Analisis Kelayakan Usahatani Jagung (Kasus: Desa Lantasan Baru, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara purposive artinya dengan penentuan daerah
secara sengaja. Penentuan sampel data dilakukan dengan pertimbangan yang telah
dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan. Pertimbangan ini didasarkan
karena Kecamatan Patumbak merupakan daerah penghasiljagung terbanyak di
Kabupaten Deli Serdang dengan luas lahan 760 Ha dengan produksi 17.803 ton
serta produktivitas 234,26 kw/ha dengan perbandingan luas lahan yang lebih
tinggi dari Kecamatan STM Hilir, tetapi Kecamatan Patumbak produktivitas
paling tinggi dari yang lain sedangkan lahan hanya terbesar ke 3 yang membuat
peneliti tertarik melakukan penelitian ini, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di
Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan
Gunung Meria
Sibolangit

Luas Tanam Luas Panen

(Ha)
(Ha)
6
6

Produksi
(Ton)
127

Produktivitas
(Kw/Ha)
211,14

10

13

282

217,18


Kutalimbaru

280

39

867

222,34

Pancur Batu

201

289

5.785

200,18


Namo Rambe

23

17

351

206,64

137

127

2.924

230,23

1.527


1.416

32.870

232,50

25

45

1.038

230,77

245

250

5.812


232,50

Biru-biru
STM Hilir
Bangun Purba
Galang

16
Universitas Sumatera Utara

17

Lanjutan Tabel 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Jagung di Kabupaten Deli Serdang
Luas Tanam Luas Panen Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(Ha)

(Ton)
(Kw/Ha)
Tanjung Morawa
215
180
2.888
160,45
Patumbak

805

760

17.803

234,26

Deli Tua

20


20

326

162,78

Sunggal

44

63

1.338

212,33

Hamparan Perak

864


708

13.607

192,18

Labuhan Deli

173

321

6.030

187,86

1.108

1.231


25.514

207,26

Batang Kuis

90

85

1.553

182,75

Beringin

12

16


344

214,75

Lubuk Pakam

13

26

609

234,20

Pagar Merbau

71

45


1.051

233,53

Percut Sei Tuan

JUMLAH
5.869
5657
121.120
Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2015

214,09

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Patumbak merupakan
kecamatan nomor 3 terbanyak produksi jagung di Kabupaten Deli Serdang. Desa
Lantasan Baru

merupakan desa dengan luas lahan tertinggi dan produksi

terbanyak di Kecamatan Patumbak.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produksi Rata-rata Jagung di
Kecamatan
Patumbak Tahun 2014
Luas Panen
Produksi
Rata-Rata Produksi
Desa
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
Patumbak I
88
393
4,46
Lantasan Baru
238
1.054
4,49
Lantasan Lama
32
144
4,43
Patumbak II
168
744
4,43
Sigara-gara
216
957
4,43
Marindal I
74
330
4,46
Marindal II
161
700
4,35
Patumbak kampung
120
534
4,45
JUMLAH
498
13.937
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2015

27,99

Universitas Sumatera Utara

18

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk luas panen, produksi dan

rata-rata

produksi tertinggi yaitu di Desa Lantasan Baru dengan jumlah 238 Ha dan 1.054
Ton dan 4,49 Ton/Ha. Sedangkan yang terendah yaitu di Desa Lantasan Lama
dengan jumlah 32 Ha, 144 Ton dan 4,43 Ton/Ha.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
dilakukan secara Accidental Sampling, karena sampel daerah penelitian bersifat
homogeny sehingga penentuan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara
kebetulan atau siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data.
Dari hasil wawancara dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Lantasan
Baru, populasi petani yang mengusahakan jagung di Lantasan Baru sebanyak 150
petani. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 sampel, yang diperoleh
dari metode Slovin menurut (Supriana, 2012), yaitu:
n=

N
1 + Ne2

dimana:
n

: Ukuran Sampel

N

: Ukuran Populasi

e2

: Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (10%)

n=
n=

150
1+(150 � (0,1)2 )

150

1+1,5

n = 60 Petani

Universitas Sumatera Utara

19

3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara yaitu mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada petani sampel dengan
menggunakan daftar kuensioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas
Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Camat Patumbak Kampung serta
instansi terkait lainnya.
3.4. Metode Analisis Data.
Identifikasi masalah yang pertama, dianalisis dengan menggunakan rumus
pendapatan usahatani jagung, dengan rumus:

Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd

= Pendapatan Usahatani

TR

= Total Revenue (Total Penerimaan)

TC

= Total Cost (Total Biaya)

Pendapatan tenaga kerja berdasarkan UMK (Upah Minimum Kabupaten) di Deli
Serdang yang berlaku pada Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 2.491.418/bulan,-.
Apabila pendapatan petani jagung lebih kecil dari pendapatan tenaga kerja (UMK)
maka pendapatan petani jagung di daerah penelitian rendah, dan begitu
sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

20

Identifikasi masalah yang kedua, dengan analisis kelayakan usahatani yaitu
menganalisis Break Event Point (BEP), Return Cost Ratio (R/C) dan Benefit Cost
Ratio(B/C).
Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali
modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan
biaya yang dikeluarkan. Ada dua perhitungan yaitu produksi dan harga. Ketentuan
yang digunakan adalah apabila laba/ rugi suatu usaha = 0

��� �������� =
��� = ����� �����

����������
����� ����

����� ����� ��������
����� ��������

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal dengan perbandingan atau
nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara sistematika dapat ditulis :

a = {(Py.Y) / (FC + VC )}
Keterangan : a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
R/C < 1 , usahatani tidak layak diusahakan
R/C > 1 , usahatani layak diusahakan
Analisis benefit – cost ratio(B/C) ini pada prinsipnya sama dengan analisis R/C,
hanya saja pada analisis B/C data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. secara
sistematika dapat ditulis:

�/� =

����������
����� �����

Universitas Sumatera Utara

21

Keterangan :
B/C < 1 , usahatani tidak layak diusahakan
B/C > 1 , usahatani layak diusahakan

3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani jagung sebagai
pemilik atau penyewa lahan.
2. Usahatani jagung adalah suatu kombinasi usaha yang tersusun dari faktor
produksi berupa modal, alam, tenaga kerja dan keahlian yang ditujukan untuk
proses produksi.
3. Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan
kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam
pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produksi) Ton/Ha.
4. Produksi usahatani jagung adalah hasil panen yang diperoleh dalam satu kali
musim tanam diukur dalam kilogram (Kg).
5. Pendapatan usahatani jagung adalah selisih antara total penerimaan dengan
total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam rupiah (Rp).
6. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh pemilik lahan dari
aktivitasnya dalam pengolahan lahan dan hasil panen.
7. Analisis kelayakan usahatani adalah analisis yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menilai sejauh mana manfaat
yang diperoleh dari usahatani.
8. Analisis Break Event Point (BEP) adalah salah satu analisis untuk
mempelajari hubungan anatara penjualan, biaya dan laba. Break event adalah
keadaan tanpa rugi.

Universitas Sumatera Utara

22

9. BEP Produksi adalah banyaknya produksi (kg) yang harus dicapai agar petani
memperoleh keuntungan.
10. BEP Harga adalah harga jual (Rp/Kg) agar petani untung atas total biaya
produksi atau untung dari total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh
petani.
11. Penerimaan adalah penerimaan (Rp) yang harus dicapai agar petani mendapat
keuntungan.
12. Analisis R/C (Return Cost Ratio) adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat penerimaan total biaya. Maka dari itu analisis R/C
merupakan perbandingan antara penerimaan dan total biaya per usahatani.
13. Analisis benefit – cost ratio (B/C) ini pada prinsipnya sama dengan analisis
R/C , hanya saja pada analisis B/C data yang dipentingkan adalah besarnya
manfaat. Kriteria yang dipakai adalah suatu usahatani dikatakan memberi
manfaat kalau B/C > 1.

3.5.2. Batasan Operasional
1. Populasi sampel adalah petani yang berusahatani jagung.
2. Penelitian yang dilakukan adalah di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang.
3. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Patumbak adalah salah satu kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di
Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Patumbak yang memiliki luas wilayah ±
4.650 Ha atau 46,50 Km² yang terdiri dari 8 desa dan 52 dusun berada di daerah
landai (dataran rendah) yang terletak antara 03° 31' – 14° 46' LU dan 98° 43' - 26°
752' BT dengan ketinggian 10 - 11 m dpl, beriklim tropis dan memiliki musim
hujan serta kemarau, cuaca suhu udara pada umumnya panas dan sebagai ditinjau
dari hidrologinya di di Kecamatan Patumbak terdapat 1 aliran sungai besar yaitu
Sungai Seruai dan 3 aliran sungai kecil (anak sungai) yaitu Sungai Batang kuis,
Sungai Batuan dan Sungai Seridan.
Secara umum keadaan geografis Desa Lantasan Kecamatan Patumbak memiliki
luas wilayah sebesar 711 Ha dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Percut Sei Tuan/Kel.T.Deli
• Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Sigara-gara
• Sebelah Barat berbatasan dengan

: Kecamatan Tanjung Morawa

• Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Patumbak Kampung
Adapun 8 (delapan) desa yang ada di Kecamatan Patumbak, diantaranya yaitu:
1. Desa Patumbak I
2. Desa Lantasan Baru
3. Desa Lantasan Lama
4. Desa Patumbak II

23
Universitas Sumatera Utara

24

5. Desa Sigara-Gara
6. Desa Marindal I
7. Desa Marindal II
8. Desa Patumbak Kampung
Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi
yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin
besar pula peluang daerah tersebut untuk meningkatkan berbagai potensi yang
dimiliki. Secara rinci luas desa dan persentasenya Terhadap Luas Kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Luas Desa dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan Patumbak
No.

Desa

1
2
3
4
5
6
7
8

Luas Desa (Km²)

Patumbak I
Lantasan Baru
Lantasan Lama
Patumbak II
Sigara-gara
Marindal I
Marindal II
Patumbak Kampung
Total
Sumber: Patumbak Dalam Angka, 2016

7,19
3,72
1,86
6,54
6,04
8,15
7,11
6,18
46,79

% Terhadap Luas Kecamatan
15,36
7,96
3,98
13,98
12,91
17,42
15,19
13,21
100,00

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa, luas desa terbesar di Kecamatan
Patumbak adalah Desa Marendal I yaitu 8,15 Km² atau sebesar 17,42% dari
seluruh luas desa di Kecamatan Patumbak. Sedangkan Desa yang memiliki luas
paling sedikit adalah Desa Lantasan Lama yaitu 1,86 Km² atau sebesar 3,98% dari
total luas Kecamatan Patumbak.
Kecamatan Patumbak terbentuk sejak tahun 1948 dengan jumlah penduduknya
pada tahun 2016 sebanyak 17.448 jiwa dan memiliki luas wilayah seluas 711 Ha
yang terdiri dari 8 (delapan) desa. Jarak desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 24 km

Universitas Sumatera Utara

25

dengan lama tempuh selama 1 jam mengendarai sepeda motor. Sedangkan jarak
desa ke Ibu kota Kabupaten sejauh 36 km, lama tempuh selama 1,5 jam dengan
mengendarai sepeda motor. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Kecamatan
patumbak dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Kecamatan Patumbak
4.1.2. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Lantasan Baru tahun 2016 sebanyak 2.338 jiwa, terdiri
dari penduduk laki-laki sebanyak 1.195 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
1.143 jiwa dan telah dirincikan dewasa laki-laki terdiri dari 807 jiwa dewasa
perempuan terdiri dari 792 jiwa, dan anak-anak laki-laki terdiri dari 388 jiwa dan
anak-anak perempuan terdiri dari 351 jiwa. Jumlah

penduduk menurut

Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 (Jiwa)
No

1
2
3
4
5
6
7
8

Desa

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Dewasa
(Lk)

Dewasa
(Pr)

Anakanak
(Lk)

Anakanak
(Pr)

Patumbak I

3.385

3.349

6.734

2.339

2.337

1.046

1.012

Lantasan Baru
Lantasan
Lama
Patumbak II
Sigara-gara
Marindal I
Marindal II
Patumbak
Kampung

1.195
1.782

1.143
1.716

2.338
3.498

807
1.209

792
1.114

388
573

351
602

3.390
6.010
16.880
8.296
8.878

3.269
5.914
16.165
8.152
8.772

6.659
11.924
33.045
16.448
17.650

2.233
3.910
11.592
5.505
5.877

2.186
3.927
11.174
5.564
5.947

1.157
2.100
5.288
2.791
3.001

1.083
1.987
4.991
2.588
2.825

49.816
48.480
98.296
Sumber: Kepala Desa Lantasan Baru, 2016

33.472

33.041

16.344

15.439

Total

Penduduk di Desa Lantasan Baru menganut agama yang berbeda-beda. Adapun
agama yang dianut oleh penduduk terdiri dari Agama Islam, Agama Kristen
Protestan, dan Agama Katholik. Keadaan penduduk di Kecamatan Patumbak
menurut agama dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2015
No
1
2
3

Agama
Islam
Kristen Protestan
Khatolik
Total

Jumlah Penduduk (Jiwa)
6.052
2.836
878
2.336

Sumber: Kepala Desa Lantasan Baru, 2016
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut agama terbanyak
adalah agama Islam dengan jumlah penduduk sebanyak 6.052 jiwa, agama Kristen
Protestan sebanyak 2.836 jiwa dan agama Khatolik sebanyak 878 jiwa.
Selanjutnya untuk jumlah penduduk di Desa Lantasan Baru menurut suku dapat
dilihat pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Suku Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Suku
Jawa
Melayu
Karo
Simalungun
Toba
Mandailing
Minang
Banjar
Total

Jumlah Penduduk (Jiwa)
1.038
136
398
138
176
309
85
58
2.338

Sumbe : Kepala Desa Lantasan Baru, 2016

Dari Tabel 7 dapat diketahui, bahwa jumlah penduduk menurut suku terbanyak di
Desa Lantasan Baru adalah Suku Jawa dan Suku Karo dengan jumlah 1.038 jiwa
dan 398 jiwa.
4.1.3. Pertanian
Kegiatan pertanian di Desa Lantasan Baru didukung oleh tersedianya lahan
pertanian. Para petani menanam komoditi padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditi hasil pertanian yang
diperoleh hasil panen petani di Kecamatan Patumbak dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komoditi Hasil Pertanian yang Diperoleh Petani di Kecamatan Patumbak
Tahun 2015

No.
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Komoditi
Padi Sawah
Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kacang-kacangan
Sayur-sayuran
Buah-buahan

Produksi (Ton)
7.377
9.630
10.700
3.200
12.525,25
90
140

Sumber: Kecamatan Patumbak, 2016

Dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa jenis komoditi unggulan di Kecamatan
Patumbak adalah kacang-kacangan, ubi kayu, dan jagung. Dari hasil komoditi
pertanian tersebut tidak terlepas dari kerjasama Petugas Penyuluh Pertanian (PPL)
yang ada di Kecamatan Patumbak.

Universitas Sumatera Utara

28

4.1.4. Sarana dan Prasarana
Kebutuhan masyarakat di Desa Lantasan Baru cukup terpenuhi. Untuk mencapai
desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda
dua yang biasanya dapat ditemui di Desa. Adanya sarana dan prasarana lembaga
pendidikan, lembaga kesehatan dan sarana ibadah akan semakin mampu untuk
menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di Desa Lantasan Baru, sehingga
desa dapat berkembang menjadi desa yang lebih baik dan maju dengan potensi
yang dimilikinya. Berikut dijelaskan dalam Tabel 9. sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan masyarakat di Desa Lantasan Baru:
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Lantasan Baru, Tahun 2015
No.
1

2

3

Sarana dan Prasarana

Jumlah (Unit)

Lembaga Pendidikan
• TK
• SD
• SLTP
• Universitas Swasta

1
5
1
1

Lembaga Kesehatan
• Rumah Bersalin
• Puskesmas
• Bidan Praktek

1
1
1

Sarana Ibadah
• Mesjid
• Musholla
• Gereja

3
2
1
Total

17

Sumber: Kantor Kepala Desa Lantasan Baru, 2016

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa untuk jumlah Lembaga Pendidikan
yang ada di Desa Lantasan Baru sebanyak 8 unit, Lembaga Kesehatan sebanyak 3
unit, dan untuk Sarana Ibadah sebanyak 6 unit. Sehingga total sarana dan
prasarana yang ada di Desa Lantasan Baru sebanyak 17 unit.

Universitas Sumatera Utara

29

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani jagung
di Desa Lantasan Baru, Kecamatan Patumbak. Karakteristik sampel yang
dimaksud ini adalah faktor sosial ekonomi petani yang dijadikan sebagai sampel
pada penelitian ini. Adapun jumlah populasi petani yang berusahatani jagung
yaitu sebanyak 150 orang, dengan penggunaan metode Slovin dalam pengambilan
besar sampel maka dapat diketahui sampel yang akan diteliti sebanyak 60 orang.
a. Umur
Faktor umur berkaitan dengan kemampuan petani melakukan usahataninya.
Semakin produktif usia petani akan semakin mampu ia mengolah usahataninya
yang akan menghasilkan produktivitas lebih tinggi. Di daerah penelitian diketahui
umur petani antara 21 tahun hingga 70 tahun seperti tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur
No.
1
2
3
4
5

Kelompok Umur (Tahun)
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
Jumlah

Jumlah (Jiwa)
6
17
18
15
4
60

Persentase (%)
10
28,33
30
25
6,67
100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani sampel dengan
jumlah terbanyak untuk usahatani jagung adalah kelompok umur 41-50 tahun
yaitu sebanyak 18 jiwa (30%). Pada usia 41-50 tahun merupakan usia produktif,
yang mana telah mengakibatkan banyaknya petani pada usia ini karena tuntutan
anak dan tenaga yang masih kuat dan serta mampu. Sedangkan kelompok petani
sampel dengan jumlah paling sedikit untuk usahatani jagung adalah kelompok

Universitas Sumatera Utara

30

umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 4 jiwa (6,67%). Hal ini dikarenakan usia mereka
yang lanjut sehingga ketidakmampuan berusahatani berada pada usia ini.
b. Pendidikan Terakhir
Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi jenis pekerjaan, pembentukan
kerangka pemikiran seseorang. Pendidikan juga dapat mempengaruhi petani
dalam setiap pengambilan keputusan seperti penerapan inovasi, teknologi dan
penggunaan benih bersertifikat. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin cakap untuk memikirkan segala tindakan yang memberikan manfaat
terbesar. Berikut disajikan pendidikan terakhir petani sampel pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Pendidikan
No. Pendidikan Terakhir (Tahun)
1
SD
2
SMP
Jumlah

Jumlah (Jiwa)
23
37
60

Persentase (%)
38,33
61,67
100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa untuk pendidikan terakhir SMP yaitu
sebanyak 37 jiwa (61,67%). Sedangkan tingkat pendidikan atau lama pendidikan
terakhir adalah SD yaitu sebanyak 23 jiwa (61,67%).
c. Lama Berusahatani
Adapun karakteristik petani sampel di Desa Lantasan Baru berdasarkan lama
berusahatani dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusahatani
No.
1
2
3

Lama Usaha (Tahun)
15.000

23

38,33

Jumlah

60

100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 2)

Universitas Sumatera Utara

33

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa petani sampel di daerah penelitian ratarata memperoleh hasil produksi paling banyak yaitu 1.000 – 5.000 kg yaitu
sebanyak 37 jiwa (61,67%) dan yang memperoleh hasil produksi >5.000 kg
sebanyak 23 jiwa (38,33%).
g. Harga
Harga jual hasil panen jagung di Desa Lantasan Baru sudah ditentukan oleh pihak
pabrik yang memborong, sehingga harga jual tidak ada perbedaan dengan harga
jual lainnya. Hasil jagung yang dijual dalam bentuk tongkol dengan harga jual
Rp 2.300/Kg dengan lama musim tanam rata-rata selama 3 bulan. Harga jual
yang diperoleh petani jagung masih jauh dari harapan, sehingga pendapatan yang
diperoleh petani dikategorikan pendapatan rendah.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sejarah Lahan Petani
Rakyat yang menganggap sebagian lahan perkebunan adalah milik mereka yang
merupakan tanah jaluran yang diberikan pemerintah Belanda kepada rakyat yang
bertempat tinggal di atas tanah perkebunan secara turun temurun dan kemudian
diambil pemerintah dengan cara intimidasi dan lain sebagainya. Sementara PTPN
II (setelah Nasionalisasi) mengklaim bahwa lahan perkebunan adalah milik
perkebunan dengan menunjukkan HGU PTPN. Dengan adanya intimidasi dan
bukti yang kuat dari PTPN II tentunya rakyat harus menyingkir dari lahan
tersebut, karena mereka tidak berani secara terang-terangan untuk menuntut
haknya atas tanah. Setelah habis masa HGU PTPN II yang bertepatan masuknya
masa Reformasi yaitu masa yang memiliki nuansa berbeda dirasakan oleh
masyarakat, akhirnya masyarakat yang selama ini memendam rasa takut dan
kecewa terhadap pemerintah kini telah berani untuk menuntut kembali lahan yang
selama ini dikuasai oleh PTPN II. Tuntutan yang dilakukan masyarakat berawal
dengan melakukan negosiasi ataupun kompromi dan kemudian rakyat melakukan
pendudukan lahan dengan cara menebangi pohon kakao yang merupakan tanaman
perkebunan. Setelah lahan kosong, rakyat menanami lahan tersebut dengan
tanaman palawija yang sampai sekarang kegiatan penanaman masih dilakukan
rakyat dan membangun pondok/rumah di daerah lahan kosong perkebunan.
Kegiatan rakyat

mendapatkan penghadangan/perlawanan dari pihak PTPN II

yang dibantu oleh HANSIP, Pamswakarsa dan Brimob. Penghadangan yang
dilakukan PTPN II menimbulkan konflik meskipun tidak sampai konflik yang

34
Universitas Sumatera Utara

35

besar. Akhirnya penyelesaian konflik tanah antar pihak PTPN II dengan rakyat
penggarap diselesaikan oleh pemerintah dengan membentuk Tim B Plus. Tim B
Plus akan memutuskan penyelesaian akhirnya pada bulan Oktober 2001. Namun
hingga sekarang penyelesain akhir dari konflik ini belum juga ada keputusan akhir
yang
ini belum juga ada keputusan akhir yang dilakukan Tim B Plus. Pihak yang
berkonflik melakukan peredaman dan rakyat penggarap terus menanami lahan
eksekusi perkebunan dengan tanaman palawija.
Lahan pertanian yang berada di Kecamatan Patumbak yang dikelola petani
merupakan milik Pemerintah. Hal ini menjadi masalah bagi petani karena mereka
tidak mempunyai hak atas lahan yang mereka kelola, bisa saja sewaktu-waktu
lahan tersebut dapat diambil alih oleh Pemerintah. Petani di Kecamatan
Patumbak, khususnya petani di Desa Lantasan Baru menggunakan tanah tersebut
sebagai lahan garapan. Luas lahan garapan di Desa Lantasan Baru sebesar 22,88
Ha masing-masing petani memiliki lahan garapan rata-rata seluas 0.38 Ha.
5.2. Pendapatan Petani Jagung di Desa Lantasan Baru
Produksi dapat diidentifikasi sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian,
kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk
menghasilkan output dan setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang
positif. Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan
atau merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual, dalam hal ini
adalah perkalian produksi jagung dengan harga harga jual jagung.

Universitas Sumatera Utara

36

Berdasarkan hasil wawancara dari petani bahwa produksi yang diperoleh petani
bervariasi, jagung yang dihasilkan berkisar 1.225 – 14.800 Kg dengan rata-rata
produksinya yaitu sebesar 4.947 Kg. Harga jual petani kepada pemborong yaitu
dengan harga Rp 2.300/Kg. Sehingga penerimaan yang diperoleh petani rata-rata
sebesar Rp. 11.378.483. Uraian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi, dan
Total Pendapatan Bersih/Bulan/Petani dalam Usahatani Jagung
Di Desa Lantasan Baru
No.
Uraian
Rataan
1
Produksi (Kg)
4.947
2
Harga Jual (Rp/Kg)
2300
3
Total Penerimaan/MT (Rp)
11.378.483
4
Total Biaya Produksi/MT (Rp)
2.135.247
5
Total Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp)
9.243.235
6
Total Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp/Bulan)
3.081.078
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1 – Lampiran 10)
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh bahwa untuk rata-rata jumlah produksi jagung
yang diperoleh petani yaitu sebesar 4.947 Kg, rata-rata harga jual sebesar
Rp.2300, rata-rata total penerimaan sebesar Rp. 11.378.483/musim tanam dan
rata-rata total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.2.135.247/musim
tanam. Sedangkan untuk total pendapatan bersih usahatani/MT yaitu sebesar
Rp 9.243.235/MT dan total pendapatan bersih usahatani/bulan yaitu sebesar

Rp.

3.081.078/bulan.
Pendapatan bersih usahatani/musim tanam merupakan total penerimaan usahatani
dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung. Adapun nilai pendapatan bersih usahatani/MT jagung di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 17

Universitas Sumatera Utara

37

Tabel 17. Pendapatan Bersih Usahatani/MT Jagung Di Desa Lantasan Baru

No.
Pendapatan (Rp)
1
1.600.000 – < 2.500.000
2 2.500.000 - 4.500.000
3
>4.500.000
Jumlah
Min
Maks
Rata-rata

Jumlah (Jiwa)
4
17
39
60
Rp.1.692.917/MT
Rp. 28.124.667/MT
Rp. 9.243.235/MT

Persentase (%)
6,67
28,33
65
100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 10)
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pendapatan bersih usahatani/musim
tanam yang diperoleh petani jagung paling besar yaitu > Rp. 4.500.000 sebanyak
39 jiwa (65%) dan yang paling sedikit yaitu antara Rp 1.400.000 – < Rp
2.500.000 sebanyak 4 jiwa (6,67%). Sehingga pendapatan bersih usahatani/MT
petani jagung di Desa Lantasan Baru berada antara Rp. 1.692.917 - Rp.
28.124.667 dengan rata-ratanya sebesar Rp. 9.243.235.
Tabel 18. Rata-rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi, dan

Total Pendapatan Bersih/Bulan/Ha dalam Usahatani Jagung Di
Desa Lantasan Baru
No.
Uraian
Rataan
1
Produksi (Kg)
12.000.42
2
Harga Jual (Rp/Kg)
2300
3
Total Penerimaan/MT (Rp)
27.600.958
4
Total Biaya Produksi/MT (Rp)
5.777.851
5
Total Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp)
21.823.108
6
Total Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp/Bulan)
7.274.369
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1 – Lampiran 10)
Berdasarkan Tabel 18 diperoleh bahwa untuk rata-rata jumlah produksi jagung
yang diperoleh petani yaitu sebesar 12.000.42 Kg, rata-rata harga jual sebesar
Rp.2300, rata-rata total penerimaan sebesar Rp.27.600.958/musim tanam dan ratarata total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.5.777.851/musim tanam.
Sedangkan untuk total pendapatan bersih usahatani/MT yaitu sebesar

Rp

Universitas Sumatera Utara

38

21.823.108/MT dan total pendapatan bersih usahatani/bulan yaitu sebesar Rp.
7.274.369/bulan. .
Untuk menganalisis hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan petani jagung
di Desa Lantasan Baru dikategorikan pendapatan rendah dapat dibandingkan
dengan Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang tahun 2016 yaitu sebesar Rp
2.491.418/bulan. Berikut disajikan data perbandingan pendapatan bersih
usahatani/bulan dalam usahatani jagung dengan UMK Deli Serdang yang dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19.

Perbandingan Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan dalam
Usahatani Jagung dengan Upah Minimum Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2016

No.
1

Uraian
< UMK Deli Serang

Jumlah (Jiwa)
25

Persentase (%)
41,66

2

> UMK Deli Serang

35

58,34

60

100

Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 11)

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa pendapatan petani jagung jika
dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang tahun 2016,
pendapatan jagung yang paling banyak yaitu < UMK Deli Serdang sebanyak 35
jiwa (58,34%). Sedangkan pendapatan petani jagung yang paling sedikit yaitu
>UMK Deli Serang sebanyak 25 jiwa (41,66%). Maka dapat diperoleh data
bahwa pendapatan petani jagung di Desa Lantasan Baru di bawah UMK Deli
Serdang (< UMK). Hal ini berarti bahwa pendapatan petani jagung di Desa
Lantasan Baru yang memnfaatkan lahan garapan merupakan pendapatan yang
dikategorikan pendapatan tinggi sehingga hipotesis 1 diterima.

Universitas Sumatera Utara

39

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani
5.3.1 Analisis BEP harga dan BEP Produksi
Tabel 20. Analisis BEP harga dan BEP produksi Usahatani
URAIAN
SATUAN
NILAI
KETERANGAN
BEP Harga

Rp

479,94

Harga Jual

Rp

2.300

BEP Produksi

Kg

4.018,8

Jumlah Produksi

Kg

4.947,17

Layak

Layak

Sumber: Analisis Data primer (lampiran 12)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal.
sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan
biaya yang di keluarkan. Untuk analisis BEP ini ada dua perhitungan yaitu BEP
produksi dan BEP harga.
Usahatani jagung ini layak untuk diusahakan, karena dari segi produksi jumlah
produksi lebih besar dibandingkan dengan nilai BEP produksi . Dilihat dari segi
harga jual, harga jual jagung lebih besar daripada nilai BEP harga jual.
Usahatani jagung di desa ini benar dikatakan layak terbukti dengan masih
diusahakannya usahatani ini oleh petani hampir mencapai 15 tahun.

5.3.2 Analisis R/C dan B/C
Tabel 21. Analisis R/C dan B/C ratio Usahatani Jagung
URAIAN
NILAI
KETERANGAN

R/C

5,09

Layak

B/C

4,09

Layak

Sumber: Analisis Data Primer (lampiran 13)

Universitas Sumatera Utara

40

Kelayakan usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio. R/C ratio
merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi.
Apabila nilai R/C >1 maka usahatani layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil
tabulasi seperti tabel 21,

usahatani jagung di daerah penelitian dikatakan layak

diusahakan karena R/C

> 1. Seluruh sampel memenuhi kriteria layak untuk

diusahakan dilihat dari nilai R/C yang lebih besar.
Kelayakan usahatani juga dapat diukur dengan menggunakan analisis B/C ratio. B/C
ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya produksi.
Pada analisis B/C yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. Apabila nilai B/C >1
maka dapat dikatakan usahatani memberikan manfaat.
Dilihat dari tabel 21, usahatani jagung dikatakan layak diusahakan karena nilai B/C >
1. Seluruh petani sampel memiliki kriteria layak dilihat dari nilai B/C yang lebih
besar satu.

Dengan demikian, hipotesis 2 usahatani jagung layak diusahakan

diterima.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Pendapatan petani jagung di Desa Lantasan Baru dikategorikan pendapatan
tinggi yaitu sebesar Rp. 7.274.369/bulan atau lebih besar jika dibandingkan
dengan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai yang sebesar Rp.
2.491.418/bulan pada tahun 2016.
2. Usahatani jagung di Desa Lantasan Baru dikategorikan layak diusahakan
secara ekonomi dilihat dari BEP harga, BEP produksi, R/C dan B/C.
6.2. Saran
1.

Kepada Pemerintah
Memberikan anjuran pada petani/daerah lain untuk mengusahakan jagung di
lahan kosong karena menguntungkan dan layak diusahakan sebagai
tambahaan pedapatan bagi petani.

2.

Kepada Petani
Kepada petani khususnya petani jagung sebaiknya membentuk Koperasi di
daerah penelitian agar kebutuhan usahatanu dapat tercukupi dan terpenuhi
sehingga dapat memberikan manfaat lebih pada petani.

3.

Kepada Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian mengenai faktorfaktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani
dalam kegiatan usahatani jagung terhadap pendapatan keluarga.

41
Universitas Sumatera Utara