4. Sistem Desentralisasi Kekuasaan
dari Pemerintah Pusat ke Pemerin- tah Daerah
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah tersebut, Pasal 18 ayat 1 UUD
1945 menyatakan bahwa kewenangan pemerintahan pusat diserahkan kepada
Daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia sesuai dengan ke-
wenangan yang diserahkan tersebut. Tidak dapat dimungkiri bahwa dalam rangka
menjalankan otonomi sepenuhnya tersebut didalami implementasinya diperlukan dana
yang memadai. Wewenang pemerintahan di daerah
diselenggarakan berdasarkan prinsip otono- mi daerah dan tugas pembantuan, maupun
wewenang konkuren diatur dalam Pasal 11 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah-
an Daerah. Penyelenggaraan prinsip-prinsip ini disandarkan kepada kewenangan yang,
melalui undang-undang, didesentralisasi- kan kepada daerah dan yang ditetapkan se-
bagai kewenangan pusat adalah: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan
iskal, peradilan, agama, dan kewenangan bidang lain.
Undang-undang ini selanjutnya ditin- daklanjuti dengan terbitnya PP No 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerin- tahan Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota
serta PP No 41 Tahun 2007 tentang Orga- nisasi Perangkat Daerah. Dalam PP No. 38
Tahun 2007 antara lain menegaskan bahwa kewenangan di bidang pendidikan dan ke-
sehatan berada di kabupatenkota. Inti dari kedua peraturan pelaksanaan tersebut yaitu
mendekatkan pelayanan hak-hak masyara- kat di bidang kesehatan dan pendidikan se-
makin menjadi perhatian. Meskipun demiki- an, dalam pelaksanaannya, perlindungan di
bidang pendidikan masih menghadapi bebe- rapa kendala.
Misalnya, Putusan Mahkamah Kons- titusi dalam Perkara Nomor 012PUU-
III2005 Mengenai Pengujian UU No. 36 Tahun 2004 tentang APBN
17
terhadap pe- ngakuan, pemajuan dan perlindungan hak
asasi manusia dalam bidang pendidikan mempertegas perdebatan lama yang tidak
kunjung akhir mengenai kewajiban negara terhadap pemenuhan hak ekonomi, sosial
dan budaya seperti yang termaktub dalam the International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights ICESCR.
18
Perdebatan ini sangat kontekstual karena In- donesia telah meratiikasi ICESCR dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005
pada tanggal 30 September 2005.
19
Fungsi pemerintah daerah sebagai penanggungjawab bagi pelaksanaan perlin-
dungan dan pemenuhan hak atas pendidikan dan hak atas kesehatan masih perlu dise-
pakati bersama tentang bagaimana meng-
17
Lihat Risalah Sidang Pleno Pembacaan Putusan Perkara Nomor 012PUU-III2005 Mengenai Pengujian UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN, Rabu 19 Oktober 2005, Jakarta.
18
GA Res. 2200, UNGAOR, 21 Sess, Supp. No. 16 at 49, UN Doc. A6316 1966 Opened for signature 19 December 1966, entered into force 3 January 1976, 993 UNTS 3; 1966 UNJYB 170.
19
Mungkin dapat juga diargumentasikan bahwa aplikasi ketentuan dalam Kovenan kurang kantekstual karena berdasarkan waktunya, aplikasi tentang hak dan kewajiban negara seperti yang diatur dalam Kovenen belum
memiliki kekuatan hukum ketika putusan ini disampaikan.
efektifkan peran mereka dalam melindungi, memajukan, memenuhi dan menghormati
hak asasi manusia. Dalam kenyataan sehari- hari, pemerintah daerah sering melakukan
pelanggaran melalui aparatnya yang menye- lewengkan kekuasaan yang dimilikinya.
Adanya berbagai kasus atas pelanggaran hak asasi manusia serta adanya berbagai perbaik-
an kondisi dan kebijakan bagi pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia bertumpu
pada tanggung jawab pemerintah daerah se- bagai garda terdepan pelayan masyarakat.
Bahkan sudah diterima dalam masyarakat internasional bahwa negara dalam hal ini
pemerintah daerah memikul tanggung jawab utama dalam memajukan dan memberikan
perlindungan atas hak asasi manusia. Tang- gung jawab yang demikian tidak dapat di-
kurangi dengan alasan-alasan politik, eko- nomi, maupun budaya.
20
5. Pelaksanaan Hak Atas Pendidikan