Transmisi Harga Kopi Di Pasar Indonesia Terhadap Pasar Tujuan Ekspor Utama Kopi

T

TRANSMISI HARGA KOPI ANTARA PASAR INDONESIA
DAN PASAR TUJUAN EKSPOR UTAMA

KHUMAIRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Transmisi Harga Kopi
Antara Indonesia Dengan Pasar Tujuan Ekspor Utama Kopi adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016

Khumaira
NRP : H453130201

RINGKASAN
KHUMAIRA. Transmisi Harga Kopi di Pasar Indonesia terhadap Pasar Tujuan
Ekspor Utama Kopi. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan SAHARA.
Indonesia merupakan pasar produsen sekaligus pengekspor kopi keempat
di dunia dengan rata-rata pangsa pasar dari tahun 2009-2014 adalah sebesar 7.3
persen. Pangsa pasar ekspor kopi di pasar Indonesia masih kecil apabila
dibandingkan dengan pasar eksportir utama kopi lainnya yaitu pasar Brazil dan
Vietnam. Hal ini menyebabkan Indonesia tidak bisa menjadi penentu harga kopi
di pasar dunia, Indonesia hanya bertindak sebagai price taker (penerima harga).
Perubahan harga kopi umumnya dipengaruhi oleh jumlah permintaan kopi di
pasar importir dan jumlah yang ditawarkan oleh pasar eksportir. Pasar tujuan
ekspor utama kopi di pasar Indonesia adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.
Integrasi pasar yang terjadi antara pasar eksportir dan pasar importir terjadi

apabila perubahan harga yang terjadi di pasar importir mampu ditransmisikan
secara simetri ke pasar eksportir dari segi waktu atau dari segi besaran. Akan
tetapi hal tersebut sulit karena perubahan harga antara pasar importir maupun
pasar eksportir sering ditransmisikan secara tidak simetri. Hal ini disebabkan
karena pada perdagangan kopi di pasar internasional lebih dikendalikan oleh pasar
impor kopi di pasar importir utama yang memiliki pangsa pasar yang besar
sehingga mempunyai kekuatan pasar (market power) dalam mengendalikan harga
pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) transmisi harga antara
harga ekspor kopi di pasar Indonesia dengan pasar tujuan ekspor utama kopi
(Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman), (2) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan harga ekspor kopi di Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data time series bulanan dari Januari 2005-Desember 2014.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah AECM (Asymmetric Error
Correction Model) untuk menganalisis transmisi harga ekspor kopi di pasar
Indonesia dengan pasar tujuan ekspor utama kopi. Selain itu untuk menganalisis
tujuan kedua menggunakan model Error Correction Model (ECM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hubungan kointegrasi
(integrasi harga pada jangka panjang) antara pasar ekspor kopi di Indonesia
dengan pasar importir utama kopi yaitu (Amerika Serikat, Jerman dan Jepang).

Berdasarkan pengujian kausalitas menunjukkan bahwasanya terjadi hubungan
searah antara Indonesia dengan pasar importir utama (Amerika Serikat, Jerman,
dan Jepang) yaitu pasar importir mampu mempengaruhi harga di pasar Indonesia,
sedangkan pasar ekspor kopi di Indonesia tidak mampu mempengaruhi harga kopi
di pasar -pasar importir. Hal ini disebabkan karena pangsa pasar ekspor kopi
Indonesia ke pasar importir masih kecil. Berdasarkan analisis transmisi harga
dapat disimpulkan bahwasanya pada jangka pendek terjadi asimetri harga dari
segi waktu penyesuaian antara Indonesia dengan pasar Amerika Serikat dan
Jepang. Hal ini disebabkan karena adanya adjustment cost atau akibat adanya
biaya penyesuaian. Berdasarkan analisis asimetri harga pada jangka panjang
terjadi hubungan simetri antara pasar ekspor kopi di Indonesia dengan pasar
tujuan ekspor utama kopi Indonesia yaitu (Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga ekspor kopi di pasar Indonesia
pada jangka pendek yaitu harga ekspor kopi di pasar Indonesia 1 bulan
sebelumnya, harga impor kopi di pasar impor (Amerika Serikat, Jerman, dan
Jepang), harga ekspor kopi di pasar Brazil, nilai tukar dan volume ekspor kopi
Indonesia. Pada jangka panjang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga
ekspor kopi di pasar Indonesia adalah harga ekspor kopi di pasar Vietnam, harga
ekspor kopi di pasar Indonesia periode t-1, nilai tukar dan volume ekspor kopi di

pasar Indonesia.
Kata kunci: AECM, kopi, asimetri harga, transmisi harga

SUMMARY
KHUMAIRA. Price Transmission of coffee price in the Indonesia dan export
destination Indonesia market. Supervised by Dedi Budiman Hakim and Sahara.
Indonesia is the fourth coffee exporting market in the world with 7.3
percent of market share. Coffee is one of the export commodities that caused
Indonesia’s coffee price is determined by coffee price in the world market.
Indonesia’s coffee price is influenced not only Indonesia’s coffee production and
consumption but also is determined by coffee price in the importing countries
(United State, Germany, and Japan). Market integration occured when coffee
price between Indonesia and importing market is symmetry in terms of time or in
terms of the magnitude. However, the fact price efficiency in coffee market is
difficult to occur because prices change between the importing and the exporting
is often transmitted asymmetris, That is because the international coffee trade is
controlled by the main importing countries which have a large market share.
Importing market have bargaining power to control the market price.
The study aimed to analyze (1) price transmission between Indonesia
coffee price to importing market (United State, German dan Japan) (2) the factors

determined the export coffee price in Indonesia. The data used in this study a
monthly time series data from January 2005 to Desember 2014. The research
method to analyze coffee price transmission was Asymmetric Error Correction
Model (AECM) and Error Correction Model used to analyze that the factors
determine Indonesia export coffee price.
The research results showed that there was co-integration (integration in
the long term) between Indonesia dan importing countries (United State, German
dan Japan). The granger causality showed that unidirectional relationship between
Indonesia and the importing country (United State, Germany dan Japan).
importing country was able to affect the Indonesia coffee price but Indonesia
coffee price was not able to affect the price of coffee importing countries. Based
on Asymmetric price transmwassion
showed in the long term price
transmwassion between Indonesia dan importing countries (United State, German
dan Japan) occured symmetric, because no abuse of market power that carried by
the importing countries (United State, Germany dan Japan), but in the short term
price transmission between Indonesia dan importing countries (Jepang dan United
States) was Asymmetric because adjustment cost.
The factors to influence Indonesia exported coffee price in the short term
were Indonesia export coffee price in the previous period, Brazil export coffee

price, United State and German market import coffee price, exchange rate and
export volume of Indonesia. Meanwhile Indonesia export coffee price in the long
term were Indonesia export coffee price in the previous period, Brazil export
coffee price, Vietnam export coffee price, exchange rate and export volume of
Indonesia.
Keywords : AECM, Assymetric price, Coffee , Price Transmission,
NSMISI HARGA KOPI DI PASAR INDONESIA DAN

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

TRANSMISI HARGA KOPI ANTARA PASAR INDONESIA
DAN PASAR TUJUAN EKSPOR UTAMA


KHUMAIRA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ratna Winardi Asmarantaka, MS.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis memperoleh kemampuan untuk
dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul ”Transmisi harga antara
Indonesia dengan pasar tujuan ekspor utama” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian di
Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik karena bimbingan, arahan, curahan ilmu, masukan, dan dorongan dari
komisi pembimbing dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MAEc selaku ketua komisi pembimbing, dan Dr
Sahara, SP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk memberikan koreksi dan masukan serta sebagai sumber
inspirasi bagi penulis dalam penyusunan tesis.
2. Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, M.S. selaku penguji Luar Komisi dan Dr.
Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku penguji Wakil Komisi Program Studi atas
semua pertanyaan, masukan dan saran untuk perbaikan yang diberikan
kepada penulis.
3. Prof Dr Ir Hartoyo, MS., selaku koordinator mayor ilmu ekonomi pertanian
yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh
pendidikan.
4. Seluruh dosen program studi ilmu ekonomi pertanian atas segala ilmu yang
telah diberikan selama masa perkuliahan.
5. Bapak Johan, Ibu Ina, Bapak Widi, Ibu Kokom, Bapak Erwin, Bapak Khusein,

selaku staf administrasi di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah
banyak membantu selama penulis menempuh pendidikan.
6. Seluruh anggota keluarga penulis, khususnya Ibu dan Ayah tercinta Bapak
Bukhari dan Ibu Nasriah terima kasih atas doa dan dorongan moril serta
semangat yang diberikan selama studi. Adik-adikku tercinta Qurratun Aina,
Siti Zakia dan Furqan Zurrahmat yang telah memberikan semangat dan
dorongan selama kuliah.
7. Sahabatku tercinta Nurul Iski, Noratun Juliaviani, Ulfira Ashari, Dinda Julia,
Elvina, Nurlela, Nurqomariah, Zakiah, Dea Amanda, Dewi Asrini Fazariah,
Dewi Masyithoh, Romi Seroja, Devi dan Ibu Iffah terima kasih sebesarbesarnya yang sudah menjadi sahabat, memberikan dukungan serta semangat
dan sudah menjadi keluarga di Bogor.
8. Teman-teman di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2013 yang
telah berbagi ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada mentor sekaligus teman diskusi Ari
Ruslan telah membantu selama pengerjaan tesis ini, semoga bisa menjadi
dosen yang baik dikemudian hari.
Bogor, Maret 2016
Khumaira

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

vi
vi
vi
1
1
5
7
7

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Integrasi Pasar dan Transmisi Harga
Asimetri Harga
Penyebab Asimetri harga
Kekuatan Pasar dan Struktur Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Biaya Penyesuaian
Penelitian terdahulu
Transmisi Harga dan Integrasi Pasar
Analisis Transmisi Harga
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Harga
Kerangka Konseptual
Hipotesis

9
9
9
9
12
12
13
14
14
15
16
17
20

3 METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Transmisi Harga
Uji Stasioneritas Data
Pengujian Lag Optimum
Uji Kointegrasi
Uji Kausalitas
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Harga Ekspor
Kopi di Indonesia

21
21
21
21
22
23
23
24

4 GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN KOPI
Kelembagaan Kopi di Pasar Internasional
Tata Cara Ekspor Kopi di Indonesia
Perdagangan Kopi di Dunia
Ekspor Kopi ke Pasar Jerman
Ekspor Kopi ke Pasar Amerika Serikat
Ekspor Kopi ke Pasar Jepang

26
26
26
27
29
30
30

25

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Transmisi harga kopi Indonesia-Importir Utama
Analisa Data Deskriptif
Analisis Transmisi Harga
Uji Stasioner data
Penentuan Lag Optimal
Uji Kointegrasi
Uji Kausalitas
Uji Transmisi Harga
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Harga Ekspor
Kopi Indonesia
Uji Stasioner Data
Pengujian Kointegrasi
Model Jangka Pendek dan Model Jangka Panjang

41
41
41
42

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran Kebijakan
Saran Penelitian Lanjutan

46
46
46
47

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

51

RIWAYAT HIDUP

32
32
32
33
33
33
34
35
36

634

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Perkembangan neraca perdagangan komoditas unggulan utama
perkebunan tahun 2009-2013
1
Produksi, volume dan nilai ekspor kopi Indonesia tahun 2009-2013
2
Pangsa pasar ekspor kopi di pasar-pasar eksportir utama, tahun 20092014
Konsumsi kopi di pasar produsen utama (60 Kilogram Bags) tahun
2009-2014
3
Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Indonesia menurut pasar
tujuan ekspor tahun 2012-2014
4
Pangsa pasar importir utama kopi di dunia (%), tahun 2007- 2012
28
Pangsa pasar pasar eksportir ke pasar importir Jerman (%), tahun
2010-2014
29
Pangsa pasar pasar eksportir utama ke pasar Amerika Serikat (%),
tahun 2010-2014
30
Pangsa pasar pasar eksportir utama ke pasar Jepang (%), tahun 20102014
31
Rata-rata harga kopi dan nilai pertumbuhan di pasar Indonesia dan
importir utama tahun 2005-2014
32
Deskripsi statistik dari harga kopi di pasar eksportir Indonesia dan
importir utama
32
Hasil pengujian akar unit dengan intersept tanpa tren
33
Kriteria lag optimal Indonesia terhadap Amerika Serikat
34
Kriteria lag optimal Indonesia terhadap Jerman
34
Kriteria lag optimal Indonesia terhadap Jepang
34
Hasil pengujian kointegrasi
35
Pengujian kausalitas antara Indonesia dengan pasar importir utama
35
Hasil estimasi asimetri harga Amerika Serikat, Jerman dan Jepang
terhadap Indonesia
37
Uji wald test harga kopi di pasar importir Amerika Serikat, Jerman
dan Jepang terhadap Indonesia bulan Januari sampai Desember 2014 39
Hasil uji akar unit faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi di
Indonesia
41
Hasil uji kointegrasi faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi di
Indonesia
42
Faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi Indonesia pada jangka
pendek
424
Faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi Indonesia jangka
panjang
445

DAFTAR GAMBAR
1.
2
3
4
5

Pergerakan harga kopi di pasar tujuan ekspor utama dan harga kopi di
Indonesia Januari 2005 - Desember 2014
Transmisi harga tidak simetri dari sisi kecepatan dan besaran
Kerangka pemikiran konseptual
Produksi kopi pasar eksportir utama kopi tahun 1990-2014
Saluran distribusi kopi dari Indonesia ke pasar importir Jerman

6
10
19
28
29

kepada teman-teman EPN dan semua pihak yang telah mebantu dan
memberikan saran masukan demi kesempurnaan rencana penelitian penulis. Akhir
kata, penulis

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pengujian kointegrasi
Pengujian kausalitas
Hasil estimasi model ECM Amerika Serikat dan Indonesia
Uji waldtest Amerika dan Indonesia
Hasil estimasi model ECM Jerman dan Indonesia
Uji waldtest Jerman dan Indonesia
Hasil estimasi model ECM Jepang dan Indonesia
Pengujian waldtest Jepang dan Indonesia
Faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi Indonesia
jangka panjang
Faktor-faktor pembentukan harga ekspor kopi Indonesia
jangka pendek

54
55
56
57
58
59
60
61
62
63

I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran
penting terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini karena kopi merupakan salah
satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia yang berkontribusi ke 4 terhadap
neraca perdagangan Indonesia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwasanya pada tahun
2009-2010 nilai perdagangan kopi berada diurutan keempat. Akan tetapi pada
tahun 2011-2012 terjadi peningkatan nilai perdagangan komoditas kelapa
sehingga komoditas kopi turun diurutan 5. Pada tahun 2013 nilai perdagangan
kopi kembali berada diurutan ke 4. Hal ini disebabkan karena nilai perdagangan
komoditas kelapa kembali mengalami penurunan. Secara umum terjadi kenaikan
kontribusi nilai perdagangan kopi di pasar dunia.
Tabel 1

Perkembangan neraca perdagangan komoditas unggulan utama
perkebunan Indonesia tahun 2009-2013 (US$ juta)

Komoditas
Kelapa sawit
Karet
Kakao
Kopi
Kelapa

Nilai Perdagangan
2009
10 351.20
3 222.60
1 294.20
799.00
492.20

2010
13 431.20
7 289.00
1 479.10
779.50
700.80

2011
17 236.30
11 077.10
996.40
914.20
1 059.50

2012
17 601.30
7 792.10
876.50
1 132.30
1 242.20

2013
15 791.90
6 855.10
876.50
1 135.20
812.20

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) 2014

Berdasarkan Tabel 2 produksi kopi Indonesia pada beberapa tahun terakhir
berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan, terutama pada tahun
2009-2011. Akan tetapi pada tahun 2012 terjadi peningkatan produksi Indonesia
yang disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk pembungaan dan
pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan faktor yang dominan dalam
mempengaruhi tingkat produksi kopi nasional. Hal yang sama juga terjadi pada
volume ekspor kopi di Indonesia, volume ekspor kopi di Indonesia pada tahun
2009 sampai 2011 juga mengalami penurunan. Pada tahun 2011 terjadi penurunan
volume ekspor kopi terendah yaitu sebesar -24 persen. Menurunnya volume
ekspor kopi Indonesia disebabkan karena menurunnya produksi kopi di Indonesia.
Selain itu juga disebabkan karena adanya persaingan yang ketat antara pasar-pasar
produsen kopi terutama persaingan Indonesia dengan pasar-pasar pengekspor
utama kopi yaitu Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2012 terjadi
peningkatan volume ekspor tertinggi yaitu sebesar 22.36 persen yang disebabkan
karena meningkatnya produksi kopi Indonesia.
Nilai ekspor kopi Indonesia berfluktuasi dengan kecenderungan
mengalami penurunan terutama pada tahun 2009-2010. Akan tetapi pada tahun
2011-2012 terjadi peningkatan nilai ekspor kopi Indonesia. Hal ini terjadi karena
terjadi peningkatan harga kopi dunia. Kenaikan harga kopi di dunia terjadi karena
berkurang penawaran kopi dari pasar Brazil. Disebabkan karena kekeringan yang
terjadi di pasar Brazil sehingga menyebabkan kenaikan harga kopi di pasar dunia.

2
Selain itu kenaikan nilai ekspor kopi Indonesia juga terjadi karena adanya
perbaikan harga kopi arabika yang menjadi specialty coffee di pasar dunia.
Tabel 2 Produksi, volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 2009-2013
Tahun

Produksi (Ton)

Volume
Ekspor
(ton)

Nilai
Ekspor
(000 US$)

Petumbuhan
produksi
(%)

Pertumbuhan
Volume
Ekspor (%)

Pertumbuhan
Nilai Ekspor
(%)

2009

682 780.19

510 187

835 999

2010

547 764.12

432 780

812 531

-24.65

-17.89

-2.89

2011

437 253.22

347 091

1 034 814

-25.27

-24.69

21.48

2012

782 852.28

447 064

1 244 146

44.15

22.36

16.83

2013
700 011.34
500 675 1 101 525
-11.83
Sumber: Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) 2014

10.71

-12.95

Sejak tahun 1984 pangsa ekspor kopi Indonesia di pasar dunia menduduki
nomor tiga tertinggi setelah Brasil dan Kolombia, bahkan untuk kopi robusta
ekspor Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia. Sebagian besar ekspor
kopi Indonesia adalah jenis kopi robusta 93 persen, sisanya adalah jenis arabika.
Sejak tahun 1997 posisi Indonesia tergeser oleh Vietnam yang menjadi pasar
pengekspor kopi terbesar keempat sesudah Brazil, dan Kolombia (Kustriari 2007).
Saat ini volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun
meliputi kopi robusta 85 persen dan arabika 15 persen. Dari total produksi sekitar
67 persen kopinya diekspor ke pasar dunia, sedangkan sisanya 33% untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sebagian besar kopi di proses menjadi
kopi bubuk, kopi instan, dan mixed coffe. Pangsa pasar ekspor pasar-pasar
eksportir utama kopi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3

Pangsa pasar ekspor kopi di pasar-pasar eksportir utama tahun 20092014 (%)

Pasar
Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia

2009
31.60
17.70
8.20
8.20

2010
34.10
14.70
8.10
5.70

Tahun
2011
2012
32.20
25.60
17.00
20.70
7.40
6.50
5.90
9.70

2013
28.10
19.30
8.60
9.10

2014
32.00
22.20
9.60
5.20

Sumber : International Coffee Organization (ICO) (diolah) 2015

Brazil merupakan eksportir utama kopi di dunia dengan pangsa pasar
ekspor terbesar. Sebagian besar kopi yang diproduksi oleh Brazil adalah kopi jenis
arabika. Akan tetapi selain memproduksi kopi arabika Brazil juga merupakan
salah satu eksportir utama kopi robusta. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada
tahun 2009-2014 pangsa pasar ekspor kopi di pasar Brazil berfluktuasi dengan
kecenderungan mengalami peningkatan, sedangkan pangsa pasar ekspor kopi
Kolombia ke pasar dunia cenderung berfluktuasi dengan kecenderungan
mengalami penurunan. Saat ini sebagian besar jenis kopi yang diproduksi oleh
Kolombia adalah kopi jenis arabika. Pangsa ekspor kopi Vietnam dari tahun 20092014 cenderung berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan,

3
sebagian besar jenis kopi yang diproduksi di pasar Vietnam adalah kopi jenis
robusta.
Pangsa ekspor kopi Indonesia di pasar dunia cenderung berfluktuasi
dengan kecenderungan mengalami penurunan. Penurunan ekspor kopi Indonesia
disebabkan karena penurunan produksi kopi dalam negeri. Selain itu penurunan
ekspor juga disebabkan karena persaingan ekspor kopi Indonesia dengan pasar
eksportir utama yang semakin ketat, terutama persaingan Indonesia dengan pasar
Vietnam. Pangsa pasar kopi robusta di Vietnam mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, peningkatan pangsa pasar Vietnam mempengaruhi penurunan
pangsa pasar kopi robusta Indonesia. Vietnam merupakan pesaing utama ekspor
kopi Indonesia ke pasar dunia. Hal ini disebabkan karena Vietnam dan Indonesia
merupakan eksportir utama kopi robusta di pasar dunia. Pada tahun 1986-1989
pangsa ekspor kopi Vietnam hanya 0.7 persen, namun dalam periode 2000-2004
naik menjadi 13.92 persen. Pada tahun 2009-2014 rata-rata pangsa pasar ekspor
kopi Vietnam meningkat menjadi 18.6 persen.
Permintaan dunia terhadap komoditas kopi terus meningkat, sejalan
dengan peningkatan konsumsi pasar-pasar importir utama kopi. Kenaikan
konsumsi kopi dunia juga disebabkan karena pertumbuhan konsumsi kopi yang
terjadi di pasar-pasar produsen utama.
Tabel 4 Konsumsi kopi di pasar produsen kopi utama (000 Bags (60 kilogram)
tahun 2009-2014
Pasar

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

2014

Brazil
Indonesia
Kolombia

18 390
3 333
1 270

19 132
3 333
1 308

19 720
3 333
1 439

20 330
3 667
1 441

20 085
4 167
1 558

21 000
4 167
1 570

Vietnam

1 208

1 583

1 650

1 825

2 000

2 100

Sumber: International Coffee Organization (ICO) 2015

Pada tahun 2009-2014 konsumsi kopi di pasar produsen utama mengalami
peningkatan (Tabel 4). Pasar produsen dengan konsumsi kopi terbesar adalah
Brazil, sedangkan konsumsi kopi di pasar Indonesia berada diurutan kedua setelah
Brazil. Pada tahun 2009-2014 konsumsi kopi Indonesia mengalami peningkatan,
hal yang sama juga terjadi pada pasar-pasar produsen utama kopi lainnya yaitu
Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Akan tetapi peningkatan konsumsi pasar-pasar
produsen masih lebih kecil daripada kenaikan produksi kopi di pasar-pasar
produsen, terutama konsumsi kopi di pasar Vietnam. Pertumbuhan konsumsi kopi
di Vietnam sebesar 6.8 persen dari total produksi, Brazil sebesar 46.3 persen,
Kolombia sebesar 12.6 persen dan Indonesia adalah sebesar 44.6 persen dari total
produksi (ICO 2015 (diolah)).
Sebagian besar produksi pasar-pasar produsen utama kopi di ekspor ke
pasar dunia. Meningkatnya ekspor yang dilakukan oleh pasar-pasar eksportir
utama menyebabkan meningkatnya penawaran kopi dunia, sehingga
menyebabkan harga kopi dunia menurun, seperti halnya yang terjadi pada tahun
2002 terjadi penurunan drastis harga kopi dunia yang disebabkan karena
meningkatnya ekspor kopi di pasar Brazil dan Vietnam. Harga kopi terendah

4
terjadi pada tahun 2002 yaitu seharga US$ 1.14/kg kemudian sedikit meningkat
menjadi US$ 1.34/kg tahun 2003. Penurunan harga kopi yang drastis juga diduga
sebagai akibat dari permainan pembeli-pembeli kelas dunia (roasters dan
pengimpor) atau perusahaan multinasional yang melakukan pembelian melalui
perwakilan yang tersebar di sentra-sentra produksi kopi pasar produsen, seperti
Nestlé di Lampung (Kustriari 2007).
Harga kopi di Indonesia selain dipengaruhi oleh produksi dan harga kopi
domestik juga sangat dipengaruhi oleh harga yang terbentuk di pasar dunia
terutama harga kopi di pasar tujuan ekspor kopi Indonesia. Pasar tujuan ekspor
kopi Indonesia terbesar yaitu Amerika Serikat, Jerman, Jepang seperti yang
terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Indonesia menurut pasar
tujuan ekspor tahun 2012-2014

Pasar

Nilai Ekspor
(000 US$)

Volume
Ekspor
(Ton)

2012

Nilai
Ekspor
(000 US$)

Volume
Ekspor
(Ton)

Nilai
Ekspor
(000 US$)

2013

Volume
Ekspor
(Ton)

2014

Amerika
Serikat

330 815

69 652

320 912

66 138

295 903

58 309

Jerman

116 879

50 978

122 103

60 419

84 459

37 977

Jepang
145 734
51 438
102 909
Sumber: International Trade Center (ITC) 2015

41 920

101 350

41 230

Berdasarkan Tabel 5 pasar tujuan ekspor terbesar merupakan Amerika
Serikat. Tingginya ekspor kopi di Amerika Serikat sejalan dengan peningkatan
permintaan Amerika Serikat terhadap kopi dari pasar dunia. Konsumsi total
Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan permintaan
industri pengolahan kopi di Amerika Serikat. Nilai ekspor kopi di Indonesia ke
pasar Jepang meningkat pada tahun 2012 yang disebabkan karena meningkatnya
volume ekspor kopi Indonesia ke pasar Jepang. Selain itu meningkatnya nilai
ekspor kopi di Jepang disebabkan karena meningkatnya harga kopi di pasar dunia.
Pada tahun 2013 nilai ekspor kembali turun yang disebabkan karena berkurang
volume ekspor kopi Indonesia. Selain itu juga disebabkan oleh turunnya harga
kopi dunia. Permintaan kopi di pasar Jepang relatif meningkat dari tahun-tahun.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya industri pengolahan kopi di Jepang.
Sebagian besar biji kopi yang diekspor dari pasar eksportir ke Jepang dilakukan
pengolahan kembali oleh pabrik kopi instant, pabrik kopi reguler dan lain-lain
(Kemendag 2009)
Volume dan nilai ekspor kopi Indonesia ke pasar Jerman meningkat pada
tahun 2013. Akan tetapi pada tahun 2014 volume ekspor kopi Indonesia ke pasar
Jerman mengalami sedikit penurunan. Permintaan biji kopi di Jerman sebagian
besar didominasi oleh industri pengolahan yang melakukan pengolahan biji kopi
mentah menjadi bahan setengah jadi yang kemudian diproduksi menjadi kopi
kualitas tinggi. Industri pengolahan terbesar yang terdapat di Jerman yaitu Kraft
Foods dengan berbagai merk kopi antara lain Jacobs, Tassimo, Cafe HAG dan
Onko (Kemendag 2013).

5
Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi industri kopi Indonesia adalah produksi kopi
dalam negeri yang berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan.
Selain itu masalah yang dihadapi juga disebabkan karena konsumsi kopi domestik
masih sangat rendah rata-rata yaitu sebesar 1 065 kg/tahun/kapital (Ditjenbun
2014). Rendahnya konsumsi domestik menyebabkan sebagian besar produksi kopi
di Indonesia diekspor ke pasar tujuan ekspor. Hal ini menyebabkan
ketergantungan terhadap pasar dunia terutama pasar tujuan ekspor utama semakin
besar. Pada tahun 2007-2014 produksi kopi Indonesia 55.4 persen diekspor ke luar
negeri dan hanya sekitar 44.6 persen yang digunakan untuk konsumsi domestik
( ICO 2015). Komoditas pertanian yang sangat tergantung pada pasar ekspor
umumnya lebih rentan dan berisiko lebih buruk dibandingkan dengan komoditas
yang mampu memiliki pangsa alternatif pasar domestik yang lebih besar (Arifin
2013).
Saat ini sebagian besar bentuk produk kopi yang mendominasi ekspor oleh
Indonesia ke pasar importir utama masih dalam bentuk mentah, yaitu kopi biji.
Kondisi ini mengakibatkan keunggulan berupa nilai tambah produk akhir dimiliki
oleh pasar importir dan seringkali pasar diimportir utama mampu menjadi penentu
harga seperti halnya yang terjadi di Indonesia. Hal ini menyebabkan
perkembangan perdagangan komoditas primer di Indonesia cenderung tidak stabil
dan sangat bergantung pada pasar-pasar konsumen. Fittner dan Kaplinsky (2001)
menyatakan bahwa pada perdagangan biji kopi sebesar 40 persen dikuasai
perusahaan-perusahaan multinasional. Kekuatan agen disetiap titik rantai
pemasaran kopi bersifat asimetri. Selain itu di pasar pengimpor terbentuk tiga
kekuatan yaitu pengimpor, pengolah dan pengecer yang bersaing untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dalam rantai pemasaran dan berusaha
memberikan pendapatan tersebut sekecil mungkin kepada petani dan pedagangan
perantara atau pasar penghasil kopi.
Harga menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat efisiensi dari
rantai pemasaran pada suatu komoditi. Lebih jelasnya mengenai perkembangan
harga kopi di pasar Indonesia dan harga kopi di pasar tujuan ekspor utama yaitu
Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan
Gambar 1 terjadi disparitas harga antara harga ekspor kopi Indonesia dengan
harga impor kopi di pasar-pasar importir. Pada tahun 2005 rata-rata harga kopi di
pasar Amerika Serikat adalah sebesar $ 2.2/kg, di pasar Jerman sebesar $1.96/kg
dan di pasar Jepang sebesar $2.24/kg. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan harga
kopi di pasar importir dengan rata-rata harga kopi $ 4.6/kg di pasar Amerika
Serikat, $ 4.18/kg di pasar Jerman dan $ 4.7/kg di pasar Jepang, sedangkan harga
kopi di pasar Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar $ 1.37/kg meningkat
pada tahun 2011 sebesar $ 2.46/kg. Peningkatan harga kopi di pasar importir lebih
tinggi daripada harga yang terbentuk di pasar Indonesia yaitu peningkatan harga
sebesar 106 persen di pasar Amerika, 113 persen di pasar Jerman, 112 persen di
pasar Jepang dari tahun 2005 sampai 2014, sedangkan di Indonesia terjadi
peningkatan harga sebesar 79 persen.
Berdasarkan pergerakan harga antara harga kopi di pasar importir
(Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang) terhadap harga ekspor kopi di Indonesia
memiliki pola yang relatif sama. Akan tetapi terdapat beberapa bulan terjadi

6
perbedaan pergerakan harga, seperti halnya yang terjadi pada bulan Januari
sampai Agustus 2014 yaitu harga impor kopi di pasar Importir cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan pasar Indonesia harga cenderung mengalami
penurunan. Pada bulan April-September 2011, ketika terjadi kenaikan harga kopi
yang terjadi di pasar importir yaitu Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, harga
ekspor kopi di Indonesia lebih lambat merespon kenaikan harga tersebut. Harga
ekspor kopi di Indonesia mengalami harga tertinggi pada bulan Januari 2012. Hal
ini diduga terjadi perbedaan kecepatan penyesuaian harga (speed adjustment)
antara harga kopi di pasar importir terhadap harga kopi di Indonesia.
6
5

US$/kg

4
3
2
1

Agust-14

Okt-13

Mar-14

Mei-13

Des-12

Jul-12

Feb-12

Sep-11

Apr-11

Nop-10

Jun-10

Jan-10

Agust-09

Mar-09

Okt-08

Mei-08

Jul-07

Des-07

Feb-07

Sep-06

Apr-06

Jun-05

Nop-05

Jan-05

0

Tahun
USA

Jerman

Jepang

Indonesia

Sumber: International Trade Center (ITC) (diolah) 2015

Gambar 1 Pergerakan harga impor kopi di pasar tujuan ekspor utama dan harga
ekspor kopi di pasar Indonesia Januari 2005 - Desember 2014
Mengenai disparitas harga Conforti (2004) menjelaskan bahwa besarnya
disparitas harga dalam rantai pemasaran disebabkan oleh dua hal yaitu jalur
pemasaran yang panjang dan adanya penyalahgunaan kekuatan pasar (market
power). Keduanya akan menyebabkan margin yang terbentuk dari adanya
perdagangan kopi menjadi sangat besar dan tidak efisien. Semakin kecil tingkat
margin distribusi yang dihasilkan mengindikasikan bahwa para pelaku di jalur
distribusi tidak memiliki kekuatan pasar (market power) yang cukup untuk
membentuk harga (price maker), dengan kata lain pasar yang tercipta mengarah
pada model pasar persaingan sempurna. Sebaliknya semakin tinggi margin
distribusi mengindikasikan bahwa para pelaku di jalur distribusi memiliki market
power yang cukup untuk menetapkan harga di atas biaya marginalnya atau biaya
marginal ditambah dengan nilai keuntungan yang konstan. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka berada pada pasar yang cukup terkonsentrasi.
Pergerakan harga mencerminkan kondisi perkembangan permintaan dan
penawaran, kekuatan dari sisi penawaran maupun permintaan memiliki pengaruh
terhadap perubahan dan fluktuasi harga di pasar dunia baik pasar eksportir maupun

7
pasar importir. Dua pasar yang saling berhubungan akan terintegrasi secara
sempurna dan transmisi harga terjadi secara simetri. Apabila transmisi harga antar
kedua pasar tersebut tidak simetri maka dapat dapat indikasi adanya penyalahan
kekuatan pasar (market power). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini secara spesifik adalah
1. Bagaimana analisis transmisi harga antara harga ekspor kopi Indonesia dengan
pasar pasar tujuan ekspor utama kopi Indonesia (Amerika Serikat, Jerman dan
Jepang)?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan harga ekspor kopi di
tingkat eksportir Indonesia ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Menganalisis transmisi harga antara harga ekspor kopi di Indonesia dengan
pasar tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat, Jerman dan Jepang.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga ekspor
kopi di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
1. Bagi penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman
tentang perdagangan kopi di pasar dunia.
2. Bagi akademisi penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah dan eksportir diharapkan penelitian menjadi informasi untuk
memajukan industri kopi dalam negeri.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji transmisi harga kopi antara pasar
Indonesia dengan pasar tujuan ekspor utama (Amerika Serikat, Jerman dan
Jepang). Jenis data yang digunakan adalah data deret waktu atau time series
dengan rentang waktu dari Januari 2005 hingga Desember 2014, data yang
dianalisis dalam bentuk bulanan (Monthly). Asimetri harga yang dianalisis adalah
asimetri dari segi kecepatan penyesuaian (speed adjustment). Metode yang
digunakan untuk menganalisis transmisi harga adalah dengan menggunakan
Asymmetric Error Correction Model (AECM). Selain itu juga menggunakan
Error Correction Model (ECM) untuk menganalisis faktor-faktor pembentukan
harga ekspor kopi di pasar Indonesia.

8
1.
2.

3.
4.

Keterbatasan penelitian ini mencakup :
Jenis kopi yang dianalisis adalah HS 090111 yaitu kopi biji mentah, tidak
menganalisis jenis kopi olahan seperti roaster, soluble dan lain-lain.
Pengamatan ini menggunakan kopi secara agregat tidak membedakan jenis
kopi yaitu robusta dan arabika. Selain itu tidak dibedakan jenis kopi
berdasarkan kualitasnya atau mutunya.
Penelitian ini tidak menganalisis asimetri harga berdasarkan magnitude atau
besaran.
Data harga kopi yaitu harga ekspor kopi di pasar Indonesia dan harga kopi
pasar-pasar pasar tujuan ekspor utama (Amerika Serikat, Jerman dan Jepang)
yang digunakan adalah rasio antara nilai ekspor dengan volume ekspor.

9
2 TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis
Integrasi Pasar dan Transmisi Harga
Harga merupakan indikator utama yang dapat mencerminkan tingkat
efisiensi suatu pasar. Beberapa analisis kuantitatif dapat digunakan untuk melihat
efisiensi penetapan harga adalah (1) integrasi pasar, (2) transmisi harga, dan (3)
marjin pemasaran (Bressler dan King 1970). Analisis integrasi pasar dan transmisi
harga merupakan salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi pasar.
Pengetahuan tentang integrasi pasar akan dapat bermanfaat untuk mengetahui
kecepatan respon pelaku pasar terhadap perubahan harga sehingga dapat
dilakukan pengambilan keputusan secara tepat. Dua buah pasar yang terintegrasi
akan membentuk harga keseimbangan yang berkaitan secara langsung.
Asmarantaka (2009) menyatakan bahwa integrasi pasar merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan seberapa besar perubahan harga yang terjadi di pasar
acuan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada pasar pengikutnya. Dua
tingkatan pasar dikatakan terpadu atau terintegrasi jika perubahan harga pada
salah satu tingkat pasar disalurkan atau ditransfer ke pasar lain. Dalam struktur
pasar persaingan sempurna, perubahan harga pada pasar acuan akan ditransfer
secara sempurna ke pasar pengikut. Integrasi pasar akan tercapai jika terdapat
informasi pasar yang memadai dan disalurkan dengan cepat ke pasar lain.
Pada dasarnya analisis integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua
integrasi yaitu integrasi vertikal dan integrasi spasial. Menurut Goodwin (2006)
tingkat transmisi harga pada satu rantai pemasaran dapat menjadi petunjuk kinerja
dari setiap level/lembaga pemasaran yang berada dalam rantai pemasaran tersebut.
Suatu rantai pemasaran dikatakan efisien dan terintegrasi secara vertikal apabila
pola interaksi harga antara level hanya tergantung pada biaya produksinya.
Dengan kata lain, perubahan harga pada suatu level pemasaran akan
ditransformasikan kepada level pemasaran lainnya secara sama.
Transmisi harga spasial yaitu bagaimana harga di pasar domestik
melakukan penyesuaian dengan harga pasar yang terpisah secara spasial yaitu
terpisah secara dengan wilayah atau pasar melakukan penyesuaian dengan harga
dunia. Selain itu jika terjadi perdagangan antara dua wilayah, kemudian harga di
wilayah yang mengimpor komoditi sama dengan harga di wilayah yang
mengekspor komoditi, ditambah dengan biaya transportasi yang timbul karena
perpindahan diantara keduanya maka dapat dikatakan keduanya terjadi integrasi
spasial (Ravalion, 1986).
Asimetri Harga
Transmisi harga dikatakan tidak simetri apabila terdapat perbedaan
respon harga antara shock harga positif (pada saat kenaikan harga) dengan shock
harga negatif (saat terjadi penurunan harga). Beberapa faktor yang menyebabkan
asimetri harga, (1) terjadi karena adanya kompetisi yang tidak sempurna,

10
misalnya adanya lag informasi, promosi dan konsentrasi pasar (Henderson dan
Quant 1980), dan (2) adanya respon kekuatan pasar pada pasar persaingan tidak
sempurna yang dicirikan oleh peranan price leadership oleh pembeli utama
maupun penjual utama (Von Cramon dan Taubadel 1997).
Menurut Meyer dan Taubadel (2004) yang menyebabkan asimetri pada
kasus transmisi harga dapat diklasifikasikan dengan 3 kriteria

a

b

c
Sumber : Meyer dan Von Cramond Taubadel (2004)

Gambar 2 Transmisi harga tidak simetri dari sisi kecepatan dan besaran
(1)

Asimetri harga vertikal dan spasial
Kriteria yang pertama transmisi harga tidak simetri yang terjadi secara
vertikal atau spasial.Transmisi harga vertikal terjadi antar level pemasaran dalam
satu rantai, sedangkan transmisi harga spasial terjadi antar pasar yang berbeda
lokasi geografisnya.Transmisi harga spasial yang tidak simetri dapat dicontohkan
melalui perbedaan respon harga domestik terhadap perubahan harga kopi di pasar
dunia yaitu dimana kenaikan harga dunia lebih cepat dan lebih sempurna diadopsi
oleh harga domestik dibandingkan saaat terjadi penurunan harga dunia.
(2) Asimetri harga berdasarkan kecepatan (speed) dan besaran (magnitude)
Asimetri harga kriteria yang kedua kondisi transmisi harga yang tidak
simetri dari sisi kecepatan waktu dan besaran penyesuaian harga. Fenomena
asimetri terjadi apabila shock harga disalah satu pasar tidak dengan segera
ditransmisikan oleh pasar lainnya. Sementara dari sisi besaran fenomena asimetri
terjadi pada saat shock harga disuatu pasar tidak ditransmisikan secara penuh oleh
pasar lainnya. Kondisi transmisi harga tidak simetri dari sisi kecepatan waktu dan
besaran dapat dilihat pada Gambar 2
Berdasarkan Gambar 2 simbol Pout adalah harga output dan Pin adalah
harga input, diasumsikan Pout tergantung pada Pin. Gambar 2a diasumsikan
sumber shock harga pada Pin terjadi perbedaan respon dari sisi besaran
penyesuaian harga pada pout antara shock positif dengan shock negatif yang terjadi
di Pin. Pada saat terjadi shock positif atau kenaikan harga di pin, maka harga

11
output atau Pout akan mentransmisikan shock tersebut secara sempurna dimana
kenaikan harga yang terjadi di Pout sama dengan kenaikan harga yang terjadi di Pin.
Pada saat terjadi shock negatif di Pin, penurunan harga yang terjadi di Pout tidak
terjadi sempurna yaitu hanya setengah dari shock negatif di Pin yang
ditransmisikan oleh Pout. Gambar 2b menjelaskan transmisi yang tidak simetri dari
sisi kecepatan waktu penyesuaian. Saat terjadi kenaikan harga di Pin pada waktu t1,
Pout akan segera melakukan penyesuaian pada waktu yang sama. Pada saat Pin
terjadi penurunan harga Pout tidak dengan segera merespon penurunan harga
tersebut melainkan terdapat lag selama n, sehingga shock negatif di Pin baru akan
ditransmisikan di P out pada waktu t 1+n.
Gambar 2c menjelaskan transmisi yang tidak simetri dari sisi kecepatan
waktu dan besaran. Kenaikan harga yang terjadi di Pin pada waktu t1 tidak
ditransmisikan seluruhnya pada waktu yang sama, melainkan hanya setengahnya.
Pada waktu t2 barulah seluruh shock positif di pin ditransmisikan secara sempurna.
Pada saat terjadi penurunan harga pada waktu yang sama di Pin proses transmisi
dilakukan pada waktu yang lebih lama dibandingkan saat terjadi shock positif,
yaitu pada waktu t3. Respon penurunan harga yang terjadi di Pout pun tidak sebesar
penurunan harga yang terjadi di Pin. Hal ini mengambarkan bahwa terjadi
transmisi yang tidak sempurna dari sisi kecepatan waktu dan besaran penyesuaian
yang ditunjukan oleh Pout saat terjadi shock negatif di Pin.
(3) Asimetri harga positif dan negatif
Transmisi tidak simetri yang positif adalah kondisi dimana shock positif
atau ketika terjadi kenaikan harga akan direspon secara lebih cepat dan lebih
sempurna dibandingkan pada saat terjadi shock negatif yaitu ketika terjadi
penurunan harga. Sebaliknya transmisi tidak simetri yang negatif adalah situasi
dimana shock negatif akan lebih cepat atau lebih sempurna direspon dibandingkan
shock positif. Gambar 3a menjelaskan bahwa ketika Pin naik maka Pout akan
merespon dengan kecepatan dan besaran yang sama. Akan tetapi ketika Pin turun
maka Pout tidak akan merespon dengan kecepatan dan besaran yang sama maka
disebut asimetri positif. Sebaliknya ketika Pin turun, maka Pout akan merespon
dengan kecepatan dan besaran yang sama. Sebaliknya jika Pout merespon dengan
kecepatan dan besaran yang sama ketika Pin turun dibandingkan ketika Pin naik
maka disebut asimetri negatif (Gambar 3b)

a

b

Sumber : Meyer dan Von Cramond Taubadel (2004)

Gambar 3 Asimetri harga berdasarkan kriteria positif dan negatif

12
Penyebab Asimetri harga
Fenomena transmisi harga tidak simetri sebagian besar disebabkan oleh
karena adanya penyalahgunaan kekuatan pasar (market power) (Von CramonTaubadel 1997; McCorriston 2002; Vavra dan Goodwin 2005). Selain itu adanya
asimetri harga disebabkan adanya biaya transaksi yang akan menyebabkan
transmisi harga antar pasar menjadi tidak simetri, meskipun pasar tersebut berada
pada persaingan sempurna (Zachariasse dan Bunte 2003)
Von Cramon-Taubadel (1997) menyatakan beberapa faktor yang
menyebabkan asimetri harga, (1) perusahaan menghadapi perbedaan biaya
penyesuaian (adjustment cost) yaitu baik itu ketika harga naik maupun ketika
harga turun (Bailey dan Brorsen 1989), contohnya persaingan harga antara
lembaga pemasaran harga meningkat lebih cepat ketika terjadi peningkatan
permintaan. Akan tetapi ketika permintaan turun respon harga turun lebih lambat ,
dan (2) terjadi hubungan asimetri karena adanya penyalahgunaan kekuatan pasar
(market power)
Asimetri harga secara teoritis dalam hubungannya dengan karakteristik
kompetisi yang tidak sempurna, misalnya adanya lag informasi, promosi dan
konsentrasi pasar (Henderson dan Quant 1980). Beberapa faktor lainnya yaitu, (1)
masing-masing perusahaan akan menyikapi secara berbeda dalam penyesuaian
biaya tergantung apakah sedang naik atau sedang turun, (2) pelaku pemasaran
menahan barangnya pada saat naik karena takut kehabisan stok, (3) respon
kekuatan pasar pada pada pasar persaingan tidak sempurna yang dicirikan oleh
peranan price leadership baik oleh pembeli utama maupun penjual utama (Von
Cramon-Taubadel 1997), dan (4) Adanya intervensi pemerintah, misalnya adanya
subsidi harga (Kinnucan dan Forker 1987 ).
Meyer dan Von Cramon-Taubadel (2004), menyatakan bahwa tidak
terjadinya transmisi harga antara dua level pasar yang berbeda dalam satu rantai
pemasaran disebabkan oleh pasar yang tidak kompetitif. Untuk komoditas
pertanian persaingan yang tidak sempurna di rantai pemasaran (marketing chain)
membuka ruang bagi middleman untuk melakukan penyalahgunaan kekuatan
pasar yang dimilikinya (abuse of market power).
Kekuatan Pasar dan Struktur Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Sebagian besar literatur ekonomi menyebutkan bahwa struktur pasar
persaingan yang tidak sempurna menjadi faktor utama penyebab transmisi harga
yang tidak simetri (McCoriston 2002). Menurut Zachariasse dan Bunte (2003),
menyebutkan bahwa dalam pasar oligopoli atau oligopsoni terdapat
interdependence atau pelaku usaha yang dapat menyebabkan lag pada proses
penyesuaian harga. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan harga input maka
seluruh pelaku usaha akan dengan segera menyesuaikan harga sebagai sinyal
bahwa tidak ada perjanjian yang dilanggar, sementara pada saat terjadi penurunan
harga input, pelaku usaha akan saling menunggu reaksi pesaingnya untuk
menghindari sanksi yang diterapkan pesaingnya dalam bentuk perang harga.
Fenomena ini lebih cenderung terjadi apabila penyalahgunaan kekuatan pasar
(market power) antar pelaku usaha dalam suatu pasar tidak sama atau biasa

13
disebut dengan pola price leadership-price follower (Meyer dan Von-Cramon
Taubadel 2004)
Bailey dan Brorsen (1989) menambahkan bahwa transmisi harga tidak
simetri akan berjalan secara positif atau negatif tergantung dari reaksi dari
persaingnya, apabila suatu perusahaan percaya bahwa tidak ada satu pun
persaingnya akan dengan cepat merespon, maka yang terjadi adalah transmisi
harga tidak simetri yang negatif. Apabila perusahaan percaya bahwa pesaingnya
akan lebih bereaksi terhadap kenaikan harga dibandingkan penurunan harga maka
transmisi harga tidak simetri yang terjadi adalah positif.
Meyer dan Von-Cramon Taubadel (2004) menambahkan bahwa pada
struktur pasar oligopoli, transmisi harga tidak simetri dapat terjadi secara positif
maupun negatif, tergantung pada struktur dan perilaku pasar, sementara pada
pasar monopoli transmisi harga tidak simetri yang terjadi lebih akan mengarah
pada bentuk positif daripada negatif.
Biaya Penyesuaian
Kekakuan dalam proses penyesuaian harga antara pasar Indonesia dan pasar
dunia dapat juga disebabkan adanya sejumlah tambahan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk menyesuaikan harganya. Dalam ilmu
ekonomi biaya tersebut dikenal dengan adjustment cost atau biaya penyesuaian
yaitu biaya yang digunakan untuk melakukan perubahan label dan katalog, biaya
periklanan serta biaya lain yang harus dikeluarkan untuk menyampaikan
perubahan harga kepada para kilen (Meyer dan Von-Cramon Taubadel 2004)
Menurut Bailey dan Brorsen (1989) sebuah pasar/perusahaan akan
menghadapi adjustment cost yang berbeda ketika harga naik maupun ketika harga
turun, contoh ketika terjadi peningkatan harga komoditas akan lebih cepat
direspon daripada ketika terjadi penurunan harga atau disebut juga negative
asymmetric. Menurut Ball dan Mankiw (1994); Buckle dan Carlson (1996)
menyatakan bahwa asimetri harga terjadi akibat biaya penyesuaian juga dapat
terjadi akibat adanya inflasi.
`
Menurut McCorristos (2000) menyatakan bahwa perbedaan mendasar
antara transmisi harga yang disebabkan oleh kekuatan pasar (Market Power)
dibandingkan dengan adjustment cost adalah hal waktu. Biaya penyesuaian
(adjustment cost) yang besar hanya akan terjadi dalam jangka pendek, sehingga
sifatnya hanya menunda proses transmisi atau penyesuaian harga. Pada jangka
panjang akan terjadi penyesuaian harga yang sempurna atau harga kembali simetri
(McCorriston 2000). Sementara asimetri yang disebabkan oleh penyalahgunaan
kekuatan pasar (market power) dapat bertahan dalam waktu yang lama, karena
tidak hanya berpengaruh dari sisi time of adjustment atau waktu penyesuaian
tetapi juga mempengaruhi magnitude of adjustment (penyesuaian dari segi arah)
(Meyer dan von Cramon Taubadel 2004).

14
Penelitian terdahulu
Transmisi Harga dan Integrasi Pasar
Penelitian yang membahas mengenai transmisi harga kopi telah banyak
dilakukan baik di tingkat nasional maupun international. Kirnovos (2004) dalam
penelitian tentang transmisi harga dan integrasi pasar kopi di dunia ke pasar lokal
di pasar-pasar eksportir kopi (Brazil, Ethiopia, Kenya, Kolombia dan Mexico)
sebelum dan sesudah reformasi perdagangan menggunakan analisis kointegrasi
dan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pangsa harga eksportir di pasar dunia meningkat setelah adanya liberalisasi
perdagangan. Terdapat integrasi yang kuat antara pasar domestik dan pasar dunia
setelah adanya liberalisasi perdagangan dibandingkan sebelum adanya liberalisasi
perdagangan. Hasil analisis menggunakan model ECM menyimpulkan bahwa
pada jangka pendek terjadi peningkatan transmisi harga antara pasar dunia
terhadap pasar eksportir, sehingga harga domestik lebih cepat menyesuaikan
fluktuasi harga dunia setelah adanya liberalisasi perdagangan dibandingkan
sebelum adanya reformasi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mohan dan Russel (2008) yaitu
meneliti te