yang bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga,


(19)

4 baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan pengeluaran biaya hidup keluarga. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak tercukupi, maka perempuan yang pertama merasakan dampaknya. Sehingga dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif setidaknya sebagian kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Demikian juga masalah Kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan belum terpikirkan oleh para pembuat keputusan di desa.

Kecamatan Geger merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Madiun yang sudah 2 tahun semua desa di kecamatan tersebut menerima bantuan simpan pinjam dari program PNPM Mandiri pedesaan. Kecamatan Geger juga merupakan kecamatan yang mempunyai karakteristik usaha masyarakatnya yang beraneka ragam.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui peran program nasional pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri pedesaan terhadap pendapatan perempuan Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang Program PNPM Mandiri Pedesaan dalam meningkatkan pendapatan perempuan penerima bantuan SPP di kecamatan Geger kabupaten Madiun, maka permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Kebijakan pemerintah PNPM Mandiri pedesaan dengan salah satu kegiatannya simpan pinjam perempuan (SPP), maka perlu diketahui bagaimana SPP dapat meningkatkan pendapatan perempuan pelaku


(20)

5 usaha. Maka, apakah ada perbedaan pendapatan usaha perempuan yang memiliki usaha sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan ?

2. Jenis usaha apakah yang mampu berkembang cepat setelah diberi bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan ?

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada perempuan yang menerima bantuan pinjaman kredit program PNPM Mandiri Pedesaan dan diklasifikasikan berdasarkan jenis usaha yang dilakukan oleh perempuan penerima bantuan pinjaman atau disebut SPP (Simpan Pinjam Perempuan).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan daripada rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan pendapatan usaha perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.

2. Mengetahui jenis usaha yang mampu berkembang cepat setelah diberi bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang terkait dan berwenang dalam pembuatan suatu kebijakan, khususnya untuk pengembangan program-program pengentasan kemiskinan selanjutnya, dengan maksud agar keberadaan program ini bisa lebih baik, dalam arti mempunyai pengaruh yang


(21)

6 besar dalam usaha pemberdayaan masyarakat miskin, penggunaan daya dan dana secara lebih efisien dan efektif, sehingga pada gilirannya nanti diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan bagi mayarakat miskin. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi :

1. Diharapkan memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti dengan perannya sebagai seorang perempuan. Agar mampu bersikap produktif dan kreatif.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada perempuan-perempuan Indonesia dalam produktivitas rumah tangga. 3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam hal ini adalah pemerintah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Pemerintah selanjutnya.


(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendapatan

Pengertian pendapatan menurut BPS diperinci sebagai berikut (Hans-Dieter Ever, dalam Mulyanto Sumardi, 1982:92-93) :

- Pendapatan berupa uang adalah sebagai penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang biasanya diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi yaitu yang meliputi pendapatan :

a. Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja lembur, kerja sampingan dan kerja kadang-kadang

b. Dari usaha sendiri, yang meliputi hasil bersih usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah tangga

c. Dari hasil investasi seperti bunga, modal, tanah

d. Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial

- Pendapatan berupa barang adalah sebagian penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa yang diterimakan. Barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Yang dimaksud dalam pendapatan ini adalah:

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi


(23)

8 b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain : pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan yaitu : penerimaan

yang berupa pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah, warisan, menang judi.

Jadi pendapatan adalah penghasilan dalam bentuk uang maupun barang yang sifatnya regular sebagai balas jasa. Bila pendapatan seseorang naik maka secara tidak langsung konsumsi dan investasi akan mengalami kenaikan.

2.2 Konsep Modal 1. Pengertian Modal

Modal sebagai salah satu faktor produksi dapat diartikan sebagai semua bentuk kekayaan yang dapat dipakai langsung atau tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah out put-nya. Dalam pengertian lain, modal didefinisikan sebagai semua bentuk kekayaan yang memberikan penghasilan kepada pemiliknya atau suatu kekayaan yang dapat menghasilkan suatu hasil yang akan digunakan untuk menghasilkan kekayaan lain. Dari ketiga definisi di atas diketahui bahwa pada prinsipnya modal segalasesuatu yang memiliki peranan penting untuk menghasilkan suatu barang produksi dalam suatu proses produksi.


(24)

9 2. Peran Modal dalam Proses Produksi

Suatu modal dalam kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penting produksi yang tidak dapat diabaikan, di samping faktor-faktor pendukung proses produksi lainnya. Setiap individu berhak menggunakan modal yang dimiliki dengan baik dan produktif. Produksi berskala besar dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang dicapai saat ini, adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan modal secara maksimal, efisien dan produktif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki harta, baik yang tidak atau belum mampu mengurusnya, diharuskan dapat mengembangkan harta yang dimiliki dengan benar dan membiayai keuntungan pemiliknya dari keuntungan perputaran modal, bukan dari pokok modalnya.

Menurut Bowerk, suatu modal produksi dapat dikatakan sebagai modal yang produktif, jika :

a. Modal mempunyai kesanggupan sebagai faktor pendukung dalam memproduksi barang-barang produksi.

b. Modal mempunyai kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dihasilkan tanpa memakai modal. c. Modal sanggup menghasilkan barang atau benda-benda yang lebih berharga

dari apa yang dihasilkan tanpa menggunakan modal.

d. Modal sanggup menghasilkan nilai harga (price) yang lebih besar dari nilai modal itu sendiri.

Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas, bahwa suatu modal memiliki kedudukan yang sangat penting dalam faktor-faktor produksi,


(25)

10 meskipun bukan menjadi yang terpenting. Dalam hal ini faktor manusia mempunyai tempat yang lebih tinggi di atas modal sebagai faktor utama yang menjadi penyebab adanya kegiatan produksi ataupun aktivitas ekonomi lainnya. Oleh karenanya, fungsi modal yang utama adalah sebagai penunjang jalannya proses produksi untuk mengahasilkan barang-barang produksi dalam rangka memenuhi kebutuahan

masyarakat (konsumen). 2.3 Konsep Perempuan

Pada perkembangannya, pada tahun 2000 telah diterbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Jender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini berisi instruksi kepada menteri, bupati/walikota, kepala lembaga pemerintah non departemen untuk:

1. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauaan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif jender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. 2. Memperhatikan secara sungguh - sungguh Pedoman Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional. 3. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuaan:

- Memberikan bantuan teknis kepada instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender. - Melaporkan hasil pelaksanaan pengarusutamaan gender kepada


(26)

11 4. Secara bersama - sama atau sendiri - sendiri sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing - masing, menetapkan ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini. Kegiatan Pengarusutamaan Jender dalam Pembangunan Nasional, dilaksanakan melalui dua langkah utama, yaitu:

- Analisis Jender, untuk mengidentifikasi dan memahami ada tidaknya dan sebab - sebab terjadinya ketidaksetaraan jender, termasuk pemecahan masalahnya.

- Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah tentang jender.

Dalam skala global, dikenal tiga pergeseran interpretasi peningkatan peran wanita (P2W) sebagai berikut (Tjokrowinoto, 1996:h. 84-86 dalam Mudrajad Kuncoro, 1997) :

1. P2W sebagai wanita dalam pembangunan

Perspektif P2W dalam konteks Women in Development memfokuskan pada bagaimana mengintegrasikan wanita dalam berbagai bidang kehidupan, tanpa banyak mempersoalkan sumber-sumber yang menyebabkan mengapa posisi wanita dalam masyarakat bersifat interior, sekunder, dan dalam hubungan subordinasi terhadap pria. Asumsinya, struktur sosial yang ada dipandang sudah given. Indikator integrasi wanita dalam pembangunan diukur dengan indikator seperti partisipasi angkatan kerja, akses terhadap pendidikan, hak-hak politik dan kewarganegaraan, dan sebagainya.


(27)

12 2. P2W sebagai wanita dan pembanguan

Menurut perspektif Women and Development yang dipelopori oleh kaum feminisme Marxist ini, wanita selalu menjadi pelaku penting dalam masyarakat sehingga posisi wanita, dalam arti status, kedudukan, dan peranannya, akan menjadi salah satu ukuran keberhasilan pembangunan.

3. P2W sebagai gender dan pembangunan

Menurut kacamata gender and development, konstruksi sosial yang membentuk persepsi dan harapan serta mengatur hubungan antara pria dan wanita sering merupakan penyebab rendahnya kedudukan dan status wanita, posisi inferior dan sekunder relatif terhadap pria. Pembangunan berdimensi gender ditujukan untuk mengubah hubungan gender yang eksploratif atau merugikan menjadi hubungan yang seimbang, selaras, dan serasi.

2.4 Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan perempuan yang dicanangkan dalam Millenium Development Goals untuk mengurangi kemiskinan berwajah perempuan memiliki tiga dimensi yaitu Human Capability, kemampuan manusia dalam hal pendidikan, kesehatan dan gizi, dengan menghilangkan gap pendidikan bagi perempuan dan laki-laki hingga sekolah menengah; Acces to resources and opportunity, akses terhadap sumber daya dan kesempatan yang mengacu pada aset ekonomi dan partisipasi social.


(28)

13 Pemberdayaan sebagaimana didefinisikan oleh Empowerment TeamWorld Bank.adalah terminologi yang paling sering disejajarkan dan digunakan dalam upaya poverty reduction. Pemberantasan kemiskinan memerlukan keterlibatan perempuan dalam pembangunan sosial dan ekonomi, kesempatan yang sama dan partisipasi penuh dan adil antara laki-laki dan perempuan sebagai agen pembangunan berkelanjutan. Pemberdayaan merupakan proses peningkatan kapasitas seseorang atau kelompok dalam menentukan pilihan guna melakukan suatu aksi atau output yang diinginkan.

The Commission on Global Government (Mandela, 1995) menyatakan bahwa pemberdayaan tergantung pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, karena kemiskinan mencerminkan ketiadaan pilihan bagi seseorang. Kepastian ekonomi adalah esensial agar masyarakat mempunyai kemandirian dan kemampuan untuk menguasai power.

Dengan berbagai pandangan itu dikembangkan pendekatan pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat. Bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikanpotensinya, dengan kata lain, memberdayakannya.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable" seperti dikatakan oleh Robert Chamber (1995).


(29)

14 Pemberdayaan menurut PNPM Mandiri Pedesaan adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Pedesaan

Gambar 2.1 : Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Mandiri Pedesaan Sumber : Data dari PNPM Mandiri tahun 2009.

Keterangan gambar 2.1 :

MDST : Musyawarah Desa Serah Terima

MDPJ : Musyawarah Desa Pertanggungjawaban Musdes : Musyawarah Desa


(30)

15 MKP : Musyawarah Khusus Perempuan

Pegas : Musyawarah Penggalian Gagasan

Data yang diperoleh dari PNPM Mandiri pedesaan dalam diagram diatas bahwa sampai tahun 2009 partisipasi perempuan dalam PNPM Mandiri pedesaan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan musyawarah tentang PPNPM Mandiri Pedesaan yang biasanya dilaksanakan di masing-masing balai desa. Seperti yang terlihat di gambar 2.1 diatas partisipasi perempuan dalam MKP (Musyawarah Khusus Perempuan), serta pada MJPJ (musyawarah Desa Pertangungjawaban) sangat tinggi atau bahkan hamper semua anggota kelompok perempuan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan MKP dan MJPJ.

2.5. Pengertian Usaha Kecil

- Menurut UU No.9/1995, kriteria usaha kecil adalah:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar, milik warga negara Indonesia. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan menengah atau perusahaan besar. Berbentuk badan usaha perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum, termasuk koperasi. (Mudrajat 1998:312)

- Menurut BPS (Buletin Ekonomi Bapindo:1995) :

Industri kecil adalah usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

Selain definisi di atas setiap instansi memiliki definisi yang berbeda-beda mengenai usaha kecil dan hal ini berkaitan dengan sulitnya menyediakan data


(31)

16 sesuai dengan definisi masing-masing. Sehingga pembinaan usaha kecil ini masih belum optimal, karena masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor dan bidang binaannya sendiri. Sehingga dalam praktek sering kita jumpai persaingan antar instansi pembina usaha kecil dan pengusaha kecil merasa hanya sebagai “obyek” saja tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung.

Meskipun setiap instansi mempunyai definisi yang berbeda mengenai usaha kecil, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya usaha kecil mempunyai karakteristik yanag hampir sama, yaitu:

1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Sebagian usaha kecil ini dikelola secara perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

2. Rendahnya akses usaha kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, sehingga mereka sering menggantungkan pembiayaannya dari modal sendiri atau sumber lain seperti keluarga bahkan rentenir.

3. Sebagian besar usaha kecil tidak berbadan hukum.

4. Ditinjau dari golongan industri, hampir sepertiga usaha kecil bergerak dalam usaha makanan, minuman, dan tembakau, diikuti kelompok industri barang galian bukan logam, industri tesktil, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga masing-masing berkisar 21 sampai 22 persen dari keseluruhan industri yang ada. (Mudrajat 1998 : 316).


(32)

17 Sedangkan Home industry merupakan bentuk usaha yang dikelola rumah tangga dengan skala usaha relatif kecil. Menurut Tambunan T. (1994) salah satu karakteristik home industry adalah struktur permodalan sangat bergantung pada modal pribadi sehingga merupakan kendala yang sangat besar bagi perkembangan usaha. Keterlibatan lembaga keuangan sangat diperlukan dalam perkembangan usahanya. Bagaimana mekanisme kemitraan antara home industri dengan lembaga keuangan merupakan hal yang perlu dikaji agar sinergi antara home industri dengan lembaga keuangan dapat berjalan.

2.6 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan (faith atau thruth). Oleh karena itu dasar pemberian kredit adalah kepercayaan. Meskipun sebenarnya kredit bukan hanya sekedar kepercayaan. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa yang akan datang akan sanggup untuk memenuhi segala kewajiban yang telah dijanjikan, yang dapat berupa barang, uang atau jasa.

Dalam dunia bisnis “kredit” pada umumnya diartikan sebagai :”… kesanggupan untuk meminjam uang, atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan

perjanjian akan membayarnya kelak”(Abdurrahman dalam Fuady 1996:6). Pengertian kredit menurut OP Simorangkir adalah “Pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang” (Simorangkir 1983:91). Sedangkan pengertian kredit menurut Muchdarsyah Sinungan adalah “Uang bank yang dipinjamkan pada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu

dimasa mendatang, disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga” (Sinungan, 1994:174).


(33)

18 Menurut kamus ekonomi “Kredit berarti penundaan pembayaran, kepercayaan merupakan suatu syarat untuk memperoleh kredit. Sedanakan menurut UU Tentang Perbankan No.7 Tahun 1992 pasal 1 point 12: pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu yang telah ditentukan dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2.7 Program PNPM Mandiri

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana


(34)

19 sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Pengertian PNPM Mandiri

Adapun pengertian PNPM Mandiri adalah sebagai berikut :

a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Tujuan PNPM Mandiri 1. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.


(35)

20 2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.


(36)

21

Prinsip Dasar PNPM Mandiri

PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini:

Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri

senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki

kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan

secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.


(37)

22 • Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

Kategori Program

Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di


(38)

23 Perkotaan), PISEW (Program Infraa Struktur Sosial Ekonomi Wilayah), dan P2DTK (Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus).

b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu.

Program-program yang tergabung dalam PNPM Mandiri pada tahun anggaran 2009 terdiri dari 5 program utama, yaitu:

1. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri.

2. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perkotaan. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

3. PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan dengan fokus desa-desa tertinggal. Program ini dikelola oleh Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus, Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

4. PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan dengan fokus desa-desa tertinggal. Program ini


(39)

24 dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

5. PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya/Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah/Departemen Dalam Negeri, dan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Departemen Dalam Negeri.

Sasaran PNPM Mandiri Pedesaan 1. Lokasi Sasaran:

Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :

a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan bermasalah dalam PPK,”

b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintahan daerah dalam skema kontribusi pendanaan.

2. Kelompok Sasaran:

a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan, b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan, c. Kelembagaan pemerintahan lokal.


(40)

25

Pendanaan

1. Besarnya Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Alokasi BLM untuk setiap kecamatan dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:

a. Alokasi berdasarkan keberadaan desa tertinggal

Kecamatan yang mempunyai desa tertinggal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, maka alokasi BLM nya berdasarkan jumlah desa tertinggal yang ada di kecamatan tersebut. Data Desa Tertinggal merujuk pada data yang ditetapkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Alokasi BLM Kecamatan yang mempunyai desa tertinggal, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Alokasi Berdasarkan Keberadaan Desa Tertinggal Jumlah Desa Tertinggal Alokasi BLM (Rupiah)

≤ 3 1.000.000.000

4 1.250.000.000

5 1.500.000.000

6 1.500.000.000

7 1.750.000.000

8 2.000.000.000

9 2.250.000.000

10 2.500.000.000

11 2.750.000.000

≥12 3.000.000.000


(41)

26 b. Alokasi berdasarkan ratio penduduk miskin dan jumlah penduduk di

kecamatan

Untuk kecamatan-kecamatan yang tidak mempunyai desa tertinggal yang telah ditentukan pemerintah, dialokasikan dengan menggunakan rasio penduduk miskin dan jumlah penduduk dalam kecamatan, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Alokasi Berdasarkan Ratio

Lokasi Jumlah Penduduk Persen Penduduk Miskin

Jawa

< 25.000 ≤= 40%

> 40% 25.000 - 50.000 ≤= 40% > 40% > 50.000

< 20% 20% - 40%

> 40%

Luar Jawa

< 15.000 ≤= 40%

> 40% 15.000 - 25.000 ≤= 40% > 40% > 25.000

< 20% 20% - 40%

> 40% Sumber : Data dari PNPM Mandiri tahun 2009.

Sedangkan sumber dana PNPM Mandiri itu sendiri berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) c. Swadaya masyarakat


(42)

27 Ketentuan tentang bagaimana alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan penetapan lokasi kecamatan, Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Keuangan (Depkeu) menerbitkan Dokumen Anggaran yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi.

b. Alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan dicatat pada Daftar Pembukuan Administrasi APBD Kabupaten.

Dasar Hukum PNPM Mandiri

Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pemerintahan

Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah: a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa. c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.


(43)

28 2. Sistem Perencanaan

Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

c. Peraturan Presiden Nomor. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009.

d. Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

3. Sistem Keuangan Negara

Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455);

c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara


(44)

29 Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

d. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597); f. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Barang.

Struktur Kelembagaan

Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping, serta masyarakat baik di pusat maupun daerah. Secara umum, struktur organisasi PNPM Mandiri digambarkan berikut ini.


(45)

30 Gambar 2.2 : Struktur organisasi PNPM Pedeaan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Topik yang berkaitan dengan tema dari kebijakan pemerintah terhadap pendapatan perempuan diteliti oleh peneliti terdahulu. Suman (2007) meneliti mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di Propinsi Jawa Timur. Program itu bernama PPK (Program Pengembangan Kecamatan). Ditemukan bahwa PPK sudah mengenai sasarannya yaitu kecamatan miskin. Ketepatan sasaran itu diukur dari kondisi fisik rumah responden yang ternyata berhubungan positif dengan pendapatan responden. Pada tingkat mikro PPK dengan kredit mikronya mampu menciptakan tambahan pendapatan 10% per tahun bagi peminjamnya. Studi ini melihat keberhasilan perempuan dalam memanfaatkan kredit mikro dan menemukan adanya korelasi yang kuat antara


(46)

31 frekuensi pertemuan kelompok perempuan dan besarnya tunggakan cicilan kelompok itu. Peran ini pula membuat perempuan lebih memilih untuk memikirkan secara serius bagaimana membayar utang kepada kelompoknya daripada menanggung rasa malu karena menunggak utang itu.

Gergis (1999), dalam penelitiannya mencoba untuk menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi warga negara. Pemberdayaan telah berada di pusat pergeseran pemikiran tentang pembangunan ekonomi sebagai tanggapan dengan kegagalan modernisasi dan ekonomi menetes ke bawah. Untuk dapat diberdayakan, penting untuk mengetahui kemampuan sendiri dan energi kreatif. Pemberdayaan adalah tentang mengambil alih proses pembuatan keputusan, karena ini tentang pencapaian pemberdayaan tujuan. Hasil penelitiannya, bahwa pemberdayaan dari mereka yang tidak berdaya, termasuk penyandang cacat, anak-anak, orang tua, perempuan, miskin, dan pengangguran. Karena pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk pemberdayaan ekonomi warga, mereka harus direformasi untuk meningkatkan kreativitas dan daya saing. Akhirnya, kertas memberikan definisi dan strategi operasional untuk mencapai pemberdayaan ekonomi warga

Wulandari (2000), dalam penelitiannya mengenai Analisis Berbagai Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nasabah penerima bantuan modal produktif PDM-DKE, menggunakan regresi linier sebagai alat analisanya. Dalam persamaan regresinya, variabel dependentnya adalah kenaikan pendapatan dan variabel independentnya merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi kenaikan pendapatan yaitu : modal PDM-DKE


(47)

32 yang diterima, usia nasabah, tingkat pendidikan nasabah, dan jumlah anak yang masih menjadi tanggungan nasabah. Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara semua variabel bebas dan variabel terikat.

Suprayoga (2000), yang menganalisa tentang pemberian Kukesra dan Takesra dan meningkatkan tahapan keluarga menggunakan alat analisa regresi linier semi-log. Dimana variabel dependentnya adalah kenaikan tahapan keluarga dan variabel independent yang digunakan adalah jumlah keluarga penerima kredit, nominal kredit yang diberikan, dan tabungan dari masing-masing keluarga penerima kredit. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap perubahan pada variabel bebas akan mampengaruhi perubahan variabel dependent. Makin besar kredit yang diberikan akan memperbesar kesempatan bagi keluarga penerima untuk berpindah ke tingkatan keluarga sejahtera yang lebih tinggi.

Setiono (1997), menganalisa program P2KP (Proyek Pengentasan Kemisikinan Perkotaan) dengan melihat efektifitas bantuan program yaitu bantuan langsung kepada masyarakat yang diberikan untuk mendorong peran dan partisipatif masyarakat perkotaan. Peneletian tersebut dengan mengambil judul Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Poroduktif P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan masyarakat Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang. Dengan menggunakan uji beda yaitu uji Z (data normal), maka di dapat hasil bahwa P2KP tidak bisa berperan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Data-data hasil penelitian


(48)

33 menjelaskan P2KP belum bisa berperan banyak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kebijakan pemerintah tentang PNPM Mandiri diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan yang mempunyai usaha. Kontribusi ini dapat dilihat dari pendapatan perempuan penerima bantuan PNPM Mandiri pedesaan dalam bentuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP), sebelum dan sesudah menerima bantuan. Kerangka pikir dari penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 : Kerangka berfikir.

2.10 Hipotesis

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan instrument kerja dari teori. Sebagai hasil kerja

PNPM Mandiri Pedesaan

Perempuan Yang Memiliki Usaha

Pendapatan Usaha Sesudah Kredit Pendapatan Usaha

Sebelum Kredit

Komparasi/perbedaan Uji Beda


(49)

34 teori preposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun, 1987 : 43).

Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang telah diuraikan pada bagian sebelumbya, maka dapat disusun suatu hipotesa yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian dan masih harus dibuktikan secara empiris, yaitu :

1. Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan perempuan yang memiliki usaha sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.

2. Diaantara 5 jenis usaha, jenis usaha home industry lebih cepat berkembang setelah diberi bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.


(50)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran perempuan pada program PNPM mandiri pedesaan dengan studi kasus di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2009 setelah pelaksanaan PNPM Pedesaan bantuan kredit usaha di kecamatan Geger dilaksanakan telah berjalan dalam kurun waktu 2 tahun, semenjak program ini di laksanakan pada tahun 2007. Obyek peneitian ini adalah perempuan pnerima bantuan kredit SPP (Simpan Pinjam Perempuan).

3.2 Jenis Penelitian

Bentuk desain penelitian yang diambil dalam penulisan ini adalah satatistik deskriptif. Satistik Deskriptif ini bertujuan untuk mencoba menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan dengan lebih jelas dan bermakana (Kuncoro, 2003: 172). Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel (Sugiono, 2005).

3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan elemen dan fenomena di wilayah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan penerima bantuan pinjaman


(51)

36 program PNPM mandiri di kabupaten Madiun tepatnya di Kecamatan Geger yang memiliki beberapa Desa sebagai berikut : desa Sareng, Geger, Banaran, Klorogan, Slambur, Purworejo, Sumberejo, Jatisari, Samberejo, Pagotan, Sangen, Kertosari, Kertobanyon, Kaibon, Kranggan.

Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi unit sampel adalah rumahtangga dimana perempuan penerima bantuan pinjaman program PNPM Mandiri Kabupaten Madiun merupakan anggota rumah tangga tersebut.

Dalam pengambilan sampel peneliti harus berhati-hati dan memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Semakin homogen populasi itu maka semakin kecil sampel yang diambil. Apabila populasi itu homogen sempurna maka satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah representatif untuk diteliti. Untuk data yang representatif bahwa besarnya sampel 20% dari populasi sudah mewakili (Singarimbun, 1981).

Dari besarnya populasi yang diperoleh dari data Dinas terkait maka jumlah sampel yang direncanakan akan diteliti 30% dari jumlah populasi. Penetapan responden dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random Sampling atas dasar jenis usaha yang dilakukan perempuan Program PNPM Mandiri pedesaan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Penelitian ini memilih 5 jenis usaha yang dijadikan obyek penelitian yaitu home industry, jasa (salon, jahit, dsb), toko kelontong, warung makan, dan kerajinan. Data yang diperoleh jumlah penerima manfaat 273 maka diambil sampel per jenis usaha 30% adalah sebagai berikut:


(52)

37 Tabel 3.1

Data Penerima SPP Kecamatan Geger

No Jenis Usaha Jumlah Populasi (orang) Sample (orang)

1 Home Industri 63 19

2 Jasa (Salon, jahit, dsb) 48 14

3 Toko Kelontong 87 26

4 Warung Makan 56 17

5 Kerajinan 19 6

Jumlah 273 82

Sumber : Data PNPM Kabupaten Madiun 2009. 3.4 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis sumber data adalah sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari obyek penelitian, dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang diisi responden. Responden adalah para perempuan penerima bantuan program PNPM mandiri pedesaan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari data-data yang telah diolah oleh pihak-pihak atau institusi-institusi terkait. Badan perencanaan daerah Kabupaten Madiun, instansi dan dinas terkait, Fasilitator PNPM baik tingkat Kabupaten maupun tingkat Kecamatan, serta referensi dari media cetak dan media elektronik.


(53)

38 3.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari responden melalui kuisioner. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, maka dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara membaca literatur-literatur bidang ekonomi pembangunan dan sumberdaya manusia yang digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dan teori-teori yang sesuai dengan topik penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan menganalisis laporan-laporan mengenai ekonomi dan pembangunan serta ketenagakerjaan yang diterbitkan oleh kantor statistik maupun instansi-instansi pemerintah lain yang terkait dengan pokok penelitian.

3. Memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden dengan teknik wawancara tersruktur dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan untuk menggali masalah atau hal yang tidak dapat di kuantifikasi.

3.6. Teknik Analisa Data

Secara umum tehnik analisa pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, tehnik analisa deskriptif dan tehnik analisa statistik infern (induktif). Penggunaan dua tehnik analisa ini bertujuan untuk mempermudah dalam menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian.


(54)

39 Statistik deskriptif merupakan bagian ilmu statistik mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal. Dalam hal ini data hanya disajikan dalam bentuk data yang lebih mudah difahami atau dibaca (Subagyo, 1996:1).

Statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis usaha yang mampu berkembang dengan cepat setelah diberi bantuan kredit usaha program PNPM mandiri pedesaan. Sedangkan statistik infern digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapatan perempuan penerima bantuan sebelum dan sesudah menerima kredit usaha program PNPM mandiri pedesaan.

1. Uji Normalitas Data

Sebelum metode statistik infern ditetapkan terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal ataukah tidak. Dalam literatur Statistika maupun ekonometrika, ada beberapa uji untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan,

 antara lain Jarque-Beta test atau J-B test. Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan chi-square probability distribution. Adapun pedoman untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan  adalah dengan membandingkan JB atau X2hitung dengan X2tabel

a) Bila nilai JB hitung > nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa

residual , adalah berdistribusi normal ditolak.

b) Bila nilai JB hitung < nilai X2 tabel, maka yang menyatakan bahwa residual , adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.


(55)

40 2. Paired Sample T-Test

Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode statistik parametrik, yaitu dengan menggunakan Paired sample T-test. Uji ini digunakan untuk menguji sample yang berpasangan (sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda) (Santoso, 2005:274). Dengan uji paired T-test ini maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

HO = pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan

pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah identik (tidak berbeda secara nyata).

H1 = pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan

pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah berbeda secara nyata. Dasar pengambilan keputusanya adalah sebagai berikut :

- Jika nilai probabilitas (nilai sig.) > 0,05 (α), HO diterima.

- Jika nilai probabilitas (nilai sig.) < 0,05 (α), HO ditolak.

3. Wilcoxon Signed Rank Test

Apabila data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji statistik non paramtrik, yaitu dengan mengguanakan uji Wilcoxon signed rank test. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) bahwa dua media sama (Trihendardi, 2004:162), hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut :

HO = Kedua variable memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan


(56)

41 menerima bantuan pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah sama atau tidak ada perubahan.

H1 = Kedua variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau

bisa dikatakan pendapatan perempuan yang memiliki usaha sebelum dan sesudah menerima bantuan pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah berbeda atau mengalami perubahan.

Dasar pengambilan keputusanya menggunakan probabilitas adalah sebagai berikut :

- Jika nilai probabilitas > 0,05 (α), HO diterima.


(57)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum wilayah Penelitian

1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Geger

Kecamatan Geger adalah salah satu kecamatan dari 15 kecamatan di Kabupaten Madiun dengan luas wilayah : 36,61 km2, terletak di belahan selatan wilayah Kabupaten Madiun yang mempunyai batas-batas wilayah kecamatan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Madiun

b. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Wungu dan Kecamatan Dagangan

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Dolopo

d. Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Magetan 2. Kondisi Sosial

Jumlah penduduk di Kecamatan Geger adalah 58.531jiwa yaitu 28.828 jiwa penduduk laki-laki dan 29.703 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan Geger memiliki rata-rata penduduk miskin berjumlah 4304 rumah tangga yang tersebar di 19 desa.

3. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pada tahun 2009 tercatat jumlah penerima bantuan SPP (Simpan Pinjam Perempuan) dari program pemerintah PNPM Mandiri Pedesaan hanya 15 desa dari 19 desa yang tersebar di kecamatan Geger. Dengan jumlah penerima manfaat adalah sebanyak 273 orang.


(58)

43 Tabel 4.1

Penerima SPP Tahun Anggaran 2009

No. Desa Jumlah

Kelompok Nama Kelompok

Total Penerima Manfaat

1 Sareng 1 Kel. Anggrek 9

2 Geger 1 Kel. Sekar Arum 5

3 Banaran 1 Kel. Yasinan 11

4 Klorogan 1 Kel. Dahlia 19

5 Slambur 5 Kel. Delima 10

Kel. Pepaya 10

Kel. Mangga 8

Kel. Manggis 10

Kel. Kartini 10

6 Purworejo 1 Kel Merak 13

7 Sumberejo 2 Kel Jambu 10

Kel. Mangga 10

8 Jatisari 6 Kel. Melati 12

Kel. Anggrek 9

Kel. Flamboyan 6

Kel. Kenanga 10

Kel. Kantil 11

9 Sambirejo 1 Kel. Kartini 13

10 Pagotan 2 Kel. Matahari 10

Kel. Bougenvile 10

11 Sangen 3 Kel. Melati 6

Kel. Mawar 6

Kel. Dahlia 5

12 Kertosari 1 Kel. Sekar Rahayu 5

13 Kertobanyon 2 Kel. Kartini 10

Kel. Kartika 10

14 Kaibon 3 Kel. Anggrek 6

Kel. Mawar 6

Kel. Lely 5

15 Kranggan 1 Kel. Tulip 8

Jumlah 273

Sumber : PNPM Kecamatan Geger 2009

Di kecamatan Geger penerima bantuan SPP berjumlah 273 orang yaitu perempuan yang memiliki usaha. Masing-masing desa dibentuk beberapa kelompok yang mampu mengorganisir dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana SPP. Tiap-tiap kelompok dalam pengambilan keputusan


(59)

44 harus melibatkan anggotanya terutama yang berhubungan dengan pengelolaan aset dari SPP tersebut.

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1. Keadaan dan karakteristik responden.

Dalam bagian ini dijelaskan keadaan dan karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu nasabah atau penerima bantuan SPP (Simpan Pinjam Perempuan) dari Program PNPM Mandiri Pedesaan di wilayah Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Berdasarkan atas data yang ada dengan harapan diperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Deskripsi daripada karakteristik responden adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden Dilihat dari Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas seseorang yang nanti pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi dan tingkat kemakmuran. Seperti diketahui kebanyakan keluarga miskin bekerja dengan mengandalkan kemampuan fisik. Jadi dalam hal ini usia juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan akhirnya pada kemakmuran. Pada penelitian ini responden terbanyak adalah responden dengan usia 41-50 tahun sebanyak 30 responden atau 36,59 % dari keseluruhan responden. Pada urutan kedua adalah responden dengan usia 31-40 tahun sebanyak 29 responden dengan persentase sebesar 35,37 % dari total responden. Sebagian besar responden berada dalam usia produktif, yaitu respondan yang berusia 31-40 tahun dan 41-50 tahun, hal ini disebabkan karena dalam usia tersebut perempuan akan mampu mencapai kemandirianya


(60)

45 untuk berjuang mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Untuk responden yang berusia 21-30 tahun berjumlah 7 responden yaitu sebanyak 8,54 % adalah usia yang masih muda, namun mempunyai keinginan yang tinggi untuk mampu merintis sebuah usaha. Responden yang mmpunyai usia lebih dari 60 tahun hanya berjumlah 2 responden dengan persentase sebesar 2,44 %, karena pada usia tersebut produktivitas perempuan menurun. Sedangkan sisanya usia kurang dari 21 tahun adalah 0%, karena pada usia tersebut adalah usia untuk melaksanakan pndidikan.

Tabel 4.2

Responden Menurut Usia No. Usia Jumlah Persentase

1 < 21 0 0

2 21-30 7 8.54

3 31-40 29 35.37 4 41-50 30 36.59 5 51-60 14 17.07 6 >60 2 2.44

Jumlah 82 100.00

Sumber: Data primer yang diolah

Seperti yang terlihat pada deskripsi karakteristik responden berdasarkan usia pada tabel 4.2 diatas, bahwa pada usia 31-50 tahun merupakan usia bagi mereka untuk berusaha lebih produktif dan lebih maju dalam usahanya. dalam usaha yang lebih produktif para perempuan di kecamatan Geger ini mampu berpartisipasi aktif dalam Program PNPM Mandiri pedesaan dengan menjadi anggota penerima bantuan Simpan Pinjam Perempuan.


(1)

Untuk jenis usaha warung makan hanya mengalmi kenaikan rata-rata Rp.423529.4. Sedangkan untuk jenis usaha dalam bidang Jasa mengalami kenaikan pendapatan rata-rata Rp.442857.1. Selanjutnya usaha kerajinan misalnya kerajinan pembuatan alat-alat rumah tangga juga mengalami kenaikan yang tinggi dengan kenaikan rata-rata Rp.533.333,3. Sedangkan jenis usaha home industry merupakan jenis usaha yang mengalami kenaikan tingkat pendapatan paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mean rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah menerima SPP sebesar Rp.557894,7. Jenis usaha home industry merupkan jenis usaha yang banyak terdapat di kecamatan Geger. Jenis usaha ini misalnya tempe, keripik tempe, keripik singkong, kerupuk lempeng, sambel pecel, dan lainya. Jenis usaha ini mampu berkembang cepat karena permintaan pasar sangat tinggi pada hasil produksi jenis usaha tersebut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisa pembahasan serta pembuktian hipotesa yang diajukan tentang analisa pendapatan perempuan penerima kredit SPP pada program PNPM Mandiri Pedesaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan penerima bantuan SPP sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan SPP. Pengalokasian bantuan pinjaman kredit untuk usha yang produktif, dapat meningkatkan pendapatan usaha. Dari hasil penelitian ini dengan 82 responden, untuk jenis usaha secara keseluruhan sesudah menerima bantuan SPP, terjadi kenaikan pendapatan. Pendapatan sesudah menerima kredit SPP lebih besar dari pada pendapatan sebelum, dengan rata-rata kenaikan Rp.449.390,2. Untuk jenis usaha home industry adalah Rp.557.894,7, kemudian untuk jenis usaha kerajinan mengalami kenaikan pendapatan rata-rata Rp.533.333,3, jenis usaha sektor jasa mengalami kenaikan rata-rata pendapatan Rp.442.857.1, sedangkan jenis usaha warung makan mengalami kenaikan pendapatan rata-rata Rp.423.529.4, yang palin sedikit adalah jenis usaha toko kelontong yang hanya mengalami kenaikan rata-rata pendapatan Rp 371153.8.

2. Dilihat dari masing-masing jenis usaha yang telah dikategorikan dalam 5 jenis usaha tersebut, jenis usaha home industry merupakan jenis usaha


(3)

yang mampu berkembang pesat setelah diberikan bantuan pinjaman SPP. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pendapatan rata-rata dari masing-masing jenis usaha.

3. Program pemerintah PNPM Mandiri pedesaan yang telah dilaksanakan dari mulai tahun 2007 sampai sekarang dengan sasaran target pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan, sangat berjalan efektif di kecamatan Geger kabupaten Madiun. Hal ini terlihat pada salah satu kegiatannya yaitu SPP yang mampu meningkatkan pemberdayaan perempuan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi penerima manfaatnya.

4. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan memberikan penambahan modal untuk usaha yang lebih produktif agar dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha tersebut.

5.2. Saran

Dari pengujian yang telah dilakukan dan diperoleh beberapa kesimpulan mengenai analisa pendapatan perempuan penerima kredit SPP pada program PNPM Mandiri Pedesaan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun, maka ada beberapa saran sebagai berikut :

1. Konsep dari PNPM Mandiri Pedesaan yang telah dicanangkan pada tahun 2007, dengan pelaksana program salah satunya adalah kecamatan Geger, telah tercapai dalam meningkatkan pendapatan perempuan. Namun dari 19 desa di kecamatan Geger hanya 15 desa yang telah melaksanakanya. Untuk itu perlu adanya perluasan wilayah program ke wilayah desa yang belum tersentuh oleh program ini, agar tidak terjadi kecumburuan sosial.


(4)

2. Jenis usaha Home Industry dilihat dari rata-rata kenaikan pendapatannya mampu lebih responsif. Untuk itu peran dari pemerintah desa, kecamatan, amupun fasilitator sangat diperlukan untuk memberi pengarahan bagi jenis usaha lainnya agar mampu lebih produktif dan dapat meningkatkan pendapat usahanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla Gergis, 1999, Citizen Economic Empowerment In Botswana : Concepts & Principles, Botswana Institute for Development Policy Analysis (BIDPA).

Arsyad, Lincolin, Drs. 1988. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Fuady, Munir, SH, LL, M, 1996. Hukum Perkreditan Kontemporer. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hadi. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

John M. Cohen dan Norman T. Uphoff. 1977. Rural Developent Participation : Concept and Mesures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Cornell University.

Kuncoro, Mudrajat, 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan

Kebijakan, Edisi Ketiga,UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Lembaga Penelitian SMERU, 2004, Dampak Kebijakan Upah Minimum

Terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan

Indonesia, Laporan Hasil Penelitian.

Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta, BKLM, 1982. Nazir, Ph.D., 1983. Metode Penelitian. Balai Aksara – Yudhistira. Jakarta.

Peter Dreier, 1996, Community Empowerment Strategies, The Limits and Potential of Cummunity Organizing in Urban Neighborhoods, U.S.

Department of Housing and Urban Development • Office of Policy

Development and Research.

Pujiwati, Sayogyo, 1991, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa, Yayasan Obor Indonesia , Jakarta.

Setiono, 1997, Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Produktif P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) masyarakat Kelurahan

Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang, Universitas Brawijaya Malang.

Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Singarimbun. M, 1982, Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES, Jakarta. Sinungan, Muchdarsyah. 1994. Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun


(6)

Sonny Sumarsono, 2003, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia & Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo, Pangestu, 1996, Statistik Deskriptif, BPFE, Yogyakarta. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta.

Suman, 2007, Program Pemberdayaan Masyarakat melalui PPK (Program

Pengembangan Kecamatan) di Propinsi Jawa Timur, Universitas

Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Sumardi, Mulyanto, 1982 Sumber pendapatan kebutuhan pokok dan prilaku menyimpang , C.V. Rajawali untuk Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta. Sumardi, Mulyanto, 1982, Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Rajawali,

Jakarta.

Supartiningsih, 2008, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya

Meningkatkan Pendapatan Rumahtangga Di Pedesaan, (Refleksi

Pengalaman Lapang dari Program P3EL di Kabupaten Lombok Timur), Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram.

Supriyati, 1990. Kajian Tingkat Upah di Pedesaan Jawa (Kasus di Jawa Barat). Tesis Pasca Sarjana,IPB, Bogor.

,www.pnpm.co.id , www.detik.finance.com ,www.proquest.com , www.ginandjar.com


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

4 55 137

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat

3 40 135

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76