Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Kenakalan Remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI DESA LANTASAN BARU KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara
OLEH: CRISTEDI PERMANA BARUS
080902053
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
 
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: CRISTEDI PERMANA BARUS

NIM

: 080902053


ABSTRAK

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KENAKALAN

REMAJA DI DESA LANTASAN BARU KECAMATAN PATUMBAK

KABUPATEN DELI SERDANG

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 101 halaman, 59 tabel, 2 bagan, 20 kepustakaan serta lampiran)

Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa sehingga remaja sangatlah rentan mengalami masalah psikososial yang merupakan pemicu terjadinya kenakalan remaja (Juvenile deliquency). Kenakalan remaja dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh sosial ekonomi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan munculnya tindak kenakalan remaja. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi sosial ekonomi yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan perilaku yang berbeda pula.
Skripsi ini berjudul “Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja Di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang”. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simpel random sampling dengan jumlah sampel adalan 42 responden. Data-data yang telah terkumpul dianalisis dengan cara memberikan tafsiran atas data yang diperoleh, baik itu melalui kuesioner maupun wawancara terhadap responden sehingga dapat ditarik kesimpulan terhadap permasalahan penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa remaja di Desa Lantasan Baru berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi keluarga, mulai dari sosial ekonomi keluarga tinggi hingga sosial ekonomi keluarga rendah. Dengan menganalisis data-data yang dipeoleh dari responden dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan dengan kenakalan remaja di Desa lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Kata Kunci : Sosial Ekonomi, Kenakalan Remaja

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

NAMA


: CRISTEDI PERMANA BARUS

NIM : 080902053

ABSTRACT FAMILY SOCIAL ECONOMIC AND IN RELATION TO THE JUVENILE DELIQUENCY IN
LANTASAN BARU VILLAGE SUB-DISTRICT OF PATUMBAK REGENCY OF DELI SERDANG
(thesis consist of 6 chapters, 100 pages, 59 tables, 2 scheme, 20 bibliography and appendixes)

Adolescence is the transition from childhood to adulthood so adolescents are very vulnerable to psychosocial problems is the trigger of juvenile deliquency Juvenile delinquency can be attributed to the possible influence of family social economic. From some of the theories and research results show that there is a relationship between social economic conditions with the emergence of juvenile deliquency. The child or adolescent from the different social economic condition with have the different knowledge and behaviours.

This thesis entitled “Family Social conomic and In Relation to Juvenile Delinquency In Lantasan Baru Village Sub-District of Patumbak Regency of Deli Serdang regency”. Sampling was done by using simple random sampling with a sample of 42 respondents. The data that has been collected analyzed by an interpretation of the data obtained, whether through questionnaires and interviews with the respondents so as to draw conclusions on research problems.

The results showed that adolescents in the village of Lantasan Baru come from different socio-economic levels of families, ranging from higher socioeconomic families to low socio-economic families. By analyzing data from the respondent dipeoleh concluded that socioeconomic families have partnerships with the rampant acts of juvenile delinquency in the village of New lantasan Patumbak district Deli Serdang regency.

Keywords: Socioeconomic and Adolescent Delinquency
 

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI DESA LANTASAN BARU KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG”.
Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan kelemahan dalam menulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat sebagai pihak yang telah Tuhan sediakan menjadi penolong bagi penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya, diantaranya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.sp, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Tuti Atika, MSP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran, kritik dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
Universitas Sumatera Utara

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajari dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Bapak Boino selaku Kepala Desa Lantasan Baru serta pegawai yang telah membantu penulis selama penelitian di Desa Lantasan Baru.
6. Kepada seluruh Muda-Mudi Desa Lantasan Baru yang telah bersedia diteliti kondisi sosialnya dan memberi saran dan masukan bagi penulis.
7. Teristimewa buat Kedua Orang Tuaku, Bapak S. Barus dan Mama N Br Ginting yang telah membesarkan penulis, memberikan kasih sayang, doa dan berbagi motivasi bagi penulis.
8. Kakak dan Abang-abangku, Kak Eva, Kak Echy, Kak Pero terimakasih buat saran, motivasi, doa, dana dan dukungan buat penulis.
9. Buat sahabat terbaikku Amos Sitepu terimakasih buat semangat yang diberikan penulis selama ini. Buat Momo Barus dan Karlos Keliat tetap semangat aku pasti selalu mendukungmu.
10. Buat teman-temanku dari semester 1 hingga sekarang: Keluarga besar Kesos 08, dan semua dekat samaku, Amril hadi, Candro Libra, Sebastian, Johannes, Joel, Haryono, Frans, Gok, Nopal, Randa, Davi, Erwin, Hendrik, Indra, Jojor, Nova, Ely, Nurlina, Julianti, Evi, Jinong, Malem, Tata dan semuanya, maaf tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih semuanya.
Universitas Sumatera Utara

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan melindungi kita semua.


Medan,

Desember 2012 Penulis

Cristedi Permana Barus
                               
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………… KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. DAFTAR ISI………………………………………………………………………. DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. DAFTAR BAGAN ………………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………….... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………….. 1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................. 1.3.2 Manfaat Penelitian........................................................................... 1.4 Sistematika Penelitian ………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sosial Ekonomi……................……………………….......... 2.2 Keluarga………………………………………………………….......... 2.2.1 Definisi Keluarga……………….......…………………….…..... 2.2.2 Ciri-Ciri keluarga........................................................................... 2.2.3 Fungsi Keluarga............................................................................. 2.3 Pengertian Remaja……………………………...………………........... 2.3.1 Ciri-Ciri Remaja................................…………………………... 2.4 Pengertian Kenakalan Remaja..............…………………………..…... 2.4.1 Wujud Perilaku Kenakalan Remaja............................................. 2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja......................... ... 2.5 Kerangka Pemikiran……………...………………………………....… 2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ……………........………... 2.6.1 Defenisi Konsep…….......…….…………………....................... 2.6.2 Defenisi Operasional………………... .………….....................
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ………………………………………………................ 3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………....................
Universitas Sumatera Utara

3.3 Populasi dan Sampel………….…………………………….……...... 3.3.1 Populasi......................................................................................... 3.3.2 Sampel..........................................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………................... 3.5 Teknik Analisis Data …………………........………………….............
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Desa Lantasan Baru.............................................……...….......... 4.2 Keadaan Demografis …………………….......................………........... 4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin…................. 4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia..................................... 4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa.... ….…........ 4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama. …………….….... 4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan........... 4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian............... 4.3 Sarana dan Prasarana…………………………………...…….….......... 4.3.1 Sarana Tempat Tinggal …………........………………..…….... 4.3.2 Sarana Jalan................................... ……………………............. 4.3.3 Sarana Peribadatan.......................……………………............... 4.3.4 Sarana Pendidikan………………………………....................... 4.4.5 Sarana Kesehatan …………………………............................... 4.4.6 Sarana Olahraga.......................................................................... 4.4.7 Sarana Komunikasi..................................................................... 4.4.8 Sarana Transportasi..................................................................... 4.4 Pemerintahan Desa Lantasan Baru………...........................…..…....…
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Distribusi Identitas Responden …………………………...................... 5.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................ 5.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Umur...................................... 5.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Agama.................................... 5.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa......................... 5.1.5 Identitas Jumlah Anak Dalam Keluarga...................................... 5.2 Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga…....................................….......... 5.3 Keterlibatan Responden dalam Melakukan Kenakalan Remaja.…….
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………....... 6.2 Saran…………………………………………………………………….….

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Desa Lantasan Baru..................................………….………..….. Tabel 4.2 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin............……..…...…......... Tabel 4.3 Komposisi Penduduk menurut Usia.........…,…………..…….……...… Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa....…….……........…... Tabel 4.5 Komposisi Penduduk menurut Agama.........................………….....…... Tabel 4.6 Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan......…………........... Tabel 4.7 Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian..............……………. Tabel 4.8 Sarana Tempat Tinggal ..........................................……………………. Tabel 4.9 Sarana Jalan.............................................…………………………....…. Tabel 4.10 Sarana Peribadatan.................................................................................... Tabel 4.11 Sarana Pendidikan..................................................................................... Tabel 4.12 Sarana Kesehatan...................................................................................... Tabel 4.13 Sarana Olahraga........................................................................................ Tabel 4.14 Sarana Komunikasi................................................................................... Tabel 4.15 Sarana Transportasi................................................................................... Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin.................................... Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Umur................................................. Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Agama ............................................... Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Suku Bangsa ...................................... Tabel 5.5 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak dalam Keluarga......... Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ayah............................... Tabel 5.7 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu…………................. Tabel 5.8 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ayah................................. Tabel 5.9 Distribusi Responden berdasarkan Lokasi Pekerjaan Ayah…………... Tabel 5.10 Distribusi Responden berdasarkan Keberangkatan Ayah Bekerja.......... Tabel 5.11 Distribusi Responden berdasarkan Kepulangan Ayah Bekerja……........ Tabel 5.12 Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan Ayah.............................. Tabel 5.13 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu..................................... Tabel 5.14 Distribusi Responden berdasarkan Lokasi Pekerjaan Ibu…………… .. Tabel 5.15 Distribusi Responden berdasarkan Waktu keberangkatan Ibu Bekerja... Tabel 5.16 Distribusi Responden berdasarkan Waktu Kepulangan Ibu Bekerja ..... Tabel 5.17 Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan Ibu.................................
Tabel 5.18 Distribusi Responden berdasarkan Cukup Tidaknya Penghasilan Orangtua
dalam Memenuhi Kebutuhan.....................................................................
Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah...............
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah yang Ditempati…… ....
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah…..........
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Ayah dalam Organisasi Kemasyarakatan..................................................................................
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Ibu dalam Organisasi Kemasyarakatan.....................................................................................
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Frekwensi Rekreasi Keluarga......... Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Frekwensi Makan Makan Malam
bersama Keluarga............................................................................... Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Permintaan oleh
Orangtua............................................................................................. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Orangtua Ketika Tidak
Pulang Kerumah................................................................................. Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Perhatian Orangtua Terhadap Hasil
Studi Anaknya.................................................................................... Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Bertukar Pikiran............... Tabel 5.30 Distribusi Responden Dalam Melakukan Perkelahian........ ................ Tabel 5.31 Distribusi Responden Dalam Membolos Sekolah................................ Tabel 5.32 Distribusi Responden Dalam Melakukan Tawuran.............................. Tabel 5.33 Distribusi Responden Dalam Melakukan Perjudian............................ Tabel 5.34 Distribusi Responden Dalam Membaca Buku Porno........................ Tabel 5.35 Distribusi Responden Dalam Menonton Film Porno............................ Tabel 5.36 Distribusi Responden Dalam Melakukan Kebut-kebutan...............
Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.37 Distribusi Responden Dalam Mencuri di dalam Rumah.................... Tabel 5.38 Distribusi Responden Dalam Mencuru di Luar Rumah.................... Tabel 5.39 Distribusi Responden Dalam Merokok di Sekolah........................... Tabel 5.40 Distribusi Responden Dalam Merokok di Luar Sekolah.................. Tabel 5.41 Distribusi Responden Dalam Melakukan Hubungan Seksual.............. Tabel 5.42 Distribusi Responden Dalam Mengkonsumsi Narkoba....................... Tabel 5.43 Distribusi Responden Dalam Mendapatkan Skors dari Sekolah.......... Tabel 5.44 Distribusi Responden Dalam Terlibat dengan petugas Kepolisian........
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR BAGAN
BAGAN I…………………………………….,……………………………………..30
BAGAN II………………………………………..…………………………………50
                                     
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: CRISTEDI PERMANA BARUS

NIM

: 080902053


ABSTRAK

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KENAKALAN

REMAJA DI DESA LANTASAN BARU KECAMATAN PATUMBAK

KABUPATEN DELI SERDANG

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 101 halaman, 59 tabel, 2 bagan, 20 kepustakaan serta lampiran)

Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa sehingga remaja sangatlah rentan mengalami masalah psikososial yang merupakan pemicu terjadinya kenakalan remaja (Juvenile deliquency). Kenakalan remaja dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh sosial ekonomi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan munculnya tindak kenakalan remaja. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi sosial ekonomi yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan perilaku yang berbeda pula.
Skripsi ini berjudul “Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja Di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang”. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simpel random sampling dengan jumlah sampel adalan 42 responden. Data-data yang telah terkumpul dianalisis dengan cara memberikan tafsiran atas data yang diperoleh, baik itu melalui kuesioner maupun wawancara terhadap responden sehingga dapat ditarik kesimpulan terhadap permasalahan penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa remaja di Desa Lantasan Baru berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi keluarga, mulai dari sosial ekonomi keluarga tinggi hingga sosial ekonomi keluarga rendah. Dengan menganalisis data-data yang dipeoleh dari responden dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan dengan kenakalan remaja di Desa lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Kata Kunci : Sosial Ekonomi, Kenakalan Remaja

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

NAMA


: CRISTEDI PERMANA BARUS

NIM : 080902053

ABSTRACT FAMILY SOCIAL ECONOMIC AND IN RELATION TO THE JUVENILE DELIQUENCY IN
LANTASAN BARU VILLAGE SUB-DISTRICT OF PATUMBAK REGENCY OF DELI SERDANG
(thesis consist of 6 chapters, 100 pages, 59 tables, 2 scheme, 20 bibliography and appendixes)

Adolescence is the transition from childhood to adulthood so adolescents are very vulnerable to psychosocial problems is the trigger of juvenile deliquency Juvenile delinquency can be attributed to the possible influence of family social economic. From some of the theories and research results show that there is a relationship between social economic conditions with the emergence of juvenile deliquency. The child or adolescent from the different social economic condition with have the different knowledge and behaviours.

This thesis entitled “Family Social conomic and In Relation to Juvenile Delinquency In Lantasan Baru Village Sub-District of Patumbak Regency of Deli Serdang regency”. Sampling was done by using simple random sampling with a sample of 42 respondents. The data that has been collected analyzed by an interpretation of the data obtained, whether through questionnaires and interviews with the respondents so as to draw conclusions on research problems.

The results showed that adolescents in the village of Lantasan Baru come from different socio-economic levels of families, ranging from higher socioeconomic families to low socio-economic families. By analyzing data from the respondent dipeoleh concluded that socioeconomic families have partnerships with the rampant acts of juvenile delinquency in the village of New lantasan Patumbak district Deli Serdang regency.

Keywords: Socioeconomic and Adolescent Delinquency
 

Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya dari usia 14 pada pria dan 12 pada wanita. Sementara United Nations (UN) atau PBB menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke budaya lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orangtua mereka. Sedangkan menurut klasifikasi World Health Organization (WHO) remaja mulai dari usia 10 s/d 19 tahun (http: //belajarpsikologi.com/ 20012/ 26/ definisi-remaja). Batasan menurut WHO inilah yang digunakan penulis sebagai acuan dalam menentukan populasi dalam penelitian ini. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat dan pola perilaku sehingga remaja sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan dan ketika remaja gagal menjalaninya dapat memicu terjadinya kenakalan pada remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja merupakan suatu isu yang sering ditampilkan dalam berbagai media. Media sering memuat berita tentang remaja seperti perkelahian remaja, tawuran, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, balapan liar dan lainnya. Selain itu, tayangan kriminal di televisi juga memperlihatkan bahwa remaja juga termasuk sebagai pelaku tindakan kriminal seperti merampok, mencuri, mengedarkan narkoba, memperkosa dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara

Di negara-negara yang sudah maju, kejahatan remaja bergandengan erat dengan kemiskinan. Hal ini dicerminkan oleh distribusi ekonomis dan distribusi ekologis dari orangorang yang berasal dari kelas-kelas sosial yang berbeda-beda. Dengan sendirinya dalam masyarakat terdapat banyak kesenjangan antara si kaya dengan si miskin, semua kejadian tadi merangsang terjadinya peningkatan jumlah kejahatan yang dilakukan oleh remaja yang berasal dari stratifikasi ekonomi rendah dengan pola subkultur kemiskinan, namun anak anak remajanya memiliki ambisi materiil yang terlalu tinggi dan tidak realistis (Kartono, 1992 : 33).
Bimnas Polda Metro Jaya mengatakan bahwa di kota–kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran sering terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Jakarta misalnya seperti yang dirillis dari Biro Operasional Polda Metro Jaya, mulai bulan Januari hingga Juli 2011, sebanyak 20 kasus tawuran terjadi di Jakarta, sementara 15 kasus lainnya terjadi di daerah Bekasi. Sehingga pada Januari hingga Juli 2011, sudah terjadi sebanyak 35 kasus tawuran warga di wilayah Jakarta dan Bekasi. Ironisnya, kasus yang sama pada tahun 2010, tercatat 74 peristiwa tawuran kelompok warga dan pelajar di Jakarta. Jumlah kasus di tahun 2010 dan 2011 ini mengalami peningkatan dari dua tahun lalu atau, di tahun 2009, dimana kasus tawuran yang terjadi hanya sebanyak 16 kasus tawuran di Jakarta (http: www.mertropolitan.inilah.com/ diakses tanggal 30 april 2012 pukul 14.00)
Remaja juga senang mencoba-coba hal yang baru, mengikuti gaya atau trend, dan gaya hidup bersenang-senang termasuk mencoba-coba menggunakan narkoba. Di Indonesia sampai saat ini kejahatan dan penyalahgunaan narkoba masih mengancam remaja meskipun Indonesia sudah berkomitmen bebas narkoba dan HIV AIDS pada 2015. Ancaman tersebut terlihat dari trend jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa yang meningkat. Hal ini sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa ada peningkatan
Universitas Sumatera Utara

jumlah pengguna narkoba sebesar 22,7%. Dari sejumlah 1,1 juta di tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008. Hal ini membuktikan telah terjadi stagnansi upaya penurunan pengguna narkoba di Indonesia. Diakuinya memang sangat sulit untuk melakukan pencegahan penggunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Karena peredaran narkoba juga semakin gencar dibarengi perkembangan teknologi produksi narkoba di Indonesia. sebagaimana data BNN 2008 menyebutkan bahwa ada 3,6 juta penyalahguna narkoba di Indonesia. Dimana 41% diantara mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16 - 18 tahun. (http://ferli1982.wordpress.com/20012/26).
Di Sumatera Utara kasus anak dan remaja terhadap penyalahgunaan narkoba setiap tahunnya meningkat dratis, termasuk di kalangan pelajar. Berdasarkan data diperoleh dari Polda Sumut, jumlah anak dan remaja yang terlibat narkoba dari 2005-2011 mencapai 2.194 kasus dengan rincian kasus narkoba yang terjadi pada usia anak di bawah umur 15 tahun dari 2005-2011 mencapai 173 kasus. Sementara untuk remaja berusia 16 sampai 19 tahun mencapai 2.194 kasus. Jumlah kasus tersebut dengan klasifikasi untuk kalangan pelajar sebanyak 719 kasus dan mahasiswa 466 kasus (http//www.JurnalMedan.co.id/2012/3/26).
Selanjutnya, masalah pornografi dan pergaulan bebas juga sudah menjadi simbol bagi para pelajar dan remaja. Pergaulan remaja yang tidak sehat akan berdampak pada meningkatnya jumlah remaja yang menderita penyakit HIV AIDS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan BKKBN tahun 2004, menunjukkan bahwa remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun. Hasil riset Synote tahun 2004 (Gatra, 2006) yang dilakukan di empat kota yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan juga membuktikannya bahwa dari 450 responden, 44% mengaku berhubungan seks pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak usia 13-15 tahun. Sebanyak 40% responden melakukan hubungan seks di rumah. Sedangkan 26% melakukannya di tempat kos, dan 20% lainnya di hotel.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, hingga Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. Namun, dari hasil survei terakhir tahun 2008, persentasenya meningkat menjadi 63 persen. Dengan adanya perilaku seperti itu, para remaja tersebut sangat rentan terhadap risiko kesehatan seperti penularan penyakit HIV-AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya. Sebab, berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIVAIDS di Indonesia, 54 persen adalah remaja (http: //blog.its.ac.id/ yanis09mhsisitsacid/ 2009/12/).
Selain seks bebas, kasus aborsi juga sangat menonjol. Sebuah laporan yang dirilis Antara (16/02/09), kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30 persen pelakunya masih remaja. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia makin mengkhawatirkan.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa anak-anaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataannya orang
Universitas Sumatera Utara

cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut (Gunarsa, 2003:17).
Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak remaja. Perilaku anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya korfomitas terhadap norma-norma sosial, mayoritas juvenile delinquency berusia di bawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun dan sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan oleh delinkuen menjadi menurun (Minddendorff, dalam Kartono, 1992 : 3).

Kenakalan remaja dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh sosial ekonomi keluarga. Bagi kalangan remaja yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, mereka melakukan kenakalan disebabkan karena mereka tidak bisa menduduki status sosial tinggi melalui jalan yang wajar akibatnya mereka bergabung dengan gang kriminal. Masalah utama dari remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah ialah kesusahan dan kepedihan hati mereka karena tidak mampu bersaing dengan remaja kelas atas disebabkan oleh kurangnya privilage (hak-hak istimewa) dan fasilitas materil. Maka untuk menjalankan fungsi sosial tertentu dan untuk memberikan arti bagi eksistensi hidupnya, juga untuk mengangkat martabat dirinya serta meningkatkan fungsi egonya secara bersama-sama mereka lalu melakukan perbuatan kejahatan (kartono,1992 : 9).
Mc. Donald mengemukakan dari hasil penelitiannya di Amerika, bahwa anak laki-laki dari tingkat sosial ekonomi rendah banyak terlibat dalam tindakan kejahatan dibandingkan golongan lain terutama mengenai tindakan pidana yang berhubungan dengan tidakan merusak dan kekerasan. Garbarino dan Grouter juga mengemukakan bahwa karena kondisi keluarga yang kurang menguntungkan menyebabkan orang tua memperlakukan anak dengan tidak baik, karena mereka unemploye (penggangguran), poorly educated (pendidikan yang rendah) dan economically deprived (kehilangan sumber mata pencahian) (Gunarsa, 1993:232).
Universitas Sumatera Utara

Menurut Santrock, kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah, serta perkampungan kumuh pada penduduk. Tuntutan kehidupan yang keras menjadikan remaja-remaja kelas sosial ekonomi rendah menjadi agresif. Sementara itu, orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku putraputrinya, sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri dan menurut Cohen, perilaku kenakalan banyak terjadi di kalangan remaja laki-laki kelas bawah yang kemudian membentuk gang. Perilaku kenakalan merupakan cermin ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah atas yang cenderung mendominasi (Hadisuprapto, 1997 : 25).
Namun menurut Hurwitz yang menyebutkan bahwa dalam hal kondisi sosial ekonomi rumah tangga tidak boleh hanya memperhatikan kondisi sosial ekonomi rendah sebagai faktor dominan terjadinya kenakalan anak, penting juga memperhatikan remaja yang berasal dari kondisi sosial ekonomi kelas atas. Dalam hal ini kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang sangat tinggi, dimana remaja sudah terbiasa hidup mewah, anak-anak dengan mudahnya mendapatkan segala sesuatu akan membuatnya kurang menghargai dan menganggap mudah segala sesuatunya, yang dapat menciptakan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak dapat terjerumus dalam lingkungan antisosial. Kemewahan membuat anak menjadi terlalu manja, lemah secara mental, tidak mampu memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat. Situasi demikian menyebabkan remaja menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi atas dirinya dengan melakukan perbuatan yang bersifat melanggar (Hurwitz, dalam Moeljatno, 1986 : 111).
Dari beberapa teori diatas kita melihat bahwa adanya hubungan yang erat antara kondisi sosial ekonomi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks kenakalan remaja. Anak atau remaja dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda diperkirakan
Universitas Sumatera Utara

memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula, sehingga dikatakan bahwa bentuk kenakalan remaja datang dari latar belakang sosial ekonomi keluarga baik yang berstatus sosial ekonomi rendah maupun yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang tinggi.
Pada hakekatnya hal ini penting mengingat remaja merupakan generasi penerus bangsa yang dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif serta penuh dedikasi karena ditangan merekalah kelak maju atau mundurnya kehidupan bangsa. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan dan pembinaan secara serius sejak dini agar mereka mampu memikul tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.
Didasarkan kepada penelitian-penelitian tentang kenakalan tersebut antara lain salah satu penyebab kenakalan remaja ini adalah keadaan sosial ekonomi. Untuk itu penulis tertarik mengangkat masalah kenakalan remaja di Desa Lantasan Baru, kecamatan Patumbak, alasan penulis memilih desa Lantasan Baru sebagai lokasi penelitian karena di desa ini sudah terjadi penyimpangan perilaku remaja yang serius seperti perkelahian, pencurian, meminum minuman keras, narkoba bahkan sampai seks bebas. Akibat minimnya pengawasan orang tua banyak remaja di desa ini terjebak dalam dunia narkotika tidak hanya sebagai pemakai bahkan sebagian dari mereka ada juga sebagai pengedar narkoba, bahkan banyak remaja hidup dalam pergaulan bebas sehingga terjadi perilaku seks bebas remaja yang idealnya belum pantas dilakukan oleh anak seumuran mereka.
Alasan lain memilih Desa Lantasan Baru sebagai lokasi penelitian adalah karena daerah tersebut merupakan daerah suburban, yaitu merupakan daerah transisi antara desa dengan kota, sehingga masyarakat khususnya remaja Desa Lantasan Baru cenderung mengikuti pola kehidupan sosial masyarakat kota. Dimana masyarakat daerah tersebut
Universitas Sumatera Utara

dominan memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, sedangkan perilaku remajanya mengikuti gaya hidup masyarakat kota yang terbiasa dengan pola hidup mewah. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan satu judul “Sosial Ekonomi Keluarga Dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah langkah yang paling penting untuk membatasi masalah
yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 2008:47). Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan sosial ekonomi keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang ?”.
1.3 Tujuan danManfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hubungan sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak.

1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh berbagai pihak, baik
pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta dan semua pihak yang bergerak dibidang remaja dan juga digunakan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan remaja dan masalahnya.
Universitas Sumatera Utara

1.4 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek
yang akan diteliti, kerangka pemilihan, hipotesa, definisi konsep dan definisi operasional.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian,
tehnik pengumpulan data, serta tehnik analisa data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan penguraian tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi
penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang diteliti.
BAB V ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta
analisanya.
BAB VI PENUTUP Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian
yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Dalam Departemen Sosial kata “sosial ekonomi” menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan khususnya dalam ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan sebagainya. Adapun yang dimaksud kawan disini adalah mereka (orang-orang) yang ada di sekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni, 1986 : 60). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002 : 1454). Sedangkan kata sosial menurut Departemen Sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya (http://www.depsos.go.id/ diakses tanggal 26 maret 2012). Dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soerjono Soekanto yang mengatakan bahwa dalam menghadapi dunia
Universitas Sumatera Utara

sekelilingnya, manusia harus hidup bergaul dengan manusia lainnya dan hasil dari pergaulan itu akan mendatangkan kepuasan baginya, sedangkan apabila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak (1990 : 27).
Kegiatan yang mempertemukan manusia dengan manusia lainnya disebut situasi sosial. Situasi sosial inilah kemudian menimbulkan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah perilaku yang ditunjukkan oleh manusia apabila bertemu dengan manusia lainnya. Secara sederhana memiliki arti reaksi yang ditunjukan oleh manusia apabila bertemu dengan manusia lainnya. Tindakan sosial sangat dipengaruhi oleh perasaan atau emosi dari individu tersebut. Jadi, kegiatan sosial yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain sangat dipengaruhi oleh perasaan masing-masing individu tersebut.
Berdasarkan sifat interaksinya antar pelaku interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi bersifat akrab atau pribadi dan interaksi bersifat tidak akrab atau non personal. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu mencakup interaksi antara orang tua dengan anaknya yang saling menyayangi, interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara suami dan istri atau interaksi antara teman dekat dan saudara.
Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab. Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab, termasuk juga ketika mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antara sesama penonton sepak bola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya (samrtpsikologi, agustus 2007).
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka
Universitas Sumatera Utara

pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/Ilmu_ekonomi diakses tanggal 25 maret 2012)
Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian) (KBBI, 2002 : 379).
Dalam perkembangannya terdapat dua lingkup ilmu ekonomi, yaitu: 1. Microeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas tentang
perilaku individu dalam membuat keputusan penggunaan berbagai unit ekonomi. 2. Macroeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menjelaskan perilaku
ekonomi secara keseluruhan (economic aggregates) dan akan terkait dengan income, output, employement, dan lain-lain dalam kerangka atau skala nasional. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sosial ekonomi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lainlain. Pemenuhan kebutuhan yang dimaksud berkaitan dengan penghasilan. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial) yaitu satu keseluruh bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga dimana ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dengan adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan muncul hubungan dengan masyarakat luar. Pola hubungan interaksi ini tentu saja di pengaruhi lingkungan dimana masyarakat tersebut bertempat tinggal. Di dalam masyarakat pedesaan kita ketahui interaksi yang terjadi lebih erat dibandingkan dengan perkotaan. Pada
Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang hidup diperkotaan hubungan interaksi biasanya lebih dieratkan (http://id.wikipedia.org/Ilmu_ekonomi diakses tanggal 25 maret 2012).
Keberadaan seperti hal diatas mempengaruhi gaya hidup seseorang, tentu saja termasuk dalam berperilaku dan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Seperti yang dikatakan oleh beberapa ahli mengenai konsumsi dan gaya hidup. Konsumsi terhadap suatu barang menurut Weber merupakan gambaran hidup dari kelompok atau status tertentu (Kartono, 1992 : 137).
Melly. G. Tan mengatakan untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat itu dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi (Tan dalam Koentjaraningrat, 2007 : 35).
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. Karena tuntutan kehidupan yang keras, kehidupan remajanya menjadi agresif. Sementara itu, orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku putra-putrinya, sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri.
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain. Remaja dalam golongan ini sering berada dalam kemewahan yang berlebihan. Remaja dengan mudahnya mendapatkan segala sesuatu. Membuatnya kurang
Universitas Sumatera Utara

menghargai, yang dapat menciptakan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak dapat terjerumus dalam lingkungan antisosial. Kemewahan membuat anak menjadi terlalu manja, lemah secara mental, tidak mampu memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat. Situasi demikian menyebabkan remaja menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi atas dirinya dengan melakukan perbuatan yang bersifat melanggar.
2.2 Keluarga 2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63). Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 3, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
Menurut Friedman, keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998 hal 68). Definisi lain mengatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004 hal 34).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe keluarga, yaitu:
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anakanak.
Universitas Sumatera Utara

2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dal